Anda di halaman 1dari 53

SISTEM

DISTRIBUSI
Kelompok 5
Anggota :
Ani Kurniawati (1606965764)
Elvarina Permata Sari (1606965890)
Noni Deseanopy (1606966060)
Verona Shaqila E (1606966331)
Zakiyah Zahra Nur Amaliah (1606966400)
Definisi
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan atau menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada
unit pelayanan atau pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas,
jenis, jumlah, dan ketepatan waktu
Tujuan Sistem Distribusi Obat :
Memberi kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan
mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada
serta metode yang digunakan Sumber: PerMenKes Nomor 58 Tahun 2014
Tujuan yang dapat dicapai dengan sistem distribusi obat
yang efektif dan efisien :
Ketersediaan Akses IFRS Pengendalian
obat Obat yang rusak terhadap
dan kadaluarsa pengendalian, harga
minimal pemantauan dan
Mutu dan pelayanan
kondisi obat Penggunaan
Efisiensi obat rasional
penggunaan Interaksi
Kesalahan sumber interprofesional
minimal dan
keamanan Pencurian dan
Pemborosan dan
maksimal obat kehilangan
penyalahgunaan
minimal
Sumber: Siregar, C.J.P, 2004, Farmasi Rumah Sakit: Teori dan
Penerapan, Jakarta: EGC
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan
Dalam proses pendistribusian harus diperhatikan beberapa hal
dalam menjamin mutu obat saat proses alur distribusi, yaitu:
1. SESUAI EFISIENSI PENGGUNAAN 2. MENCEGAH KESALAHAN DAN KEKELIRUAN
 Penderita
 Obat
 Jadwal
sarana  Tanggal, waktu, dan metode pemberian
 Informasi pada penderita
 Personel pemberi obat kepada penderita
waktu
personalia
Sumber: Siregar, C.J.P, 2004, Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan,
Jakarta: EGC
Sistem Sentralisasi
Verona Shaqila
1606966331
Sistem Pelayanan Terpusat (Sentralisasi)

1. Sistem Pelayanan Terpusat (Sentralisasi)


• Sentralisasi adalah sistem pendistribusian perbekalan farmasi yang
dipusatkan pada satu tempat yaitu instalasi farmasi.
• Pada sentralisasi, seluruh kebutuhan perbekalan farmasi setiap unit
pemakai baik untuk kebutuhan individu maupun kebutuhan barang dasar
ruangan disuplai langsung dari pusat pelayanan farmasi tersebut.
• Resep orisinil oleh perawat dikirim ke IFRS, kemudian resep itu diproses
sesuai dengan kaidah ”cara dispensing yang baik dan obat disiapkan untuk
didistribusikan kepada penderita tertentu.”
Penggunaan Sistem Sentralisasi

Sistem ini kurang sesuai


untuk rumah sakit yang
besar, karena memiliki
daerah pasien yang
menyebar sehingga jarak
antara instalasi farmasi
rumah sakit dengan
perawatan pasien sangat
jauh

Satibi. (2016). Manajemen Obat di Rumah Sakit. Yogyakarta. UGM Press. https://prezi.com/bfuacppefkjd/centralized-and-
decentralized-pharmacy/.
Keuntungan
• Memungkinkan pengendalian yang lebih dekat
terhadap persediaan
• Mempermudah penagihan biaya pasien

Satibi. (2016). Manajemen Obat di Rumah Sakit. Yogyakarta. UGM Press dan LeBras,
Maruyama, Stacey, Tataru, & Dalen, 2015
Kerugian
• Terjadinya delay time dalam proses penyiapan obat
permintaan dan distribusi obat ke pasien yang cukup
tinggi
• Farmasis kurang dapat melihat data riwayat pasien
(patient records) dengan cepat sehingga terjadi
kesalahan obat karena kurangnya pemeriksaan pada
waktu penyiapan
Satibi. (2016). Manajemen Obat di Rumah Sakit. Yogyakarta. UGM Press dan LeBras,
Maruyama, Stacey, Tataru, & Dalen, 2015
Sistem Desentralisasi
Elvarina Permata Sari
1606965890
Sistem Pelayanan Terbagi (Desentralisasi)

Definisi
sistem pendistribusian
perbekalan farmasi yang disebut depo farmasi/
mempunyai cabang di dekat satelit farmasi
unit perawatan/pelayanan.

