Anda di halaman 1dari 22

KEKERASAN TUMPUL DI KEPALA

KAITAN
DENGAN DERAJAT LUKA
Here is where your presentation begins
Definisi
Mercury is the closest planet to the Sun and the smallest
one in the Solar System—it’s only a bit larger than our
Moon. The planet’s name has nothing to do with the liquid
metal, since it was named after the Roman messenger god
Epidemiologi
Setiap tahun, 1,4 juta orang di seluruh dunia kehilangan nyawa mereka akibat kekerasan. Kekerasan adalah
penyebab utama kelima kematian di dunia, dan pada orang yang berusia di bawah 40 tahun, ini adalah
penyebab utama kematian.1 Korban yang meninggal akibat kekerasan, 56% meninggal dengan tangan mereka
sendiri, dan 33% ditimbulkan oleh orang lain.4 Lebih dari 90% kematian terkait kekerasan terjadi di negara
berpenghasilan rendah dan menengah.

Jenis luka terbanyak yang dialami penduduk akibat kekerasan tumpul adalah luka lecet atau memar (70,9%),
dan luka robek (23,2%). Urutan proporsi terbanyak untuk tempat terjadinya kekerasan tumpul, yaitu di jalan
raya (42,8%), rumah (36,5%), area pertanian (6,9%), dan sekolah (5,4%). Proporsi terbanyak terjadi pada
umur 15-24 tahun, laki-laki, tamat SMA dan status pegawai. 4 Ekstremitas adalah bagian yang paling sering
terkena kekerasan pada semua kelompok usia, pada laki-laki dan perempuan.
Jenis-Jenis Kelainan pada Kepala akibat Kekerasan Tumpul

Kulit dapat L. Lecet, L. Memar ,L. Robek


01 menyebabkan
Tengkorak dapat Fraktur Basis Cranii
02 Fraktur Calvaria
terjadi
Contusio Cerebri, Laceratio Cerebri , Oedema
03 Otak Cerebri , Commotio Cerebri

Epidural Haemorrhage , Sub dural


Haemorrhage , Sub arachnoid
04 Selaput Otak
Haemorrhage
Trauma Cranium (Tulang Tengkorak)

● Gambaran fraktur, dibedakan atas :

○ Linier

○ Diastase

○ Comminuted

○ Depressed

● Lokasi anatomis, dibedakan atas :

○ Konveksitas (kubah tengkorak)

○ Basis cranii (dasar tengkorak)

● Keadaan luka, dibedakan atas :

○ Terbuka

○ Tertutup
Gambaran fraktur
dibedakan atas:

Fraktur Linier Fraktur Diastase Fraktur Comminuted Fraktur Deppressed


Garis fraktur tunggal Fraktur yang terjadi pada Fraktur yang
pada tengkorak yang sutura tulang tengkorak, menyebabkan terjadinya Disebababkan oleh
meliputi seluruh dan berakibat terjadinya lebih dari satu fragmen benturan dengan beban
ketebalan tulang. pemisahan sutura kranial patahan tulang, namun tenaga yang lebih besar
Umumnya disebabkan tersebut. Fraktur ini masih dalam satu daripada fraktur linier,
oleh benturan dengan sering terjadi pada anak bidang. dengan permukaan
objek yang keras dengan di bawah usia 3 tahun benturan yang lebih
ukuran sedang, yaitu kecil. Seperti martil dll.
dengan luas lebih dari 5
cm2
Lokasi anatomis
dibedakan atas:
Konveksitas (kubah tengkorak) Basis cranii (dasar tengkorak)
● Fraktur yang terjadi pada tulang-tulang ● Fraktur yang lokasinya terletak pada dasar
yang membentuk konveksitas (kubah) cranium, yang dapat terjadi pada fossa
tengkorak seperti os frontalis, os aterior, fossa media, maupun fossa
temporalis, os parietalis, dan os occipitalis. posterior. Fraktur jenis ini merupakan
Fraktur konveksitas dapat berupa fraktur kondisi yang serius, dapat berakibat fatal,
linier, deppressed, kominutif, atau diastase. dan memiliki komplikasi yang tidak
ringan. Beberapa literatur memberikan
perkiraan kasus fraktur basis cranii
mencapai 3 - 24 % dari total seluruh kasus
cedera kepala.
Fraktur pada masing-masing fossa akan memberikan manifestasi berbeda:

