TB - MDR
• TB MDR: Tb resisten obat terhadap minimal 2 obat anti Tb yang
paling poten yaitu isoniazid (INH) dan rifampisin (R) secara
bersama-sama atau disertai resisten terhadap obat anti Tb lini
pertama lainnya, seperti; pirazinamid, etambutol, streptomisin.
FLEK
• sejenis penyakit pernapasan yang ditandai oleh adanya flek (bercak
putih) pada paru-paru. Tidak selalu identik dengan TB
Mikrobiologi
Microbacterium
Tuberculosis
• Berasal dari bahasa yunani myces (fungus) & bacterion (batang)
• Ordo : Actinomycetales
• famili : Mycobactericiae
• Genus : Mycobacterium
• Spesies yang patogen untuk manusia itu ada 7 yaitu :
• M.tuberculosis
• M.bovis
• M. africanum
• M. microti
• M. pinnipedii
• M. caprae
• M.canetti
Morfologi dan Sifat
• batang halus lurus/ bengkok,
• pada media sintetik berbentuk kokoid/ filamentous,
• ukurannya 0,3-0,6 x 1-4 mikro meter,
• non motil,
• tidak membentuk kapsul dan spora
• tidak membentuk endotoksin maupun ekstoksin,
• hidup aerob obligat,
• tumbuhnya lama (12-24 jam ) dan
• bakteri ini hidup berkelompok membentuk serpentine cords •
• Ciri khas : dinding sel mengandung kadar lilin ( waxy ) dan lemak yang tinggi sehingga
sulit diwarnai dengan pewarnaan gram.
• Bakteri ini juga dikenal sebagai basil tahan asam
• Dinding sel terdiri atas :
1. Inner cytoplasmic membrane
2. Peptidoglycan : N-
acetylglucosamine dan N-
acetylmuramine
3. Arabinogalactan : D- arabinose
dan D- galactose
4. Mycolate layer : mycolic acid
5. Outer lipid layer : polypeptides
dan free lipid wax-D, Mycoside,
Cord Factor
Histologi Sistem Respirasi
Struktur Dinding saluran pernafasan
1. Epitel
• sel silindris bertingkat bersilia terbanyak
• Sel goblet produksi mucus berupa glikoprotein
• Brush cell 2 tipe : sel imatur & brush cell pd basal mempunyai ujung saraf afferen
• Sel basal f/mengganti sel diatasnya
• Sel granula kecil mirip sel basal tetapi banyak granula
2. Lamina propria
• Jar. Ikat longgar yg mengandung kelenjar mukosa dan kartilago
• Dari rongga hidung sampai bronki
3. Otot polos
• F/mengatur diameter lumen
• Dari trakea sampai duktus alveolaris
4. Tunika Adventitia : mengandung serabut kolagen dan elastis
Rongga Hidung
Terdiri dari :
• Fossa Vestibularis
Paling anterior dan paling lebar
Kulit luar hidung memasuki cuping hidung (nares) dan berlanjut ke dalam vestibulum.
Epitel kulit luar hidung dalam vestibulum akan beralih menjadi epitel respirasi
• Fossa Nasalis
dilapisis epitel respirasi dan disokong oleh tulang yang mengandung glandula mukosa
dan sinus venosus dalam lamina propia
• Pars olfactoria
– Daerah kecil di atap rongga hidung, bagian atas septum nasi & conchae nasalis
superior. Mempunyai 3 macam sel.
• Sel reseptor olfactorius.
• Sel penyokong.
• Sel basal.
Pharinx
• Epitel : respirasi
• Tunika submukosa : terdiri dari jar. Ikat longgar yg banyak
mengandung jaringan limfoid:
• tonsillae pharyngica
• tonsillae palatinae
• tonsillae lingialis (pada akar lidah)
• tonsillae tubaria
Epiglotis
Terbentuk fokus
primer /Fokus
Ghon/Tuberkel
Perkontinuitatum
Kompleks Primer
(sekitarnya)
(Fokus ghon,limfangitis,
Limfadenitis) Bronkogen (ke lapang
paru sebelah)
Immunosupressi,
Reaktivasi
HIV, kurang gizi
Tuberkulosis
Post Primer
Reaktivasi(post-
primary TB)
Pembentukan Fokus Ghon
TUBERCULOSIS PARU
Pembuluh darah
ruptur
Inflamasi Kronis
5. Pemeriksaan serologi
a. Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)
mendeteksi respon humoral berupa proses antigen-antibodi .
