Anda di halaman 1dari 74

TUTORIAL KLINIK

GIZI BURUK

OLEH : RIFQI RISDYA PRATAMA


Pembimbing : dr. Herwina Brahmantya, SpA
Divisi Nutrisi dan Penyakit Metabolik
Divisi Kardiologi
SMF Ilmu Kesehatan Anak/RSUD AW Sjahranie Samarinda
Pendahuluan
Latar Belakang
◦ Gizi buruk (severe malnutrition) adalah suatu istilah teknis yang umumnya dipakai oleh
kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses
terjadinya kekurangan gizi menahun.
◦ World Health Organization (WHO) 2003 menyampaikan hasil observasinya yang menyatakan
bahwa 60% dari 10,9 juta kematian balita didunia setiap tahunnya disebabkan secara
langsung maupun tidak langsung oleh gizi kurang atau gizi buruk
◦ Menurut Departemen Kesehatan (2004), pada tahun 2003 terdapat sekitar 27,5% (5 juta balita
kurang gizi), 3,5 juta anak (19,2%) dalam tingkat gizi kurang, dan 1,5 juta anak gizi buruk
(8,3%).
◦ Pada tahun 2018, WHO menyebutkan bahwa sekitar 4,1 juta anak di dunia masih mengalami
malnutrisi.
◦ Di Asia Tenggara merupakan prevalensi kasus tertinggi di dunia.
Laporan Kasus
Identitas Pasien
1. Identitas Pasien
Nama Lengkap : Anak A
Usia : 1 tahun
Tempat, Tanggal Lahir : Samarinda, 8 Juni 2019
Gol. Darah :O
Anak pertama dari 1 saudara
2. Identitas orang tua pasien
Nama Ayah : Tn. A Usia :25 tahun pekerjaan : Supir
Nama Ibu : Ny. S A Usia :22 tahun pekerjaan : IRT
Pendidikan terakhir ayah : SMK
Pendidikan terakhir ibu : SD
Alamat : Samarinda, Jalan Trisari
Anamnesis (Hetero-anamnesis)
Anamnesis diberikan oleh Ibu Pasien
1. Keluhan utama : Demam
2. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien mengeluhkan Demam sejak 5-6 hari yang lalu, sifat demam yang dialami pasien demam
sepanjang hari dan semakin meninggi, demam yang dirasakan pasien panas di daerah dahi, dan
seluruh badan, namun anggota gerak atas dan bawah dingin, demam yang dirasakan pasien
membuat pasien susah tidur, pada hari kedua demam ibu pasien membawa pasien ke bidan dan
mendapatkan obat demam, demam mereda sesaat setelah minum obat namun dapat tinggi
kembali, dalam 1 hari terkahir sebelum di bawa ke RS sifat demamnya hanya muncul siang, sore,
dan bertambah tinggi saat malam hari.
Bersamaan dengan demam pasien juga mengeluhkan munculnya batuk pilek, batuknya sendiri
sifatnya berdahak, hal ini mengakibatkan pasien mengalami sesak napas terutama ketika
menangis, pasien juga mengeluhkan mual muntah, dalam sehari bisa 2-3 kali muntah, yang
dimuntahkan sesuai makanan yang coba diberikan pada pasien, oleh karena hal ini pasien
mengalami penurunan nafsu makan (hanya mau minum asi) dan mengalami penurunan berat
badan.
3. Riwayat penyakit dahulu :
Batuk, Pilek, Sejak lahir mengalami PDA (Patent Ductus Arteriosus)

4. Riwayat penyakit keluarga :


Tidak Ada
5. Riwayat Kelahiran

Hamil Ke- Aterm/ Prematur/Abortus/ Lahir Mati Persalinan Spontan/SC/Vacum Usia/Tanggal Lahir

1 Prematur SC di Rumah Sakit dibantu Dokter 1 tahun / 8 Juni 2019

P1A000 berat lahir : 1700 gram

Apgar Score : kulit bayi kekuningan ; tidak langsung menangis ; tidak langsung
bergerak
dirawat 2 minggu di RS

