Anda di halaman 1dari 258

ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

Penilaian

1. Kehadiran.................. 25 %
2. UTS............................ 50 %
3. Tugas ........................ 25 %
Pengantar Ilmu Hukum
• DEFINISI HUKUM
• Pendefinisian Hukum
• Langkah pertama dalam mempelajari suatu
disiplin ilmu adalah memahami pengertian atau
definisi ilmu yang akan dipelajari . Dengan
mempelajari definisi tersebut, kita akan
memperoleh gambaran sekaligus batasan dari
ilmu yang akan dipelajari . Demikian pula halnya
dengan mempelajari ilmu hukum, hendaknya
dimulai dengan mempelajari batasan pengertian
atau definisi tentang hukum .
• Namun, rupanya sulit untuk mencari definisi
hukum karena menurut Prof. Mr. Dr. L. J. van
Apeldoorn, tidak mungkin memberikan suatu
definisi tentang apakah yang disebut hukum itu .
Definisi tentang hukum sangat sulit dibuat karena
tidak mungkin untuk merumuskannya yang
sesuai dengan kenyataan (Apeldoorn dalam
Kansil, 1977:28) .
• Menurut Dr. W. L. G. Lemaire, alasan mengapa
hukum itu sulit diberikan definisi yang tepat
adalah hukum itu mempunyai segi dan bentuk
yang sangat banyak sehingga tidak mungkin
dicakup secara keseluruhan dalam satu definisi
(Lemaire dalam Kansil, 1977:30) .
• Prof. van Apeldoorn selanjutnya mengatakan bahwa
siapa hendak mengenal sebuah gunung, ia harus melihat
sendiri gunung itu . Demikian pula bagi siapa yang ingin
mengenal hukum maka ia harus melihat hukum . Seperti
halnya Apeldoorn, Kansil (1977:30) mengemukakan
bahwa jika kita ingin melihat hukum, kita akan
berhadapan dengan suatu kesulitan karena gunung itu
dapat dilihat, tetapi hukum tidak dapat dilihat .
• Walaupun tidak dapat dilihat, hukum sangat penting bagi
kehidupan masyarakat karena hukum mengatur
hubungan antara anggota masyarakat yang satu dengan
yang lain, tidak terkecuali mengatur hubungan antara
anggota masyarakat dengan masyarakatnya . Dengan
demikian, hukum mengatur hubungan antara manusia
secara perorangan dengan suatu masyarakat sebagai
kelompok manusia .
Definisi Hukum sebagai Pedoman
1. E.Utrech dalam Kansil (1977) bahwa “hukum
adalah himpunan peraturan (perintah-
perintah dan larangan) yang mengurus tata
tertib suatu masyarakat sehingga harus
ditaati oleh masyarakat itu”
2. Leon Dequit dalam Sampara dkk. (2009),
“aturan tingkah laku dalam anggota
masyarakat, aturan yang daya
penggunaannya pada saat tertentu
diindahkan oleh suatu masyarakat sebagai
jaminan dan kepentingan bersama terhadap
orang yang melakukan pelanggaran itu” .
3. S.M. Amin “sekumpulan peraturan yang terdiri
atas norma dan sanksi yang bertujuan untuk
mengadakan ketertiban dalam pergaulan
manusia sehingga keamanan dan ketertiban
dapat terpelihara”.
4. M.H. Tirtaatmidjaja “hukum ialah semua aturan
(norma) yang harus ada di dalam tingkah laku
tindakan-tindakan dalam pergaulan hidup
dengan ancaman meskipun mengganti
kerugian”.
UNSUR-UNSUR HUKUM
1. Serangkaian peraturan yang mengatur tingkah
laku manusia dalam pergaulan masyarakat .
2. Peraturan itu dibuat oleh badan-badan resmi
yang berwajib dalam suatu masyarakat
tertentu.
3. Peraturan-peraturan yang dibuat tersebut
mempunyai kekuatan (bersifat) memaksa .
4. Terhadap pelanggaran atas peraturan tersebut
dikenakan sanksi yang tegas .
TUJUAN HUKUM
• Said Sampara dan kawan-kawan “bahwa
dalam membahas tujuan hukum perlu terlebih
dahulu diketahui apakah yang dimaksud
dengan tujuan hukum. Hal ini karena hukum
tidak mempunyai tujuannya sendiri.
• Yang mempunyai tujuan hanyalah manusia.
Akan tetapi, hukum bukanlah tujuan manusia,
melainkan hanya sebagai salah satu alat untuk
mencapai tujuan manusia dalam hidup
bermasyarakat dan bernegara. Hubungan
inilah yang dimaksud dengan tujuan hukum .
• Kansil (1977) mengemukakan bahwa dalam
pergaulan masyarakat terdapat aneka macam
hubungan di antara anggota masyarakat, yakni
hubungan yang ditimbulkan oleh kepentingan-
kepentingan anggota masyarakat itu.
• Kansil menambahkan bahwa peraturan-
peaturan hukum yang bersifat mengatur dan
memaksa anggota masyarakat untuk patuh
dalam mentaatinya akan menciptakan
keseimbangan dalam setiap hubungan di dalam
masyarakat.
• Menjaga agar peraturan-peraturan itu dapat berlangsung terus-
menerus dan diterima oleh seluruh anggota masyarakat, aturan
hukum yang ada harus sesuai dan tidak boleh bertentangan
dengan rasa keadilan masyarakat.
• Tujuan pokok hukum adalah menciptakan tatanan masyarakat
yang tertib dan menciptakan ketertiban di dalam masyarakat
sehingga kepentingan manusia akan terlindungi .
• Roscoe Pound dalam Harun Uth (1998) mengemukakan dua belas
tujuan hukum .
1. menjaga ketentraman dan kedamaian
2. menyelesaikan suatu perselisihan dengan seadil-adilnya
3. status quo dan
4. perubahan dalam masyarakat (social engineering) .
• Wirjono Prodjodikoro dalam Soeroso (2002)
mengemukakan bahwa tujuan hukum adalah
mewujudkan keselamatan, kebahagiaan dan
ketertiban dalam masyarakat .
• Selanjutnya, Apeldoorn dalam bukunya Inleiding Lot de
Studie van Het Nederlandsc Recht dalam Soeroso
(2002) menyatakan pula bahwa tujuan hukum adalah
mengatur tata tertib dalam masyarakat secara damai
dan adil .
• Dari konsep-konsep tentang tujuan hukum yang
dikemukakan oleh para sarjana hukum tersebut, dapat
ditarik kesimpulan bahwa hukum bertujuan untuk
mengatur ketertiban dan ketentraman masyarakat
dengan melindungi kepentingan-kepentingan individu
dan masyarakat agar tercapai keadilan didalam
masyarakat .
SUMBER-SUMBER HUKUM
• Sumber hukum dapat diartikan sebagai dasar
yang sah yang memberikan kekuatan untuk
membuat aturan, melakukan perbuatan, serta
hak dan kewenangan yang harus ditaati oleh
masyarakat .
• Zevenbergen dalam Ali (1996), sumber hukum
adalah sumber terjadinya hukum dan/ atau
sumber yang menimbulkan hukum . Selanjutnya,
para ahli hukum membedakan sumber hukum
kedalam dua jenis, yaitu sumber hukum material
dan sumber hukum formal .
1. Sumber Hukum Materia
a.Sumber hukum material adalah sumber hukum yang isinya mengikat
masyarakat untuk mematuhinya karena sesuai dan bersumber dari kesadaran
hukum yang hidup dalam masyarakat tersebut .

Contoh, dalam bidang ekonomi, situasi ekonomi dalam masyarakat akan


menyebabkan timbulnya aturan-aturan atau hukum dalam bidang ekonomi .

2. Sumber Hukum Formal


a.Sumber hukum formal adalah sumber hukum yang mempunyai kekuatan
hukum yang mengikat dan wajib dipedomani karena cara pembentukannya
diterima oleh masyarakat tersebut.

Sumber-sumber formal meliputi undang-undang (statute), kebiasaan


(custom), yurisprudensi, traktat (treaty), dan pendapat ahli hukum (doktrin).
1. Undang-Undang (Statue)
•Undang-Undang (UU) merupakan suatu peraturan negara yang
mempunyai kekuatan hukum yang mengikat, diadakan dan
dipelihara oleh penguasa negara .

2. Kebiasaan (Custom)
•Menurut Kansil (1977), kebiasaan adalah perbuatan manusia
yang tetap dilakukan berulang-ulang dalam hal yang sama .
Apabila suatu kebiasaan tertentu di terima oleh masyarakat dan
kebiasaan itu selalu berulang-ulang dilakukan maka tindakan
yang berlawanan dengan kebiasaan itu dirasakan sebagai
pelanggaran perasaan hukum . Dengan demikian, timbullah
suatu kebiasan hukum yang oleh pergaulan hidup dipandang
sebagai hukum .
•Sebagai contoh, apabila seorang perantara (broker) menerima
komisi sebesar 10% dari hasil penjualan atau pembelian dan hal
ini terjadi berulang-ulang yang dilakukan juga oleh perantara
lainnya maka timbullah suatu kebiasaan yang lambat laun
menjadi hukum kebiasaan .
3. Yurisprudensi
•Yurisprudensi adalah keputusan hakim terdahulu yang
diikuti dan dijadikan dasar keputusan oleh hakim-hakim
berikutnya apabila menghadapi kasus yang sama .
•Sebagai contoh, seorang hakim mengikuti keputusan hakim
yang terdahulu karena ia sependapat dengan isi keputusan
tersebut dan dipakai sebagai pedoman dalam mengambil
suatu keputusan mengenai suatu perkara yang serupa .
•Menurut Sampara dkk. (2009:121), ada tiga alasan seorang
hakim mengikuti keputusan terdahulu, yaitu :
1.keputusan itu mempunyai kekuatan yang lebih tinggi,
terutama keputusan Pengadilan Tinggi dan Mahkamah
Agung
2.karena pertimbangan teknis .
3.karena sependapat .
4. Traktat (Treaty)
•Traktat adalah perjanjian diantara dua negara atau lebih
mengenai suatu hal . Dengan demikian, traktat
merupakan suatu perjanjian internasional . Apabila
dibuat oleh dua negara maka dinamakan perjanjian
bilateral, sedangkan apabila dibuat atau ditandatangani
oleh lebih dari dua negara maka dikenal dengan istilah
perjanjian multilateral .
•Sebuah traktat berlaku efektif, dalam pengertian
mengikat atau wajib dipatuhi oleh waga negara dari
negara yang menanda tangani perjanjian tersebut apabila
traktat telah diratifikasi (disahkan) oleh parlemen
tersebut . Sebagai contoh adalah perjanjian
penghindaran pajak berganda antara Indonesia dengan
Singapura dan negara-negara lainnya .
5. Pendapat Ahli Hukum (Doktrin)
•Apabila hakim akan mengambil keputusan terhadap perkara
yang ditanganinya, namun
1.perkara tersebut merupakan perkara yang agak unik atau
belum pernah terjadi sehingga belum ada undang-undang yang
mengaturnya,
2.bukan merupakan kebiasaan dalam masyarakat,
3.belum pernah ada yurisprudensinya, dan
4.tidak terdapat aturannya dalam traktat maka hakim dapat
meminta pendapat para ahli hukum .
Pendapat para ahli hukum tersebut dapat dijadikan dasar bagi
hakim untuk membuat keputusan dalam menyelesaikan perkara
yang ditanganinya . Hal ini karena pendapat para ahli hukum
mempunyai pengaruh yang sangat besar, terutama dalam
bidang hubungan internasional dan ketata negaraan. Bagi
hukum Internasional dan hukum tata negara, pendapat para ahli
hukum merupakan sumber hukum yang sangat penting.
KAIDAH HUKUM
• Dalam kehidupan bermasyarakat, interaksi diantara
anggota masyarakat pasti terjadi, baik dalam kehidupan
sosial maupun dalam memenuhi kebutuhan ekonominya.
• Adanya interaksi dan pemenuhan kebutuhan ekonomi
tersebut, secara sengaja ataupun tidak sengaja akan
melahirkan norma yang dijadikan pedoman bersama dalam
pergaulan antar individu atau individu dengan
masyarakatnya.
• Norma yang mengatur tingkah laku manusia dibuat oleh
pihak yang mempunyai kewenangan yang sah, isinya
mengikat setiap anggota masyarakatnya, pelaksanaannya
dapat dilaksanakan oleh pihak yang mempunyai
kewenangan yang dinamakan dengan kaidah hukum.
• Dalam konteks hukum negara, kewenangan dimiliki oleh
negara.
• Keistimewaan kaidah hukum justru terletak pada
sifatnya yang memaksa dan sanksinya yang
berupa ancaman hukuman.
• Alat-alat kekuasaan negara berupaya agar norma
hukum ditaati dan dilaksanakan.
• Paksaan bukan berarti sewenang-wenang,
melainkan harus bersifat sebagai alat yang dapat
memberi suatu tekanan agar kaidah-kaidah
hukum itu dihormati dan ditaati (Kansil, 1977:86).
Sebagai contoh,
apabila seseorang karena kesalahannya
mengakibatkan adanya kerugian bagi orang lain
maka ia diwajibkan untuk mengganti kerugian
tersebut. Lebih lanjut, suatu kaidah hukum dapat
lahir karena dua faktor penyebab sebagai berikut:
1. Kaidah hukum yang berasal dari kaidah-kaidah sosial
didalam masyarakat. Dalam istilah Paul Bohanan,
kaidah hukum ini dinamakan kaidah hukum yang
berasal dari proses double legitimacy atau pemberian
ulang legitimasi dari suatu kaidah sosial non hukum
(moral, agama, dan kesopanan) menjadi suatu kaidah
hukum (Sampara dkk., 2009:132) . Sebagai contoh,
larangan membunuh telah dikenal sebelumnya dalam
kaidah agama dan kaidah moral. Melalui proses
kelembagaan kembali, larangan tersebut diubah
menjadi kaidah hukum yang dituangkan dalam Pasal
338 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) .
2. Kaidah hukum hukum yang diturunkan oleh
otoritas tertinggi, sesuai dengan kebutuhan
masyarakat pada saat itu dan langsung
terwujud dalam bentuk kaidah hukum, serta
sama sekali tidak berasal dari kaidah sosial
sebelumnya. Sebagai contoh, Undang-Undang
Perbankan, Undang-Undang Larangan Praktek
monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat,
dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen .
ASAS-ASAS HUKUM

• Asas Lex Specialis Derogat Legi Generalis


• Asas ini berarti hukum ataupun perundang-
undangan yang bersifat khusus mengesampingkan
hukum atau perundang-undangan yang bersifat
umum. Jika terjadi konflik atau pertentangan antara
peraturan perundang-undangan yang khusus
dengan yang umum maka yang berlaku adalah
perundang-undangan yang bersifat khusus. Doktrin
ini sangat penting dalam penafsiran dan penerapan
hukum dan berlaku, baik secara nasional maupun
internasional.
• Sebagai contoh di satu sisi, dalam hubungan antara Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) dengan Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang (KUHD), KUH Perdata adalah hukum yang bersifat
hukum, yaitu hukum yang mengatur hubungan hukum antar individu,
seperti dalam hubungan keluarga, kekayaan dan perjanjian . Disisi lain,
terdapat KUHD yang mengatur hubungan hukum tertentu yang timbul
dalam aktivitas bisnis . Apabila terdapat pertentangan antara pasal
dalam KUH Perdata dengan pasal dalam KUHD maka yang berlaku
adalah pasal dalam KUHD.