b. Mycodot
mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh.
c. Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)
RESISTENSI DAN SENSITIVITAS AB
Rifampisin
•10 mg/ kg BB, maksimal 600mg 2-3X/ minggu atau
•BB > 60 kg : 600 mg
•BB 40-60 kg : 450 mg
•BB < 40 kg : 300 mg
•Dosis intermiten 600 mg / kali
INH
•5 mg/kg BB, maksimal 300mg, 10 mg /kg BB 3 X seminggu, 15 mg/kg BB 2
X semingggu atau 300 mg/hari untuk dewasa.
•lntermiten : 600 mg / kali
Pirazinamid
•fase intensif 25 mg/kg BB, 35 mg/kg BB 3 X semingggu,50 mg /kg BB 2 X
semingggu atau :
•BB > 60 kg : 1500 mg
•BB 40-60 kg : 1 000 mg
•BB < 40 kg : 750 mg
Etambutol
• fase intensif 20mg /kg BB, fase lanjutan 15 mg/kg BB, 30mg/kg BB 3X
seminggu, 45 mg/kg BB 2 X seminggu atau :
• BB >60kg : 1500 mg
• BB 40 -60 kg : 1000 mg
• BB < 40 kg : 750 mg
• Dosis intermiten 40 mg/ kgBB/ kali
Streptomisin
• 15mg/kg BB atau
• BB >60kg : 1000 mg
• BB 40 - 60 kg : 750 mg
• BB < 40 kg : sesuai BB
Kombinasi dosis tetap
• Rekomendasi WHO 1999 untuk kombinasi dosis tetap,
penderita hanya minum obat 3-4 tablet sehari selama fase
intensif, sedangkan fase lanjutan dapat menggunakan
kombinasi dosis 2 obat antituberkulosis seperti yang selama
ini telah digunakan sesuai dengan pedoman pengobatan.
Kriteria Sembuh
• BTA mikroskopik negatif dua kali (pada akhir fase intensif dan akhir
pengobatan) dan telah mendapatkan pengobatan yang adekuat
• Pada foto toraks, gambaran radiologik serial tetap sama/
perbaikan
• Bila ada fasiliti biakan, maka kriteria ditambah biakan negatif
Evaluasi Pengobatan
1. Evaluasi klinik
• Penderita dievaluasi setiap 2 minggu pada 1 bulan pertama
pengobatan selanjutnya setiap 1 bulan
• Evaluasi : respons pengobatan dan ada tidaknya efek samping obat
serta ada tidaknya komplikasi penyakit
• Evaluasi klinik meliputi keluhan , berat badan, pemeriksaan fisik.
2. Evaluasi bakteriologik (0 - 2 - 6 /9)
• Tujuan untuk mendeteksi ada tidaknya konversi dahak
• Pemeriksaan & evaluasi pemeriksaan mikroskopik
- Sebelum pengobatan dimulai
• - Setelah 2 bulan pengobatan (setelah fase intensif)
- Pada akhir pengobatan
• Bila ada fasiliti biakan : pemeriksaan biakan (0 - 2 – 6/9)
3. Evaluasi radiologik (0 - 2 – 6/9)
• Pemeriksaan dan evaluasi foto toraks dilakukan pada:
- Sebelum pengobatan
- Setelah 2 bulan pengobatan
- Pada akhir pengobatan
4. Evaluasi efek samping secara klinik
• Bila mungkin sebaiknya dari awal diperiksa fungsi hati, fungsi ginjal
dan darah lengkap
• Fungsi hati; SGOT,SGPT, bilirubin, fungsi ginjal : ureum, kreatinin, dan
gula darah , asam urat untuk data dasar penyakit penyerta atau efek
samping pengobatan
• Asam urat diperiksa bila menggunakan pirazinamid
• Pemeriksaan visus dan uji buta warna bila menggunakan etambutol
• Penderita yang mendapat streptomisin harus diperiksa uji
keseimbangan dan audiometri
• Pada anak dan dewasa muda umumnya tidak diperlukan
pemeriksaan awal tersebut. Yang paling penting adalah evaluasi klinik
kemungkinan terjadi efek samping obat. Bila pada evaluasi klinik
dicurigai terdapat efek samping, maka dilakukan pemeriksaan
laboratorium untuk memastikannya dan penanganan efek samping
obat sesuai pedoman
5. Evalusi keteraturan berobat
• Yang tidak kalah pentingnya selain dari paduan obat yang digunakan
adalah keteraturan berobat. Diminum / tidaknya obat tersebut.