Minum ASI : tidak langsung minum ASI saat lahir, karena BBL rendah
6. Riwayat tumbuh kembang

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK : ( 1 tahun )  


   
B.B Lahir : 1700 gram Tengkurap : Bisa Berjalan : Tidak Bisa
P.B Lahir : 43 cm Tersenyum : Bisa Berbicara dua suku kata : Bisa ( Mam/Yah)
B.B Sekarang : 5000 gram Duduk : Tidak Bisa Masuk TK :-
T.B Sekarang : 61,5 cm Gigi keluar : Masuk SD :-
Miring : Bisa Merangkak : Bisa Sekarang Kelas :-
  Berdiri : Tidak Bisa  

7. Riwayat imunisasi
Imunisasi Wajib ( Hepatitis B, Polio, BCG, Pentavalen DPT) Kurang vaksin Campak
8. Riwayat pemberian nutrisi

MAKAN MINUM ANAK (Usia berapa sampai berapa, berapa kali, jumlah pemberian)  
   
ASI : 6 bulan Dihentikan : 6 bulan Alasan :-
Susu sapi / buatan : Susu Sapi Jenis susu buatan : Susu Formula Takaran :-
Buah : Pisang Bubur susu : Tim Tim saring : iya
Makan padat dan lauknya : -  
Pemeriksaan fisik
1. Tanda-tanda vital
Kesan Umum : Rewel. Gelisah, SADAR
Tekanan Darah : 105/75 mmHg Pernafasan : 50x/menit
Nadi : 140x/menit Suhu : 39°C
Lemah, Tidak kuat angkat
2. Status gizi
(disertai plotting grafik)
3. Kesan Umum : Menurut WHO (2013) usia 6-59 bulan dengan BB/PB(BB/TB) <-3 SD atau LiLa <11,5 cm (Gizi Buruk)
Daftar Masalah
1. Demam
2. Sesak Napas
3. Mual dan Muntah
4. Penurunan Nafsu makan
5. Berat bayi lahir rendah
6. Penyakit jantung bawaan (PDA)
7. Gizi Buruk
8. Anemia Defisiensi Besi
Pemeriksaan Fisik
Mata : Konjungtiva anemis (+), kornea keruh (-), ikterik (-), cembung/cekung (-), reflex cahaya
(tidak dapat dievaluasi)

Hidung : Sumbatan sekret (+), Bau (-),

Telinga : normal

Mulut : Bibir : lembab

Lidah : Bersih

Tonsil : normal, membesar (-), merah (-), selaput putih (-), bintik putih/detritus (-)

Leher : pembengkakan di bagian leher (-),pembesaran kelenjar (-)

Kulit normal, turgor kulit daerah abdomen normal


Pemeriksaan Fisik
Dada:

Inspeksi : Gerakan napas simetris (+/+), retraksi suprasternal (-), radang (-)

Palpasi : normal, radang (-), pembengkakan (-), krepitasi (-), nyeri (-)

Perkusi : Sonor (+/+), redup (-), Hipersonor (-)

Auskultasi : Suara vesicular (+/+), stridor (-), rhonki (-), wheezing (-)

Jantung :

Inspeksi : Ictus cordis tampak di ICS V axilla anterior S

Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V axilla anterior S

Perkusi :

• Batas atas jantung : midclavicula line S ICV II

• Batas kiri jantung : Midclavicular line S ICS V

• Batas kanan jantung : Para sternal line D ICS II-IV

Auskultasi : S1S2 tunggal regular, murmur (+), gallop (-)


