Slid Lapkas FM Kitaaa
Slid Lapkas FM Kitaaa
Oleh
Raiyan Fairozi
Ichsan
Siti Bellia Arafah
Rika Asmasari
Cut Nabela Maracilu
Pembimbing :
dr. T.M.Thaib,M.Kes.Sp.A(K)
02/27/2021 1
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Keluhan Tambahan
• Pasien datang ke Puskesmas diantar oleh ibunya dengan keluhan berat badan yang
tidak naik. Ibu pasien tidak mengetahui pasti sejak kapan hal ini sudah dialami pasien,
namun disadari ibu pasien sekitar 1 bulan yang lalu karena melihat anaknya sangat
kurus dibandingkan dengan anak seusianya. Pasien sering menderita batuk dan pilek
sejak beberapa bulan terakhir. Batuk awalnya kering kemudian saat ini sudah berdahak.
Dahak sulit dikeluarkan. Selain itu, demam yang hilang timbul dialami pasien hampir
setiap bulan dan tidak disertai menggigil. Demam turun dengan obat penurun panas
yang dibeli ibu pasien di apotek. Saat ini pasien tidak demam. Nafsu makan sangat
kurang. BAB jarang, 2-3 hari sekali. Bila BAB, tampak BAB berwarna coklat dengan
konsistensi lunak. Kemampuan minum pasien sekitar 1,5 aqua gelas per hari (±350 cc).
BAK tidak ada keluhan. BAK terakhir pukul 07.00 WIB berwarna warna kuning sebanyak
sekitar satu aqua gelas. Nyeri perut tidak ada. Mual dan muntah tidak ada.
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Kehamilan
• Prenatal
• Selama hamil ibu rutin melakukan ANC ke Puskesmas. Menurut ibu pasien,
selama hamil ibu sering stres dan merasa lemas karena nafsu makan ibu
menurun. Riwayat demam tinggi, sesak napas, trauma, Hipertensi dan DM
disangkal. Riwayat konsumsi obat-obatan atau jamu selama hamil tidak ada.
• Natal
• Pasien merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Pasien lahir cukup
bulan sesuai masa kehamilan secara pervaginam dengan berat badan lahir
2600 gram di bidan kampung. Pasien segera menangis kuat saat lahir,
kemerahan, tidak dijumpai ujung-ujung jari kebiruan dan mata yang kuning
pada pasien.
• Postnatal
• Semenjak balita, pasien sering batuk pilek dan demam yang hilang timbul.
Pasien mengalami sulit BAB semenjak diberikan susu formula.
5
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Keluarga
• Keluarga pasien tidak ada mengalami keluhan yang sama. Riwayat hipertensi,
diabetes mellitus, dan penyakit kronik lainnya dalam keluarga disangkal.
Riwayat obat
• Sanmol sirup
6
ANAMNESIS
Riwayat Imunisasi
Riwayat Makanan
Keadaan Kesadaran: HR : RR : T:
umum : Compos 123x/ 23x/ 36,90C
Baik Mentis menit menit
8
PEMERIKSAAN FISIK
Normocephali
Rambut hitam, tipis dan tidak
mudah rontok.
Aspek Personal
Pasien datang dengan keluhan berat badan yang tidak naik, batuk dan pilek, nafsu
makan sangat kurang, BAB jarang, dan riwayat demam yang hilang timbul.
Aspek Klinik
Gizi Kurang
Aspek Resiko Internal
Pasien malas makan dan minum.
Aspek Resiko Eksternal
Kebersihan dan sanitasi di lingkungan sekitar pasien kurang baik, keluarga pasien
kurang mampu untuk membelikan makanan yang bergizI.
Derajat Fungsional
Derajat 1, dimana pasien tidak mengalami keterbatasan fungsi.
PENATALAKSANAAN
Health promotion :
Pasien dianjurkan untuk diberikan makanan yang bervariasi,
seimbang antara kandungan protein, lemak, vitamin dan
mineralnya, perbandingan komposisinya. Makanan dalam
jumlah sedikit tetapi sering. Pasien dianjurkan pula untuk
derikan kapsul vitamin A dan imunisasi lengkap sesuai jadwal.
