Anda di halaman 1dari 31

Gizi buruk

• Prevalensi gizi buruk pada anak balita:


– 5,4% tahun 2007
– 4,9% pada tahun 2010
• Pertumbuhan
– bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
interseluler yang mengakibatkan bertambahnya ukuran fisik
dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau keseluruhan
– bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan
menggunakan satuan panjang atau satuan berat.
• Perkembangan
– bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh
menjadi lebih kompleks
– bersifat kualitatif yang pengukurannya lebih sulit daripada
pengukuran pertumbuhan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh
kembang
• genetik
• faktor umur
• jenis kelamin
• gizi
• morbiditas
• lingkungan.
Kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang

• ASIH (kasih, rasa aman, harga diri)


• ASUH (nutrisi adekuat, perawatan kesehatan
dasar yaitu imunisasi dan pengobatan
penyakit; pakaian, perumahan, sanitasi
lingkungan)
• ASAH (stimulasi).
Penilaian pertumbuhan
• berat badan (BB), tinggi badan (TB), lingkaran
kepala, lingkaran lengan atas, umur tulang,
tebal jaringan lemak subkutan lengan atas,
lingkaran dada, dan lingkaran perut.
• kurva pertumbuhan anak normal : WHO Child
Growth Standar 2006. (Weight/Age,
Height/Age, Weight/Height, Head
circumference/Age).
GIZI BURUK
• Anak didiagnosis gizi buruk apabila:
– BB/TB < -3 SD atau <70% dari median (marasmus)
– Edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh
(kwashiorkor: BB/TB >-3SD atau marasmik-kwashiorkor: BB/TB
<-3SD