Pemeriksaan Fisik
Abdomen
Inspeksi : Bentuk normal, tampak massa (-), kemerahan (-), ruam (-), ascites (-),
Auskultasi : Bising usus (+) kesan normal di keempat kuadran, metallic sound (-)
Perkusi:
Batas atas hepar: ICS VII midclavicula line dextra
Ascites (-),
Palpasi : soepel, nyeri tekan epigastrium (-) massa (-), defans muscular (-)
Hepar : Tidak teraba, Hepatomegali (-)
Limpa : Tidak teraba, Splenomegali (-)
Alat Kelamin : laki-laki.
Ekstremitas : Akral hangat, edema (+) pada punggung kaki , CRT > 2 detik, reflex fisiologi normal
Diagnosis Banding
1. Gizi Buruk
2. Penyakit Jantung Bawaan (Patent Ductus Arteriosus)
3. Anemia Defisiensi Besi
4. Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Pemeriksaan Penunjang
Darah lengkap Kimia klinik
◦ Leukosit : 18.600/uL (//*) ◦ GDS : 87 mg/dL (/*/)
◦ Hemoglobin : 9 g/dL (*//) ◦ Na : 133 mmol/L (*//)
◦ Hematokrit : 29 % (*//) ◦ K : 4,6 mmol/L (/*/)
◦ MCV : 76.4 fL (*//) ◦ Cl : 105 mmol/L (/*/)
◦ MCH : 19.8 pg (*//)
◦ MCHC : 24.4 g/dL (*//)
◦ Trombosit : 460.000/uL (//*)
Pemeriksaan Penunjang
Urinalisa Evaluasi Darah Tepi
◦ Berat Jenis: 1,002 ◦ Anemia mikrositik hipokrom
◦ Warna : kuning ◦ Susp. Defisiensi besi/anemia penyakit
◦ Kejernihan : keruh kronik
◦ pH : 7
◦ Sedimen :
◦ Leukosit : 10-15 / lpb
◦ Eritrosit: 5-10 /lpb
◦ Bakteri +2
Diagnosis Kerja
1. Gizi Buruk dengan Komplikasi.
2. Penyakit Jantung Bawaan (Patent Ductus Arteriosus).
3. Anemia Defisiensi Besi.
4. Infeksi Saluran Kemih (ISK).
Usulan Terapi
Usulan Terapi
Rawat Inap 3 fase : 10 langkah prinsip penanganan Gizi Buruk

a. Fase stabilisasi 1. Hipoglikemi


2. Hipotermi
b. Fase Transisi
3. Dehidrasi
c. Fase Rehabilitasi
4. Keseimbangan elektrolit
5. Infeksi
6. Pemberian mikronutrien
7. Pemberian makanan
8. Mencapai kejar tumbuh
9. Stimulasi fisik sensoris dan dukungan emosional
10. Persiapan tindak lanjut pasca perawatan
Usulan Terapi
Usulan Terapi
1. Antibiotik
-Ampisilin (50 mg/kg IM atau IV setiap 6 jam) selama 2 hari, kemudian dilanjutkan
dengan Amoksisilin oral (25-40 mg/kg setiap 8 jam selama 5 hari); ditambah
- Gentamisin (7.5 mg/kg IM atau IV) sehari sekali selama 7 hari
2. Antipiretik bila demam (>38°C)
o Paracetamol 10-15 mg/kg/kali diberikan 4-5x/hari

3. Pemberian terapi gizi yaitu makanan padat, berupa pangan untuk keperluan medis khusus (PKMK) antara lain
F-75 dan F-100
ready to use therapeutic food (RUTF)
Kebutuhan Energi : 150-220 kkal/kgBB/hari
Protein :4-6 g/kgBB/hari
Cairan 150-200 ml/kgBB/hari
Usulan Terapi
Kebutuhan makanan : F75 atau RUTF
- F100 dalam bentuk kering (susu, gula, minyak )
Mengandung 75 kkal/100 ml.

- Vitamin A per oral 100.000 SI (6-12 bulan)


=Asam folat 5 mg hari pertama, dan selanjutnya 1 mg/hari
Multivitamin (vit C dan vit B complex).