• Doktrin atau asas Lex Specialis Derogat Lex Generalis ini secara tegas
terdapat dalam Pasal 1 KUHD yang berbunyi “KUH Perdata, seberapa
jauh dari padanya dalam kitab ini tidak diadakan penyimpangan-
penyimpangan berlaku juga terdapat hal-hal yang dibicarakan dalam
kitab ini .”
• Asas Lex Superiori Derogat Legi Inferiori
• Asas ini berarti peraturan atau hukum yang lebih tinggi
tingkatannya mengalahkan peraturan atau hukum yang
lebih rendah tingkatannya.
Jika terjadi konflik atau perbedaan antara peraturan atau
hukum yang lebih tinggi tingkatannya dengan yang lebih
rendah maka yang lebih tinggi didahulukan .
• Sebagai contoh, UUD Negara RI 1945 menjadi acuan hukum
bagi UU di bawahnya. Apabila isi pasal-pasal dalam UU
mengatur substansi yang sama dengan isi pasal-pasal UUD
1945, namun aturannya bertentangan dengan isi pasal UU
tersebut batal demi hukum. Pasal atau hukum yang berlaku
adalah pasal-pasal dalam UUD 1945.
Doktrin ini berlaku diseluruh lapangan hukum, baik secara
nasional maupun internasional.
PEMBIDANGAN ILMU HUKUM
• Menurut Kansil (1977:68), hukum dapat dibedakan menjadi lima,
yaitu;
1. bentuknya,
2. sumbernya,
3. tempat berlakunya,
4. waktu berlakunya, dan
5. isinya .

1. Menurut Bentuknya
a. Hukum tertulis (statute law, written law), yaitu hukum yang
dicantumkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan .
b. Hukum tidak tertulis (unstatutery law, unwritten law), yaitu hukum
yang masih hidup dalam keyakinan masyarakat, tetapi tidak tertulis
namun berlakunya ditaati seperti suatu peraturan perundang-
undangan.
c. Hukum tidak tertulis ini disebut juga hukum kebiasaan.
2. Menurut Sumbernya
a.Undang-Undang
b.Kebiasaan
c.Yurisprudensi
d.Traktat
e.Doktrin

3. Menurut Tempat Berlakunya


a. Hukum nasional, yaitu hukum yang berlaku dalam
suatu negara .
b. Hukum internasional, yaitu hukum yang mengatur
hubungan hukum dalam dunia internasional .
c. Hukum asing, yaitu hukum yang berlaku dalam Negara
lain .
4. Menurut Waktu Berlakunya
a.Hukum positif (ius consitutum), yaitu hukum
yang berlaku sekarang bagi suatu masyarakat
tertentu dalam suatu negara atau daerah
tertentu .
b.Ius consituendum, yaitu hukum yang
diharapkan berlaku pada waktu yang akan
datang .
5. Menurut Isinya
a.Hukum privat (hukum sipil)
Hukum yang mengatur hubungan-hubungan antar
orang yang satu dengan orang yang lain dengan menitik
beratkan kepada kepentingan perseorangan. Hukum privat
meliputi hukum perdata dan hukum dagang (hukum bisnis).
b. Hukum publik
Hukum yang mengatur hubungan antar negara
dengan alat-alat perlengkapan negara dan hubungan
antara negara dengan perseorangan (warga negara) .
Hukum publik meliputi hukum tata negara, hukum
administrasi negara, hukum pidana, hukum pajak, dan
hukum internasional .
SUBJEK HUKUM
• Selain objek hukum, ada satu pihak yang berperan
penting dalam lalu lintas hukum, yaitu subjek
hukum.
• Subjek hukum adalah segala sesuatu yang dapat
menjadi pembawa hak dan kewajiban di dalam
hukum. Menurut Subekti (1985), dalam dunia
hukum, pembawa hak dan kewajiban itu adalah
orang (person). Subjek hukum berupa orang ini
meliputi manusia (natuurlijke persoon) dan badan
hukum (recht persoon) .
1. Manusia (Natuurlijke Persoon)
a. Yang dimaksud manusia dalam pengertian ini
adalah orang yang dilahirkan secara biologis ataupun
natural. Sebagai subjek hukum, manusia mempunyai hak-
hak dan kewajiban-kewajiban untuk melakukan suatu
tindakan hukum, membuat perjanjian, memiliki harta
kekayaan dan sebagainya .
b. Berlakunya manusia sebagai subjek hukum adalah
sejak ia dilahirkan dalam keadaan hidup bahkan seorang
bayi yang masih berada dalam kandungan ibunya dapat
dianggap telah lahir jika kepentingannya menghendaki
(misalnya untuk memperoleh kedudukan sebagai ahli
waris) . Kedudukan sebagai subjek hukum berakhir pada
saat manusia itu meninggal dunia .
c. Pada dasarnya, setiap orang mempunyai hak,
namun oleh undang-undang ada beberapa
golongan yang dianggap tidak cakap atau kurang
cakap istilah “personae miserabile atau
handelings onbekwaam”.
d. Personae miserabile atau handelings bekwaam
meliputi manusia yang belum dewasa atau di
bawah umur (minderjarigheid), yaitu yang
belum mencapai usia 18 tahun dan manusia
dewasa yang berada di bawah pengampunan
(curatele).
• Badan Hukum (Recht Persoon)
• Badan hukum merupakan badan atau himpunan
ataupun kumpulan orang-orang dalam suatu organisasi
yang bertujuan untuk mencapai tujuan bersama.
• Tidak semua perkumpulan atau organisasi merupakan
badan hukum .
• Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)
tidak memberikan definisi mengenai badan hukum. Hal
ini dapat dimaklumi karena pada saat KUH Perdata
disusun badan hukum belum terkenal, kecuali hanya
merupakan embrio yang kemudian berkembang
menjadi badan hukum yang kita kenal seperti sekarang
ini .
• Karena KUH Perdata tidak merumuskan definisi badan
hukum,
1. Badan tersebut mempunyai tujuan tertentu .
2. Tujuan dapat berupa tujuan dalam bidang sosial,
pendidikan, agama, atau ekonomi .
3. Badan tersebut mempunyai kepentingan sendiri .
4. Kepentingan untuk mencari keuntungan materi atau
profit atau untuk amal (non profit) .
5. Badan tersebut mempunyai organisasi yang teratur.
6. Ada pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas
diantara para pengurus .
7. Badan tersebut mempunyai kekayaan yang terpisah .
8. Kekayaan badan tersebut dipisahkan dari kekayaan
pribadi pendirinya. Aset dan kewajiban badan tersebut
terpisah dari aset dan kewajiban pendiri atau pemilik .
• Contoh:
1. Sebuah Perseroan Terbatas (PT)
memperoleh kedudukan sebagai suatu badan hukum
karena dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor
1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 40 tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas .
2. Sebuah Yayasan
memperoleh kedudukan sebagai badan hukum karena
dinyatakan dalam Pasal 1 huruf a Undang-Undang Nomor
16 tahun 2001 tentang Yayasan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2004
tentang Yayasan .
• Perbedaan antara manusia dengan badan hukum sebagai subjek hukum
1. manusia dapat secara mandiri melakukan perbuatan hukum, sedangkan
badan hukum di wakili oleh pengurusnya,
2. manusia sebagai subjek hukum sejak lahir, sedangkan badan hukum
menjadi subjek hukum pada saat akta pendirian badan tersebut mendapat
pengesahan dari pemerintah, dan
3. manusia dapat berbuat apa saja asal tidak bertentangan dengan hukum,
sedangkan badan hukum tidak, kecuali yang diperbolehkan oleh anggaran
dasarnya yang tertuang dalam akta pendirian badan hukum tersebut.

• Badan hukum dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:


