Anda di halaman 1dari 65

MONITORING DAN EVALUASI

FARMASI RUMAH SAKIT


Kelompok 6

Ayu Rahmawati
Catty Amalia
Dina Salamah
Galih Nurhadi
Kury Wandan Sari
Mutiara N
Rizka Amalia
PENDAHULUAN
Ayu Rahmawati Hidayat
1206210944
Monitoring dan Evaluasi

Sehingga dapat mengidentifikasi


peluang untuk peningkatan mutu
Mengendalikan mutu Monitoring dan Evaluasi serta membantu menentukan
tindakan yang akan diambil.

Departemen Kesehatan RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan RI No.58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit. Jakarta:
Monitoring dan Evaluasi Pelayanan Kefarmasian Di Rumah
Sakit
• Monitoring dan evaluasi dilaksanakan terhadap kegiatan yang bersifat manajerial
berupa pengelolaan perbekalan farmasi dan kegiatan pelayanan farmasi klinik.

Departemen Kesehatan RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan RI No.58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI
Tujuan

Manajemen Meningkatkan
produktivitas sumber
Risiko daya manusia di IFRS

Mempertahankan/ Mempertahankan/
meningkatkan mutu meningkatkan mutu
pelayanan pengelolaan
Departemen Kesehatan RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan RI No.58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI
INDIKATOR MONEV PENGELOLAAN
PERBEKALAN FARMASI

Catty Amalia | Rizka Amalia | Galih Nurhadi | Dina Salamah


ALOKASI DANA BIAYA OBAT PER
PENGADAAN KUNJUNGAN
OBAT KASUS PENYAKIT

BIAYA OBAT PER


KETEPATAN
KUNJUNGAN
PERENCANAAN
RESEP
ALOKASI DANA
PENGADAAN OBAT
Catty Amalia Yaricsha
1206223751

“PEDOMAN PENGELOLAAN PERBEKALAN FARMASI DI RUMAH SAKIT”


DIREKTORAT JENDERAL DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN RI
BEKERJASAMA DENGAN JAPAN INTERNASIONAL COOPERATION AGENCY
2010
Latar Belakang

• Ketersediaan dan pengadaan obat yang sesuai dengan kebutuhan


obat untuk pasien merupakan prasyarat terlaksananya penggunaan
obat yang rasional guna meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
Definisi
• Dana pengadaan obat adalah besarnya dana pengadaan obat yang

disediakan/dialokasikan oleh pihak rumah sakit untuk memenuhi

kebutuhan obat untuk pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut.

• Tujuan: Meningkatkan produktivitas para pengelola perbekalan

farmasi di rumah sakit agar dapat ditingkatkan secara optimum


Pengumpulan Data

• Data dikumpulkan dari dokumen yang ada di rumah sakit berupa


total dana pengadaan obat, dan kebutuhan dana pengadaan obat
yang sesuai dengan kebutuhan rumah sakit.
Perhitungan dan Contoh

Misalnya:
• Besarnya total dana pengadaan
– Rp 125.000.000
• Besarnya total kebutuhan dana pengadaan obat
– Rp 135.000.000
• Kesesuaian dana pengadaan obat
– 125.000.000 / 135.000.000 x 100% = 92,5%
Penyampaian Hasil
Dana pengadaan obat yang disediakan oleh pemerintah adalah
sebesar 92,5% dari total kebutuhan rumah sakit.

Catatan
Total dana pengadaan obat adalah seluruh anggaran pengadaan
obat yang berasal dari semua sumber anggaran yang ada.

Angka Ideal
Dana pengadaan obat yang disediakan sesuai dengan kebutuhan
sebenarnya.
Biaya Obat per Kunjungan Kasus dan Biaya
Obat per Kunjungan Resep
Rizka Amalia Hasanah
1606930451
Jumlah Kunjungan
Jumlah Resep
kasus

Angka Ideal Angka Ideal


Penetapan
Alokasi Dana
Pengadaan Obat

Biaya Obat
Per Resep

Biaya Obat Per


Kunjungan Kasus
Biaya Obat Per Kunjungan Kasus
 Besaran dana yang tersedia untuk setiap kunjungan kasus.