- Pemberian Tablet Besi anak usia 1-5tahun  diberikan ½ tablet sehari sekali
Usulan Terapi
RUTF (Ready to Use Therapeutic Feeding)
Melakukan konseling kepada orang tua dalam pemberian RUTF
dilakukan tes nafsu makan (Kotak 1), yang sebaiknya dilakukan pada setiap kunjungan dengan menggunakan
RUTF. Jumlah RUTF yang diberikan sesuai dengan berat badan balita dan diberikan untuk 7 hari.

Kandungan RUTF :
Energi : 545 kkal
Protein : 13,6 g
Lemak : 35,7 g
Vitamin dan mineral
Usulan Terapi
Keluar rawat jalan : secara klinik selama 2 minggu baik.
BB/PB >80-85%, atau berat badan mencapai 15-20%.
Monitoring dan Edukasi
A. Fase Stabilisasi
Pada fase ini diprioritaskan penanganan kegawatdaruratan yang mengancam jiwa:
◦ i. Hipoglikemia.
◦ ii. Hipotermia.
◦ iii. Dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit.
◦ iv. Infeksi.
◦ v. Defisiensi gizi mikro

B. Fase Transisi
Fase ini ditandai oleh transisi dari kondisi stabil ke kondisi yang memenuhi syarat untuk
menjalani rawat jalan. Fase Transisi dimulai ketika:
◦ i. Komplikasi medis teratasi;
◦ ii. Tidak ada hipoglikemia;
◦ iii. Nafsu makan pulih;
◦ iv. Edema berkurang.
Monitoring dan Edukasi
C. Rehabilitasi
Tatalaksana
• Kebutuhan zat gizi pada Fase Rehabilitasi adalah:
Energi : 150-220 kkal/kgBB/hari
Protein : 4-6 g/kgBB/hari
• Bila menggunakan RUTF: sama seperti pemberian RUTF pada layanan rawat jalan.
• Bila menggunakan F-100
Monitoring
Hal yang perlu dihindari pada fase ini adalah terjadinya gagal jantung. Perlu diamati gejala
dini gagal jantung, yaitu nadi cepat dan nafas cepat. Bila keduanya meningkat, yaitu
pernafasan naik 5x/menit dan nadi naik 25x/menit) yang menetap selama 2 kali pemeriksaan
masing-masing dengan jarak 4 jam berturut-turut, maka hal ini merupakan tanda bahaya
yang perlu dicari penyebabnya.
Pembahasan
Pembahasan
1. Tinjauan Kepustakaan mengenai diagnosis
2. Pembahasan penegakan diagnosis utama (perbandingan antara teori dan kasus)
- Pembahasan anamnesis
- Pembahasan pemeriksaan fisik
- Pembahasan pemeriksaan penunjang
- Pembahasan penatalaksanaan
GIZI BURUK
Definisi
Terdapatnya edema pada kedua kaki atau adanya severe
wasting (BB/TB < 70% atau <-3SD), atau ada gejala klinis gizi
buruk (kwashiorkor, marasmus, atau marasmik-kwashiorkor)
Penentuan Status Gizi Anak
Monitoring Pertumbuhan Anak
Alur Pemeriksaan
Tatacara Pemeriksaan
ANAMNESIS
AWAL: LANJUTAN:
- Kejadian mata cekung yang baru saja - Kebiasaan makan sebelum sakit
muncul - Makan / minum/ menyusui pada saat sakit
- Lama dan frekuensi muntah atau diare - Jumlah makana dan cairan yang didapat dalam beberapa hari
serta tampilan dari bahan muntah atau terakhir
diare - Kontak dengan penderita campak atau tuberkulosis paru
- Saat terakhir kencing - Pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhir
- Sejak kapan tangan dan kaki teraba - Kejadian dan penyebab kematian dari kakak atau adik
dingin - Berat badan lahir
- Tumbuh kembang : duduk, berdiri, dll
- Riwayat imunisasi
-Apakah ditimbang setiap bulan di Posyandu
- Apakah sudah mendapat imunisasi lengkap
Pemeriksaan Fisik
- Apakah anak tampak sangat kurus / edema / pembengkakan kedua kaki
- Tanda-tanda terjadinya syok (renjatan): tangan dan kaki dingin, nadi
lemah dan kesadaran menurun
- Kehausan
- Suhu tubuh : hipotermia atau demam
- Frekuensi pernapasan dan tipe pernapasan : gejala pneumonia atau
gejala gagal jantung
- Berat badan dan tinggi badan atau panjang badan
- Pembesaran hati dan ikterus
- Adanya perut kembung, bising usus melemah/meningkat, tanda asites
atau adanya suara seperti pukulan pada permukaan air (abdominal
splash)
- Sangat pucat
- Gejala pada mata : kelainan pada kornea dan konjungtiva sebagai tanda
kekurangan vitamin A
- Telinga, mulut dan tenggorokan : tanda-tanda infeksi
- Kulit : tanda-tanda infeksi atau adanya purpura
- Konsistensi tinja
Klasifikasi Tanda Bahaya
Jadwal Pengobatan dan Perawatan
Jadwal Pengobatan dan Perawatan
Hipoglikemia
Hipotermia
Dehidrasi
Gangguan Keseimbangan Elektrolit