Fraktur Basis Cranii Fraktur Basis Cranii Fraktur Basis Cranii


Fossa Anterior Fossa Media Fossa Posterior
Bagian anterior langsung
berbatasan dengan fossa
Fossa anterior dibatasi anterior sedangkan Fossa posterior
oleh os sphenoid, bagian Fossa posterior
merupakan dasar dari
BATASAN processus clinoidalis dibatasi oleh pyramida
kompartemen
anterior dan jugum petrosus os temporalis,
processus clinoidalis infratentorial
sphenoidalis
posterior dan dorsum
sella

ekimosis pada mastoid memberikan tanda


rhinorea cairan (battle’s sign) yang muncul battle’s sign, akan tetapi
serebrospinal, hematoma 24-48 jam setelah cedera sering tidak disertai
subkonjungtiva, dan kepala terjadi, otorhea, dan dengan gejala dan tanda
MANIFESTASINYA ekimosis periorbita, bisa hemotimpanum yaitu darah yang jelas, dan dapat
bilateral, biasa disebut yang dijumpai pada canalis menimbulkan kematian
sebagai brill hematoma auricularis eksterna, dapat dalam waktu singkat
atau raccoon eyes. terjadi bila membran karena penekanan
timpani robek terhadap batang otak
Trauma Serebrum ( Cedera Otak )
1. Kerusakan Primer b. Kerusakan Difus

a. Kerusakan Fokal ● Diffuse Axonal Injury (DAI)

● Kontusio serebri ● Diffuse Vascular Injury (DVI)

● Laserasi serebri 2. Kerusakan Sekunder


● Perdarahan intrakranial ● a. Kerusakan hipoksik – iskemik menyeluruh ( Diffuse
hypoxic-ischemic damage)
1) Hematoma Epidural
● b. Edema otak menyeluruh (Diffuse brain swelling)
2) Hematoma Subdural

3) Hematoma Sub Arachnoid

4) Hematoma intraserebri

5) Hematoma intraserebri
Luka Akibat Trauma Tumpul

Memar (Kontusio) Luka Lecet (Abrasi) Luka Robek (Lacerasi)


Mercury is the closest Venus has a beautiful name, Despite being red, Mars is
planet to the Sun but it’s quite hot actually a cold place

Fraktur Kompresi Perdarahan


It’s a gas giant and the Yes, this is the ringed one. Neptune is the farthest
biggest planet of them all It’s a gas giant planet from the Sun
Derajat Luka ringan
Luka
Luka sedang