1. Badan hukum publik
Badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum publik dengan tujuan
untuk melayani kepentingan umum, misalnya Perum Bulog, Perum Damri,
dan sebagainya .
2. Bhukum privat
Badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum perdata dan/atau hukum
dagang dengan tujuan untuk mencapai keinginan para pendirinya, misalnya
PT, yayasan, koperasi, dan sebagainya.
• OBJEK HUKUM
• Objek hukum adalah sesuatu yang berguna bagi
subjek hukum dan yang dapat menjadi objek
perhubungan hukum (Kansil, 1977:120).
• Wujud dari objek hukum adalah benda. Benda
adalah segala sesuatu yang dapat di hak’i oleh orang
atau dapat dikuasai dengan hak atau menjadi objek
hak seseorang (Subekti, 1985:60).
• Dapat juga dikatakan bahwa benda adalah segala
barang dan hak yang dapat dimiliki oleh orang.
BAB 2. Hukum Benda
• PENGERTIAN BENDA
• Ilmu pengetahuan membagi pengertian benda ke
dalam :
• 1.Benda dalam arti luas
• Benda adalah segala sesuatu yang dapat menjadi objek
hak dan kewajiban
• Yang dimaksud benda dalam arti luas adalah benda
yang dapat dilihat dan benda yang tidak dapat dilihat .
• A. Benda yang dapat dilihat meliputi meja, mobil,
sepatu, dan sebagainya
• B. Benda yang tidak dapat dilihat meliputi berbagai
hak, seperti hak tagih dan hak cipta
• 2.Dalam arti sempit
• Benda adalah segala sesuatu yang dapat dilihat
• PENGERTIAN HUKUM BENDA
• Hukum benda adalah aturan hukum yang mengatur
hubungan antara manusia sebagai objek hukum .
Definisi yang sama juga dikemukakan oleh H.S. Salin
dalam kamushukum.com, yaitu hukum benda adalah
keseluruhan dari kaidah-kaidah hukum yang mengatur
hubungan-hubungan hukum antara subjek hukum
dengan benda dan hak kebendaan .
•  
• MACAM-MACAM BENDA
• Sebagaimana telah diuraikan dalam bab 1 bahwa
benda adalah segala sesuatu yang dapat di hak’i oleh
orang (Subekti, 1985 :60) . Dapat juga dikatakan bahwa
benda adalah segala barang dan hak yang dapat
dimiliki oleh orang. Lebih lanjut, benda sebagai objek
hukum dapat dibedakan kedalam beberapa macam
sebagai berikut :
• Lebih lanjut, benda sebagai objek hukum
dapat dibedakan kedalam beberapa macam
sebagai berikut .
•  
• Pembedaan Benda Berwujud dan Tidak
Berwujud
• 1. Benda berwujud adalah segala sesuatu
yang dapat diraba oleh indera manusia,
contohnya buku, meja mobil, dan sebagainya .
• 2. Benda tidak berwujud adalah segala
macam hak, contohnya hak paten, merek, hak
cipta, hak tagih atau piutang, dan sebagainya .
• Pembedaan Benda Bergerak dan Benda Tidak Bergerak
• 1. Benda bergerak adalah benda yang dapat dipindah-
pindahkan .
• Digolongkan sebagai benda bergerak karena
• sifatnya, yaitu menurut sifatnya benda tersebut dapat
dipindah-pindahkan
• ketentuan undang-undang, suatu benda digolongkan
benda bergerak karena memang demikian ketentuan
undang-undangnya . contohnya surat berharga (saham,
obligasi, cek), hak cipta, merek, dan sebagainya .
• 2. Benda tidak bergerak umumnya adalah benda tetap
atau benda yang tidak dapat di pindahkan, namun masih
dapat dibedakan karena faktor-faktor sebagai berikut .
• A. Sifatnya .
• Artinya, benda tersebut tidak dapat dipindahkan, seperti
tanah dan benda-benda yang ada diatasnya .
• B. Ketentuan undang-undang
• Meskipun benda tersebut menurut sifatnya dapat
dipindahkan, undang-undang menggolongkannya
sebagai benda tidak bergerak, seperti kapal yang
kapasitasnya lebih besar dari pada 20 m³ dan pesawat
terbang .
• C. Tujuan pemakaiannya
• Meskipun menurut sifatnya benda tersebut dapat
dipindahkan, benda tersebut dapat berfungsi sesuai
dengan tujuan pemakaiannya apabila ia diletakkan
secara tetap , didalam atau diatas permukaan tanah
atau lantai . Contohnya adalah mesin-mesin .
• Berdasarkan macam-macam pembedaan tersebut,
pembedaan yang paling luas akibatnya dalam lalu lintas
hukum perdata adalah pembedaan benda bergerak dan
benda tidak bergerak . Hal ini karena pembedaan
tersebut mempunyai akibat hukum dalam beberapa hal
sebagai berikut :
• Kedudukan Berkuasa (Bezit)
• Pada benda bergerak, dikenal adanya bezit, yaitu suatu
keadaan lahir ketika seseorang menguasai suatu benda yang
seolah-olah kepunyaannya sendiri sekaligus oleh hukum
dilindungi dengan tidak mempersoalkan hak milik atas benda
tersebut sebenarnya ada pada siapa (Subekti, 1985:62) . Lebih
lanjut, pada benda bergerak, siapa yang menguasai benda
tersebut secara fisik maka oleh hukum dialah yang diakui
sebagai pemiliknya, kecuali dapat dibuktikan sebaliknya (Pasal
1977 KUHPerdata) .
• Berbeda dengan benda bergerak, pada benda tidak bergerak,
tidak dikenal adanya bezit . Orang yang menguasai suatu
benda tidak bergerak tidak secara hukum (otomatis) diakui
sebagai pemiliknya .Pemilik yang diakui oleh hukum adalah
orang yang namanya terdaftar di instansi benda tersebut
terdaftar . Sebagai contoh, A menempati sebuah rumah di atas
sebidang tanah . Tidak otomatis A adalah pemiliknya yang sah
menurut hukum . Pemilik yang sah adalah siapa yang namanya
tercatat dalam sertifikat hak milik dan terdaftar di Kantor
Badan Pertanahan Negara (BPN) .
• Penyerahan (Levering)
• Penyerahan hak milik pada benda bergerak
dilakukan secara nyata atau secara fisik, yaitu
penyerahan dari tangan pemberi ke tangan
penerima . Penyerahan benda tersebut sekaligus
mengalihkan hak milik atas benda tersebut .
Penyerahan dengan cara demikian dikenal
dengan istilah fitelijke levering .
•  
• Kedaluwarsa (Verjaring)
• Pada benda bergerak, tidak dikenal adanya
kedaluwarsa, sedangkan pada benda tidak
bergerak dikenal adanya benda kedaluwarsa
yang dapat menghapuskan hak atau
menimbulkan hak seseorang atas suatu benda .
• Pembebanan sebagai Benda Jaminan Utang
• Apabila benda bergerak dijadikan jaminan utang, ia harus
tunduk pada ketentuan gadai dan fidusia . Sementara itu,
apabila ia dijadikan jaminan utang dilakukan dan tunduk
pada ketentuan Hak Tanggungan dan Hipotek .
• Dalam kehidupan manusia, benda mempunyai peran
yang sangat penting karena ia merupakan salah satu
hidup kebutuhan manusia . Setiap manusia
membutuhkan benda, baik sebagai kebutuhan utama,
seperti tempat tinggal (papan), sandang, dan pangan,
maupun sebagai kebutuhan tambahan atau pelengkap,
seperti kendaraan, perhiasan, alat rumah tangga, dan
kebutuhan kantor . Akan tetapi, benda-benda tersebut
memiliki jumlah yang terbatas jika dibandingkan dengan
jumlah yang dibutuhkan oleh manusia . Oleh karena itu,
hukum yang mengaturnya diperlukan agar tercipta
ketertiban manusia dalam memenuhi kebutuhanya, yaitu
hukum benda .
• Undang-undang melengkapi manusia dengan berbagai hak
dalam fungsinya sebagai subjek hukum sekaligus membagi
segala hak manusia menjadi dua, yaitu hak kebendaan dan
hak perseorangan .
• 1. Hak Kebendaan
• Hak kebendaan adalah hak yang memberikan kekuasaan
atas suatu benda . Kekuasaan tersebut dapat
dipertahankan pada setiap orang yang melanggar hak
tersebut . Hak kebendaan disebut juga hak mutlak atau
hak jamak arah (Subekti, 1985:60) . Dengan demikian, hak
kebendaan melahirkan hak penuntutan kebendaan
(actiones in rem) . Yang termasuk dalam hak ini adalah hak
milik, hak guna bangunan, hak pakai, dan sebagainya .
• Sebagai contoh, jika seseorang memiliki hak milik atas
sebidang tanah maka orang tersebut dapat
mempertahankan haknya terhadap siapapun yang
melanggar atau mengganggu haknya atau menurut siapa
pun yang merampas haknya atas tanah tersebut .
• Aneka Hak Kebendaan
• Hak kebendaan dapat dibedakan dalam dua
golongan, yaitu hak kebendaan yang diberikan
untuk kenikmatan dan hak kebendaan yang
diberikan untuk dijadikan jaminan utang . Hak
kebendaan yang diberikan untuk kenikmatan
adalah hak yang langsung dimanfaatkan oleh
pemegang hak tersebut . Yang termasuk dalam
hak ini adalah hak milik, hak pakai, hak
memungut hasil, dan sebagainya . Sementara itu,
hak kebendaan yang diberikan untuk dijadikan
jaminan utang adalah hak kebendaan yang
memberikan kekuasaan langsung atas suatu
benda, tidak untuk dipakai, tetapi untuk dijadikan
jaminan pelunasan utang , misalnya gadai ,
hak tanggungan , dan fidusia .
• 2. Hak Perseorangan
• Hak perseorangan adalah hak yang memberikan
suatu tuntutan atau penagihan terhadap seseorang .
Hak perseorangan hanya dapat dipertahankan
terhadap orang tertentu saja atau terhadap suatu
pihak tertentu saja . Dengan demikian, hak
perseorangan melahirkan hak penuntutan
perseorangan (actiones in personam) .
• Sebagai contoh, A meminjam uang kepada B ketika
utang sudah jatuh tempo, A tidak mengembalikan
uang tersebut kepada B . Dalam keadaan demikian,
timbulah hak bagi B untuk menuntut pengembalian
uangnya . Namun demikian, hak tersebut hanya
berlaku terhadap A, tidak untuk setiap orang .
CARA MEMPEROLEH HAK
KEBENDAAN
• Hak atas suatu benda dapat diperoleh melalui
empat cara, yaitu (1) bantuan orang lain,
(2) pengambilan secara langsung tanpa bantuan
orang lain (originair), (3) perlekatan (natreking),
dan (4) warisan .
• 1. Bantuan Orang Lain
• Cara memperoleh hak kebendaan dengan
bantuan orang lain terjadi dengan penyerahan
dari orang lain yang sudah memiliki hak atas
benda tersebut . Penyerahan tersebut
disebabkan oleh pemberian atau hibah, jual beli,
tukar menukar, atau karena hal lain yang sah .
• 2. Pengambilan secara Langsung Tanpa Bantuan
Orang Lain (Originair)
• Sebagai contoh, apabila seseorang ingin memiliki
madu maka ia dapat mengambilnya dari sarang
tawon di hutan yang tidak ada pemiliknya . Apabila
seseorang menginginkan ikan maka ia dapat
mengambilnya secara langsung dari laut  
• 3. Perlekatan (Natreking)
• Cara memperoleh hak kebendaan dengan
perlekatan terjadi karena benda itu mengikuti atau
melekat pada benda yang lain . Selain itu, dapat
pula terjadi apabila benda tersebut bertambah
besar atau berlipat karena faktor alam . Misalnya
sebidang tanah di tepi sungai bertambah luas
karena pengendapan air sungai .
• 4. Warisan
• Cara memperoleh hak kebendaan dengan
warisan terjadi karena seseorang meninggal
dunia dan ia meninggalkan harta kekayaannya .
Lebih lanjut, ada dua cara warisan, yakni
berdasarkan undang-undang (ab intestato) dan
berdasarkan surat wasiat (testamentair) .
• 1. Pewaris berdasarkan undang-undang (ab
intestato) adalah pewaris yang berdasarkan
keturunan darah . Hal ini diatur oleh ketentuan
undang-undang .
• 2. Pewaris berdasarkan surat wasiat
(testamentair) adalah apabila seseorang yang
tidak mempunyai pertalian darah memperoleh
warisan berdasarkan surat wasiat dari pewaris
(orang yang meninggal dunia) .
• CARA PENYERAHAN ATAU PENGALIHAN HAK
KEBENDAAN
• Dalam lalu lintas hukum, cara memperoleh hak
kebendaan yang paling sering dijumpai adalah
dengan penyerahan (levering) . Levering dalam
KUHPerdata dibagi menjadi tiga cara sebagai
berikut .
• 1. Feitelijke Levering
• Feitelijke Levering adalah perbuatan yang berupa
penyerahan kekuasaan atas suatu benda . Cara ini
merupakan suatu penyerahan secara nyata atas riil
. Feitelijke Levering berlaku atas penyerahan benda
bergerak . Hal ini berarti dengan terjadinya
penyerahan secara fisik atas suatu benda bergerak
tersebut, hak kebendaan sekaligus beralih .
• 2. Juridische Levering
• Juridische Levering adalah perbuatan hukum yang
bertujuan untuk memindahkan hak kebendaan kepada
orang lain . Perbuatan ini merupakan penyerahan secara
formal atau resmi . Penyerahan hak kebendaan atas tanah
secara feitelijke Levering saja tidak cukup karena harus
ada penyerahan secara yuridis untuk memindahkan hak
kepada orang lain, yaitu dengan membuat surat
penyerahan (akte van transport) yang disebut dengan
balik nama . Dengan membuat akta autentik atau akta
dibawah tangan, penyerahan hak kebendaan atas tanah
harus dilakukan secara juridische levering . 
• 3. Cessie
• Cessie adalah penyerahan piutang atas nama dan benda
tidak berwujud lainnya, yaitu dengan dibuat akta autentik
atau akta dibawah tangan . Dengan demikian, hak-hak
atas benda tersebut dilimpahkan oleh pemilik lama
kepada pemilik baru . Contohnya adalah penyerahan
saham atas nama .
PIUTANG-PIUTANG YANG
DIISTIMEWAKAN
• Menurut pasal 1131 KUHPerdata, semua benda
dari seseorang menjadi tanggungan untuk semua
utangnya. Selanjutnya, menurut pasal 1132,
(kreditur) menurut jumlah pertimbangan piutang
masing-masing, kecuali jika diantara mereka itu
ada yang oleh undang-undang diberikan hak
untuk mengambil pelunasan lebih dahulu dari
pada penagih-penagih lainnya . Mereka ini,
menurut pasal 1133, adalah penagih-penagih
yang mempunyai hak-hak yang timbul dari hak
istimewa (privilege), gadai, hak tanggungan, dan
fidusia .
• Yang dimaksud dengan keistimewaan berdasarkan
definisi Pasal 1134 adalah “Suatu kedudukan
istimewa dari seorang penagih yang diberikan oleh
undang-undang semata-mata berdasarkan sifat
piutang.” Lebih lanjut, hak istimewa ini timbul
apabila suatu kekayaan yang telah disita ternyata
tidak cukup untuk melunasi semua utang dan
karena keistimewaan itu tidak dapat menyita
suatu benda jika ia tidak memegang hak eksekusi
(titel eksekutorial), misalnya suatu putusan
hakim . Dapat dijelaskan bahwa keistimewaan
tersebut diberikan oleh undang-undang sendiri
pada beberapa macam penagihan atau piutang
berhubung sifat piutang itu (Subekti, 1985:88) .
• Menurut undang-undang, ada dua macam
keistimewaan . Pertama, keistimewaan yang diberikan
terhadap suatu benda tertentu . Kedua, keistimewaan
yang diberikan terhadap semua kekayaan orang yang
berutang . Keistimewaan yang pertama mempunyai
kedudukan yang lebih tinggi dari pada yang diberikan
terhadap semua kekayaan orang yang berutang .
• Subekti (1985:89) mengemukakan bahwa piutang-
piutang yang diberikan keistimewaan terhadap barang-
barang tertentu adalah sebagai berikut .
• 1. Biaya biaya perkara yang telah dikeluarkan untuk
penyitaan dan penjualan suatu benda atau yang
dinamakan biaya-biaya eksekusi . Biaya tersebut harus
diambil dari pendapatan penjualan tersebut terlebih
dahulu dari pemegang hak keistimewaan lainnya .
• 2. Uang sewa dari benda (tanah dan rumah) tidak
beserta dengan biaya-biaya perbaikan yang telah
dikeluarkan oleh si pemilik rumah atau tanah, tetapi
seharusnya dipikul oleh si penyewa . Penagih uang sewa
dan perbaikan ini mempunyai hak istimewa terhadap
barang atau perabot rumah yang berada dalam rumah
tersebut .
• 3. Harta barang bergerak yang belum dibayar oleh
pembeli . Jika barang ini disita maka penjual barang
mendapat hak istimewa atas hasil penjualan barang itu .
• 4. Biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk
menyelamatkan suatu benda dapat diambil terlebih
dahulu dari hasil penjualan benda tersebut apabila
benda di sita dan di jual .
• 5. Biaya-biaya pembuatan suatu benda yang belum
dibayar . Pembuat barang seperti ini mendapat hak
istimewa atas pendapatan penjualan barang itu apabila
barang itu disita dan dijual .
• HAK REKLAME (RECLAIM)
• Reklame (reclaim) mempunyai arti meminta
kembali . Hak reklame adalah hak istimewa dari
seorang penjual barang bergerak yang belum
menerima pembayaran harga barangnya . Apabila
diperjanjikan bahwa penjualan dilakukan secara
tunai (harga barang harus dibayar saat itu),
(menurut Pasal 1145KUHPerdata) penjual barang
mempunyai hak untuk meminta kembali
barangnya yang belum dibayar tersebut selama
barang tersebut masih berada di tangan pembeli .
Permintaan ini kembali dapat dilakukan dalam
jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah
penyerahan barang itu kepada pembeli .
Bab 3 .Hukum Perjanjian dan
Perikatan
• HUBUNGAN PERJANJIAN DENGAN PERIKATAN
• Hukum perjanjian dan perikatan berada dalam
ruang lingkup hukum perdata . Hukum perdata
adalah bidang hukum yang cakupannya sangat
luas serta beraneka ragam pengaturan dan
ketentuannya . Hukum perdata di Indonesia
bersumber dari Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (KUHPerdata) yang berasal dari
Burgerlijke wetboek, yaitu Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata negeri belanda yang diberlakukan
di Indonesia sejak zaman Hindia Belanda .
• KUHPerdata terdiri atas empat buku sebagai berikut
• Buku I : perihal orang
• Buku II : perihal kebendaan
• Buku III : perihal perikatan
• Buku IV : perihal pembuktian dan kedaluwarsa
• Dalam hubungan ini, terdapat dua istilah yang hampir
sama, namun berbeda pengertiannya, yaitu perikatan
dan perjanjian . Hukum perikatan dianggap paling
penting karena ia paling banyak digunakan dalam lalu
lintas hukum sehari-hari . Adapun yang dimaksud
dengan perikatan adalah suatu hubungan hukum antara
dua orang atau dua pihak, berdasarkan hubungan
tersebut pihak yang satu berhak menuntut suatu hak
dari pihak yang lain dan pihak yang lain berkewajiban
untuk memenuhi tuntutan tersebut (Subekti, 1985:1) .
• Pihak yang berhak menuntut sesuatu disebut kreditur
atau pihak berpiutang . Sementara itu, pihak yang
berkewajiban untuk memenuhi tuntutan disebut
debitur atau pihak berutang . Hubungan antara dua
pihak tersebut merupakan hubungan hukum yang
berarti bahwa hak kreditur atau berpiutang itu dijamin
oleh hukum atau undang-undang . Apabila tuntutan itu
tidak dipenuhi secara sukarela, kreditur dapat
menuntutnya di depan hakim .
• Pengertian perjanjian menurut Pasal 1313 KUHPerdata
berbunyi “Suatu perbuatan dengan mana satu orang
atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang
lain atau lebih.” Lebih lanjut, pengertian tersebut oleh
Subekti ditafsirkan sebagai suatu peristiwa ketika
seseorang berjanji kepada orang lain atau ketika dua
orang itu saling berjanji untuk melakukan suatu hal
(Subekti, 1985:1) .
• Berdasarkan pengertian diatas, dapat
dikatakan bahwa hubungan antara perikatan
dengan perjanjian adalah perjanjian
menerbitkan perikatan . Perjanjian adalah
sumber perikatan, disamping sumber-sumber
lainnya . Selain itu, dapat diketahui pula
bahwa perikatan adalah suatu pengertian
abstrak, sedangkan perjanjian adalah suatu
hal yang konkret atau suatu peristiwa .`
ASAS-ASAS HUKUM PERJANJIAN
• Sebagian besar dari peraturan hukum mengenai
perjanjian bermuara dan mempunyai dasar pada
asas-asas hukum . Asas-asas hukum merupakan
dasar atau pokok karena bersifat fundamental .
Lebih lanjut, asas-asas yang di kenal di dalam
hukum perjanjian klasik adalah asas kebebasan
berkontrak (contracts vrijheid), asas
konsensualisme , asas pacta sunt servanda, dan
asas kepribadian .
• Asas Kebebasan Berkontrak (Contracts Vrijheid)
• Asas ini memperbolehkan setiap masyarakat
untuk membuat perjanjian yang berisi apa pun
asalkan tidak bertentangan dengan ketertiban
umum, kesusilaan, dan undang-undang . Hukum
perjanjian memberikan kebebasan yang seluas-
luasnya kepada masyarakat untuk mengadakan
perjanjian yang berisi apa saja bahkan
diperbolehkan untuk membuat ketentuan-
ketentuan sendiri yang menyimpang dari pasal-
pasal hukum perjanjian dalam Buku III
KUHPerdata .
• Budiono (2009:44) menguraikan asas kebebasan
berkontrak yang isinya memberikan kebebasan
kepada para pihak untuk :
• 1.membuat atau tidak membuat perjanjian ;
• 2.mengadakan perjanjian dengan siapapun ;
• 3.menentukan isi perjanjan, pelaksanaan &
persyaratannya ;
• 4.menentukan bentuk perjanjian, yaitu secara
tertulis atau lisan
• Keempat hal tersebut boleh dilakuan, namun
tidak boleh bertentangan dengan undang-
undang, ketertiban umum dan kesusilaan .
• Asas Konsensualisme
• Perjanjian terbentuk karena adanya perjumpaan
kehendak (consensus) dari para pihak . Perjanjian
pada dasarnya dapat dibuat secara bebas tidak
terikat bentuk tertentu dan perjanjian itu telah
lahir pada detik tercapainya kata sepakat dari para
pihak . Dengan kata lain, perjanjian itu telah sah
apabila sudah sepakat mengenai hal-hal yang
pokok dan tidaklah diharuskan adanya suatu
formalitas tertentu (subekti, 1985:15) .
• Terdapat pengecualian dalam asas kosensualisme,
yakni bahwa dalam perjanjian tertentu, oleh
undang-undang ditetapkan adanya formalitas-
formalitas tertentu . Pengecualian tersebut
seperti perjanjiaan penghibahan benda tidak
bergerak (tanah) yang harus dilakukan dengan
akta notaris . Jadi, perjanjian tersebut harus dalam
bentuk tertulis . Apabila perjanjian semacam ini
tidak dilakukan dengan akta notaris maka
perjanjian tersebut batal .
• Asas Pacta Sunt Servanda
• Asas pacta sunt servanda dipatuhi sebagai sebuah
prinsip yang menetapkan bahwa semua perjanjian
yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-
undang bagi mereka yang membuatnya . Dengan
kata lain, asas ini melandasi pernyataan bahwa
sebuah perjanjian akan mengakibatkan suatu
kewajiban hukum sehingga para pihak terikat untuk
melaksanakan perjanjian tersebut . Perjanjian dibuat
sendiri oleh para pihak dan mereka juga yang
menentukan isinya serta cara pelaksanaannya .
• Perjanjian yang dibuat secara sah tersebut
memunculkan akibat hukum yang sama dengan
undang-undang bagi para pihak . Dalam
pengertian ini, apabila salah satu pihak tidak atau
lalai melaksanakan kewajibannya menurut
perjanjian maka pihak lainnya yang dirugikan
atau dilanggar haknya akan mendapat
perlindungan hukum dari negara yang
bersangkutan melalui pengadilan . Selanjutnya,
para pihak harus memenuhi apa yang telah
mereka sepakati dalam perjanjian yang telah
mereka buat .
• Asas Kepribadian (Personalitas)
• Asas kepribadian disimpulkan dari Pasal 1315
KUHPerdata yang berbunyi “Pada umumnya tiada
seorangpun dapat mengikat diri atas nama sendiri atau
meminta ditetapkannya suatu janji, melainkan untuk
dirinya sendiri.”
• Perikatan hukum yang dilahirkan oleh suatu perjanjian
hanya mengikat orang-orang yang membuat perjanjian
itu dan tidak mengikat orang lain . Sebuah perjanjian
hanya meletakkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban
antara para pihak yang membuatnya . Orang lain atau
pihak ketiga tidak mempunyai sangkut paut dengan
perjanjian tersebut (subekti, 1985:30) . Seseorang tidak
diperbolehkan membuat perjanjian yang meletakkan
kewajiban bagi orang lain atau pihak ketiga tanpa
adanya kuasa dari pihak ke tiga tersebut.
• Dalam asas kepribadian, berlaku dua pengecualian
sebagai berikut .
• 1.Janji untuk pihak ketiga
• Pada janji ini, seseorang membuat suatu
perjanjian yang isinya menjanjikan hak-hak bagi
orang lain .  
• 2.Perjanjian garansi
• Seseorang membuat perjanjian dengan orang lain,
sebut saja A dan B . Dalam perjanjian ini, A
menjanjikan bahwa orang lain (C) akan berbuat
sesuatu dan A menjamin bahwa C pasti akan
melaksanakan . Akan tetapi, jika C tidak
melaksanakan sesuatu hal yang disebutkan dalam
perjanjin ini maka A bertanggung jawab untuk
melaksanakan kewajiban C tersebut . Perjanjian ini
lazim dipraktikkan dalam perbankan .
• Asas Itikad Baik
• Silondae dan Farianan (2010:12) mengemukakan
bahwa semua perjanjian yang dibuat harus
dilandasi dengan itikad baik (in good faith) . Lebih
lanjut, pengertian itikad baik mempunyai dua arti,
yaitu .
• 1.Perjanjian yang dibuat harus memperhatikan
norma-norma kepatutan dan kesusilaan .
• 2.Perjanjian yang dibuat harus mencerminkan
suasana batin yang tidak menunjukkan adanya
kesengajaan untuk merugikan pihak lain .
SYARAT SAHNYA PERJANJIAN
• Kitab Undang-Undang Hukum Perdata di
dalam Pasal 1320 telah menetapkan syarat
sahnya suatu perjanjian, yaitu .
• 1.sepakat mereka yang mengikatkan diri (kata
sepakat) ;
• 2.kecakapan untuk membuat suatu perikatan
(kecakapan) ;
• 3.hal tertentu ;
• 4.sebab yang halal ;
• 5.akibat hukum syarat tidak terpenuhi ;
• Kata Sepakat
• KUHPerdata tidak menjelaskan apa yang dimaksud
dengan sepakat . Untuk memperoleh penjelasan
mengenai hal tersebut, Subekti (1985:17) menguraikan
bahwa kedua pihak yang mengadakan perjanjian harus
sepakat, setuju, atau seia sekata mengenai hal-hal yang
pokok dalam perjanjian yang dibuat . Apa yang
dikehendaki oleh pihak yang satu juga dikehendaki oleh
pihak yang lain . Mereka menghendaki sesuatu yang
secara timbal balik, misalnya penjual menginginkan
sejumlah uang dan pembeli menginginkan sebuah
barang dari penjual . Untuk mewujudkan suatu
kesepakatan, tidak cukup bahwa keinginan atau
keputusan sudah diambil oleh para pihak . Kehendak dan
keputusan harus disampaikan oleh pihak yang satu
kepada pihak yang lain secara timbal balik .
• Pernyataan kehendak oleh salah satu pihak adalah
penawaran (offer) yang disampaikan kepada mitranya.
Sebaliknya, pernyataan kehendak oleh mitranya yang
menerima penawaran tersebut merupakan penerimaan
(acceptance) . Pernyataan dan penerimaan pada
prinsipnya tidak digantungkan pada bentuk tertentu,
pernyataan kehendak dapat diberikan secara tegas .
• Pasal1321 KUHPerdata memberikan penegasan bahwa
sebuah perjanjian tidak memenuhi syarat kesepakatan
apabila kesepakatan tersebut diberikan karena
kekhilafan, paksaan dan penipuan . Lebih lanjut,
terpenuhi atau tidaknya syarat kesepakatan ini semata-
mata ditentukan oleh para pihak atau subjek perjanjian .
Dengan demikian, syarat kesepakatan ini disebut juga
dengan syarat subjektif .
• Kecakapan
• Pada prinsipnya, setiap orang dianggap cakap atau
mampu untuk membuat perjanjian, kecuali ditentukan
lain oleh undang-undang . Prinsip ini bersumber dari
Pasal1329 KUHPerdata yang berbunyi “Setiap orang
adalah cakap untuk membuat perikatan-perikatan,
terkecuali ia oleh undang-undang dinyatakan tidak cakap.”
• Golongan orang yang oleh undang-undang dianggap tidak
cakap untuk membuat perjanjian adalah
• 1.orang yang belum dewasa atau anak dibawah umur
(minderjarig) ;
• 2.orang yang ditempatkan dibawah pengampunan
(curatele) ,
• Golongan orang yang disebutkan diatas tidak dapat
membuat perjanjian secara mandiri, kecuali jika melalui
perwakilan, yaitu orang tua atau wali atau orang dewasa
lain yang berhak mewakilinya .
• Dalam hukum nasional Indonesia, usia dewasa
adalah minimal berumur 18 tahun atau belum
berumur 18 tahun, tetapi telah menikah .
Ketentuan ini ditetapkan dalam pasal 47 UU
Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan . Lebih
lanjut, ketentuan ini dipertegas dalam Pasal 39
ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004
tentang Jabatan Notaris yang menyatakan bahwa
penghadap (untuk membuat akta perjanjian)
harus berusia minimal 18 tahun atau telah
menikah .
• Terpenuhi atau tidaknya syarat kecakapan ini
semata-mata ditentukan oleh para pihak atau
subjek perjanjian . Dengan demikian, syarat
kesepakatan ini disebut juga dengan syarat
subjektif .
• Hal Tertentu
• Yang dimaksud hal tertentu dalam Pasal 1320
KUHPerdata adalah apa yang menjadi
kewajiban dari debitur dan apa yang menjadi
hak dari kreditur atau sebaliknya . Hal tertentu
sebagai objek perjanjian dapat diartikan
sebagai keseluruhan hak dan kewajiban yang
timbul dari perjanjian (C. Asser-utten dalam
Budiono, 2009:107) . Suatu kewajiban dalam
perjanjian dinamakan prestasi bagi debitur,
sedangkan bagi kreditur hal tersebut
merupakan hak .
• Tuntutan dari undang-undang adalah subjek perjanjian
haruslah tertentu . Setidaknya objek perjanjian dapat
ditentukan tentang hak dan kewajibannya, isi pokok
perjanjian yang menyangkut harga dan barangnya .
Tujuan dari perjanjian adalah untuk terbentuknya,
berubahnya atau berakhirnya suatu perikatan.
Perjanjian tersebut mewajibkan kepada para pihak
untuk memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, atau
tidak berbuat sesuatu (prestasi) . Oleh karena itu,
kewajiban tersebut haruslah dapat ditentukan . Hal ini
sekaligus berarti adanya objek perjanjian yang dapat
ditentukan .
• Terpenuhi atau tidaknya syarat hal tertentu, semata-
mata ditentukan oleh isi atau objek perjanjian, dengan
demikian, syarat kesepakatan ini disebut juga dengan
syarat objektif .
• Sebab yang Halal
• Sebab yang dimaksud isi perjanjian itu sendiri
atau tujuan dari para pihak mengadakan
perjanjian, yaitu mempunyai dasar yang sah
dan patut atau pantas . Hal ini adalah
bertentangan dengan undang-undang,
ketertiban umum, dan kesusilaan .
• Terpenuhi atau tidaknya syarat sebab yang
halal, semata-mata ditentukan oleh isi atau
objek perjanjian . Dengan demikian, syarat
kesepakatan ini disebut juga dengan syarat
objektif .
• Akibat Hukum Syarat Tidak Terpenuhi .
• Kesepakatan yang merupakan salah satu syarat
subjektif dianggap tidak apa apabila perjanjian
tersebut mengandung unsur paksaan, penipuan,
atau keliru . Apabila perjanjian yang dibuat
mengandung salah satu unsur serta apabila yang
membuat belum dewasa maka akibat hukum
terhadap perjanjian tersebut adalah perjanjian
dapat dimintai pembatalan . Dengan kata lain
perjanjian dapat dibatalkan dan menjadi tidak
berlaku sejak saat dibatalkan . Lebih lanjut, apabila
salah satu pihak menghendaki agar dibatalkan
maka perjanjian itu tidak mengikat lagi .
• Namun, jika salah satu tidak meminta perjanjian
tersebut dibatalkan maka perjanjian tersebut
dianggap sah dan tetap dilaksanakan .
• Sementara itu, apabila perjanjian tidak memuat
syarat objektif karena tidak adanya objek
perjanjian yang jelas atau perjanjian tersebut
tidak dibenarkan oleh hukum, kesusilaan dan
ketertiban umum maka akibatnya perjanjian
tersebut batal demi hukum . Dengan kata lain,
sejak perjanjian itu lahir, perjanjian itu tidak
pernah ada . Hal ini karena tidak ada pihak yang
berhak menuntut suatu prestasi dari pihak
lainnya.
• PERJANJIAN MENURUT ISINYA
• Subekti dalam bukunya Hukum Perjanjian mengemukakan
bahwa dari segi isinya, perjanjian dapat dibagi menjadi tiga,
yaitu
• 1.perjanjian untuk memberikan atau menyerahkan sebuah
barang
• 2.perjanjian untuk berbuat sesuatu
• 3.perjanjian untuk tidak berbuat sesuatu
• Sesuatu yang harus dilaksanakan dalam sebuah perjanjian
disebut prestasi . Apabila isi perjanjian dilaksanakan oleh
para pihak maka tujuan perjanjian dapat tercapai . Namun,
tidak semua perjanjian terlaksana seperti yang diinginkan
oleh para pihak . Ada kalanya ada pihak yang tidak
melaksanakan kewajibannya atau cedera janji, dalam
hukum perjanjian disebut dengan wanprestasi .
HAPUSNYA PERIKATAN
• KUHPerdata melalui pasal 1381 telah menetapkan beberapa
sebab yang mengakibatkan berakhirnya perjanjian sebagai
berikut
• 1.Pembayaran
• Pembayaran adalah pelunasan utang atau tindakan
pemenuhan prestasi oleh debitur kepada kreditur . Pada
dasarnya, pembayaran dilakukan di tempat yang telah
dijanjikan, namun apabila didalam perjanjian itu tidak
ditentukan tempat pembayaran maka hal itu diatur dalam
KUHPerdata. Berkaitan dengan hal pembayaran, dikenal
dengan sebuah istilah yang disebut subrogasi, yaitu
penggantian kedudukan kreditur oleh pihak ketiga .
Penggantian ini terjadi dengan pembayaran yang dijanjikan
ataupun ditetapkan oleh undang-undang .
• 2.Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan
penyimpanan atau penitipan (konsinyasi) .
• Konsinyasi adalah sebuah cara untuk
menghapus perikatan . Hal ini karena pada
saat debitur hendak membayar utangnya,
pembayarannya ditolak oleh kreditur sehingga
debitur dapat menitipkan pembayaran melalui
kepaniteraan Pengadilan Negeri setempat .
• 3.Novasi (pembaruan utang)
• Novasi adalah perjanjian antara debitur
dengan kreditur saat perikatan yang sudah ada
dihapuskan lalu dibuat sebuah perikatan yang
baru .
• 4.Perjumpaan utang (kompensasi)
• Kompensasi adalah penghapusan masing-
masing utang yang sudah dapat ditagih secara
timbal balik antara debitur dan kreditur .
• 5.Percampuran utang
• Percampuran utang adalah percampuran
kedudukan antara orang yang berutang dengan
kedudukan sebagai kreditur sehingga menjadi
satu .
• 6.Pembebasan utang
• Adalah pernyataan sepihak dari kreditur
kepada debitur bahwa debitur dibebaskan
dari utang .
• 7.Musnahnya barang yang terutang
• Musnahnya barang yang terutang diartikan
sebagai perikatan hapus dengan musnahnya
atau hilangnya barang tertentu yang menjadi
pokok prestasi yang diwajibkan kepada
debitur untuk menyerahkannya kepada
kreditur . Hilang atau musnahnya barang
tersebut bukan karena kesalahan atau
kelalaian debitur .
• 8.Batal atau pembatalan
• Pembatalan diartikan sebagai pembatalan
perjanjian-perjanjian yang dapat dimintakan
sebagaimana yang sudah diuraikan
sebelumnya pada syarat-syarat sahnya
perjanjian .
• 9.Berlakunya suatu syarat batal
• Berlakunya suatu syarat batal diartikan
sebagai syarat yang apabila dipenuhi akan
menghapuskan perjanjian dan membawa
sesuatu pada keadaan semula, yaitu seolah-
olah tidak ada sebuah perjanjian .
• 10. Lewat waktu atau kedaluarsa
• Kedaluarsa adalah suatu alat untuk memperoleh hak
atas sesuatu atau untuk dibebaskan dari suatu perikatan
dengan lewatnya suatu waktu tertentu dan atas syarat-
syarat yang ditentukan oleh undang-undang .
• Dengan lewatnya waktu tersebut, setiap perikatan
menjadi hapus karenanya . Yang tersisa adalah suatu
perikatan bebas . Artinya adalah kalau dibayar boleh,
tetapi kalau tidak dibayar tidak dapat dituntut di depan
hakim .
• Menurut Subekti dalam Raharjo (2009:100), sepuluh
cara diatas belum lengkap karena masih ada cara-cara
yang belum disebutkan, misalnya berakhirnya suatu
ketetapan waktu dalam perjanjian atau meninggalnya
salah salah satu pihak dalam perjanjian, padahal prestasi
hanya dapat dilaksanakan oleh orang yang meninggal
dunia tersebut .
Bab 4. Bentuk-Bentuk Perusahaan
• PENGERTIAN PERUSAHAAN
• Istilah perusahaan mulai dikenal pada saat disusunnya
Rancangan Wetboek van Koophandel (Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang) yang kemudian berlaku di Netherland
(Belanda) sejak tahun 1838 . Berdasarkan asas konkordasi,
Wetboek van Koophandel dinyatakan pula berlaku di Hindia
Belanda (Indonesia) sejak tahun 1848 hingga saat ini .
• Menurut pemerintah Belanda, yang pada waktu membacakan
memorie van toelichting (memori penjelasan) Rencana
Undang-Undang Wetboek van Koophandel di muka parlemen,
yang disebut dengan perusahaan adalah keseluruhan
perbuatan yang dilakukan secara tidak terputus-putus,
dengan terang-terangan dan dalam kedudukan tertentu
untuk mencari laba (bagi diri sendiri) . Selain pengertian
tersebut, beberapa sarjana juga memberikan pengertian
tentang perusahaan
• Menurut Prof. Mr. W.L.P.A. Molengraff, pengertian
perusahaan dari sudut pandang ekonomi adalah
keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara terus-
menerus, bertindak keluar untuk mendapatkan
penghasilan dengan cara memperniagakan barang-
barang, menyerahkan barang-barang atau mengadakan
perjanjian-perjanjian perdagangan .
• Menurut Mr. M. Polak, perusahaan ada apabila
diperlukan adanya-adanya perhitungan tentang laba-rugi
yang dapat diperkirakan dan segala sesuatu itu dicatat