• Semua anak dengan gizi buruk mengalami defisiensi kalium dan magnesium yang
mungkin membutuhkan waktu 2 minggu atau lebih untuk memperbaikinya.
• Terdapat kelebihan natrium total dalam tubuh, walaupun kadar natrium serum mungkin
rendah.
• Edema dapat diakibatkan oleh keadaan ini. Jangan obati edema dengan diuretikum

TATALAKSANA
1. Untuk mengatasi gangguan elektrolit diberikan Kalium dan Magnesium, yang sudah terkandung di dalam larutan
Mineral-Mix, yang ditambahkan ke dalam F-75, F-100, atau ReSoMal
2. Gunakan larutan ReSoMal untuk rehidrasi
3. Siapkan makanan tanpa menambahkan garam
Infeksi

• Pada gizi buruk, gejala infeksi yang biasa ditemukan seperti demam, seringkali tidak
ada, padahal infeksi ganda merupakan hal yang sering terjadi.

• Oleh karena itu, anggaplah semua anak dengan gizi buruk mengalami infeksi saat
mereka datang ke rumah sakit dan segera tangani dengan antibiotik

TATALAKSANA
1. Antibiotik spektrum luas
2. Vaksin campak jika anak berumur ≥ 6 bulan dan belum pernah mendapatkannya, atau jika anak berumur > 9 bulan dan
sudah pernah diberi vaksin sebelum berumur 9 bulan
3. Jika ditemukan infeksi spesifik laiinya beri antibiotik yang sesuai
4. Jika terdapat infeksi cacing beri mebendazol (100 mg/kgBB/hr) atau albendazol (20 mg/kgBB/hr)
Defisiensi Zat Mikro
• Semua anak gizi buruk mengalami defisiensi vitamin dan mineral.

• Meskipun sering ditemukan anemia, jangan beri zat besi pada fase awal, tetapi tunggu
sampai anak mempunyai nafsu makan yang baik dan mulai bertambah berat badannya
(biasanya pada minggu kedua, mulai fase rehabilitasi), karena zat besi dapat
memperparah infeksi

TATALAKSANA
1. Multivitamin
2. Asam folat (5mg pd hari 1, selanjutnya 1 mg/hr)
3. Zinc (2 mg Zn elemental/kgBB/hr)
4. Cu (0,3mg/kgBB/hr)
5. Ferosulfat 3 mg/kgBB/hr mulai fase rehabilitasi
6. Vitamin A
a. < 6 bulan  50.000 IU (1/2 kapsul Biru)
b. 6-12 bulan  100.000 IU (1 kapsul Biru)
c. 1-5 tahun  200.000 IU (1 kapsul Merah)
Terapi Gizi
Jadwal Pemberian Makan
Pemantauan dan Evaluasi
Terapi Gizi pada Fase Tindak Lanjut
ReSoMal
Tumbuh Kejar