Luka berat
Pemeriksan Forensik dan Laboratorium Sederhana

Pemeriksaan Forensik pada Korban Mati


Pemeriksaan luar jenazah dibagi dalam 3
(tiga) kelompok besar pemeriksaan,

Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan tanda-


Identifikasi Tanatologi tanda kekerasan
Pemeriksaan Identifikasi
• Label jenazah dari kepolisian.
• Pembungkus/ penutup jenazah.
• Pakaian.
• Perhiasan.
• Benda disamping jenazah.
• Identifikasi umum.
• Identifikasi khusus.
• Semua properti jenazah dimasukan ke
dalam plastik
• Semua properti jenazah dicatat ulang di
buku serah terima barang bukti
Pemeriksaan Tanatologi
1. Lebam mayat
2. Kaku mayat
3. Perubahan pada mata
4. Pembusukan
Pemeriksaan tanda-tanda kekerasan
1. Periksa dan temukan luka-luka dan patah tulang.
2. Foto kondisi luka sebelum dan sesudah dibersihkan.
3. Foto kondisi luka dari jarak jauh dan jarak dekat dengan memperhatikan anatomical
landmark.
4. Amati luka dan catat.
5. Deskripsikan lokasi luka, koordinat luka, jenis luka, gambaran luka, dan ukuran luka.
6. Bila perlu deskripsikan sekitar luka: apakah terdapat luka- luka lain atau hal-hal lain.
7. Temukan patah tulang tertutup dengan cara memeriksa tulang-tulang apakah terdapat
kelainan bentuk (deformitas), pemendekan, bengkak, memar, krepitasi, dan false
movement saat tulang digerakkan.
8. Temukan patah tulang terbuka.
9. Tentukan lokasi patah tulang.
10. Foto dan catat.
Pemeriksaan
Forensik pada
Korban Hidup
Pemeriksaan Korban Kekerasan Fisik
• Pemeriksaan korban kekerasan fisik meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan fisik lokal, dan
pemeriksaan penunjang bila diperlukan. Semua data yang diperoleh dicatat dalam formulir kekerasan fisik yang
telah ditentukan dan dilakukan fotografi forensik.

• Khusus untuk korban kekerasan fisik pada anak dilakukan serangkaian tindakan-tindakan medis yang mengacu
kepada standar penanganan korban kekerasan fisik pada anak dari WHO, yakni:

• Penggalian riwayat
• Pemeriksaan fisik yang menyeluruh
• Pemeriksaan faal hemostasis untuk menyingkirkan gangguan pembekuan darah yang mempengaruhi gambaran
luka-luka pada korban.
• Pemeriksaan radiologi berupa Bone Survey.
• Pemeriksaan serum amilase bila dicurigai terjadi kekerasan pada perut.
• Pemeriksaan penunjang lain sesuai indikasi.
• Dokumentasi dan fotografi forensik.
• Pemeriksaan saudara kandung (sibling examination).
• Skrining tumbuh kembang.
• Skrining tingkah laku.
Pemeriksaan Korban Kekerasan Seksual

• Bukti-bukti medis yang dikumpulkan merupakan bukti sirkumstansial kekerasan


seksual, meliputi: tanda kedewasaan, tanda kekerasan, tanda persetubuhan, waktu
persetubuhan, dan akibat persetubuhan bila ada.

• Ilmu kedokteran dalam kasus kejahatan seksual dalam kaitannya dengan fungsi
penyelidikan ditujukan kepada :
o Menentukan adanya tanda-tanda persetubuhan
o Menentukan adanya tanda-tanda kekerasan
o Memperkirakan umur
o menentukan pantas tidaknya korban untuk kawin
Macam-macam Pemeriksaan Laboratorium Sederhana
dan Pelaksanaannya
Pemeriksaan Laboratorium Forensik Darah
A. Persiapan

B. Pemeriksaan Penyaringan (presumptive test)

● Reaksi Benzidine (Test Adler)

● Reaksi Phenolphtalein (Kastle – Meyer Test)

C. Pemeriksaan Meyakinkan/Test Konfirmasi Pada Darah


1. Cara kimiawi

● Test Teichman (Tes kristal haemin)

● Test Takayama (Tes kristal B Hemokromogen)

● Pemeriksaan Wagenaar

2. Cara serologik

● Penentuan Golongan Darah


Pemeriksaan Laboratorium Forensik
Cairan Mani & Spermatozoa
1. Penentuan spermatozoa (mikroskopis)

● Tanpa pewarnaan

● Dengan Pewarnaan

2. Penentuan Cairan Mani (kimiawi)

● a. Reaksi Fosfatase Asam

● b. Reaksi Florence

● c. Reaksi Berberio

3. Pemeriksaan rambut 6

4. Pemeriksaan air liur 10


THANKS!
Do you have any questions?
youremail@freepik.com
+91 620 421 838
yourcompany.com

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,


including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik.

Please keep this slide for attribution.

Anda mungkin juga menyukai