Data

Total Dana Jumlah Kunjungan


Pengadaan Kasus
Contoh Perhitungan

Contoh 1

Contoh 2
Biaya Obat Per Kunjungan Resep

 Besaran dana yang dibutuhkan dan tersedia untuk setiap resep


Total Dana Pengadaan
Obat

Total dana pemakaian


Data obat tahun lalu

Kompilasi Rekam Medik


Jumlah resep
Laporan penggunaan
Obat
Contoh Perhitungan
Biaya obat yang dibutuhkan per resep adalah Rp 5000 sedangkan biaya obat
yang dialokasikan per kunjungan resep resep adalah sebesar Rp 4.500
Ketepatan Perencanaan serta Presentase
dan nilai obat rusak
Galih Nurhadi
1606930243
Ketepatan perencanaan
• Ialah Perencanaan kebutuhan nyata obat untuk
rumah sakit dibagi dengan pemakaian obat per
tahun.
Data

Dokumen IFRS Rekam medik

Rata-rata
Jumlah pemakaian
pemakaian obat
obat dalam 1 tahun
per bulan
Perhitungan dan contoh
Tetapkan obat indikator untuk rumah sakit yang dibuat dengan pertimbangan obat yang
digunakan untuk penyakit terbanyak.
Ketepatan perencanaan obat di rumah sakit
adalah sebesar 80% dari total kebutuhan.
Angka ideal perencanaan kebutuhan adalah
100% dari kebutuhan, baik dalam jumlah dan
jenis obat.
Presentase dan nilai obat rusak

Jumlah jenis obat yang rusak dibagi dengan total jenis obat.

Terjadinya obat rusak mencerminkan ketidaktepatan perencanaan,


kurang baiknya sistem distribusi, kurangnya pengamatan mutu
dalam penyimpanan obat serta perubahan pola penyakit.
Pengumpulan data

jumlah jenis obat yang tersedia


untuk pelayanan kesehatan
Dokumen
selama satu tahun dan jumlah
IFRS
jenis obat yang rusak dan
harga masing-masing obat.
Contoh Perhitungan
• Hasilnya yaitu prosentase obat rusak di rumah
sakit adalah sebesar 2% dengan nilai Rp. 750.000.
• Adanya obat rusak di rumah sakit harus dijadikan
bahan instropeksi untuk perbaikan pengelolaan
obat.
• Angka ideal untuk prosentase nilai obat rusak dan
kadaluwarsa adalah 0%.
Persentase Penggunaan Antibiotik pada
ISPA
Dina Salamah
Latar Belakang
Penggunaan antibiotik pada ISPA non
pneumonia merupakan penggunaan obat yang
tidak rasional karena tidak sesuai dengan
pedoman pengobatan yang ada. Untuk itu
indikator ini digunakan untuk melihat tingkat
penggunaan obat rasional di rumah sakit.
• Jumlah resep dengan antibiotik pada kasus
ISPA non pneumonia dibagi dengan jumlah
Definisi seluruh kasus (lama dan baru) ISPA non
pneumonia.

Pengumpulan • Berupa kompilasi dari self-monitoring


peresepan.
data
Rumus Perhitungan
•  
Penyampaian Hasil
Contoh Perhitungan
• Jumlah resep ISPA yang menggunakan antibiotik = 2500
• Jumlah seluruh resep ISPA = 10000
• Persentase penggunaan antibiotik resep ISPA
• = 2500/10000 x 100% = 25%

Penyampaian hasil
• Persentase penggunaan antibiotik pada ISPA di rumah sakit adalah sebesar 25%.

Angka ideal
• Persentase penggunaan antibiotik pada ISPA adalah 0%
Indikator Monitoring dan Evaluasi
Pelayanan Kefarmasian
Farmasi Rumah Sakit
Kury Wandan Sari
1606930312
Monitoring dan Evaluasi Pelayanan
Kefarmasian
Pengendalian mutu
pelayanan kefarmasian
Kegiatan yang dapat dilakukan terhadap kegiatan yang sedang berjalan maupun yang
sudah berlalu

Monitoring dan Evaluasi


Suatu pengamatan dan penilaian secara terencana, sistematis dan
terorganisir sebagai umpan balik perbaikan sistem dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan

Untuk menjamin pelaksanaan


Dilaksanakan oleh Instalasi
kefarmasian yang sudah
Farmasi sendiri atau dilakukan
dilaksanakan sesuai dengan
oleh tim audit internal.
rencana dan upaya perbaikan
kegiatan yang akan datang
Untuk mengukur pencapaian standar yang telah ditetapkan diperlukan
INDIKATOR, yaitu suatu alat / tolak ukur yang hasil menunjuk pada
ukuran kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan

A. Indikator Persyaratan Minimal


Indikator yang digunakan untuk mengukur terpenuhi
tidaknya standar masukan (SDM, sarana & prasarana),
proses, dan lingkungan
B. Indikator Penampilan Minimal
Indikator yang ditetapkan untuk mengukur tercapai
tidaknya standar penampilan minimal pelayanan yang
diselenggarakan -> hasil
Indikator atau Kriteria yang Baik

Sesuai dengan tujuan

Rasional

Informasi mudah didapat

Singkat, Jelas, Lengkap


dan tidak menimbulkan berbagai interpretasi
Indikator atau Kriteria yang Baik

S SMART

M MEASURABLE

A ACHIEVABLE

R RELEVANT

T TIMELY
Indikator Seleksi Obat
Kesesuaian item obat yang tersedia
dengan DOEN
 Tujuan : Untuk mengetahui tingkat kepatuhan
terhadap pemakaian obat esensial

 Standar : 76%
 Cara menghitung:
Hitung jumlah item obat yang masuk dalam DOEN (x)
dan jumlah seluruh item obat yang tersedia (y)
 
Persentase Z = x 100%
Indikator Perencanaan Obat
Persentase Penyimpangan
Dana Perencanaan
Persentase Dana
• Data diperoleh dengan cara penelusuran data, yaitu
dana yang tersedia dan data kebutuhan dana secara
keseluruhan berdasarkan metode konsumsi,
dikombinasi dengan efidemiologi.
• Kemudian hitung persentase dana yang tersedia
pada IFRS dibanding kebutuhan yang sesungguhnya.
• Nilai standar: ≥ 100%
Penyimpangan Perencanaan
• Data yang digunakan adalah macam item obat,
kemudian dihitung jumlah item obat dalam
perencanaan dan jumlah obat dalam
kenyataan pakai.
• Nilai standar batas penyimpangan: 20-30%
Indikator Pengadaan Obat
Persentase modal/dana yang
Persentase alokasi dana
tersedia dengan keseluruhan
pengadaan obat
dana yang dibutuhkan

Persentase Kesesuaian
pengadaan dengan kenyataan Frekuensi Pengadaan tiap item
pakai untuk masing-masing obat
item obat

Frekuensi Tertundanya
Pembayaran oleh Rumah Sakit
Frekuensi Kesalahan Faktur
terhadap Waktu yang Telah
Ditetapkan
Persentase Modal/Dana yang Tersedia dengan Keseluruhan
Dana yang Dibutuhkan

• Tujuan : Untuk mengetahui seberapa jauh persediaan dana


rumah sakit memberikan dana kepada farmasi

• Standar : 100%
• Hitung dana yang tersedia (x) dan kebutuhan
dana yang sesungguhnya (y)
Persentase  
Z = x 100%
Persentase Alokasi Dana Pengadaan Obat

• Tujuan : Untuk mengetahui seberapa jauh dana yang


diberikan kepada farmasi dibandingkan dengan
seluruh anggaran rumah sakit

• Standar: 30-40%
• Hitung total dana pengadaan obat (x) dan total
anggaran rumah sakit (y)
Persentase  
Z = x 100%
Persentase Kesesuaian Pengadaan dengan Kenyataan Pakai
untuk Masing-Masing Item Obat

• Tujuan: Untuk mengetahui seberapa besar ketepatan


pemilihan obat dalam pengadaan

• Standar: 100%
• Hitung jumlah item obat yang ada dalam
perencanaan (x) dan jumlah item obat yang ada
dalam kenyataan pakai (y)
 
Persentase Z = x 100%
Frekuensi Pengadaan Tiap Item Obat
Tujuan: Untuk mengetahui berapa kali obat-obat
tersebut dipesan setiap tahunnya

 Ambil kartu stock obat secara acak kemudian


diamati berapa kali obat dipesan tiap tahunnya
Standar: Rendah < 12 x / tahun Obat yang tersedia : obat slow moving

Sedang 12-24 x /tahun


Tinggi > 24 x / tahun Obat yang tersedia : obat fast moving
Frekuensi Kesalahan Faktur
• Tujuan: Untuk mengetahui berapa kali terjadinya
kesalahan faktur

• Standar: 0%

• Hitung jumlah faktur yang salah (x) dan jumlah seluruh


faktur yang diterima (y)
 
Persentase Z = x 100%

Terdapat literatur yang menyebutkan standar kesalahan faktur sebanyak 1-9 x


Frekuensi Tertundanya Pembayaran oleh Rumah Sakit
terhadap Waktu yang Telah Ditetapkan