TATALAKSANA

1. Ganti F-75 dengan F-100. Beri F-100 sejumlah yang sama dengan F-75 selama 2 hari berurutan
2. Selanjutnya naikkan jumlah F-100 sebanyak 10 ml setiap kali pemberian sampai anak tidak mampu menghabiskan atau
tersisa sedikit. Biasanya hal ini terjadi ketika pemberian formula mencapai 200ml/kgBB/hr
3. Setelah trannsisi bertahap beri anak :
+ pemberian makan yang sering dengan jumlah tidak terbatas (sesuai kemampuan anak)
+ energi : 150-220 kkal/kgBB/hari
+ protein : 4-6 g/kgBB/hari
Stimulasi Sensoris dan Emosional

LAKUKAN
1. Ungkapan kasih sayang
2. Lingkungan yang ceria
3. Terapi bermain terstruktur selama 15-30 menit per hari
4. Aktivitas fisik segera setelah anak sehat
5. Keterlibatan ibu sesering mungkin (memberi makan, bermain, memandikan)
Kriteria Pemulangan dari Rawat Inap
Pembahasan

Teori Kasus
Anamnesis yang mencerminkan gizi buruk : Anamnesis yang didapat pada kasus :
-Hilangnya nafsu makan -Pasien hilang nafsu makan dan penurunan
-Berat badan lahir yang rendah berat badan selama beberapa bulan terakhir
-Terganggunya Riwayat tumbuh kembang -Pasien lahir dengan BB 1700 gram
-Asupan makanan dan minuman yang dkonsumsi -Pasien masih belum bisa duduk
akhir-akhir ini berkurang -Pasien mengalami mual dan muntah setiap
-Adanya muntah-muntah atau diare pada pasien kali makan sejak 1 hari sebelum masuk
-Akral teraba dingin Rumah Sakit
  -Tubuh pasien, serta dahi demam, namun
akralnya dingin
Pembahasan
Pemeriksaan fisik yang mencerminkan gizi buruk : Pemeriksaan fisik yang didapatkan pada kasus :
- Adanya edema pda kedua punggung kaki, -Adanya edema pada kedua punggung kaki
tangan, atau seluruh tubuh yang bersifat pitting
- Penentuan status gizi -Didapatkan BB/PB kurang dari -3SD
- Ada tanda-tanda gangguan sirkulasi (akral -Didapatkan LiLa <11,5cm
dingin, capillary refill time >2s, Pernapasan -Akral dingin, CRT >2s
cepat, Nadi cepat dan lemah, Tensi) - TD 105/75 mmHg
- Demam (suhu aksilar >37.5°C) -Pernapasan 50x/menit
- Konjungtiva Anemis -Nadi 140x/menit, lemah dan tidak kuat
angkat
-Dilakukan pengukuran suhu per aksiler
didapatkan suhu 39°C
-Konjungtiva Anemis
Pembahasan
Pemeriksaan Laboratorium/Radiologi : Pemeriksaan Laboratorium/Radiologi pada kasus
- Darah Lengkap :
- Gula Darah Darah Lengkap
- Elektrolit (Na,K,Cl) -Leukosit : 18.600 (leukositosis)
- Serum Zink, dll -Hemoglobin : 9 (Anemia)
- Thorax foto, USG, dll -Trombosit : 460.000 (Trombositosis)
  Kimia Klinik
-GDS : 87 (normal)
-Na : 133 (Hiponatremi)
-K : 4,6 (Normal)
-Cl : 105 (Normal)
Urinalisa
-Berat Jenis : 1,002 (kurang dari normal)
-Warna : Kuning
-Kejernihan : Keruh
-pH : 7
-Sedimen :
Leukosit : 10-15/lpb (pyuria)
Eritrosit : 5-10 /lpb (Hematuria)
Bakteri +2 (adanya infeksi)
Evaluasi Darah tepi
Anemia mikrositik hipokrom
Susp. Anemia defisiensi besi/anemia
penyakit kronik.
 