Spesific Protection :
Oleh karena pasien gizi kurang, maka pasien dianjurkan rajin
menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti
program posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai
dengan standar. Jika tidak sesuai, segera konsultasi dengan
petugas kesehatan
PENATALAKSANAAN
Promt Treatment
Larutan gula pasir oral
Deksametason, CTM, Vitamin C
Disability Limitation
Pasien tidak mengalami disability limitation.
Rehabilitation
Pada pasien ini belum perlu dilakukan rehabilitasi.
PROGNOSIS
Status gizi merupakan keadaan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi
Status yang diperlukan tubuh untuk tumbuh kembang terutama untuk anak balita, aktivitas,
pemeliharan kesehatan, penyembuhan bagi mereka yang menderita sakit dan proses
gizi biologis lainnya di dalam tubuh
• Faktor eksternal
• Pendapatan masalah gizi
• Pengetahuan
Faktor yang • Pekerjaan
• Budaya
mempengaruhi
status gizi •
•
Faktor internal
Usia
• Kondisi fisik
• Infeksi
EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan hasil Riset Sepertiga anak Indonesia usia
Kesehatan Dasar (Riskesdas dibawah lima tahun mempunyai
tahun 2010), persentase BBLR di status gizi stunting atau pendek,
Indonesia sebesar 8,8 persen, lebih dari seperlima anak sudah
anak balita pendek sebesar 35,6 mengalami stunting pada usia 0-5
persen, anak balita kurus sebesar bulan, mencapai puncaknya pada
13,3 persen, anak balita gizi usia antara 2-3 tahun, yaitu lebih
kurang sebesar 17,9 persen dari 40%
Nafsu makan sangat kurang. BAB jarang, Kekurangan gizi terjadi akibat masukan kalori
2-3 hari sekali. Bila BAB, tampak BAB yang sedikit, pemberian makanan yang tidak
berwarna coklat dengan konsistensi sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari
lunak. Kemampuan minum pasien sekitar ketidaktahuan orang tua si anak, misalnya
1,5 aqua gelas per hari (±350 cc). pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu
encer.
Kasus Teori
Anamnesis: Penyapihan yang terlalu dini desertai dengan
Riwayat pemberian makan pasien yakni 0 pemberian makanan tambahan yang kurang
hari – 5 bulan: ASI, 5 bulan – 2 tahun: ASI menjadi faktor risiko anak akan mengalami
+ susu formula, 2 tahun-sekarang: susu kekurangan gizi.
formula + nasi biasa (makanan keluarga).
Pemeriksaan antropometri menunjukkan
BB/TB = -3 s/d <-2 SD yang berarti pasien
mengalami gizi kurang. Berikut klasifikasi klinis
status gizi menurut WHO.
Klinis Antropometri
Gizi Buruk Tampak sangat kurus dan atau edema pada < -3 SD **)
kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh
Gizi Kurang Tampak Kurus -3 SD - < -2 SD
Gizi Baik Tampak Sehat -2 SD -2 SD
Gizi Lebih Tampak Gemuk >2 SD
Kasus Teori
Anamnesis: Zat gizi mikro yang dapat diberikan untuk
Pengobatan terhadap kekurangan gizi mengatasi kekurangan gizi, yakni multivitamin,
ditujukan untuk menambah zat gizi yang asam folat, ferosulfat dan vitamin A dengan
kurang, namun dalam prosesnya dosis sebagai berikut.
memerlukan waktu. Pada pasien ini
diberikan larutan gula saat di puskesmas
dan kepada ibu pasien diberikan edukasi
mengenai pemberian makan pada pasien
dan kebersihan lingkungan, serta
disarankan untuk melengkapi imunisasi
pasien.
• Faktor yang mempengaruhi secara langsung dari status gizi adalah asupan makanan
dan infeksi.
• Pengaruh yang tidak langsung dari status gizi ada tiga faktor yaitu ketahanan
pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, dan lingkungan kesehatan yang tepat,
termasuk akses terhadap pelayanan kesehatan.
• Penanganan terhadap kekurangan gizi ditujukan untuk menambah zat gizi yang
kurang, namun dalam prosesnya memerlukan waktu.
THANK YOU
02/27/2021 32