Dalam hal ini maka sangat penting penyuluhan atau pendidikan
mengenai penyakit dan keteraturan berobat yang diberikan kepada
penderita, keluarga dan lingkungan
• Ketidakteraturan berobat akan menyebabkan timbulnya masalah
resistensi.
6. Evaluasi penderita yang telah sembuh
• Penderita TB yang telah dinyatakan sembuh tetap dievaluasi
minimal dalam 2 tahun pertama setelah sembuh untuk
mengetahui terjadinya kekambuhan. Yang dievaluasi adalah
mikroskopik BTA dahak dan foto toraks. Mikroskopik BTA dahak
3,6,12 dan 24 bulan setelah dinyatakan sembuh. Evaluasi foto
toraks 6, 12, 24 bulan setelah dinyatakan sembuh.
Sumber
• PDPI. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksaan TB
• Permenkes RI No.5 Tahun 2014
PKP
Pencegahan
• Vaksin BCG (bacillus calmette guerin)
• Edukasi
• Buat penderita :
• Kurangi kontak terutama dengan anak kecil
• Hindari juga terkena HIV
• Jaga kesehatan dan sistem imun
• Menggunakan masker
• Buat yang belum menderita :
• Kurangi kontak dengan penderita TB
• Hindari juga terkena HIV
• Jaga kesehatan dan sistem imun
• Beritahu kependerita TB agar terus mengikuti terapi
• Mencegah penularan melalui droplet menutup mulut dan hidung saat
bersin dan batuk, memperhatikan sirkulasi udara, tidak buang dahak
sembarangan dll.
• Mencegah menjadi MDR meminum obat sesuai dengan perintah dokter
dan kontrol secara teratur
• Diberi obat TB untuk profilaksis pada individu yg:
• Kontak langsung dengan penderita TB
• Skin tes yang sebelumnya – menjadi + tetapi tidak ada gejala.
• Dosis profilaksis:
• Isoniazid 300mg/hari selama 6 bulan
• Rifampisin jika resisten INH selama 12 bulan
• Rumah diventilasi
• Jika batuk, jaga kehigienisan dan menjaga tata krama terhadap orang
– orang
• Jika positif TB, pasien harus :
• Banyak menghabiskan waktu diluar
• Tidur sendiri terpisah dan ventilasi yang ketat
• Kurangi aktivitas di publik
Komplikasi
• Bronchiectasis
• Hemoptysis
• Pneumothorax
• Keganasan
• Empyema
• Efusi pleura
• Endobronchitis
• Aspergilloma
• TB extrapulmo (milier, syaraf, tulang, meningitis, dll)
Prognosis
• TB - paru :
• QAV : ad bonam
• QAF : dubia ad bonam
• QAS : dubia ad bonam
Daftar pustaka
• http://www.tbfacts.org/tb-prevention/
• http://flekparuparu.com/penyakit-flek-paru-paru/
• https://www.uptodate.com/contents/clinical-manifestations-and-com
plications-of-pulmonary-tuberculosis
• http://www.webmd.com/lung/tc/tuberculosis-tb-prevention
TB-HIV
Epidemiologi
• WHO pasien ko-infeksi TB-HIV di dunia 14jt orang (80% pasien di
Sub-Sahara Afrika & 3jt pasien di Asia Tenggara)
• WHO, 2013 memperkirakan jumlah pasien TB dengan HIV(+) di
Indonesia :7,5% pada tahun 2013, terjadi peningkatan jika
dibandingkan dengan tahun 2012 yang hanya 3,3%
Efek TB Terhadap Progresivitas Infeksi HIV
TB meningkatkan progresivitas HIV
• Penurunan imunitas lebih cepat & pertahanan hidup bisa lebih singkat
walaupun pengobatan TB berhasil
• Penderita TB/HIV mempunyai kemungkinan hidup singkat dibanding
HIV yang tidak pernah terkena TB
Gambaran Klinis TB dengan suspek HIV
• Gejala klinis TB ditambah kelainan :
• Penurunan berat badan >10kg (atau >20% dari BB) dalam 4 bulan
• Diare > 1bln
• Nyeri saat menelan (odynophagia)
• Perasaan terbakar di kaki (neuropathy)
PATGEN TB-HIV
Koinfeksi TB-HIV