dalam pembukuan . Polak mendefinisikan perusahaan
dari sudut pandang komersial . Sudut pandang ini tidak
jauh berbeda dengan yang dipakai oleh Molengraff .
Namun, definisinya tetap berbeda . Pengertian
perusahaan menurut Molengraff mempunyai enam
unsur, sedangkan menurut Polak hanya dua unsur .
• Abdul Kadir Muhammad dalam bukunya Pengantar
Hukum Perusahaan di Indonesia menyatakan bahwa
berdasarkan tinjauan hukum, istilah perusahaan
mengacu pada badan hukum dan perbuatan badan
usaha dalam menjalankan usahanya . Lebih lanjut,
perusahaan adalah tempat terjadinya produksi dan
berkumpulnya semua faktor produksi . Sementara itu,
dalam hukum positif Indonesia, UU Nomer 3 Tahun
1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan Pasal 1 huruf b,
dirumuskan bahwa perusahaan adalah
• “Setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis
usaha yang tetap dan terus-menerus dan yang
didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah
negara Republik Indonesia untuk tujuan memperoleh
keuntungan dan/ atau laba .
• Perusahaan dapat dibedakan kedalam beberapa
kategori, yaitu berdasarkan jumlah pemiliknya, status
hukumnya, dan pemilik modalnya .
• Berdasarkan Jumlah Pemiliknya
• Apabila perusahaan dibedakan berasarkan
banyaknya jumlah pemilik maka terdapat dua
macam perusahaaan, yaitu perusahaan
dagang (perusahaan perseorangan) dan
perseroan (persekutuan) . Perusahaan dagang
(perusahaan perseorangan) adalah
perusahaan yang jumlah pemiliknya satu
orang . Sementara itu, perseroan atau
persekutuan adalah perusahaan yang jumlah
pemiliknya lebih dari satu orang .
• Berdasarkan Status Hukumnya
• Apabila perusahaan dibedakan berasarkan bentuk
hukumnya maka terdapat dua jenis perusahaan .
Pertama adalah perusahaan yang berstatus badan
hukum, yaitu perseroan terbatas (PT) . Kedua adalah
perusahaan yang tidak berbadan hukum yang terdiri atas
perusahaan dagang, persekutuan firma (Fa), dan
persekutuan komanditer (CV) .
• Dalam ilmu hukum, dikenal dua subjek hukum, yaitu
orang dan badan hukum . Badan hukum atau legal entity
atau legal person dalam Black’s Law Dictonary
dinyatakan sebagai “ A body, other hand a natural
person, that can function legally, sue or be sued, and
make decisions through agents”. Sementara itu, dalam
kamus hukum versi bahasa Indonesia, badan hukum
diartikan sebagai organisasi, perkumpulan atau
paguyuban lainnya dimana pendiriannya dengan akta
autentik dan oleh hukum diperlakukan sebagai personal
atau orang .
• Pengaturan dasar dari badan hukum itu sendiri
terdapat dalam Pasal 1654 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (KUHPerdata) yang menyatakan
bahwa semua perkumpulan yang sah adalah seperti
halnya dengan orang pribadi, dapat melakukan
tindakan-tindakan perdata .
• Menurut doktrin, kriteria yang dipakai untuk
menentukan ciri-ciri sebuah badan hukum adalah
apabila perusahaan itu mempunyai unsur-unsur,
antara lain adanya harta kekayaan yang terpisah,
mempunyai tujuan tertentu, mempunyai
kepentingan sendiri, dan adanya organisasi yang
teratur . Lebih lanjut, aturan untuk menentukan
kedudukan sebuah perusahaan sebagai badan
hukum biasanya ditetapkan oleh undang-undang,
kebiasaan atau yurisprudensi . Sebagai contoh, ....
• PT dinyatakan sebagai badan hukum dalam Pasal 1
butir 1 Undang-Undang Perseroan Terbatas .
Koperasi dinyatakan sebagai badan hukum dalam
Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomer 12 Tahun
1997 tentang Perkoperasian, dan yayasan
dinyatakan sebaai badan hukum dalam Pasal 1 butir
1 Undang-Undang Nomer 16 Tahun 2001 tentang
Yayasan .
• Sebagai subjek hukum, badan hukum mempunyai
kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum
seperti halnya orang . Akan tetapi, perbuatan
hukum itu hanya terbatas pada bidang hukum harta
kekayaan. Karena bentuk badan hukum adalah
sebagai badan atau lembaga maka mekanisme
pelaksanaannya badan hukum bertindak dengan
perantara pengurus-pengurusnya .
• Berdasarkan Pemilik Modalnya
• Apabila perusahaan dibedakan berdasarkan
pemilik modalnya maka terdapat dua jenis
perusahaan, yaitu perusahaan swasta dan
perusahaan negara atau Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) . Perusahaan swasta adalah
seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki
oleh swasta . Swasta tersebut terdiri atas tiga
jenis, yaitu swasta nasional, swasta asing, dan
swasta campuran (asing dengan nasional —joint
venture) . Sementara itu, perusahaan negara
adalah perusahaan yang seluruh atau sebagian
besar sahamnya milik negara atau pemerintah .
BENTUK-BENTUK PERUSAHAAN
• Perusahaan Dagang (Perusahaan Perseorangan)
• Perusahaan dagang adalah salah satu bentuk
perusahaan perseorangan, sedangkan perusahaan
perseorangan adalah perusahaan yang dijalankan
oleh satu orang pengusaha sehingga tanggung
jawabnya pun dibebankan kepada satu orang saja .
Perbedaan perusahaan perseorangan dengan
perseroan atau persekutuan terletak pada jumlah
pengusahanya . Jumlah pengusaha dalam
perseroan adalah dua orang atau lebih
(Purwosutjipto, 2008: 1) .
• Dalam pengertian bebas, perusahaan perseorangan
adalah perusahaan yang dimiliki, dikelola, dan
dipimpin oleh seseorang yang bertanggung jawab
penuh terhadap semua resiko dan aktivitas
perusahaan . Tidak ada pemisahan antara kekayaan
pribadi dan kekayaan perusahaan . Lebih lanjut,
dalam hukum positif di Indonesia, tidak ditemukan
satupun aturan hukum yang mengatur secara
khusus tentang perusahaan perseorangan .
Purwosutjipto juga sependapat dengan
mengemukakan bahwa bentuk perusahaan
perseorangan secara resmi tidak ada . Namun,
dalam dunia bisnis, masyarakat telah mengenal dan
menerima bentuk perusahaan perseorangan .
• Pada umumnya, masyarakat yang ingin
menjalankan usahanya dalam bentuk perusahaan
perseorangan menggunakan bentuk perusahaan
dagang (PD) atau usaha dagang (UD), misalnya
toko, bengkel, salon, rumah makan, dan lain-lain .
Lebih lanjut, perusahaan ini bukan berbentuk
badan hukum dan tidak termasuk perseroan,
melainkan termasuk dalam ruang lingkup hukum
dagang . Hal ini karena kegiatan perusahaan
dagang tersebut menimbulkan perikatan-
perikatan keperdataan . Perusahaan dagang di
bentuk atas dasar kehendak seorang pengusaha
yang mempunyai cukup modal untuk berusaha
dengan menjalankan perusahaan .
Ciri-ciri Perusahaan Dagang
• Adapun ciri-ciri perusahaan dagang, antara
lain :
• 1.dimiliki oleh perseorangan (individu atau
perusahaan keluarga);
• 2.pengelolaannya sederhana;
• 3.modalnya relatif tidak besar;
• 4.kelangsungan usahanya tergantung pada
para pemiliknya;
• 5.nilai penjualannya dan nilai tambah yang
diciptakan relatif kecil.
• Kewajiban Perusahaan Dagang
• Menurut Purwosutjipto, pemilik perusahaan dagang
mempunyai beberapa kewajiban pokok sebagai berikut.
• 1. Pembukuan
• Menurut Pasal 6 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(KUHD), setiap orang yang menjalankan perusahaan
diwajibkan untuk mengerjakan pembukuan, yakni
catatan-catatan mengenai harta kekayaan pribadinya
dan harta kekayaan yang di pergunakan dalam
perusahannya menurut syarat-syarat yang di minta oleh
perusahaannya sehingga dari catatan-catatan tersebut
setiap waktu dapat diketahui hak-hak dan kewajibannya .
Karena perusahaan dagang adalah jenis perusahaan
sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 6 KUHD
tersebut maka ia wajib membuat pembukuan .
• 2. Membayar pajak
• Menurut undang-undang bidang perpajakan,
setiap orang, badan usaha dan badan hukum
tertentu wajib membayar pajak kepada negara .
Perusahaan dagang tergolong sebagai sebuah
badan yang menjalankan perusahaan sehingga
wajib membayar pajak kepada negara . Pajak
yang harus di bayar adalah Pajak Penghasilan
(PPh) dan jenis pajak lainnya sesuai dengan
jenis barang yang diperdagangkannya .
• Hubungan Hukum Perusahaan Dagang
• Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya
bahwa perusahaan dagang adalah perusahaan
yang di jalankan oleh satu orang pengusaha .
Adapun jikalau ada orang lain yang terlibat
dalam perusahaan dagang tersebut, mereka
adalah para pembantu dalam perusahaan yang
hubungan hukumnya bersifat intern, yaitu
hubungan kerja (hubungan hukum ketenaga
kerjaan) dan pemberian kuasa . Di samping
hubungan hukum yang bersifat intern, terdapat
pula hubungan hukum yang bersifat ekstern .
• 1. Hubungan hukum intern
• Pembantu-pembantu didalam perusahaan
dagang dapat meliputi pelayan toko, pekerja
keliling, tukang, manajer, dan sebagainya .
Hubungan para pengusaha dengan pembantunya
didalam perusahaan bersifat hukum perburuhan
atau hubungan kerja . Sang pengusaha berfungsi
sebagai majikan dan pembantu sebagai pekerja
atau buruh . Di samping itu, terdapat pula
pembantu yang berada di luar perusahaan,
misalnya agen, sales, makelar komisioner,
konsultan, dan akuntan . Hubungan antara
pengusaha dan para pembantunya di luar
perusahaan bersifat pemberian kuasa .
• 2. Hubungan hukum ekstern (hubungan hukum
dengan pihak ketiga)
• Perbuatan pengusaha atau pembantunya terhadap
pihak ketiga dapat menjadi perbuatan hukum dan
dapat pula menjadi perbuatan melawan hukum
sehingga akibatnya berbeda pula, antara lain
– terhadap perikatan-perikatan yang timbul dari
perbuatan hukum (misalnya perjanjian), sang
pengusaha wajib untuk melaksanakannya meskipun itu
dilakukan oleh pembantunya .
– terhadap perikatan-perikatan yang timbul dari
perbuatan melawan hukum, baik yang dilakukan sendiri
oleh pengusaha maupun oleh pembantunya menjadi
tanggung jawab pengusaha (Purwosutjipto, 2008: 6) .
• Keunggulan Perusahaan Dagang
• Perusahaan dagang memiliki keunggulan-
keunggulan sebagai berikut
• 1.Pemilik bebas mengambil keputusan
• 2.Seluruh keuntungan perusahaan menjadi hak
milik perusahaan
• 3.Rahasia perusahaan terjamin
• 4.Pemilik lebih giat berusaha
• 5.Mudah mengubah jenis usahanya
• Kelemahan Perusahaan Dagang
• Selain memiliki kelebihan, perusahaan dagang
juga memiliki kelemahan sebagai berikut .
• 1.Tanggung jawab pemilik tidak terbatas
• 2.Sumber keuangan terbatas
• 3.Kelangsungan hidup perusahaan kurang
terjamin
• 4.Seluruh aktivitas manajemen dilakukan
sendiri sehingga pengelolaan manajemen
menjadi kompleks
Persekutuan Perdata (Maatschap)
• Menurut Pasal 1618 KUHPerdata, yang
dimaksud persekutuan perdata adalah “Suatu
perjanjian, dengan mana dua orang atau lebih
mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu
kedalam persekutuan dengan maksud untuk
membagi keuntungan atau kemanfaatan yang
diperoleh karenanya.”
Unsur-unsur Persekutuan Perdata
• Dari rumusan pengertian persekutuan perdata dalam
Pasal 1618 KUHPerdata, dapat disimpulkan beberapa
unsur yang harus ada agar sebuah persekutuan
perdata terpenuhi, antara lain sebagai berikut .
• 1.Perjanjian, yaitu adanya kesepakatan diantara orang-
orang yang mempunyai kesamaan kepentingan untuk
menjalankan perusahaan .
• 2.Pemasukan (inbreng), yaitu masing-masing sekutu
wajib memasukkan sesuatu kedalam gabungan
kekayaan tersebut . Adapun pemasukan sesuatu dapat
berupa kekayaan, seperti uang atau barang . Selain itu,
dapat juga memasukkan keahlian .
• 3.Bertujuan untuk memperoleh keuntungan
atau laba . Tujuan dari kerja sama dan
pemasukan tersebut adalah untuk mencari
manfaat yang berupa keuntungan atau laba .
• 4.Keuntungan yang di peroleh di bagi bersama .
Artinya adalah keuntungan yang diperoleh tidak
untuk dinikmati oleh beberapa orang sekutu
saja, tetapi oleh seluruh sekutu yang di bagi
seimbang dengan pemasukannya . Sebaliknya,
kerugian dipikul oleh satu atau beberapa orang
saja, tetapi tidak demikian terhadap laba yang
diperoleh .
Cara Pendirian Persekutuan Perdata
• Persekutuan perdata dapat didirikan cukup
diatas sebuah perjanjian . Perjanjian tersebut
dapat berupa perjanjian tertulis, dapat pula
secara lisan karena Pasal 1618 KUHPerdata
tidak mengharuskan adanya perjanjian tertulis .
• Pengurus (Pemeliharaan) Perusahaan Perdata
• Pengurusan atau pemeliharaan sebuah persekutuan
perdata dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu
pengangkatan sekutu statuter (gerant statutaire) dan
pengangkatan sekutu mandater (gerant mandataire)
• Pengangkatan sekutu statuter (gerant statutaire)
ialah pada saat persekutuan perdata tersebut
didirikan melalui sebuah perjanjian, sekaligus
diangkat pengurus yang diberi tugas untuk
menjalankan perusahaan tersebut . Kedudukan
sekutu statuter tidak dapat diberhentikan selama
perusahaan tersebut masih berjalan .
• Sekutu statuter hanya dapat diperhentikan jika ada
alasan yang dapat dibenarkan oleh hukum, yaitu
keadaan-keadaan atau peristiwa yang tidak
memungkinkan seorang sekutu statuter itu
melakukan tugasnya dengan baik (Soekardono,
1982:45) . Dengan kata lain, sekutu statuter hanya
dapat diperhentikan oleh persekutuan perdata .
• Sekutu mandater (gerant mandataire) diangkat
beberapa waktu setelah persekutuan perdata
didirikan. Dalam pengangkatan itu, dipilih pengurus
untuk menjalankan roda perusahaan . Seorang
sekutu mandater kedudukannya sama dengan
seorang pemegang kuasa, yaitu kekuasaannya dapat
dicabut sewaktu-waktu (Purwosutjipto, 2008: 27) .
• Tanggung Jawab Ekstern Persekutuan Perdata
• Pertanggung jawaban sekutu persekutuan perdata
terhadap pihak ketiga adalah sebagai berikut .
• 1.Apabila seorang sekutu mengadakan hubungan
hukum dengan pihak ketiga maka sekutu yang
bersangkutan saja yang bertanggung jawab atas
perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh pihak
ketiga itu (meskipun dia mengatakan bahwa dia
berbuat untuk kepentingan persekutuan perdata).
• 2.Perbuatan sekutu tersebut baru mengikat
sekutu-sekutu lainnya apabila :
– 1.benar-benar ada surat kuasa dari sekutu lainnya;
– 2.hasil perbuatannya atau keuntungannya telah benar-
benar dinikmati oleh persekutuan perdata ;
• -3. apabila beberapa orang sekutu persekutuan
perdata mengadakan hubungan hukum dengan
pihak ketiga maka para sekutu itu dapat di
pertanggung jawabkan sama rata meskipun
pemasukan mereka tidak sama . Kecuali apabila
dalam perjanjian yang di buatnya dengan pihak
ketiga itu dengan tegas di tetapkan imbangan
pertanggung jawaban masing-masing sekutu
yang turut mengadakan perjanjian itu .
Berakhirnya Persekutuan Perdata
• Persekutuan perdata berakhir oleh sebab-sebab
berikut ini .
• 1.Lewatnya waktu manakala persekutuan
perdata itu didirikan
• 2.Musnahnya barang atau telah diselesaikannya
usaha yang menjadi tugas pokok persekutuan
perdata itu didirikan .
• 3.Kehendak dari seorang atau beberapa orang
sekutu
• 4.Salah seorang sekutu meninggal dunia atau
dibawah pengampunan atau dinyatakan pailit
Persekutuan firma (FA)
• Menurut Pasal 16 KUHD, persekutuan firma
adalah persekutuan yang diadakan untuk
menjalankan perusahaan dengan memakai nama
bersama . Persekutuan firma merupakan bentuk
khusus dari persekutuan perdata . Kekhususan
persekutuan firma adalah dalam hal menjalankan
perusahaan dan menggunakan nama bersama .
Lebih lanjut, nama bersama dapat diambil dari
nama salah seorang sekutu, nama dari salah
seorang sekutu dengan tambahan, misalnya Fa
Djohan & Brothers, atau gabungan para nama
sekutunya, misalnya Fa Ambari (singkatan dari
nama Amir, Basyir, dan Heri) .
• Persekutuan firma merupakan persekutuan antara dua
orang atau lebih dengan nama bersama untuk
melaksanakan usaha, umumnya di bentuk oleh orang-
orang yang memiliki keahlian yang sama atau seprofesi
dengan tanggung jawab masing-masing anggota tidak
terbatas dan laba ataupun kerugian akan di tanggung
bersama . Pemilik firma terdiri atas beberapa orang
yang bersekutu dan masing-masing anggota
persekutuan menyerahkan kekayaan pribadi sesuai
dengan yang tercantum dalam akta pendirian
perusahaan . Para pendiri firma umumnya telah saling
kenal dan percaya satu sama lain serta masing-masing
anggota telah mengetahui dan memahami segala
resikonya dan menjadi tanggung jawab para pendirinya .
Risiko dan badan usaha ini ditanggung bersama oleh
para sekutu atau pendiri, termasuk dengan harta
pribadinya (tanggung-renteng) .
Ciri-ciri Persekutuan Firma
• Persekutuan firma memiliki ciri-ciri sebagai
berikut .
• 1.Sekutu firma (firmant) biasanya sudah saling
kenal dan saling percaya .
• 2.Perjanjian firma dapat dilakuan, baik
dihadapan notaris maupun di bawah tangan .
• 3.Memakai nama bersama dalam kegiatan
usaha.
• 4.Adanya tanggung jawab dan risiko kerugian
yang tidak terbatas
• Pendirian Persekutuan Firma
• Pasal 22 KUHD menyatakan bahwa persekutuan firma
harus didirikan dengan akta autentik . Akan tetapi,
ketiadaan akta yang demikian tidak dapat dikemukakan
untuk merugikan pihak ketiga . Lebih lanjut, Pasal 23
KUHD dan Pasal 28 KUHD menyebutkan bahwa setelah
akta pendirian di buat maka harus didaftarkan kepada
panitera Pengadilan Negeri tempat firma tersebut
berkedudukan . Kemudian, akta pendirian tersebut harus
di umumkan dalam berita Negara Republik Indonesia .
Selama akta pendirian belum didaftarkan dan
diumumkan, firma dianggap sebagai persekutuan umum
yang menjalankan segala macam usaha, didirikan untuk
jangka waktu yang tidak terbatas dan semua sekutu
berwenang untuk menanda tangani berbagai surat firma
ini sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 KUHD .
• Pengurusan (Pemeliharaan) Persekutuan Firma