• Jika BB/TB atau BB/PB tidak dapat diukur, gunakan tanda


klinis berupa anak tampak sangat kurus (visible severe
wasting) dan tidak mempunyai jaringan lemak bawah kulit
terutama pada kedua bahu, lengan, pantat dan paha;
tulang iga terlihat jelas, dengan atau tanpa adanya edema
Etiologi
• Protein energi malnutrition (PEM) atau kurang
energi protein (KEP)
• Marasmus yang paling sering disusul oleh
marasmik kwashiorkor dan kemudian
kwashiorkor.
• Primer dan sekunder
– Primer : asupan makanan inadekuat
– Sekunder : peningkatan kebutuhan, absorbsi makanan
menurun atau peningkatan kehilangan nutrisi.
Patofisiologi KEP berat
• Pada keadaan asupan inadekuat  aktivitas dan
pemakaian energi dikurangi (aktivitas menurun, BMR
menurun)  timbunan lemak dimobilisir untuk
memenuhi kebutuhan energi pada saat timbunan
lemak habis, terjadi katabolisme protein untuk
memenuhi metabolisme basal.
• Baggy pants, iga gambang (+), cahexia, wajah seperti
orang tua, kulit keriput/longgar, : akibat hilangnya
jaringan penyokong dan tidak adanya jaringan lemak
subkutan membuat kulit tipis dan longgar.
Beberapa faktor KEP timbul edema
• Anak berbeda kebutuhan nutrien dan
komposisi tubuh pada saat terjadi defisit
nutrisi
• Hipoalbuminemia, defisiensi K
• Gangguan fungsi renal dan penurunan
aktivitas Na+ K+ ATPase
• Kerusakan akibat radikal bebas oleh karena
gangguan faktor antioksidan
Manifestasi klinis Marasmus
• Tampak sangat kurus, iritabel; wajah seperti
orang tua;
• Kulit keriput / longgar, jaringan subkutan
berkurang; baggy pants;
• Otot-otot atrofi, hipotoni;
• Abdomen datar; anemia, xeroftalmi
• Sering disertai penyakit infeksi.
Manifestasi klinis kwashiorkor
• Letargis, apati, iritabel  stupor, koma  meninggal
• Edema: kaki dan tungkai, moon face.
• Rambut : warna kemerahan, tipis, mudah rontok
• Kulit : kulit kering, hyperpigmentasi, dermatosis, ulserasi
• Mata : keratomalasia, Bitot's spots, conjunctivitis (HSV, trachoma,
infeksi bakteri)
• Mulut : stomatitis angularis, cheilosis, glositis.
• Jaringan otot berkurang
• Liver membesar
• Sering ditemukan anemia
• Mudah infeksi
Pemeriksaan penunjang
• Darah : Hb, leukosit, hematokrit (Ht), apus
darah tepi, albumin, protein total, glukosa,
ureum, kreatinin, kolesterol, Fe, TIBC,
elektrolit (K dan Na).
• Urin dan feses
Komplikasi
• Penyulit yang sering dijumpai pada KEP berat :
– Hipotermi, hipoglikemi, infeksi berat, gangguan
elektrolit, dehidrasi dan gagal jantung.
• Penyebab kematian pada KEP berat:
– Dehidrasi dan gangguan elektrolit, overhidrasi, gagal
jantung, infeksi yang tidak didiagnosis dan tidak
diobati, anemia berat, gagal hati (hepatomegali dan
jaundice), hipoglikemi dan hipotermia.
Anamnesis awal (untuk kedaruratan):
• Kejadian mata cekung yang baru saja muncul
• Lama dan frekuensi diare dan muntah serta
tampilan dari bahan muntah dan diare
(encer/darah/lendir)
• Kapan terakhir berkemih
• Sejak kapan tangan dan kaki teraba dingin.
• Bila didapatkan hal tersebut di atas, sangat
mungkin anak mengalami dehidrasi dan/atau
syok, serta harus diatasi segera.
Anamnesis lanjutan
• Diet (pola makan)/kebiasaan makan sebelum sakit
• Riwayat pemberian ASI
• Asupan makanan dan minuman yang dikonsumsi beberapa hari terakhir
• Hilangnya nafsu makan
• Kontak dengan pasien campak atau tuberkulosis paru
• Pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhir
• Batuk kronik
• Kejadian dan penyebab kematian saudara kandung
• Berat badan lahir
• Riwayat tumbuh kembang: duduk, berdiri, bicara dan lain-lain
• Riwayat imunisasi
• Apakah ditimbang setiap bulan
• Lingkungan keluarga (untuk memahami latar belakang sosial anak)
• Diketahui atau tersangka infeksi HIV
Pemeriksaan fisis
• Apakah anak tampak sangat kurus, adakah edema pada kedua punggung
kaki. Tentukan status gizi dengan menggunakan BB/TB-PB.
• Tanda dehidrasi: tampak haus, mata cekung, turgor buruk (hati-hati
menentukan status dehidrasi pada gizi buruk).
• Adakah tanda syok (tangan dingin, capillary refill time yang lambat, nadi
lemah dan cepat), kesadaran menurun.
• Demam (suhu aksilar ≥ 37.5° C) atau hipotermi (suhu aksilar < 35.5° C).
• Frekuensi dan tipe pernapasan: pneumonia atau gagal jantung
• Sangat pucat
• Pembesaran hati dan ikterus
• Adakah perut kembung, bising usus melemah/meninggi, tanda asites, atau
adanya suara seperti pukulan pada permukaan air (abdominal splash)
• Tanda defisiensi vitamin A pada mata:
• Konjungtiva atau kornea yang kering, bercak Bitot
• Ulkus kornea
• Keratomalasia
• Ulkus pada mulut
• Fokus infeksi: telinga, tenggorokan, paru, kulit
• Lesi kulit pada kwashiorkor:
• hipo- atau hiper-pigmentasi
• deskuamasi
• ulserasi (kaki, paha, genital, lipatan paha, belakang
telinga)
• lesi eksudatif (menyerupai luka bakar), seringkali
dengan infeksi sekunder (termasuk jamur).
• Tampilan tinja (konsistensi, darah, lendir).
• Tanda dan gejala infeksi HIV.
Kriteria untuk dirawat :
• BB/TB < 70% atau BB/U < 60% disertai edema,
dehidrasi berat, diare persisten dan/atau
muntah, sangat pucat, hipotensi, syok, tanda-
tanda infeksi sistemis, traktus respiratori atau
infeksi tempat lain, anemia berat (Hb < 5
gr/dL), ikterus, purpura, tidak nafsu makan
yang persisten dan usia < 1 tahun.
Tata laksana
• Pada saat masuk rumah sakit:
• anak dipisahkan dari pasien infeksi
• ditempatkan di ruangan yang hangat (25–30°C, bebas dari angin)
• dipantau secara rutin
• memandikan anak dilakukan seminimal mungkin dan harus segera keringkan.

• Demi keberhasilan tatalaksana diperlukan:


• Fasilitas dan staf yang profesional (Tim Asuhan Gizi)
• Timbangan badan yang akurat
• Penyediaan dan pemberian makan yang tepat dan benar
• Pencatatan asupan makanan dan berat badan anak, sehingga kemajuan selama
perawatan dapat dievaluasi
• Keterlibatan orang tua.
Tatalaksana umum
• Penilaian triase anak dengan gizi buruk dengan
tatalaksana syok pada anak dengan gizi buruk.
• Jika ditemukan ulkus kornea, beri vitamin A dan
obat tetes mata kloramfenikol/tetrasiklin dan
atropin; tutup mata dengan kasa yang telah dibasahi
dengan larutan garam normal, dan balutlah. Jangan
beri obat mata yang mengandung steroid.
• Jika terdapat anemia berat, diperlukan penanganan
segera.
Tata laksana
• Penanganan umum meliputi 10 langkah dan
terbagi dalam 2 fase yaitu: fase stabilisasi dan
fase rehabilitasi.
Tatalaksana anak gizi buruk (10
langkah)

Anda mungkin juga menyukai