pada bladder yang mungkin dapat/tidak dapat menyebabkan ruptur bladder Etiologi dan faktor resiko
Kandung kencing yang penuh dengan urine
dapat mengalami rupture oleh tekanan yang kuat pada perut bagian bawah Manifestasi klinik
Trauma bladder selalu menimbulkan nyeri pada abdomen
bawah dan hematuria. Jika klien mempunyai riwayat trauma pada abdomen, itu merupakan faktor predisposisi trauma bladder. Klien dapat menunjukkan gejala kesulitan berkemih. Test diagnostik pada trauma bladder meliputi IVP dengan lateral views atau CT scan saat bladder kosong dan penuh, atau csytogram. Jika darah keluar dari meatus, disrupsi uretral mungkin telah terjadi. Pada kasus ini, klien tidak boleh dikateterisasi Manajemen medis
Tindakan pertama pada trauma bladder
adalah insersi kateter foley atau kateter suprapubik untuk memonitor hematuria dan menjaga agar bladder tetap kosong sampai sembuh. Cidera karena contusio atau perforasi kecil dapat diperbaiki dengan pembedahan. Manajemen keperawatan
Pengkajian terhadap klien yang dicurigai
mengalami trauma bladder merupakan hal yang penting. Perawat harus selalu memonitor urine output klien untuk mengetahui jumlah atau adanya hematuria. Perawat harus mencatat penurunan urine output yang berhubungan dengan intake cairan klien. Insersi kateter harus dilakukan secara hati-hati pada klien yang dicurigai mengalami trauma bladder. Manajemen keperawatan pada klien bedah Pada pasien post operative, perawat harus mempertahankan drainase urine untuk mencegah tekanan pada jaritan kandung kemih. Karena klien memakai cateter uretra atau suprapubik maka penting diberikan informasi kepada klien tentang perawatan kateter. Kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan perawatan dirinya harus ditingkatkan sehingga mampu merawat dirinya di rumah. Rujuk untuk perawatan setelah keteter dicabut. Berikan pula informasi mengenai latihan untuk memulihkan fungsi otot-otot kandung kemih. TRAUMA URETRA
Uretra, sama seperti bladder,
dapat mengalami cidera/trauma karena fraktur pelvic.. Etiologi
Terjatuh dengan benda membentur
selangkangan (stradle injury) dapat menyebabkan contusio dan laserasi pada uretra. Misalnya saat jatuh dari sepeda. Trauma dapat juga terjadi saat intervensi bedah. Luka tusuk dapat pula menyebabkan kerusakan pada uretra. Tanda dan gejala Kerusakan uretra ini diindikasikan bila pasien tidak mampu berkemih, penurunan pancaran urine, atau adanya darah pada meatus. Karena kerusakan uretra, saat urine melewati uretra, proses berkemih dapat menyebabkan ekstravasasi saluran urine yang menimbulkan pembengkakan pada scrotum atau area inguinal yang mana akan menyebabkan sepsis dan nekrosis. Darah mungkin keluar dari meatus dan mengekstravasasi jaringan sekitarnya sehingga menyebabkan ekimosis Komplikasi
Komplikasi dari trauma uretra adalah
terjadinya striktur uretra dan resiko impotent. Impotensi terjadi karena corpora kavernosa penis, pembuluh darah, dan suplay syaraf pada area ini mengalami kerusakan. Penatalaksanaan Penatalaksanaan trauma uretra meliputi pembedahan dengan pemakaian kateter uretra atau suprapubik sebelum sembuh, atau pemasangan kateter retra/suprapubik dan membiarkan urethra sembuh sendiri selama 2 – 3 minggu tanpa pembedahan. Selama periode tersebut pasien dimonitor untuk terjadinya infeksi atau ekstravasasi urine. TRAUMA URETER
Lokasi ureter berada jauh di dalam rongga
abdomen dan dilindungi oleh tulang dan otot, sehingga cidera ureter karena trauma tidak umum terjadi. Etiologi
Cidera pada ureter kebanyakan terjadi karena pembedahan.
Perforasi dapat terjadi karena insersi intraureteral kateter atau instrumen medis lainnya. Luka tusuk dan tembak juga dapat juga membuat ureter mengalami trauma. meskipun tidak umum, tumbukan atau decelerasi tiba-tiba seperti pada kecelakaan mobil dapat merusak struktur ureter. Tindakan kateterisasi ureter yang menembus dinding ureter atau pemasukan zat asam atau alkali yang terlalu keras dapat juga menimbulkan trauma ureter. Diagnosa Trauma ini kadang tidak ditemukan sebelum manifestasi klinik muncul. Hematuria dapat terjadi, tapi indikasi umum adalah nyeri pinggang atau manifestasi ekstravasasi urine. Saat urine merembes masuk ke jaringan, nyeri dapat terjadi pada abdomen bagian bawah dan pinggang. Jika ekstravasasi berlanjut, mungkin terjadi sepsis, ileus paralitik, adanya massa intraperitoneal yang dapat diraba, dan adanya urine pada luka terbuka. IVP dan ultrasound diperlukan untuk mendiagnose trauma ureter ini. Penatalaksanaan medis
Pembedahan merupakan tindakan utama
untuk memperbaiki kerusakan, mungkin dengan membuat anastomosis. Kadang- kadang prosedur radikal seperti uterostomy cutaneus, transureterotomy, dan reimplantasi mungkin dilakukan. DIAGNOSA PERAWATAN Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya stoma, aliran/rembesan urine dari stoma, reaksi terhadap produk kimia urine. Gangguan body image berhubungan dengan adanya stoma, kehilangan kontrol eliminasi urine, kerusakan struktur tubuh ditandai dengan menyatakan perubahan terhadap body imagenya, kecemasan dan negative feeling terhadap badannya. Nyeri berhubungan dengan disrupsi kulit/incisi/drains, proses penyakit (cancer/trauma), ketakutan atau kecemasan ditandai dengan menyatakan nyeri, kelelahan, perubahan dalam vital signs. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan inadekuatnya pertahanan tubuh primer (karena kerusakan kulit/incisi, refluk urine). Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan trauma jaringan, edema postoperative ditandai dengan urine output sedikit, perubahan karakter urine, retensi urine. Resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan gangguan struktur body dan fungsinya, response pasangan yang tidak adekuat, disrupsi respon seksual misalnya kesulitan ereksi. Deficit pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk menangkap informasi, misinterpretasi terhadap informasi ditandai dengan menyatakan miskonsepsi/misinterpretasi, tidak mampu mengikuti intruksi secara adekuat.