PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki wilayah yang sangat luas
dan terletak pada posisi silang antara dua benua besar dan dua samudera besar,
Indonesia juga berada di atas lempeng benua yang masih aktif serta Indonesia adalah
negara yang masih dijejeri oleh barisan gunung api yang masih aktif, sehingga
Indonesia sering sekali disapa dengan negara yang sangat akrab dengan bencana.
benua Asia dan Australia dan di tengah dua samudera mengakibatkannya rawan
terhadap bencana. Pengaruh iklim, badai tropis, dan arus laut akan berpengaruh
tsunami.
2. Faktor Geologi
Dari sisi geologi, Indonesia juga merupakan kawasan yang rawan terhadap
dan saling bergeser. Kondisi ini mengakibatkan penumpukan energi yang jika
beraliran deras. Curah hujan di Indonesia sebagai suatu kawasan tropis juga
tergolong tinggi, khusunya dimusim penghujan. Kondisi ini menimbulkan
kebijakan dan administrasi publik sangatlah besar. Bencana alam yang terjadi pada
masa dekade ini bukan dilihat dari apa penyebab dari bencananya namun dilihat dari
September 2009 dengan kekuatan 7,6 Skala Richter (SR). Kerusakan yang terjadi
tersebar di 13 dari 19 kabupaten/ kota dan memakan korban jiwa lebih dari 1.100
jiwa. Darah yang terdampak paling parah ialah Kota Padang, Kota Pariaman dan
mencapai Rp 21, 6 triliun. Kerusakan yang terjadi disebabkan oleh struktur bangunan
yang relative lemah, dan kerusakan terjadi pada jalan-jalan sehingga akses
Pada saat gempa terjadi, sistem peringatan dini daerah walau telah dibantu
oleh BMKG dengan radio internet dan sirine, masih belum mampu dimanfaatkan
secara optimal oleh pemerintah daerah. Kondisi ini dapat dilihat dari tidak siapnya
masyarakat. Kondisi ini disebabkan karena tidak mencukupinya sistem dan saluran
Kepulauan Mentawai dengan kekuatan 7,2 SR pada tanggal 25 Oktober 2010 memicu
Sipora selatan, kecamatan Pagai Selatan, Kecamatan Pagai Utara dan kecamatan
Sikakap. Menurut informasi dari posko BNPB dan Pusat Pengendalian Operasional
gempa bumi dan tsunami tersebut telah mengakibatkan korban jiwa sebanyak 509
sebanyak 11.425 jiwa. Berdasarkan penilaian kerusakan dan kerugian yang dilakukan,
jumlah rumahrusak sebanyak 1.269 unit rumah, dengan rincian kerusakan meliputi
879 unit rumah rusak berat, 116 unit rumah rusak sedang, dan 274 unit rumah rusak
pengurangan dampak buruk dan kerugian yang terjadi pada saat terjadi bencana
bermacam-macam. Mulai dari bantuan yang diberikan secara langsung maupun tidak
menimbulkan kerentanan.
tsunami pada upaya mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat dan pemulihan telah
masyarakat pada fase tanggap darurat dan pemulihan bencana gempabumi dan
sejak tahun 2007 dan ditetapkan pada tahun 2008 untuk periode 2008-2012. Namun,
bencana tidak tercapai optimal. Oleh karena itu, penyempurnaan terhadap RPB ini
sangat penting mengingat beberapa ahli gempa percaya bahwa masih terdapat potensi
untuk terjadinya gempa yang lebih besar di Sumatera Barat dengan kekuatan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pelaksanaan Kebijakan
Menurut Abdullah (1987, 398) terdapat tiga unsur penting dalam proses
grup, yaitu kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dan diharapkan akan
menerima manfaat dari kebijakan tersebut dalam bentuk perubahan dan peningkatan,
dan 3) Unsur pelaksana baik organisasi maupun perorangan yang bertanggung jawab
dari Tarigan, 2000, 19) dapat dijelaskan bahwa dalam Pelaksanaan atau implementasi
program terdiri dari tiga elemen yaitu program itu sendiri, kelompok sasaran atau
program dapat dikatakan berhasil jika memenuhi tiga elemen implementasi program
di atas. Yang pertama, yaitu kesesuaian antara program dengan apa yang dibutuhkan
organisasi pelaksana, yaitu kesesuaian antara tugas yang disyaratkan oleh program
diputuskan untuk dapat memperoleh output program dengan apa yang dapat dilakukan
B. Bencana
UU No. 24 tahun 2007 mendefinisikan bencana sebagai peristiwa atau
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Sementara Asian Disaster
Preparedness Center (ADPC) mendefinisikan bencana dalam formulasi The serious
environmental losses, which exceed the ability of the affected communities to cope
yaitu:
a. Terjadinya peristiwa atau gangguan yang mengancam dan merusak
(hazard).
b. Peristiwa atau gangguan tersebut mengancam kehidupan, penghidupan,
Bencana dapat terjadi, karena ada dua kondisi yaitu adanya peristiwa atau
masyarakat. Bila terjadi hazard, tetapi masyarakat tidak rentan, maka berarti
kondisi masyarakat rentan, tetapi tidak terjadi peristiwa yang mengancam maka tidak
C. Penanggulangan Bencana
Kesadaran akan pentingnya upaya pengurangan risiko bencana mulai muncul
dalam Hadi Purnomo tahun 2010, mendefinisikan pengelolaan bencana sebagai suatu
ilmu pengetahuan terapan (aplikatif) yang mencari, dengan observasi sistematis dan
terancana.