• Siapa yang melakukan pengurusan atas sebuah


persekutuan firma ditentukan dalam akta
(perjanjian) pendirian firma . Apabila hal tersebut
belum diatur maka harus diatur dalam akta
tersendiri dan juga harus didaftarkan ke panitera
Pengadilan Negeri setempat serta diumumkan
dalam tambahan berita Negara Republik Indonesia .
Lebih lanjut, dalam akta pendirian tersebut harus
dicantumkan sekutu yang melakukan pengurusan
dan penunjukan sekutu yang tidak berhak bertindak
keluar atas nama perseroan firma . Apabila tidak
ada pencantuman tersebut maka semua sekutu
dapat bertindak keluar mewakili firma yang
mengikat sekutu-sekutu lainnya .
• Tanggung Jawab Ekstern Persekutuan Firma
• Tanggung jawab ekstern mencakup hal-hal berikut ini .
• 1.Perikatan yang dilakukan oleh sekutu yang diberikan hak
untuk bertindak keluar mewakili persekutuan firma
menjadi tanggung jawab semua sekutu yang bersifat
tanggung-renteng . Tanggung-renteng artinya adalah
tanggung jawab dengan kekayaan pribadi, untuk semua
perikatan yang dibuat oleh persekutuan firma, meskipun
yang membuat adalah sekutu lain, termasuk perikatan-
perikatan yang timbul karena perbuatan melawan hukum .
Apabila salah satu sekutu telah melunasi kewajiban
terhadap pihak ke tiga maka ia membebaskan sekutu
lainnya .
• 2.Perikatan yang dilakukan oleh sekutu yang tidak berhak
mewakili persekutuan firma bertindak keluar menjadi
tanggung jawab pribadi sekutu yang bersangkutan saja .
Keunggulan Persekutuan Firma
• Persekutuan firma memiliki keunggulan-
keunggulan sebagai berikut .
• 1.Kemampuan manajemen lebih besar karena
adanya pembagian kerja diantara para
sekutunya .
• 2.Pendiriannya relatif mudah, baik dengan akta
maupun tidak dengan akta pendirian .
• 3.Kebutuhan modal lebih mudah terpenuhi .
Kelemahan Persekutuan Firma
• Selain memiliki keunggulan, persekutuan
firma juga memiliki kelemahan, antara lain.
• 1.tanggung jawab tidak terbatas, tanggung
jawab bersifat tanggung-renteng ;
• 2.kerugian yang disebabkan oleh seorang
sekutu harus ditanggung bersama dengan
sekutu lainnya.
• 3.kelangsungan hidup perusahaan tidak
menentu
Berakhirnya Persekutuan Firma
• Pada dasarnya, persekutuan firma adalah sebuah
persekutuan perdata sehingga sebab-sebab
berakhirnya sebuah persekutuan firma sama
dengan persekutuan perdata, antara lain .
• 1.lewatnya waktu manakala persekutuan perdata
itu didirikan ;
• 2.musnahnya barang atau telah diselesaikannya
usaha yang menjadi tugas pokok persekutuan firma
itu didirikan ;
• 3.kehendak dari seorang atau beberapa orang
sekutu ;
• 4.salah seorang sekutu meninggal dunia atau di
bawah pengampunan atau dinyatakan pailit ;
Persekutuan Komanditer
(Commanditaire Vennootschap—CV)
• Persekutuan komanditer (CV) adalah persekutuan firma yang
mempunyai satu atau beberapa orang sekutu komanditer . Secara
sederhana, dapat dikatakan bahwa CV adalah sebuah bentuk
badan usaha bisnis yang didirikan dan dimiliki oleh dua orang atau
lebih untuk mencapai tujuan bersama dengan tingkat keterlibatan
yang berbeda-beda di antara anggotanya . Satu pihak dalam CV
mengelola usaha dengan aktif secara tanggung-renteng dan pihak
lainnya hanya menyertakan modal saja tanpa harus melibatkan
harta pribadi ketika krisis finansial .

• Bentuk CV adalah bentuk perusahaan kedua setelah PT yang paling


banyak digunakan para pelaku bisnis untuk menjalankan kegiatan
usahanya di Indonesia . Namun, tidak semua bidang usaha dapat
dijalankan dengan CV . Hal ini mengingat adanya beberapa bidang
usaha tertentu yang diataur secara khusus dan hanya dapat
dilakukan oleh badan usaha PT .
• Pendirian CV
• Persekutuan perdata pada hakikatnya adalah
sebuah persekutuan firma atau bentuk khusus
dari persekutuan firma . Oleh karena itu,
prosedur pendirian CV sama halnya dengan
prosedur pendirian persekutuan firma, yakni
pembuatan akta pendirian oleh notaris . Dalam
Pasal 22 KUHD, disebutkan bahwa persekutuan
firma harus didirikan dengan akta autentik . Akan
tetapi, ketiadaan akta yang demikian tidak dapat
dikemukakan untuk merugikan pihak ketiga .
Selanjutnya, akta pendirian didaftarkan kepada
panitera Pengadilan Negeri tempat CV tersebut
berkedudukan . Setelah itu, akta pendirian
tersebut diumumkan dalam berita negara
Republik Indonesia .
Dua Macam Sekutu dalam CV
• Dalam setiap CV, terdapat dua macam sekutu, yaitu
sekutu komplementer dan sekutu komanditer .
• 1.Sekutu komplementer
• Sekutu komplementer biasa disebut dengan sekutu
aktif (active partner) atau sekutu kerja . Sekutu
komplementer mempunyai hak dan kewajiban sebagai
berikut .
– Wajib mengurus CV
– Berhak memasukkan uang atau kekayaan lainnya kepada
CV .
– Wajib bertanggung jawab secara tanggung-renteng atas
kewajiban CV terhadap pihak ke tiga
– Berhak menerima pembagian keuntungan
• 2.Sekutu komanditer
• Sekutu komanditer biasa disebut dengan sekutu diam
(silent partner) atau sekutu pelepas uang . Sekutu
komanditer mempunyai hak dan kewajiban sebagai
berikut .
– Wajib menyerahkan uang atau kekayaan lainnya kepada CV .
– Wajib bertanggung jawab atas kewajiban persekutuan
terhadap pihak ke tiga terbatas pada jumlah pemasukan
yang telah disetor untuk modal persekutuan .
– Berhak memperoleh pembagian keuntungan
– Sekutu komanditer dilarang untuk melakukan pengurusan
meskipun dengan menggunakan surat kuasa . Akan tetapi,
sekutu komanditer boleh melakukan pengawasan jika
ditetapkan dalam akta pendirian . Apabila sekutu komanditer
melakukan pengurusan persekutuan maka tanggung
jawabnya diperluas menjadi sama dengan sekutu
komplementer, yaitu tanggung jawab secara tanggung-
renteng .
Tiga Macam CV
• Menurut Purwosutjipto, ada tiga macam CV, yaitu CV
diam-diam, CV terang-terangan dan CV dengan
saham .
• 1. CV diam-diam
• CV diam-diam adalah CV yang belum menyatakan
dirinya secara terang-terangan kepada pihak ketiga
sebagai CV . Dalam bertindak keluar, CV tersebut
masih menyatakan dirinya sebagai persekutuan firma .
Akan tetapi, dalam bertindak ke dalam, ia sudah
menjadi persekutuan komanditer . Hal ini karena salah
seorang atau beberapa orang sekutu sudah menjadi
sekutu komanditer .
• 2. CV terang-terangan
• CV terang-terangan adalah CV yang dengan
terang-terangan menyatakan dirinya sebagai
CV kepada pihak ke tiga .
• 3. CV dengan saham
• CV dengan saham adalah CV terang-terangan
yang modalnya terdiri atas saham-saham .
Pada hakikatnya, persekutuan bentuk ini sama
saja dengan CV biasa (terang-terangan) .
Perbedaannya hanya terletak pada
pembentukan modal, yaitu dengan cara
mengeluarkan saham.
• Keunggulan CV
• CV memiliki keunggulan sebagai berikut .
• 1.Kemampuan manajemen yang lebih besar
• 2.Proses pendiriannya relatif mudah
• 3.Modal yang dikumpulkan dapat lebih besar
•  
• Kelemahan CV
• Selain memiliki keunggulan, CV memiliki beberapa
kelemahan, antara lain .
• 1.sebagian sekutu yang menjadi persero aktif
memiliki tangung jawab tidak terbatas ;
• 2.sulit untuk menarik modal kembali ;
• 3.kelangsungan hidup perusahaan tidak menentu ;
Berakhirnya CV
• CV berakhir oleh sebab-sebab berikut ini .
• 1.Lampaunya waktu untuk mendirikan sebuah CV .
• 2.Musnahnya barang atau telah diselesaikannya
usaha yang menjadi tugas pokok CV itu didirikan .
• 3.Kehendak dari seorang atau beberapa orang
sekutu .
• 4.Salah seorang sekutu meninggal dunia atau
dibawah pengampunan atau dinyatakan pailit
Perseroan Terbatas (PT)
• Perseroan Terbatas (PT) merupakan bentuk badan
usaha atau perusahan yang paling banyak dipakai
sebagai wadah kegiatan bisnis di Indonesia . Bentuk PT
merupakan penyempurnaan dari bentuk CV yang
masih mengandung beberapa kelemahan, terutama
karena masih adanya tanggung jawab tidak terbatas
terhadab kewajiban kepada pihak ketiga . Tanggung
jawab tersebut melibatkan kekayaan pribadi .
• Pelaku bisnis lebih menginginkan adanya tanggung
jawab terbatas, yaitu adanya pemisah harta kekayaan
pribadi dari tanggung jawab perusahaan terhadap
pihak ketiga . Oleh karena itu, dibuatlah bentuk usaha
yang mengatur perihal tanggung jawab pemilik hanya
terbatas pada modal yang mereka setorkan .
• Bentuk usaha inilah yang dinamakan dengan Perseroan
Terbatas (PT) . Dengan adanya pemisahan harta
kekayaan tersebut, PT digolongkan sebagai suatu
badan hukum, tidak demikian halnya dengan
perusahaan dagang, persekutuan perdata,
persekutuan firma, dan CV yang tidak dapat
digolongkan sebagai badan hukum .
• Perkembangan hukum PT sangat dinamis . Pada
awalnya, sumber hukumnya adalah KUHD yang juga
mengatur firma dan CV . Namun, karena pesatnya
perkembangan PT sehingga dibuatlah undang-undang
tersendiri, yaitu Undang-Undang Nomer 1 Tahun 1995
tentang Perseroan Terbatas . UU ini kemudian
diperbaharui dengan Undang-Undang Nomer 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas . Lebih lanjut, karena
luasnya pembahasan tentang PT, pada bab selanjutnya
akan dijelaskan secara lebih terperinci hal-hal yang
berkaitan dengan PT .
Bab 5. Perseroan Terbatas