Ibrahim, A., Lolo, W.A., Citraningtyas, G. 2016, Evaluasi Penyimpanan dan Pendistribusian Obat di Gudang Farmasi
RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado, Jurnal Ilmiah Farmasi, 5(2):1-8.
Sistem Pelayanan Terbagi (Desentralisasi)

Kelebihan Kekurangan
• Kecepatan pelayanan lebih tinggi • Pengendalian inventarisasi obat
• Tingkat keamanan pengobatan pasien dalam IFRS keseluruhan lebih sulit
lebih tinggi (mudah konfirmasi ke dr • Lebih banyak diperlukan alat dan SDM
jika ada masalah pada resep) • beban kerja distribusi obat dapat
• Lebih cocok diterapkan di rumah melebihi kapasitas ruangan dan
sakit besar personel dalam unit IFRS
desentralisasi yang kecil
• Kurang menguntungkan bila
diterapkan pada rumah sakit kecil

Satibi. 2016. Manajemen Obat di Rumah Sakit. Yogyakarta: UGM Press.


Siregar, Charles J.P. & Amalia, L. 2004. Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan .Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Contoh Desentralisasi Di RS Kanker Dharmais

Instalasi
Farmasi

Satelit Farmasi Satelit Farmasi Satelit Farmasi


Rawat Inap Rawat Jalan Obat
(SAFARI) (SAFARJAN) Tradisional

Gustiyansyah, R.J. 2013. Laporan PKPA di RS Kanker Dharmais. Fakultas Farmasi UI, Depok.
SISTEM DISTRIBUSI FLOOR STOCK &
PERORANGAN
Zakiyah Zahra Nur Amaliah
1606966400
Sistem Distribusi Floor Stock
Permenkes 72/16 Sediaan Farmasi, Alkes, dan BMHP disiapkan dan dikelola
Instalasi Farmasi.
Ada pada jenis dan jumlah yang sangat dibutuhkan.

Diatas jam kerja: penanggung jawab ruangan.

Setiap hari: serah terima kembali pengelolaan obat floor


stock
Harus tersedia informasi, peringatan dan kemungkinan
interaksi obat
Dokter

Dokter
Interpretasi
Resep
oleh perawat
Interpretasi
Resep
oleh perawat
Pengendalian
Persediaan di ruang Persediaan
oleh perawat
Pengendalian
Persediaan di ruang Persediaan
oleh perawat
Penyiapan
Kereta obat
oleh perawat
Penyiapan Pengendalian
Kereta obat oleh apoteker
oleh perawat
Pengendalian
Pemberian oleh apoteker
Penderita
oleh perawat
Pemberian
Penderita
oleh perawat
- Ketersediaan obat tinggi - Kesalahan pengobatan sangat
- Pelayanan cepat meningkat
- Meminimalisir pengembalian - Peningkatan penyimpanan obat di
obat ruang rawat
- Pengurangan jumlah resep - Pengendalian persediaan dan mutu
obat untuk IFRS kurang diperhatikan
- Lebih besar kemungkinan terjadinya
pencurian obat
- Kekurangan fasilitas penyimpanan
yang memadai pada ruang perawatan
- Penambahan modal investasi
- Menambah beban kerja perawat
- Meningkatnya kerugian dan bahaya
Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit, karena kerusakan perbekalan farmasi
Ditjenbinfar 2008
Sistem Resep Perorangan
Permenkes 72/16
Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alkes, dan BMHP
berdasarkan Resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat
inap melalui Instalasi Farmasi
Sumber: Siregar, Charles J. P. (2003) Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan. EGC, Jakarta.
Keuntungan Kerugian

ng
Resseep dikaji langsu
oleh apoteker
Adanya intteeraksi
profesional
interrp
a
Pengendalian yang Waktu lebih lam
lebih dekat i
Memudahkan Obat dibayar tetap
tidak digunakan
penagihan biaya

Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit, Ditjenbinfar 2008


Sistem Distribusi Unit Dosis dan Sistem Distribusi Kombinasi

Ani Kurniawati 1606965764


Sistem Distribusi Unit Dosis

Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat


Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
berdasarkan Resep perorangan yang
disiapkan dalam unit dosis tunggal atau
ganda, untuk penggunaan satu kali
dosis/pasien.

