Anda di halaman 1dari 17

CONTEXTUAL TEACHING

AND LEARNING
(CTL)
Disusun Oleh:
Alfi Sahrina
Rio Hermawan
Puspita Ria F
PENDEKATAN KONTEKSTUAL
(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang


diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga
dan masyarakat, dan
pengetahuan diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksikan sendiri
pengetahuan dan keterampilan barunya ketika ia belajar
• Konsep belajar yang melibatkan tujuh komponen utama belajar efekttif
- konstruktivisme (Contructivism)
- bertanya (Questioning)
- menemukan (Inquiry)
- masyarakat belajar (learning
community)
- pemodelan (Modelling)
- refleksi (reflection)
- penilaian sebenarnya (Authentic
Assessment)
konstruktivisme (Contructivism)
Manusia harus mengkonstruksikan pengetahuan itu dan memberi makna melalui
pengalaman nyata

Struktur pengetahuan dikembangkan dalam otak manusia melalui dua cara, yaitu
asimilasi atau akomodasi
Menemukan (Inquiry)
Langkah-langkah kegiatan menemukan
(Inkuiri)
• Merumuskan masalah
• Mengamati atau melakukan observasi
• Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel,
dan karya lainnya
• Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas,
guru, atau audien yang lain
Nilai positif belajar penemuan
• Pengetahuan bertahan lama dan lebih mudah diingat
• Konsep atau prinsip yang ditemukan lebih mudah diterapkan pada situasi-
situasi baru
• Meningkatkan penalaran dan kemampuan untuk berpikir secara bebas
• Melatih keterampilan kognitif siswaq untuk menemukan dan memecahkan
masalah tanpa pertolongan orang lain
• Membangkitkan keingintahuan siswa
• Memberi motivasi untuk bekerja terus sampai menemukan jawabannya
Bertanya (Questioning)
Kegiatan bertanya berguna untuk
• Menggali informasi
• Mengecek pemahaman siswa
• Membangkitkan respon kepada siswa
• Mengetahui sejauhmana keingintahuan siswa
• Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa
• Memfokuskan perhatian siswa
• Membangkitkan lebih banyak pertanyaan
• Menyegarkan kembali pengetahuan siswa
masyarakat belajar (learning
community)
• Hasil belajar diperoleh dari kerjasama dengan orang lain
• Hasil belajar diperoleh dari “sharing” antar teman/kelompok
• Pembelajaran dilaksanakan dalam kelompok, yang pandai membantu yang lemah
• Kolaborasi dengan mendatangkan “ahli”
• Masyarakat belajar dapat terjadi jika ada proses komunikasi dua arah
• Setiap orang dapat menjadi sumber belajar
pemodelan (Modelling)

Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu , ada model


yang bisa ditiru, sebagai model bisa guru, siswa atau orang lain/luar
Refleksi
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke
belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu
Realisasinya :
• pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh hari itu
• catatan atau jurnal di buku siswa
• kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu
• diskusi
• hasil karya
penilaian sebenarnya (Authentic
Assessment)
Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang dapat memberikan
gambaran perkembangan belajar siswa yang akan dipakai oleh guru untuk
mengetahui apakah proses pembelajaran yang dialami benar
Autehentic Assessment
Menekankan ”apakah anak-anak belajar”, bukan “apa yang sudah diketahui”
Sasaran penilaian sebagai dasar menilai
prestasi siswa
1. Proyek/kegiatan dan laporannya
2. Pekerjaan Rumah
3. Kuis
4. Karya siswa
5. Presentasi atau penampilan siswa
6. Demonstrasi
7. Laporan
8. Jurnal
9. Hasil Tes tertulis
10. Karya Tulis
Lima Elemen Pembelajaran Kontekstual
1. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge)
2. Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan
detailnya
. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) yaitu
dengan cara menyusun :
a. konsep sementara (hipotesis)
b. melakukan sharing untuk validasi
c. revisi konsep dan pengembangan
4. Mempraktekkan pengetahuan dan
pengalaman tersebut (applying
knowledge)
5. Melakukan refleksi (reflecting
knowledge) terhadap strategi
pengembangan pengetahuan tersebut
Karakteristik Pembelajaran
• Kerja sama
• Saling menunjang/mendukung
• Menyenangkan, tidak membosankan
• Belajar dengan bergairah
• Pembelajaran terintegrasi
• Menggunakan berbagai sumber
• Siswa aktif
• Berbagi dengan teman
• Siswa kritis, guru kreatif
• Dinding kelas & lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor, dll
• Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa
dll
Kelemahan

1. Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL. Guru tidak lagi berperan sebagai pusat
informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan
pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang.
Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang
dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ” yang memaksa kehendak
melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.

2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak
siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk belajar.
Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar
tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.
Kelebihan

1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan
antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan
dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu
akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori
siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.

2. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena
metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk
menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar
melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.

Anda mungkin juga menyukai