Anda di halaman 1dari 25

Metode Ilmiah

Henderi Saputra
Kegiatan berfikir kita lakukan dalam
keseharian dan kegiatan ilmiah.

upaya manusia dalam memecahkan


masalah.

berfikir dengan langkah – langkah metode ilmiah


seperti perumusan masalah, pengajuan hipotesis,
pengkajian literatur, menarik kesimpulan. 

harus didukung dengan alat / sarana yang baik


sehingga diharapkan hasil dari berfikir ilmiah
yang kita lakukan mendapatkan hasil yang baik. 
Bepikir Ilmiah

Jenis Proses
 Logis  Deduktif
 Empirik  Induktif
Pengertian Sarana Berfikir
Ilmiah menurut para ahli :
• Berfikir ilmiah adalah proses atau aktivitas manusia
Menurut Salam untuk menemukan/mendapatkan ilmu. Berfikir
(1997:139): ilmiah adalah proses berpikir untuk sampai pada
suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.

• Berpikir merupakan kegiatan akal untuk


Menurut Jujun memperoleh pengetahuan yang benar.
S.Suriasumantri. Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang
menggabungkan induksi dan deduksi.

Menurut Kartono • Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam


(1996, dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang
Khodijah lebih komplek disertai pembuktian-
pembuktian.
2006:118).
Sarana berfikir ilmiah pada
dasarnya ada tiga yaitu :
Bahasa sebagai sarana
berfikir ilmiah.

Matematika sebagai
sarana berfikir ilmiah.

Statistika sebagai sarana


befikir ilmiah
1. PERAN BAHASA DALAM SARANA BERFIKIR
ILMIAH
Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang
dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah.
Definisi bahasa menurut Jujun Suparjan
Suriasumantri menyebut bahasa sebagai
serangkaian bunyi dan lambang yang membentuk
makna.
Jadi bahasa menekankan pada bunyi, lambang,
sistematika, komunikasi.
Bahasa memiliki beberapa ciri sebagai berikut :
Sistematis, yang berarti bahasa mempunyai pola atau
aturan.
Ucapan/vokal. Bahasa berupa bunyi.
Bahasa, selain mengacu pada suatu objek, juga mengacu
pada dirinya sendiri. Artinya, bahasa dapat dipakai untuk
menganalisis bahasa itu sendiri.
Bahasa itu komunikasi. Fungsi terpenting dari bahasa
adalah menjadi alat komunikasi dan interaksi.
Bahasa ilmiah memiliki ciri-ciri tersendiri, yaitu
informatif, reproduktif atau intersubjektif, dan antiseptik.