• PENGERTIAN
• Berdasarkan Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomer
40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang
dimaksud dengan perseroan terbatas (PT) (yang
selanjutnya disebut perseroan) adalah badan
hukum yang merupakan persekutuan modal dan
didirikan berdasarkan perjanjian . Lebih lanjut,
perseroan melakukan kegiatan usaha dengan
modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham
dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
undang-undang serta peraturan pelaksanaannya .
• Sebagaimana telah disebutkan dalam Pasal 1 butir 1
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 bahwa bentuk
hukum perseroan adalah badan hukum . Sebagai sebuah
badan hukum maka tanggung jawab pemilik atau
pemegang saham adalah terbatas . Selanjutnya, Pasal 3
ayat (1) menyatakan bahwa pemegang saham perseroan
tidak bertanggung awab secara pribadi atas perikatan
yang dibuat atas nama perseroan terbatas dan tidak
bertanggung jawab atas kerugian perseroan melebihi
saham yang dimiliki . Ketentuan ini mempertegas ciri
perseroan bahwa pemegang saham hanya bertanggung
jawab sebesar setoran atas seluruh saham yang
dimilikinya dan tidak meliputi harta kekayaan pribadinya .
Dalam hal-hal tertentu, tidak tertutup kemungkinan
hapusnya tanggung jawab terbatas tersebut apabila
terbukti terjadi hal-hal yang disebutkan dalam ayat ini ...
• Tanggung jawab terbatas ini tidak berlaku apabila
• 1.persyaratan perseroan sebagai badan hukum
belum atau tidak terpenuhi
• 2.pemegang saham yang bersangkutan, baik
langsung maupun tidak langsung dengan itikad
buruk memanfaatkan perseroan untuk
kepentingan pribadi ;
• 3.pemegang saham yang bersangkutan terlibat
dalam perbuatan melawan hukum yang
dilakukan oleh perseroan ; atau
• 4.pemegang saham yang bersangkutan, baik
langsung maupun tidak langsung secara melawan
hukum menggunakan kekayaan perseroan yang
mengakibatkan kekayaan perseroan menjadi
tidak cukup untuk melunasi utang perseroan .
• Tanggung jawab pemegang saham sebesar
setoran atas seluruh saham yang dimilikinya
kemungkinan hapus apabila terbukti terjadi
pencampuran harta kekayaan pribadi
pemegang saham dan harta kekayaan
perseroan . Dengan kata lain, perseroan
didirikan semata-mata sebagai alat yang
dipergunakan oleh pemegang saham untuk
memenuhi tujuan pribadinya sebagaimana
dimaksud dalam butir (2) dan (4) .
PENDIRIAN PERSEROAN
• Perseroan sebagai sebuah badan hukum
mempunyai persyaratan-persyaratan dan
mekanisme pendirian yang berbeda dengan
bentuk-bentuk usaha lainnya, yaitu firma dan CV .
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk
mendirikan sebuah perseroan, yaitu (1) didirikan
oleh dua orang atau lebih dan (2) setiap pendiri
perseroan wajib mengambil bagian pada saat
saham perseroan didirikan .
Prosedur Pendirian Perseroan
• Berikut ini adalah beberapa prosedur dalam
mendirikan perseroan
• 1. Pembuatan akta pendirian oleh notaris
• Para pendiri menghadap notaris untuk dibuatkan
akta autentik mengenai perjanjian mereka untuk
mendirikan sebuah PT .
• 2. Pengesahan oleh menteri dalam bidang hukum
dan hak asasi manusia (MENKUMHAM) .
• Akta pendirian yang dibuat oleh akta notaris
tersebut selanjutnya diajukan kepada menteri
Hukum dan HAM untuk mendapatkan
pengesahan dari pemerintah .
• Permohonan untuk memperoleh keputusan dari Menteri
Hukum dan HAM harus diajukan kepada menteri paling
lambat 60 (enam puluh) hari terhitung sejak akta pendirian
ditanda tangani . Dengan keluarnya keputusan Menteri
Hukum dan HAM maka perseroan tersebut telah
memperoleh status sebagai sebuah badan hukum.
• Perbuatan hukum atas nama perseroan yang belum
memperoleh status badan hukum hanya boleh dilakukan
oleh semua anggota direksi bersama dengan semua pendiri
serta semua anggota dewan komisaris perseroan . Mereka
bertanggung jawab secara penuh atas perbuatan hukum
tersebut . Sementara itu, perbuatan hukum atas nama
perseroan yang dilakukan oleh pendiri atas nama
perseroan yang belum memperoleh status badan hukum
menjadi tanggung jawab pendiri yang bersangkutan dan
tidak mengikat perseroan .
• 3. Pendaftaran perseroan
• Pendaftaran perseroan memuat data perseroan
yang meliputi nama dan tempat kedudukan dan
alamat lengkap, maksud dan tujuan serta
kegiatan usaha, jangka waktu pendirian, dan
sebagainya. Lebih lanjut, pendaftaran perseroan
diselenggarakan oleh Menteri Hukum dan HAM .
• 4. Pengumuman didalam tambahan berita negara
republik Indonesia .
• Pengumuman dilakukan dalam waktu paling
lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak
tanggal diterbitkannya keputusan menteri
mengenai pengesahan sebagai badan hukum .
MODAL DAN SAHAM
• Modal
• Modal dasar perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal
saham . Modal dasar perseroan paling sedikit adalah Rp
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
• Namun, undang-undang yang mengatur usaha tertentu
dapat menentukan jumlah minimum modal perseroan
yang lebih besar dari pada ketentuan modal dasar yang
disebutkan di atas. Paling sedikit 25% (dua puluh lima
persen) dari modal dasar tersebut harus ditempatkan
dan disetor penuh di buktikan dengan bukti penyetoran
yang sah adalah bukti setoran pemegang saham ke
dalam rekening bank atas nama perseroan, data dari
laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan, atau
neraca perseroan yang di tanda tangani oleh direksi dan
dewan komisaris
• Pengeluaran saham lebih lanjut yang dilakukan setiap
kali untuk menambah modal yang di tempatkan harus di
setor penuh . Penyetoran atas modal saham dapat
dilakukan dalam bentuk uang dan/atau dalam bentuk
lainnya . Dalam hal penyetoran modal saham dilakukan
dalam bentuk lain, penilaian setoran modal saham
ditentukan berdasarkan nilai yang wajar yang ditetapkan
sesuai dengan harga pasar atau oleh ahli yang tidak
terafiliasi dengan perseroan .
• Yang dimaksud dengan ahli yang tidak terafiliasi adalah
ahli yang tidak mempunyai .
• 1. hubungan keluarga karena perkawinan atau
keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal
maupun vertikal dengan pegawai, anggota direksi, atau
pemegang saham dari perseroan;
• 2. hubungan dengan perseroan karena adanya
kesamaan satu atau lebih anggota direksi atau dewan
komisaris ;
• 3. hubungan pengendalian dengan perseroan, baik
langsung maupun tidak langsung ; dan/atau ;
• 4. saham dalam perseroan sebesar 20% (dua puluh
persen) atau lebih .
• Penyetoran saham dalam bentuk benda tidak bergerak
harus diumumkan dalam suatu surat kabar atau lebih,
dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari setelah akta
pendirian ditanda tangani atau setelah rapat umum
pemegang saham (RUPS) memutuskan penyetoran
saham tersebut . Lebih lanjut, maksud diumumkannya
penyetoran saham dalam bentuk benda tidak bergerak
dalam surat kabar adalah agar dapat diketahui oleh
umum dan memberikan kesempatan kepada pihak
yang berkepentingan untuk dapat mengajukan
keberatan atas penyerahan benda tersebut sebagai
setoran modal saham, misalnya ternyata diketahui
benda tersebut bukan milik penyetor .
• Penambahan Modal
• Penambahan modal perseroan dilakukan berdasarkan
persetujuan RUPS . RUPS dapat menyerahkan kewenangan
kepada dewan komisaris guna menyetujui pelaksanaan
keputusan RUPS untuk jangka waktu paling lama satu tahun .
Penyerahan kewenangan tersebut dapat sewaktu-waktu ditarik .
• Keputusan RUPS untuk penambahan modal dasar adalah sah
apabila dilakukan dengan memperhatikan persyaratan kuorum
dan jumlah suara setuju untuk perubahan anggaran dasar sesuai
dengan ketentuan dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas .
Lebih lanjut, keputusan RUPS untuk penambahan modal
ditempatkan dan disetor dalam batas modal dasar adalah sah
apabila dilakukan dengan kuorum kehadiran ½ (satu per dua)
bagian dari seluruh suara yang dikeluarkan, kecuali ditentukan
lebih besar dalam anggaran dasar . Penambahan modal wajib
diberitahukan kepada Menteri Hukum dan HAM untuk dicatat
dalam daftar perseroan .
• Saham
• Saham perseroan dikeluarkan atas nama pemiliknya .
Perseroan hanya diperkenankan untuk mengeluarkan
saham atas nama pemiliknya dan tidak boleh
mengeluarkan saham atas tunjuk . Persyaratan
kepemilikan saham dapat ditetapkan dalam anggaran
dasar dengan memperhatikan persyaratan yang
ditetapkan oleh instansi yang berwenang sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan . Dalam hal
persyaratan kepemilikan saham telah ditetapkan dan
tidak dipenuhi, pihak yang memperoleh kepemilikan
saham tersebut tidak dapat menjalankan hak selaku
pemegang saham dan saham tersebut tidak
diperhitungkan dalam kuorum yang harus dicapai
sesuai dengan Undang-Undang Perseroan Terbatas
atau anggaran dasar . Selanjutnya, nilai saham harus
dicantumkan dalam mata uang rupiah . Saham tanpa
nilai nominal tidak dapat dikeluarkan .
• Saham memberi hak kepada pemiliknya, antara lain
• 1. hak untuk dicatat dalam daftar pemegang saham ;
• 2. hak untuk menghadiri dan mengeluarkan suara
dalam RUPS ;
• 3. hak untuk menerima deviden yang dibagikan ;
• 4. hak untuk menerima sisa kekayaan hasil likuidasi .
• Anggaran dasar perseroan menetapkan satu
klasifikasi saham atau lebih . Yang dimaksud dengan
klasifikasi saham adalah pengelompokan saham
berdasarkan karakteristik . Setiap saham dalam
klasifikasi yang sama memberikan kepada
pemegangnya hak yang sama . Dalam hal terdapat
lebih dari satu klasifikasi saham, anggaran dasar
menetapkan salah satu diantaranya sebagai saham
biasa .
• Yang dimaksud saham dengan biasa adalah
saham yang mempunyai hak suara untuk
mengambil keputusan dalam RUPS mengenai
segala hal yang berkaitan dengan pengurusan
perseroan, mempunyai hak untuk menerima
deviden yang dibagikan, dan menerima sisa
kekayaan hasil likuidasi . Hak suara yang dimiliki
oleh pemegang saham biasa dapat dimiliki juga
oleh pemegang saham klasifikasi lain .
• Klasifikasi saham sebagaimana disebutkan di
atas, antara lain .
• 1. saham dengan hak suara atau tanpa hak
suara ;
• 2. saham dengan hak khusus untuk mencalonkan
anggota direksi dan/atau anggota dewan
komisaris ;
• 3. saham yang setelah jangka waktu tertentu ditarik
kembali atau di tukar dengan klasifikasi saham lain ;
• 4. saham yang memberikan hak kepada pemegangnya
untuk menerima deviden lebih dahulu dari pemegang
saham klasifikasi lain atas pembagian deviden secara
kumulatif atau nonkumulatif ;
• 5. saham yang memberikan hak kepada pemegangnya
untuk menerima lebih dahulu dari pemegang saham
klasifikasi lain atas pembagian sisa kekayaan perseroan
dalam likuidasi .
• Bermacam-macam klasifikasi saham diatas tidak selalu
menunjukkan bahwa klasifikasi tersebut masing-
masing berdiri sendiri, terpisah satu sama lain, tetapi
dapat merupakan gabungan dari dua klasifikasi atau
lebih .
ORGAN PERSEROAN
• Organ perseroan meliputi
• (1) rapat umum pemegang saham
• (2) direksi, dan
• (3) dewan komisaris .
Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS)
• Rapat umum pemegang saham adalah organ perseroan yang
mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada direksi atau
dewan komisaris dalam batas yang ditentukan dalam undang-
undang dan/atau anggaran dasar . Dari rumusan pengertian
tersebut, yang dimaksud dengan wewenang yang tidak diberikan
kepada direksi atau dewan komisaris adalah hak untuk .
• 1.mengangkat dan memberhentikan anggota direksi dan
komisaris ;
• 2.menyetujui penggabungan, peleburan, pengambil alihan, atau
pemisahaan ;
• 3.menyetujui pengajuan permohonan agar perseroan dinyatakan
pailit ;
• 4.menyetujui perpanjangan jangka waktu berdirinya perseroan ;
• 5.mengubah anggaran dasar ;
• 6.membubarkan perseroan ;
• RUPS terdiri atas RUPS tahunan dan RUPS lainnya atau yang
didalam praktik biasanya disebut RUPS luar biasa (RUPSLB) .
RUPS tahunan wajib diadakan dalam jangka waktu paling
lambat enam bulan setelah tahun buku berakhir . RUPS
lainnya dapat diadakan setiap waktu berdasarkan kebutuhan
untuk kepentingan perseroan . Direksi menyelenggarakan
RUPS tahunan dan RUPS luar biasa dengan didahului oleh
pemangilan RUPS . Lebih lanjut, penyelenggaraan RUPS
dapat dilakukan atas permintaan berikut .
• 1. Satu orang atau lebih pemegang saham yang bersama-
sama mewakili 1/10 (satu persepuluh) atau lebih dari jumlah
seluruh saham dengan hak suara, kecuali anggaran dasar
menentukan suatu jumlah yang lebih kecil .
• 2. Dewan komisaris
• Direksi wajib melakukan pengambilan RUPS dalam jangka
waktu paling lambat 15 (lima belas) hari terhitung sejak
tanggal permintaan penyelenggaraan RUPS diterima .
Dewan Komisaris
• Dewan komisaris adalah organ perseroan yang
bertugas untuk melakukan pengawasan secara
umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran
dasar serta memberi nasehat kepada direksi .
Dewan komisaris melakukan pengawasan atas
kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada
umumnya, baik mengenai perseroan maupun
usaha perseroan dan memberi nasehat kepada
direksi . Lebih lanjut, pegawasan dan pemberian
nasehat dilakukan untuk kepentingan perseroan
dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.
• Setiap anggota dewan komisaris wajib dengan itikad baik,
kehati-hatian, dan bertanggung jawab dalam menjalankan
tugas pengawasan dan pemberian nasehat kepada direksi
untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud
dan tujuan perseroan . Setiap anggota dewan komisaris
juga ikut bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian
perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai
dalam menjalankan tugasnya . Dalam hal dewan komisaris
terdiri atas dua anggota dewan komisaris atau lebih,
tanggung jawab tersebut berlaku secara taggung renteng
untuk setiap anggota dewan komisaris .
• Dewan komisaris terdiri atas satu orang anggota atau lebih .
Dewan komisaris yang terdiri atas lebih dari satu orang
anggota merupakan majelis dan setiap anggota dewan
komisaris tidak dapat bertindak sendiri-sendiri, melainkan
berdasarkan keputusan dewan komisaris .
• Berdasarkan anggaran dasar atau keputusan RUPS, dewan
komisaris dapat melakukan tindakan pengurusan perseroan
dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu tertentu . Dewan
komisaris yang dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu
tertentu melakukan tindakan pengurusan berlaku semua
ketentuan mengenai hak, wewenang, dan kewajiban direksi
terhadap perseroan dan pihak ketiga .
• Anggaran dasar perseroan dapat mengatur adanya satu orang
atau lebih komisaris independent dan satu orang komisaris
utusan . Komisaris independent diangkat berdasarkan
keputusan RUPS dari pihak yang tidak terafiliasi dengan
pemegang saham utama, anggota direksi dan/atau anggota
dewan komisaris lainnya . Sementara itu, komisaris utusan
merupakan anggota dewan komisaris yang ditunjuk
berdasarkan keputusan rapat dewan komisaris . Selanjutnya,
tugas dan wewenang komisaris utusan ditetapkan dalam
anggaran dasar perseroan dengan ketentuan tidak
bertentangan dengan tugas dan wewenang dewan komisaris
dan tidak mengurangi tugas pengurusan yang dilakukan
direksi .
• Dalam menjalankan tugas pengawasan, dewan komisaris
dapat membentuk komite yang anggotanya seorang atau
lebih anggota dewan komisaris . Komite tersebut
bertanggung jawab kepada dewan komisaris.
• Perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan
menghimpun dan/atau mengelola dana masyarakat,
perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang kepada