PP
HIV
• Tes antibody
• Tes kombinasi (antobodi/ antigen tes), dan
• Nucleic acid tests (NATs)
ANTIBODY TESTS
• Tes tersering (tercepat & tes di rumah)
• Periksa antibody HIV melalui darah/ cairan dari mulut
• Butuh 3-12 mgu bg tubuh u/ produksi HIV Ab cukup agar bsa
mendeteksi infeksi HIV
• Hasil dpt diperoleh <= 30 min
COMBINATION TESTS
(ANTIBODY/ANTIGEN TESTS)
• Deteksi antibody dan antigen HIV di dlm darah
• Bisa deteksi lebih awal dari tes antibody HIV (dibutuhkan 2-6 mgu bg
tubuh u/ produksi Ag dan Ab HIV agar bsa mendeteksi infeksi HIV
• Direkomendasikan sebagai HIV testing di lab (>>> USA)
PENATA TB-HIV
Pada dasarnya pengobatannya sama dengan pengobatan
TB tanpa HIV/AIDS.
• TB – HIV :
• QAV : dubia ad malam
• QAF : dubia ad malam
• QAS : dubia ad malam
TB-MDR
Definisi
• Pasien TB yang resisten terhadap isoniazid &
rifampisin dengan atau tanpa OAT lainnya
• Secara umum, resistensi terhadap OAT dibagi:
• Resistensi primer: Pasien tidak pernah mendapatkan
pengobatan OAT/telah mendapat pengobatan <1bln
• Resistensi initial: Tidak diketahui pasti apakah pasien
belum/sudah mendapat pengobatan OAT sebelumnya
• Resistensi sekunder: Pasien memiliki riwayat pengobatan
OAT min 1bln
Epidemiologi
• WHO, 2013 insidensi TB-MDR meningkat 2%/tahun
• Prevalensi TB-MDR di dunia 4,3%
• Tahun 2012, 450.000 orang menderita TB MDR & 170.000 meninggal
Faktor Risiko
• Faktor Mikrobiologik
• Faktor Klinik (Penyelenggara kesehatan, Obat,Pasien)
• Faktor Program
• Faktor M.tuberculosis
Kategori resistensi M.tuberculosis terhadap OAT :
• Mono-resistance: resisten terhadap salah satu OAT
• Poly-resistance: resisten terhadap >1 OAT, selain kombinasi
isoniazid &rifampisin
• Multidrug-resistance: resisten terhadap sekurang kurangnya
isoniazid & rifampisin
• Extensive drug resistance: TB-MDR yang resisten juga terhadap
salah salah satu obat golongan fluorokuinolon, dan sedikitnya
salah satu dari OAT injeksi lini kedua (kapreomisin, kanamisin,
amikasin)
Faktor Risiko
• Riwayat pengobatan TB
• Faktor dokter
• Faktor pasien
• Faktor program & sistem kesehatan
• Faktor obat
PP
Pemeriksaan uji kepekaan obat
o Tujuan : untuk menentukan ada tidaknya resistensi Mycobacterium tuberculosis terhadap OAT
o Dilakukan pada agar Middlebrook
GeneXpert (Xpert MTB/RIF assay )
o Prinsip : Menditeksi DNA di dalam Mycobacterium tuberculosis bahkan mutasi gen dari
Mycobactrium tuberculosis
o Memberikan hasil dalam waktu 2 jam
o Dilakukan jika memenuhi kriterai indikasi
o Hasil test nya :
• Detected,
• Not detected
• Interminate
• http://emedicine.medscape.com/article/358610-overview
• https://www.cdc.gov/tb/publications/factsheets/testing/skintesting.htm
• http://klikpdpi.com/konsensus/Xsip/tb.pdf
Penatalaksanaan
TB - MDR
Fransiska nina
Penata TB-MDR
• Pakai minimal 4 obat
• Jangan pakai obat yang saling resistensi silang
• Jangan pakai obat yang tidak aman
• Monitoring dan menanggulangi efek samping obat
• 18-24 bulan, intensive 8 bulan
• DOTS terapi
• Ingatkan tentang efek samping
• Kultur tiap bulan
• Rujuk ke Sp.PD
Penatalaksanaan TB Resisten Obat
(Standart 15)
• Pasien tuberkulosis yang disebabkan kuman resisten obat
(khususnya MDR) seharusnya diobati dengan paduan obat
khusus yang mengandung obat anti tuberkulosis lini kedua.