•Informatif yang berarti bahwa bahasa ilmiah


mengungkapan informasi atau pengetahuan. Informasi
atau pengetahuan ini dinyatakan secara jelas untuk
menghindari kesalah pahaman Informasi.
•Reproduktif adalah bahwa pembicara atau penulis
menyampaikan informasi yang sama dengan informasi
yang diterima oleh pendengar atau pembacanya.
•Antiseptik berarti bahwa bahasa ilmiah itu objektif.
2. PERAN MATEMATIKA DALAM BERFIKIR
ILMIAH
Pentingnya matematika tidak lepas dari
perannya dalam segala jenis dimensi kehidupan.
Begitu pentingnya matematika sehingga bahasa
matematika merupakan bagian dari bahasa yang
digunakan dalam masyarakat. Hal tersebut
menunjukkan pentingnya peran dan fungsi
matematika, terutama sebagai sarana untuk
memecahkan masalah baik pada matematika
maupun dalam bidang lainnya.
Peranan matematika sebagai sarana berpikir ilmiah
adalah dapat diperoleh kemampuan-kemampuan
meliputi:
Melakukan manipulasi secara matematika.
Mengorganisasikan data.
Memanfatkan simbol, tabel, grafik, dan membuatnya.
Mengenal dan menemukan pola.
Membuat kalimat atau model matematika.
Memahami pengukuran dan satuanya.
Menggunakan alat hitung dan alat bantu lainya dalam
matematika, seperti tabel matematika, kalkulator, dan
komputer.
3.PERAN STATISKA DALAM BERFIKIR
ILMIAH
Statistika mempunyai peranan penting dalam
berpikir induktif. Konsep statistika sering dikaitkan
dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam suatu
populasi tertentu. Statistika memberikan cara untuk
dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum dengan
jalan mengamati hanya sebagian dari populasi yang
bersangkutan. Statistika mampu memberikan secara
kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang
ditarik tersebut, yang pada dasarnya didasarkan pada
asas yang sangat sederhana, yakni makin besar contoh
yang diambil maka makin tinggi tingkat ketelitian
tersebut dan sebaliknya
Menurut (Sudjana 1996 : 3) Statistika adalah
pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara
pengumpulan data, pengelolaan  atau penganalisiannya
dan penarikan kesimpulan berdasarkan kumpulan data
dan penganalisisan yang dilakukan.
Jadi statistika merupakan  sekumpulan metode
dalam memperoleh pengetahuan   untuk mengelolah dan
menganalisis data dalam mengambil suatu kesimpulan
kegiatan ilmiah. Untuk dapat mengambil suatu
keputusan dalam kegiatan ilmiah diperlukan data-data,
metode penelitian serta penganalisaan harus akurat.
Peranan Statistika dalam tahap-tahap metode
keilmuan:
•Alat untuk menghitung besarnya anggota sampel yang
akan diambil dari populasi.
•Alat untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen..
•Teknik untuk menyajikan data-data, sehingga data lebih
komunikatif.
•Alat untuk analisis data seperti menguji hipotesis
penelitian yang diajukan.
4. HUBUNGAN ANTARA SARANA BERFIKIR ILMIAH
BAHASA, MATEMATIKA, dam STATISTIKA

Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai


dalam seluruh proses berpikir ilmiah di mana bahasa
merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk
menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain.
Ditinjau dari pola berpikirnya, maka ilmu merupakan
gabungan antara berpikir deduktif dan berpikir induktif.
Matematika mempunyai peranan yang penting dalam
berpikir deduktif, sedangkan statistika mempunyai
peranan penting dalam berpikir induktif. Jadi keempat
sarana ilmiah ini saling berhubungan erat satu sama lain.
METODE ILMIAH

Kata “metode’’ berasal dari kata Yunani, meta yang berarti


“sesudah’’ dan hodos yang berarti “jalan’’.  Metode adalah
langkah-langkah berurutan yang diambil untuk mencapai
pengetahuan yang benar. Langkah-langkah tersebut dapat berupa
tata cara, tehnik, teori beserta urutannya, atau jalan yang telah
dirancang sebelumnya, maupun langkah-langkah baru yang
ditemukan.
Metode Ilmiah
Metode ilmiah atau proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk
memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis.

Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam


usahanya untuk menjelaskan fenomena alam.

Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan


melakukan eksperimen.
Metode Ilmiah

Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi
suatu teori ilmiah.

Metode utama dalam sains biasanya diwarnai pendekatan empiris.

Hal ini disebabkan oleh sejarah sains yang sangat berkembang karena
adanya eksperimen-eksperimen yang dilakukan di laboratorium.
Dalam proses pencarian yang dilakukan manusia, ada
dua momen yang melahirkan metode ilmiah.
Momen yang pertama adalah momen kesadaran akan
adanya masalah.
Momen yang kedua adalah proses berpikir baru untuk
mengusahakan pemecahan masalah.
Dan proses yang terjadi di antara kesadaran akan
masalah dan pemecahan masalah ini merupakan
penelitian dimana di dalamnya digunakan metode. Jika
diteliti lebih lanjut, momen-momen kesadaran ini
sangatlah rumit dinamikanya, dan banyak menarik
perhatian para pemikir di abad pertengahan.
Rene Descartes yang juga dijuluki Bapak Filsafat Modern
pernah merenungkan perihal pengetahuan dan kesadaran, dan
hasil pemikiran Descartes sanagat berpengaruh pada lahirnya
metode-metode dalam ilmu pengetahuan.
Dalam salah satu buku utamanya yaitu “Wacana Metode’’
(Discours de la Methode, 1637) Descartes mengatakan bahwa
beberapa kaidah pokok perihal metode adalah sebagai berikut :