PMK 72 thn 2016 ttg standar pelayanan kefarmasian


Dikemas unit tunggal

SDO Unit
dosis, Siap dikonsumsi
yaitu :
Dihantarkan setiap waktu konsumsi, pada
realitanya disiapkan untuk pemakaian obat dalam
sehariefesiensi waktu
Binfar, 2008. Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit.
Alur sistem distribusi unit dosis
Dokter

Interpretasi oleh Apoteker Resep

Pembaharuan Profil Pengobatan


oleh Apoteker Penderita
Pemeriksaan oleh Kereta Obat
apoteker dan perawat
Pemberian oleh Penderita
Perawat
Keuntungan Kelemahan
• Pasien hanya membayar obat yg –Meningkatnya biaya
dikonsumsinya operasional
• Semua dosis disiapkan oleh IFRS –Peningkatan kebutuhan
• Mengurangi kesalahan obat tenaga farmasi
• Menghindari duplikasi pemakaian obat
• Mengurangi risiko kehilangan dan
pemborosan obat
• Apoteker dapat datang ke unit
perawatan
• Peningkatan pengendalian dan
pemantauan
Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit, binfar 2008
Sistem distribusi
resep
Sistem perseorangan
Distribusi Penerapan
Kombinasi
Sistem distribusi
Persediaan Lengkap
di Ruangan (floor
stock)
Penyediaan obat yang sering
digunakan penderita.
Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit, binfar 2008
Skema distribusi kombinasi

Siregar.2003. Farmasi rumah sakit, teori dan Penerapan . Jakarta: EGC


Kesempatan berinteraksi Keterlambatan obat
profesional Kesalahan obat
Obat segera tersedia
Beban IFRS dapat
berkurang

Siregar.2003. Farmasi rumah sakit, teori dan Penerapan . Jakarta: EGC


Binfar,2008. Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit.
Bentuk permintaan perbekalan farmasi
dari dokter kepada IFRS
• Asli : ke IFRS
Resep rangkap dua • Tembusan : rekam medis

• Dari ruang rawat inap


Formulir order  langsung ke IFRS
• Namun untuk ruangan pasien
yang jauh dari IFRS, hal ini
Faksimili : mahal menguntungkan terutama
sistem distribusi sentralisasi

• Order dicetak oleh


Komputerisasi  IFRS

Binfar, 2008. Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit.


ePRESCRIBING di
Rumah Sakit
Outline:
• Definisi ePrescribing
• SDM yang terlibat dalam pelaksanaan ePrescribing
• Unit di rumah sakit yang menjalankan ePrescribing
• Desain Sistem ePrescribing
• Fungsi yang mendukung ePrescribing
• Manfaat ePrescribing
E-Prescribing
Pemanfaatan sistem elektronik untuk memfasilitasi dan
meningkatkan komunikasi dalam hal peresepan atau pesanan obat,
membantu memberikan pilihan, melakukan administrasi dan
menghitung pasokan obat melalui pengetahuan yang diterapkan,
teknologi dan dukungan keputusan serta memberikan jejak audit
yang kuat untuk seluruh proses pengobatan
Tujuan Rumah Sakit melakukan
e-Prescribing:
menjalin hubungan yang
berkelanjutan dengan pemasok
perangkat lunak yang digunakan
sehingga dapat berbagi pengalaman
dan pengetahuan mereka untuk
menyelesaikan masalah segera, dan
untuk berpartisipasi dalam
perkembangan masa depan dari
fungsi perangkat lunak.
e-Prescribing
dapat
berjalan

pendekatan
multi-
profesional
The ‘Key’ of
Stakeholder
Apoteker

Dokter Perawat
Pekerjaan apa yang ditunjang oleh e-prescribing dan siapa saja
yang terlibat?
Diagram
1

Pekerjaan utama serta


aktor utama dalam e-
prescribing

NHS CFH. 2009. Electronic prescribing in hospitals – challenges and lessons learned
Diagram
2

e-Prescribing bukan
hanya pekerjaan tiap
profesi, tetapi sebuah
sistem yang
mengkoordinasikan
pekerjaan dari tiap profesi
 perawatan yang efektif
dan aman untuk pasien

NHS CFH. 2009. Electronic prescribing in hospitals – challenges and lessons learned
Diagram
3

Pekerjaan yang terlibat


lebih lanjut dari e-
Prescribing, dan aktor
yang terlibat di
dalamnya

NHS CFH. 2009. Electronic prescribing in hospitals – challenges and lessons learned
 Diagram 1 & diagram 2: penggambaran secara sederhana
 Diagram 3: implementasi yang kompleks namun justru
sistem ini dapat mengintegrasikan berbagai macam
aktivitas dan pekerjaan yang dapat meningkatkan
pelayanan kepada pasien