• Paling tidak harus digunakan empat obat yg masih efektif
dan pengobatan harus diberikan paling sedikit 18 bulan.
• Cara-cara yang berpihak kepada pasien disyaratkan untuk
memastikan kepatuhan pasien terhadap pengobatan.
• Konsultasi dengan penyelenggara pelayanan yang
berpengalaman dalam pengobatan pasien dengan MDRTB
harus dilakukan.
Prinsip Penatalaksanaan MDR/XDR
• Memulai pengobatan MDR-TB dengan pengawasan yang
ketat dengan penyuluhan, pemantauan dan mengobati
toksisisiti obat.
• Sesuaikan pemantauan efek samping dengan obat yang
digunakan.
• Pertimbangkan masalah kontrol infeksi
• Cari konsultasi dengan pakar segera setelah resistensi obat
diketahui.
Prinsip Umum dari WHO
• Penggunaan paling tidak 4 obat-obatan sangat mungkin
akan efektif.
• Jangan menggunakan obat yang mempunyai resistensi silang
(cross-resistance).
• Singkirkan obat yg tidak aman untuk pasien.
• Gunakan obat dari grup 1-5 dgn urutan yg berdasarkan
kekuatannya.
• Harus siap mencegah, memantau dan menanggulangi efek
samping obat yg dipilih.
DOTS terapi
Intensive (8bulan): Kontinuasi
• Inj. Kanamycin (16bulan):
• Tab. Ethionamide • Tab. Ethionamide
• Tab. Ofloxacin
• Tab. Ofloxacin
• Tab. Ethambutol
• Tab. • Cap. Cycloserine
Pyrazinamide
• Tab. Ethambutol
• Cap. Cycloserine
Prognosis
• TB – MDR :
• QAV : dubia ad malam
• QAF : dubia ad malam
• QAS : dubia ad malam
DD DB
Anamnesis
• Laki-laki, 25 th (insidensi, usia produktif)
• KU: batuk sejak 3 bulan yl (kronis)
• KP: dahak hialng timbul ber- setelah minum obat batuk, muncul lagi (tdk mengobati
penyebab)
• 2x berobat ke dokter yg beda tdk ada perbaikan (tdk mengobati penyebab)
• Demam naik turun (Infeksi)
• 3 bulan yl bercak darah, (perdarahan kapiler paru)
hilang sendiri (masih sedikit)
• 2 hari yl batuk >> sering, dahak bercak darah (progresitivitas⬆)
• Selama 3 bulan nafsu makan, BB ⬇ (gejala infeksi)
PP
Konj : anemis +/+ (anemia)
Leher : KGB teraba membesar, multipel (infeksi, susp limfadenitis)
Toraks: (aus) Ronkhi basah kasar di paru kanan atas (banyak O2, banyak bakteri)
Jtg : takikardi, reg, BJ murni, batas jantung normal
Abd, Eks : dbn
P. Lab
Hb : 8,6 gr% ⬇ anemia
Ht : 23% ⬇ anemia
Leuk : 8600/mm3
LED : 78/96mm (1jam/2jam) ⬆ inflamasi
Diagnosis Banding
1. Suspek Tuberkulosis paru kanan atas
2. Suspek TB-HIV
3. Suspek TB MDR
Diagnosis tambahan:
- Suspek limfadenitis
- Anemia
- Underweight
Kriteria diagnosis TB Paru
• Kriteria Diagnosis Berdasarkan International Standards for Tuberculosis
Care (ISTC) Standar Diagnosis
A. Semua pasien dengan batuk produktif yang yang berlangsung selama ≥
2 minggu yang tidak jelas penyebabnya, harus dievaluasi untuk TB.
B. Semua pasien (dewasa, dewasa muda, dan anak yang mampu
mengeluarkan dahak) yang diduga menderita TB, harus diperiksa
mikroskopis spesimen sputum/ dahak 3 kali salah satu diantaranya
adalah spesimen pagi.