Jangan pernah menerima apapun sebagai benar kecuali jika


mengetahui secara jelas bahwa hal itu memang benar, artinya
hindari secara berhati-hati penyimpulan terlalu cepat
prasangka, dan jangan memasukkan apapun ke dalam
pandangan anda kecuali apa yang ditampilkan sangat jelas dan
gamblang di dalam nalar, sehingga tidak akan ada kesempatan
untuk meragukannya.
Memilah-milah satu persatu kesulitan yang akan
ditelaah menjadi bagian-bagian kecil sebanyak mungkin
atau sejumlah yang diperlukan, untuk lebih
memudahkan menyelesaikannya.
Memikirkan secara runtut, mulai dari objek-objek
yang paling sederhana dan paling mudah dikenali, lalu
meningkat setahap demi setahap sampai ke masalah
yang paling rumit, dan bahkan dengan menata urutan
objek-objek yang secara alami tidak beraturan.
Membuat perincian selengkap mungkin dan
memeriksa secara menyeluruh sampai yakin bahwa tidak
ada yang terlupakan.
METODE DEDUKSI DALAM
SAINS

Deduksi berasal dari bahasa inggris  deduction yang


berarti penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan
umum, menemukan yang khusus dari yang umum.

(Kamus umum bahasa Indonesia hal. 273 W.J.S. Poerwadarminta, Balai pustaka, 2006)
Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan
yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat
khusus. Penarikan kesimpulan secara deduksi biasanya
mempergunakan pola pikir silogisme yang secara
sederhana digambarkan sebagai penyusun dua buah
pernyataan dan sebuah kesimpulan. Pernyataan yang
mendukung silogisme disebut premis yang kemudian
dapat dibedakan sebagai premis mayor dan premis
minor. Kesimpulan merupakan pengetahuan yang
didapat dari penalaran deduktif berdasarkan kedua
premis tersebut.
Metode Deduksi sendiri adalah bentuk silogisme
(bentuk, cara berpikir atau menarik simpulan yg terdiri atas
premis umum, premis khusus, dan simpulan) dari proposisi
(ungkapan yang dapat dipercaya, disangsikan, disangkal,
atau dibuktikan benar-tidaknya) yang menjadi dasar
hipotesis. Penalaran deduktif berbasis pada silogisme
terdiri atas dua bagian yaitu premis mayor dan premis
minor. Premis mayor didasarkan sesuatu yang bersifat
umum. Sedangkan premis minor merupakan contoh khusus
dan dilanjutkan pada suatu kesimpulan.
Contoh  
Pernyataan pertama : Semua manusia akan mati 
Pernyataan kedua : Pak Amir adalah manusia 
Kesimpulan  : Pak Amir akan mati 

Pernyataan pertama : Anak-anak yang pintar


mempunyai IQ lebih dari 130
Pernyataan kedua : Amir mempunyai IQ 135
Kesimpulan : Amir adalah anak yang pintar
Penalaran deduktif mulai dari pernyataan yang bersifat umum
kemudian dicari contoh pada subyek tertentu untuk membuktikan
apakah keteraturan yang bersifat umum tersebut berlaku.  
Bila keteraturan berlaku pada subyek khusus maka subyek
khusus itu merupakan bagian dari pernyataan umum. Dapat juga
dikatakan bahwa deduksi bersifat tertutup karena kesimpulan yang
diambil tidak boleh ditarik dari luar premis mayor. Asalkan semua
premisnya benar, maka kesimpulan yang diambil secara deduktif
juga akan benar.
Deduksi ini banyak digunakan sampai sekarang untuk
menjelaskan suatu bagian.  Proses deduksi adalah proses “jika-
maka”. Dalam kenyataannya sering terjadi “jika, jika, dan jika,
maka.”

Anda mungkin juga menyukai