 
Pembahasan
Penatalaksanaan Gizi Buruk : Rawat Inap 3 fase :
Rawat Inap 3 fase : a. Fase stabilisasi
a. Fase stabilisasi b. Fase Transisi
b. Fase Transisi c. Fase Rehabilitasi
c. Fase Rehabilitasi 10 Langkah tatalaksana anak gizi buruk
10 Langkah tatalaksana anak gizi buruk 1. Hipoglikemi
  2. Hipotermi
3. Dehidrasi
4. Keseimbangan elektrolit
5. Infeksi
6. Pemberian mikronutrien
7. Pemberian makanan
8. Mencapai kejar tumbuh
9. Stimulasi fisik sensoris dan dukungan
emosional
10. Persiapan tindak lanjut pasca perawatan
 
Hubungan PJB dengan Gizi Buruk
•Ada hubungannya, hal ini disebabkan oleh karena pada pjb terjadi intake kalori yang inadekuat,
malabsorpsion, dan tingginya kebutuhan intake kalori. Ketika anak dengan penyakit jantung
bawaan coba diberi asupan makanan, cairan yang berlebih, maka akan menyebabkan gagal
jantung dan menurunkan intake, hasilnya kebutuhan makanan dan cairannya tidak adequat.
•Anak dengan penyakit jantung bawaan juga lebih sering mengalami anoreksia, sehingga asupan
makanan dan minuman yang masuk pun berkurang.
•Dyspneu dan takipneu pada anak dengan penyakit jantung bawaan menyebabkan
kecenderungan anak untuk cepat lelah sehinggan asupannya menurun.
•Pada penyakit jantung bawaan (PDA) yang termasuk acyanotik, dan menyebabkan hipertensi
pulmonar, hal ini mengakibatkan kesulitan bernapas, takipnea, cronic hipoxia, sehingga
menyebabkan anoreksia yang mengakibatkan tidak efisiennya nutrisi pada tingkat seluler.
•Insiden terjadi nya penyakit jantung bawaan yang menyebabkan gizi buruk, 81% mengalami
malnutrisi, 56% mengalami kurang gizi sedang-parah, 56% gagal berkembang
•Sumber : Vara, Birgül. 1999. malnutrition and growth failure in cyanotic and acyanotic
congenital heart disease with and without pulmonary hypertension. Arch Dis Child;81:49–52
Hubungan Anemia defisiensi besi
dengan Gizi Buruk
•Kekurangan zat besi dalam tubuh dapat lebih meningkatkan kerawanan terhadap penyakit
infeksi.
•Balitayang menderita anemia defisiensi besi lebih mudah terserang mikroorganisme, karena
kekurangan zat besi berhubungan erat dengan kerusakan kemampuan fungsional darimekanisme
kekebalan tubuh yang penting untuk menahan masuknya penyakit infeksi.
•Terdapat siklus lingkaran antara malnutrisi, disfungsi kekebalan tubuh, meningkatkan kerentanan
terhadap penyakit menular,dan respon metabolik yang lebih lanjut yang dapat mengubah status
gizi