NHS CFH. 2009. Electronic prescribing in hospitals – challenges and lessons learned
Unit di rumah sakit yang menjalankan ePrescribing

 e-prescribing biasanya diimplementasikan di RS yang besar, yang melayani


hampir semua aspek pengobatan. namun tidak semua bagian dari RS dapat
mengintegrasikan sistem ini, contohnya pada unit accident and
emergency/UGD.
 Banyak dari sistem ePrescribing secara langsung terhubung dengan software
farmasi contohnya formulasi dan daftar obat beserta sediaan yang tersedia.
Unit di rumah sakit yang menjalankan ePrescribing
 Chemotherapy clinics and day care centres : peresepan untuk kemoterapi biasanya kompleks
dan membutuhkan kehati-hatian dan kontrol terhadap peresepan dan administrasinya ke
pasien sehingga digunakan sistem e-prescribing.
 Critical care areas : kebutuhan sediaan farmasi di bagian ini sering dilayani melalui ePrescribing
dengan fokus pencatatan pemberian obat dari infus iv berkelanjutan.
 Operating theatres : ePrescribing dapat digunakan untuk meresepkan obat yang dibutuhkan
pasien di kamar operasi.
 Inpatients ward: sering 1 atau 2 specialist clinical area (seperti critical care atau pediatrik) yang
dilakukan pengecualian atau implementasi ePrescribing untuk unit ini ditunda.
 Outpatient clinics : terkadang implementasi dari ePrescribing dilakukan pertama kali di klinik
rawat jalan.
 Dialysis centres and other day-care units.
Use-case Diagram
 Use-case diagram merupakan pemodelan yang merepresentasikan
interaksi antar user, sistem itu sendiri, dan sistem eksternal. Disini
akan dijelaskan mengenai siapa saja aktor yang akan menggunakan
sistem yang telah dibuat.
 Selain itu, dalam use-case diagram ini juga akan dijelaskan apa saja
yang dapat dilakukan oleh sang aktor terhadap sistem. Dengan kata
lain, diagram ini menggambarkan siapa yang akan menggunakan
sistem dan bagaimana cara pengguna berinteraksi dengan sistem.
Data Flow Diagram
 Pemodelan fungsional dilakukan dengan merancang aliran data dan proses-
proses yang tergabung di dalamnya. Untuk menggambarkan model aliran
data tersebut digunakan Diagram Aliran Data (Data Flow Diagram/DFD).
 Data Flow Diagram adalah sebuah teknik grafis yang menggambarkan aliran
informasi dan transformasi yang diaplikasikan pada saat data bergerak dari
input menjadi output. DFD dapat dipartisi ke dalam tingkat-tingkat yang
merepresentasikan aliran informasi yang bertambah dan fungsi ideal.
 Diagram konteks menunjukkan aliran informasi paling dasar dalam
eprescribing.
Implementasi Sistem
 Pengguna sistem terdiri dari tiga entitas admin, dokter dan
petugas farmasi.
 Berikut ini merupakan tampilan sistem untuk beberapa
halaman dari pengguna yaitu admin, dokter dan petugas
farmasi:
Halaman
Pengelolaan Obat
Tampilan Halaman
Pembuatan Resep
Manfaat ePrescribing systems
• Data Resep dapat disimpan dengan aman dan dikomunikasikan kepada anggota lain
dari tim kesehatan tanpa risiko catatan kertas yang hilang.

• Apoteker dapat mengakses pesanan obat jarak jauh menggunakan komputer, dan
memeriksa atau mengubah sesuai kebutuhan.

• Tenaga kesehatan yang mengelola obat-obatan memiliki order obat yang jelas,
lengkap dan dapat dibaca.

• Sistem ini dapat membantu mereka untuk mempersiapkan obat, mengkonfirmasi


identitas pasien, dan catatan administrasi.

• Catatan Obat yang dapat diakses dari jarak jauh oleh profesional kesehatan.
• Pengambilan keputusan dalam pemilihan obat didukung oleh
sumber informasi yang sesuai

• Interaksi antara tim pelayanan kesehatan yang memiliki waktu


yang lebih banyak dan tepat waktu

• Memungkinkan untuk mengakses catatan pengobatan pasien


secara elektronik

• Memudahkan untuk melihat riwayat pengobatan pasien


sebelumnya

• Mendukung penyediaan obat-obatan ke bangsal secara tepat


waktu
Referensi
Health Report 2001, E-Prescribing : Prepared First Consulting Group,
California Health Care Fondation
Centers for Medicare & Medicaid Services 2008, E-Prescribing,
http://www.cms.gov
NHS Connecting for Health. 2009. Electronic prescribing in hospitals –
challenges and lessons learned. UK : NHS.

Anda mungkin juga menyukai