Di dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi. Undang-Undang No. 24 tahun 2007 tentang
pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. Dalam Pasal 3 ayat (1)
Diamanatkan kembali pada pasal 6 bahwa setiap Provinsi wajib menyusun Rencana
penanggulangan encana terdiri dari beberapa fase, yaitu fase pencegahan dan mitigasi,
dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak
(BMKG). Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan
bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan
gelombang seismik. Gempa Bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak Bumi
(lempeng Bumi). Frekuensi suatu wilayah, mengacu pada jenis dan ukuran gempa
Bumi yang di alami selama periode waktu. Gempa Bumi diukur dengan menggunakan
oleh tekanan yang disebabkan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama
tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan
tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itulah
gempa Bumi akan terjadi. Gempa Bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan-
dalam kemungkinan besar terjadi karena materi lapisan litosfer yang terjepit
(wikipedia.org).
Pengertian gempa bumi adalah sebuah fenomena alam berupa getaran yang
dirasakan pada permukaan bumi yang terjadi karena gelombang seismik dari dari
sumber gempa pada lapisan kulit bumi. Penyebab gempa bumi adalah guncangan
yang terjadi pada permukaan bumi yang diakibatkan oleh pelepasan energi dari
dalam pusat gempa bumi secara tiba-tiba. Getaran tersebut dapat diukur besar
dll)
3. Faktor-faktor yang mengakibatkan kerusakan akibat Gempa Bumi
a. Kekuatan gempabumi
b. Kedalaman gempabumi
c. Jarak hiposentrum gempabumi
d. Lama getaran gempabumi
e. Kondisi tanah setempat
f. Kondisi bangunan
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Kebijakan Penanggulangan Bencana Provinsi Sumatera Barat
(2008 - 2012).
yang ditetapkan dengan Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 115 Tahun 2008,
1. Mendirikan BPBD Prov. Sumbar dengan sumber daya yang memadai dan
dalam PB.
system peringatan dini bencana yag handal dan responsive bagi masyarakat.
serta sektor swasta dari seluruh wilayah di Sumatera Barat memberikan kesempatan
Penanggulangan Bencana.
Sedangkan dalam lingkup pemerintahan kota / kabupaten, KPB ini dapat dijadikan
fungsional. Selain lembaga pemerintah, sumber daya yang turut berperan dalam
dan internasional.
Dari lingkup fase bencana yang dibahas, KPB ini membahas seluruh tahapan
kesiapsiagaan, fase tanggap darurat dan fase pemulihan bencana. Untuk melihat
efesiensi dan efektifitas sebuah sistem maka perlu dilakukan evaluasi terhadap
efektifitas implementasi dari sistem tersebut. Dalam kajian ini terdapat sejumlah
aspek yang digunakan dan hasil dari evaluasi atas implementasi tersebut dapat dilihat
Efektifitas dari aspek kebijakan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
No Aspek Hasil
kelembagaan.
diterapkan di daerah.
No Aspek Hasil
kontraproduktif)
penanggulangan
bencana
Sumatera Barat.
bencana . Tujuan utamanya untuk mengurangi resiko fatal dibidang social, ekonomi
dan juga lingkungan alam serta penyebab pemicu bencana. Ini merupakan bentuk
tanggung jawab dan perkembangan dari agen sejenis Badan Penyelamat, dan
kegiatan organisasi ini, tidak hanya melakukannya secara musiman pada saat terjadi
instansi terkait).
3. Menyusun Rencana Kontijensi untuk menilai kebutuhan sumber daya dan
logistik.
4. Perencanaan dan penerapan aturan penataan ruang dengan perspektif PB.
5. Menyempurnakan aturan PB dengan meningkatkan keterlibatan semua SKPD,
stakeholder.
6. Sosialisasi tentang PB perlu lebih diperluas, baik tentang peraturan yang ada
geografis daerah.
8. Membuat rencana pemulihan dengan relokasi dan penyiapan alternatif mata
pencaharian.
9. Melakukan pengawasan terhadap kegiatan pemulihan.
kerentanankerentanan utama.
4. Kebijakan Memperkuat dokumen Kajian Risiko Daerah Provinsi Sumatera
Barat
5. Kebijakan Menerapkan metode riset untuk kajian tentang kebencanaan di
bencana
9. Kebijakan Menyediakan prosedur yang relevan untuk melakukan tinjauan
mengurangi risiko bencana, dimana alternaltif ini digunakan untuk antisipasi dari
semua bencana yang terjadi di wilayah Provinsi Sumatera Barat. Alternaltif kebijakan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
(RPB Sumbar) yang ditetapkan dengan Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor
115 Tahun 2008. Dalam kebijakan Penanggulangan Bencana yang telah ditetapkan
berbagai organisasi pemerintah dan non-pemerintah serta sektor swasta dari seluruh
kerentanankerentanan utama.
Barat.
bencana.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BNPB, Bappenas, and the Provincial and District/City Governments of West Sumatra and
Jambi and international partners, a joint report. West Sumatra and Jambi Natural
Jones, Charles O. 1991. Pengantar Kebijakan Publik (Public Policy). Jakarta: Rajawali
Natawidjaja, Danny Hilman, dkk, Studi Gempa Bumi Dan Tsunami Di Sumatra: Analisis
Purnomo, Hadi dan Ronny Sugiantoro. 2010. Manajemen Bencana. Yogyakarta: Media
Pressindo
Bencana
Peraturan Gubernur Provinsi Sumatera Barat Nomor 115 Tahun 2008 tentang Rencana
Bencana.
Bencana.
Peraturan Gubernur Provinsi Sumatera Barat Nomor 115 Tahun 2008 tentang Rencana
Disusun Oleh :
KELOMPOK 7
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
JUNI 2014