• Tujuan: Untuk mengetahui kualitas pembayaran


rumah sakit

• Standar: 0%
• Amati daftar utang dan cocokkan dengan daftar
pembayaran (x hari)

Tingkat frekuensi tertundanya pembayaran menunjukkan kurang baiknya manajemen


keuangan RS sehingga dapat menyebabkan ketidakpercayaan pemasok kepada RS
yang kemudian menyebabkan ketidaklancaran suplai obat di kemudian hari
Indikator Penyimpanan Obat
Mutiara N
1206257696
Persentase
kecocokan antara Sistem Penataan Tingkat
Turn Over Ratio
barang dengan Gudang ketersediaan obat
kartu stok

Persentase nilai
obat yg Persentase stok Nilai stok akhir
kadaluwarsa atau mati gudang
rusak
Kecocokan antara barang dengan kartu stok

• Tujuan : untuk mengetahui ketelitian petugas


• Pencocokan dilakukan pada waktu yang sama untuk menghindari
kekeliruan adanya barang yang keluar atau masuk.
• Standar = 100%
 
Z= x 100%
Turn Over Ratio
• Untuk mengetahui berapa kali perputaran
modal dalam satu tahun
• Semakin tinggi, semakin efisien pengelolaan
obat
Standar = 8-12 kali/tahun
  TOR =
Sistem penataan gudang
• Bertujuan untuk menilai sistem penataan obat
di gudang
Tingkat ketersediaan obat
•  Untuk mengetahui kisaran kecukupan obat

Standar = 12-18 bulan

x 1 bulan
Persentase nilai obat yang kadaluwarsa
atau rusak
Besarnya persentase menunjukan:
• Ketidaktepatan perencanaan Standar <1%
• Kurang baiknya pengamatan mutu
dalam penyimpanan
• Perubahann pola penyakit atau
peresepan dokter

  %obat kadaluwarsa =
Persentase stok mati
• Stok mati = stok obat yang Standar 0%
tidak digunakan selama 3
bulan, atau selama 3 bulan   %stok mati =
tidak ada transaksi.
• Stok mati  perputaran uang
tidak lancar dan kerusakan
obat akibat terlalu lama
disimpan obat
kadaluwarsa
Nilai stok akhir gudang
Stok berlebih
• Meningkatkan pemborosan dan kemungkinan obat
kadaluwarsa atau rusak

Stok kosong
• Jumlah stok akhir obat=0
• Stok obat mengalami kekosongan sehingga saat ada
permintaan tidak dapat terpenuhi
• Faktor penyebab terjadinya stok kosong
- Tidak terdeteksinya obat yang hampir habis
- Hanya ada persediaan sedikit pada obat tertentu
- Barang yang dipesan belum datang
- PBF mengalami kekosongan
- Pemesanan ditunda oleh PBF
Indikator distribusi obat
Rata-rata waktu yg Persentase
digunakan untuk pemesanan obat
melayani resep yang diserahkan

Persentase obat Persentase resep


yang diserahkan yang tidak bisa
dengan benar dilayani
Indikator penggunaan obat
Indikator Tujuan Cara menghitung Standar
Jumlah rata-rata obat Mengukur derajat WHO 1,8-2,2
tiap resep (C) polifarmasi Jumlah total produk yg Indonesia 3,3
diresepkan : jumlah
resep yang disurvei

Persentase obat Mengukur Total item obat generik WHO 82%-94%


generik yg diresepkan kecenderungan yang diresepkan : total Indonesia 59%
(E) peresepan obat item obat yang diresepkan
generik x 100%
Persentase antibiotik Mengukur Total pasien yang WHO 27%-63%
yang diresepkan penggunaan menerima 1 atau Indonesia 43%
antibiotik secara lebih antibiotik : total
berlebihan jumlah obat
x 100%
Persentase obat Mengukur Total pasien yang WHO 0,2%-48%
injeksi yang penggunaan injeksi menerima satu atau
diresepkan (I) yang berlebihan lebih injeksi : total
jumlah obat x 100%
Persentase obat yang Mengukur derajat Jumlah item obat WHO 86%-88%
diresepkan kesesuaian praktik yang diresepkan
berdasarkan daftar dengan kebijaksanaan berdasarkan daftar
obat esensial atau obat nasional yg obat essensial atau
formularium (K) diindikasikan dengan formularium : total
peresepan dari daftar item obat yang
obat esensial / diresepkan x 100%
formularium

Anda mungkin juga menyukai