Sumber : IDAI ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA BAYI DAN ANAK (2013)
Kesimpulan
•Setelah dilakukan Anamnesis, Pemeriksaan Fisik, dan Pemeriksaan Penunjang didapati bahwa
pasien mengalami Gizi Buruk dengan komplikasi.
•Hal ini sesuai dengan kriteria WHO yaitu : pada anak usia 6-59 bulan dengan BB/PB(BB/TB) <-3 SD
atau LiLa <11,5 cm, mengalami gizi buruk ( usia pasien 1 tahun).
•Kemudian Gizi Buruk diikuti dengan komplikasi yaitu adanya Anoreksia, adanya Piting Edema
punggung kaki bilateral(Edema +1), Demam tinggi yang dicurigai terdapat infeksi yang
menyebabkannya, Peningkatan laju pernafasan, dan Adanya Anemia Defisiensi Besi.
•Keadaan pasien yang memiliki penyakit jantung bawaan dalam hal ini PDA (Patent Ductus
Arteriosus) juga dicurigai memiliki hubungan dengan terjadinya Gizi Buruk pada pasien.
•Untuk itu pasien ditatalaksana sesuai dengan tatalaksana anak usi 6-59 dengan Gizi Buruk disertai
dengan Komplikasi.
•Tatalaksana yang diberikan terbagi dalam 3 fase yaitu : Fase stabilisasi, Fase Transisi, Fase
Rehabilitasi
Dan mengikuti 10 langkah tatalaksana anak dengan Gizi Buruk : Hipoglikemi, Hipotermi, Dehidrasi,
Keseimbangan elektrolit, Infeksi, Pemberian mikronutrien, Pemberian makanan, Mencapai kejar
tumbuh, Stimulasi fisik sensoris dan dukungan emosional, Persiapan tindak lanjut pasca perawatan
•Selain itu pasien diberikan tatalaksana simtomatik berupa Antibiotik, karena dari pemeriksaan
fisik ditemukan demam (suhu >39°C), peningkatan Nadi, Laju pernapasan, dan Tekanan darah
dan dari Hasil pemeriksaan lab ditemukan leukositosis, dan adanya bakteri +2 pada pemeriksaan
urinalisa, sehingga dicurigai adanya ISK (Infeksi Saluran Kemih).
•Tatalaksana simptomatik yang diberikan berupa pemberian Antibiotik, Antipiretik
•Pemberian dan pemantauan nutrisi yang sesuai pada anak dengan gizi buruk disertai komplikasi
sangat penting dilakukan, dalam hal ini diberikan F-75 dan RUTF.
•Dalam penatalaksanaan anak dengan Gizi Buruk penting juga monitoring di setiap fase
tatalaksananya
•Sehingga kemajuan dari setiap fasenya dapat dipantau, sehingga pasien yang dirawat inap bisa
dirawat jalan/di rehabilitasi, dan masuk pada fase lanjut.
•Sehingga pasien dapat sehat kembali, dapat tumbuh kembang sesuai umurnya, dan dapat
berkembang dilingkungan keluarga dengan bahagia dan sehat.
Alasan pemberian F-75 pada pasien anak
Gizi Buruk Rawat Inap
Pada fase awal pasien anak Gizi Buruk yang dirawat inap kenapa diberikan F-75 dulu karena,
Tujuan memberikan makanan (Formula 75) pada fase ini adalah agar kondisi anak stabil dulu dan
tujuannya tidak untuk menaikkan berat badan.
Baru setelah diakhir fase stabilisasi, pasien dievaluasi pemberian F-75 (dengan interval 3 jam),
apabila dapat dihabiskan maka diganti dengan F-100.
Kemudian pada tahap selanjutnya fase transisi baru diberikan F-100, dengan tujuan mempersiapkan
anak untuk menerima cairan dan energi lebih besar.
Pada tahap awal penanganan anak gizi buruk yang di rawat inap (fase stabilisasi), dibutuhkan zat
gizi makro dan mikro yang seimbang untuk memastikan kondisi stabil pada balita, maka digunakan
F-75, yang merupakan formulasi rendah protein (pada fase ini protein tinggi dapat meningkatkan
resiko kematian), dan rendah laktosa.
Referensi : WHO. Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. WHO, Jakarta, 2009.
Pedoman Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 2019
https://rsupsoeradji.id/penatalaksaan-gizi-pada-pasien-gizi-buruk/

Anda mungkin juga menyukai