C. Semua pasien dengan gambaran foto toraks tersangka TB, harus
diperiksa mikrobiologi dahak.
D. Diagnosis dapat ditegakkan walaupun apus dahak negatif
berdasarkan kriteria berikut:
1. Minimal 3 kali hasil pemeriksaan dahak negatif (termasuk pemeriksaan
sputum pagi hari), sementara gambaran foto toraks sesuai TB.
2. Kurangnya respon terhadap terapi antibiotik spektrum luas (periksa kultur
sputum jika memungkinkan), atau pasien diduga terinfeksi HIV (evaluasi
Diagnosis tuberkulosis harus dipercepat).
E. Diagnosis TB intratorasik (seperti TB paru, pleura, dan kelenjar limfe
mediastinal atau hilar) pada anak:
1. Keadaan klinis (+), walaupun apus sputum (-).
2. Foto toraks sesuai gambaran TB.
3. Riwayat paparan terhadap kasus infeksi TB.
4. Bukti adanya infeksi TB (tes tuberkulin positif > 10 mm setelah 48-72 jam).
Diagnosis TB pada anak
• Pasien TB anak dapat ditemukan melalui dua pendekatan utama, yaitu investigasi terhadap anak
yang kontak erat dengan pasien TB dewasa aktif dan menular, serta anak yang datang ke pelayanan
kesehatan dengan gejala dan anda klinis yang mengarah ke TB.
• Gejala klinis TB pada anak tidak khas, karena gejala serupa juga dapat disebabkan oleh berbagai
penyakit selain TB.
• Gejala sistemik/umum TB pada anak:
• a. Nafsu makan tidak ada (anoreksia) atau berkurang, disertai gagal tumbuh (failure to thrive).
• b. Masalah Berat Badan (BB):
• 1. BB turun selama 2-3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas; atau
• 2. BB tidak naik dalam 1 bulan setelah diberikan upaya perbaikan gizi yang baik; atau
• 3. BB tidak naik dengan adekuat.
• c. Demam lama (≥2 minggu) dan atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan demam tifoid, infeksi
saluran kemih, malaria, dan lain lain).Demam yang umumnya tidak tinggi (subfebris) dan dapat
disertai keringat malam.
• d. Lesu atau malaise, anak kurang aktif bermain.
• e. Batuk lama atau persisten ≥3 minggu, batuk bersifat non-remitting (tidak
pernah reda atau intensitas semakin lama semakin parah) dan penyebab
batuk lain telah disingkirkan;
• f. Keringat malam dapat terjadi, namun keringat malam saja apabila tidak
disertai dengan gejala-gejala sistemik/umum lain bukan merupakan gejala
spesifik TB pada anak.
• Sistem skoring (scoring system) Diagnosis TB membantu tenaga kesehatan
agar tidak terlewat dalam mengumpulkan data klinis maupun pemeriksaan
penunjang sederhana sehingga diharapkan dapat mengurangi terjadinya
under-diagnosis maupun over-diagnosis.
Kriteria Diagnosis
Gejala klinis tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan gejala sistemik, bila organ yang terkena
adalah paru maka gejala lokal ialah gejala respiratori (gejala lokal sesuai organ yang terlibat)
1. Gejala respiratorik
• batuk > 2 minggu
• batuk darah
• sesak napas
• nyeri dada
Gejala respiratori ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi.
Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit pasien mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi
karena iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar.
2. Gejala sistemik
• Demam
• Gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia dan berat badan menurun
P. Fisik
• tergantung dari organ yang terlibat.
• Tuberkulosis paru
• kelainan yang didapat tergantung luas kelainan struktur paru
• Pada awal perkembangan penyakit umumnya tidak/sulit sekali menemukan kelainan.
• Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior terutama daerah apeks
dan segmen posterior (S1 dan S2) , serta daerah apeks lobus inferior (S6).
• Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial, amforik, suara
napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum.
• Limfadenitis tuberkulosis
• terlihat pembesaran kelenjar getah bening, tersering di daerah leher (pikirkan
kemungkinan metastasis tumor), kadang-kadang di daerah ketiak.
• Pembesaran kelenjar tersebut dapat menjadi “cold abscess”