masyarakat atau perseroan terbuka wajib mempunyai paling
sedikit dua orang anggota dewan komisaris .
• Perseroan yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah, selain mempunyai dewan komisaris, wajib
mempunyai dewan pengawas syariah . Dewan pengawas
syariah terdiri atas seorang ahli syariah atau lebih yang
diangkat oleh RUPS atas rekomendasi Majelis Ulama
Indonesia (MUI) . Dewan pengawas syariah bertugas dalam
memberikan nasihat dan saran kepada direksi serta
mengawasi kegiatan perseroan agar sesuai dengan prinsip
syariah .
• Yang dapat diangkat mejadi anggota dewan
komisaris adalah orang perorangan yang cakap
melakukan perbuatan hukum, kecuali dalam
waktu lima tahun sebelum pengangkatannya
pernah
• (1) dinyatakan pailit,
• (2) menjadi anggota direksi atau anggota dewan
komisaris yang dinyatakan bersalah
menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit,
atau
• (3) dihukum karena melakukan tindak pidana
yang merugikan keuangan negara dan/atau yang
berkaitan dengan sektor keuangan .
Direksi
• Direksi adalah organ perseroan yang berwenang
dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan
perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai
dengan maksud dan tujuan perseroan serta
mewakili perseroan, baik didalam maupun diluar
pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran
dasar . Dalam Pasal 92 ayat (1) Undang-Undang
Perseroan Terbatas, ditegaskan bahwa direksi
menjalankan pengurusan perseroan untuk
kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan
perseroan . Ketentuan ini menugaskan direksi
untuk mengurus perseroan, yakni pengurusan
sehari-hari dari perseroan .
• Direksi berwenang dalam menjalankan pengurusan
sesuai dengan kebijakan yang dipandang tepat dalam
batas yang ditentukan dalam Undang-Undang
Perseroan Terbatas dan/atau anggaran dasar
perseroan . Yang dimaksud dengan kebijakan yang
dipandang tepat adalah kebijakan yang antara lain
didasarkan pada keahlian, peluang yang tersedia, dan
kelaziman dalam dunia usaha yang sejenis .
• Direksi perseroan terdiri atas satu orang anggota
direksi atau lebih . Lebih lanjut, perseroan yang
kegiatan usahanya berkaitan dengan menghimpun
dana/atau mengelola dana masyarakat, menerbitkan
surat pengakuan utang kepada masyarakat, atau
perseroan terbuka wajib mempunyai paling sedikit
dua orang anggota direksi .
• Dalam hal ini direksi terdiri atas dua anggota
direksi atau lebih, pembagian tugas dan
wewenang pegurusan diantara anggota direksi
ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS .
Dalam hal RUPS tidak menetapkan, pembagian
tugas dan wewenang anggota direksi ditetapkan
berdasarkan keputusan direksi . Direksi sebagai
organ perseroan yang melakukan pengurusan
perseroan memahami dengan jelas kebutuhan
pengurusan perseroan . Oleh karena itu, apabila
RUPS tidak menetapkan pembagian tugas dan
wewenang anggota direksi, sudah sewajarnya
penetapan tersebut dilakukan oleh direksi
sendiri .
Syarat Direksi
• Yang dapat diangkat menjadi anggota direksi
adalah orang perseorangan yang cakap melakukan
perbuatan hukum, kecuali dalam waktu lima tahun
sebelum pengangkatannya pernah
• (1) dinyatakan pailit,
• (2) menjadi anggota direksi atau anggota dewan
komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan
suatu perseroan dinyatakan pailit, atau
• (3) dihukum karena melakukan tindak pidana yang
merugikan negara dan/atau yang berkaitan dengan
sektor keuangan .
Tugas, Wewenang, dan Tanggung
Jawab Direksi
• Badan hukum bersifat unik karena untuk memperoleh hak dan
kewajibannya, badan hukum senantiasa bergantung oleh
seorang wakil yang lazim dinamakan pengurus, yaitu direksi .
• Tugas, wewenang, dan tanggung jawab direksi dalam Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2007 diatur dalam beberapa pasal,
antara lain Pasal 92 ayat (1) dan (2), Pasal 97 ayat (1) dan (2),
dan Pasal 98 ayat (1) . Pasal 92 ayat (1) mengatur tugas direksi
yang menyatakan bahwa direksi menjalankan pengurusan
perseroan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan
maksud dan tujuan perseroan . Selanjutnya, dalam ayat (2)
dijelaskan wewenang direksi yang menyatakan bahwa direksi
berwenang dalam menjalankan pengurusan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) sesuai dengan kebijakan yang diangap
tepat, dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang ini
dan/atau anggaran dasar .
• Sementara itu, Pasal 97 ayat (1) dan (2)
menjelaskan tanggung jawab direksi yang
menyatakan bahwa direksi bertanggung jawab atas
atas perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
92 ayat (1) . Pernyataan ini kemudian dipertegas
dalam ayat (2) yang menyatakan bahwa
pengurusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
wajib dilaksanakan oleh setiap anggota direksi
dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab .
Lebih lanjut, Pasal 98 ayat (1) menyatakan bahwa
direksi mewakili perseroan, baik di dalam maupun
di luar pengadilan .
• Berdasarkan isi pasal-pasal diatas, dapat
dirumuskan bahwa direksi apabila dilihat dari tugas
dan wewenangnya, ia mempunyai fungsi ganda,
yaitu fungsi kepengurusan dan perwakilan .
Kewenangan Bertindak Direksi
• Pasal 2 Undang-Undang Perseroan Terbatas menyatakan
bahwa kegiatan perseroan harus sesuai dengan maksud
dan tujuannya serta tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan ., ketertiban umum,
atau kesusilaan . Arti dari pasal tersebut ialah
menegaskan ruang lingkup wewenang direksi dan
pembatasan wewenang direksi .
• Dengan demikian, dalam menjalankan tugas dan
wewenangnya dalam melakukan pengurusan perseroan,
tindakan direksi senantiasa harus relevan dengan
maksud dan tujuan perseroan . Tindakan direksi yang
tidak relevan dengan klausal maksud dan tujuan serta
kegiatan perseroan disebut sebagai tindakan ultra vires
sehingga batal demi hukum dan tidak mengikat
perseroan .
• Prinsip batal demi hukum dan tidak mengikat perseroan ini
tidak berlaku mutlak . Kompensasi hukumnya bahwa
perbuatan yang dalam keadaan biasa adalah ultra vires tetap
dinyatakan sebagai intra vires dan oleh karenanya mengikat
perseroan apabila dilakukan sebagai keputusan bisnis yang
tulus dan dibuat berdasarkan itikad baik (honest business
decision made in good faith) . Prinsip ini dikenal dengan
bussines judgement principle . Adapun unsur-unsurnya
meliputi pihak ketiga dengan siapa perseroan melakukan
transaksi adalah pihak ketiga yang beritikad baik (in good
faith) dan direksi yang bertindak dengan kecermatan yang
wajar (reasonable care) .
• Tanggung jawab direksi yang melakukan perbuatan ultra
vires cukup tegas dinyatakan dalam Pasal 97 ayat (1), (2),
dan (3) . Berdasarkan ayat-ayat tersebut dapat disimpulkan
bahwa setiap anggota direksi bertanggung jawab penuh
secara pribadi apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai
dalam menjalankan tugasnya untuk kepentingan dan usaha
perseroan .
• Kedudukan Direksi Berdasarkan Kepercayaan dari
Perseroan (Fiduaciary Duties Principle)
• Prinsip fiduciary duties (tugas fidusia) adalah
prinsip yang lahir karena tugas dan kedudukan
yang dipercayakan kepadanya oleh perseroan .
Lebih lanjut, prinsip ini termuat dalam beberapa
pasal berikut .
• 1. Pasal 1 butir 5 Undang-Undang Nomer 40 Tahun
2007 yang menyatakan bahwa direksi adalah organ
perseroan yang berwenang dan bertangung jawab
penuh atas pengurusan perseroan untuk
kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili
perseroan, baik didalam maupun diluar pengadilan
sesuai dengan anggaran dasar .
• 2.Pasal 92 ayat (1) Undang-Undang Nomer 40
Tahun 2007 yang menegaskan bahwa direksi
bertanggung jawab penuh atas pengurusan
perseroan untuk kepentingan dan tujuan
perseroan, baik didalam maupun diluar pengadilan .
• 3.Pasal 97 Undang-Undang Nomer 40 Tahun 2007
yang menyatakan bahwa (1) direksi direksi
bertanggung jawab atas pengurusan perseroan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat (1) dan
(2) pengurusan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) wajib dilaksanakan oleh setiap anggota direksi
dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab .
• Lebih lanjut, tiga unsur penting dalam prinsip fiduciary
duties, antara lain duty of skills and care, duty of loyalty,
dan doctrine of corporate opportunity . Duty of skills and
care adalah prinsip yang merujuk pada kemampuan serta
kehati-hatian tindakan direksi . Duty of loyalty adalah
prinsip yang merujuk kepada itikad baik dari direksi untuk
bertindak semata-mata demi kepentingan dan tujuan
perseroan . Selanjutnya, Doctrine of corporate
opportunity adalah prinsip untuk tidak mengambil
keuntungan pribadi atas suatu kesempatan yang
sebenarnya dapat menjadi peluang untuk perusahaan .
• Konsekuensi terhadap pelanggaran prinsip kehati-hatian,
loyalitas, dan untuk kepentingan perseroan ditegaskan
dalam Pasal 97 ayat (3) Undang-Undang No 40 Tahun
2007 yang menyatakan bahwa setiap anggota direksi
bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian
perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai
dalam menjalankan tugasnya .
• Direksi yang dipersalahkan melanggar prinsip
kehati-hatian, loyalitas, dan untuk kepentingan
perseroan dapat mengajukan pembelaan
menurut business judgement principle
(keputusan bisnis yang tulus dan dibuat
berdasarkan itikad baik) . Lebih lanjut, business
judgement principle pada dasarnya terbagi
dalam dua hal, yaitu business judgement rule
dan business judgement doctrine . Business
judgement rule merujuk pada konsepsi bahwa
direksi harus selalu bertindak berdasarkan
itikad baik dengan informasi yang cukup dan
diolah secara cermat berdasarkan
kemampuannya (konsepsi in good faith) .
• Bentuk konkretnya adalah
• 1.kerugian bukan karena kesalahan atau
kelaleannya ;
• 2.telah melakukan pengurusan dengan itikad baik
dan kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai
dengan maksud tujuan perseroan ;
• 3.tidak mempunyai benturan kepentingan, baik
langsung maupun tidak langsung atas tindakan
pengurusan yang mengakibatkan kerugian ;
• 4.telah mengambil tindakan untuk mencegah
timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut .
• Sementara itu, business judgement doctrine
merujuk pada konsepsi bahwa tindakan tersebut
sah dan mengikat perseroan sepanjang itu
memang menjadi kewenangan direksi (intra vires) .
• KEWAJIBAN MENYAMPAIKAN LAPORAN TAHUNAN
DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI
• Kewajiban direksi membuat laporan tahunan
tercantum dalam Undang-Undang PT yang lama, yaitu
UU No 1 Tahun 1995 maupun UU PT yang terbaru,
yaitu UU Nomor Tahun 2007 . Kewajiban ini diatur
dalam Pasal 66 sampai dengan Pasal 69 Undan-
Undang perseroan terbatas Nomor 40 Tahun 2007 .
Hal-hal penting dari pasal-pasal tersebut adalah
sebagai berikut
• 1.Direksi wajib membuat dan menyampaikan laporan
tahunan pada RUPS setelah ditelaah oleh dewan
komisaris dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam)
bulan setelah tahun buku perseroan berakhir .
• 2.Laporan tahunan tersebut disusun berdasarkan
standart akuntansi keuangan, yaitu standart yang
ditetapkan oleh organisasi profesi akuntan Indonesia
yang diakui oleh pemerintah .
• 3.Laporan tahunan tersebut wajib ditanda tangani
oleh semua anggota direksi dan semua anggota
dewan komisaris yang menjabat pada tahun buku
yang bersangkutan .
• Apabila ada anggota direksi atau anggota dewan
komisaris yang tidak menanda tangani laporan
tahunan tersebut maka yang bersangkutan harus
menyebutkan alasan secara tertulis atau alasan
tersebut dinyatakan oleh direksi dalam surat
tersendiri yang dicantumkan dalam laporan tahunan .
• Jika terdapat anggota direksi atau anggota dewan
komisaris yang tidak menanda tangani laporan
tahunan tersebut dan tidak memberi alasan secara
tertulis maka yang bersangkutan dianggap telah
menyetujui isi laporan tersebut . Perlunya dibuat
secara tertulis adalah agar RUPS dapat
menggunakannya sebagai salah satu bahan
pertimbangan dalam memberikan penilaian
terhadap laporan tersebut .
• Penandatanganan laporan tahunan merupakan
bentuk pertanggung jawaban anggota direksi dan
anggota dewan komisaris dalam melaksanakan
tugasnya .
• Dalam hal laporan keuangan perseroan diwajibkan
untuk diaudit oleh akuntan publik, laporan tahunan
yang dimaksud adalah laporan tahunan yang
memuat laporan keuangan yang telah diaudit .
• 4.Direksi wajib menyerahkan laporan
keuangan perseroan kepada akuntan publik
apabila
– kegiatan perseroan adalah menghimpun dan/atau
mengelola dana masyarakat ;
– perseroan menerbitkan surat pengakuan utang
kepada masyarakat ;
– perseroan merupakan perseroan terbuka
– perseroan merupakan persero ;
– perseroan mempunyai aset dan/atau jumlah
peredaran usaha dengan jumlah nilai paling
sedikit Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar
rupiah) ; atau
– diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan .
• 5.Dalam hal laporan keuangan yang disediakan
ternyata tidak benar dan/atau menyesatkan,
anggota direksi dan anggota dewan komisaris
secara tanggung renteng bertanggung jawab
terhadap pihak yang dirugikan . Lebih lanjut,
anggota direksi dan anggota komisaris dibebaskan
dari tanggung jawab tersebut apabila terbukti
bahwa keadaan tersebut bukan karena
kesalahannya.
• TANGGUNG JAWAB DIREKSI EMITEN DAN
PERUSAHAAN PUBLIK ATAS LAPORAN KEUANGAN
• Berdasarkan keputusan Ketua Bapepam Nomor
Kep.40/PM/2003 tentang tanggung Jawab Direksi atas
Laporan Keuangan, direksi emiten dan perusahaan
publik wajib membuat surat pernyataan atau yang lazim
dikenal sebagai director’s certification on financial
statement . Sejak diberlakukanya sertifikasi tersebut,
timbul pertanyaan kenapa sertifikasi harus dilakukan .
• Direksi merupakan penerima kepercayaan dari pemodal
perseroan untuk mengelola dana milik pemodal
perseroan tersebut . Direksi menjalankan pengurusan
perseroan untuk kepentingan perseroan dan sesuai
dengan maksud dan tujuan perseroan . Oleh karena itu,
direksi harus dapat membuktikan bahwa kepercayaan
yang diberikan kepadanya dapat dipertanggung
jawabkan .
• Perseroan Terbatas melalui Pasal 67 menegaskan bahwa
“Laporan tahunan ditandatangani oleh semua anggota
direksi dan semua anggota dewan komisaris yang
menjabat pada tahun buku yang bersangkutan dan
disediakan dikantor perseroan sejak tanggal panggilan
RUPS untuk dapat diperiksa”.
• Sertifikasi laporan keuangan ditujukan untuk
meningkatkan profesionalisme pengelolaan perusahaan
dan memaksimalkan pengungkapan informasi dalam
laporan keuangan . Laporan keuangan harus
mencerminkan keadaan yang sebenarnya dari aset,
kewajiban, modal, dan hasil usaha perseroan . Dengan
demikian penanda tanganan laporan keuangan perseroan
adalah bentuk pertanggung jawaban seluruh anggota
direksi dalam melaksanakan tugasnya kepada pemilik
maupun kepada publik .
• Kewajiban penanda tanganan laporan ini teramat penting bagi
perusahaan yang menghimpun dana dan/atau mengelola dana
masyarakat agar tidak menyesakan masyarakat yang dapat
mengakibatkan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap
perseroan tersebut maupun terhadap pasar modal secara
kelembagaan.
• Berkaitan dengan uraian diatas maka di dalam opini akuntan,
alenia pertama selalu dinyatakan bahwa laporan keuangan adalah
tanggung jawab direksi, sedangkan opini adalah tanggung jawab
akuntan .
• Pada prinsipnya, tanggung jawab direksi atas laporan keuangan
bukanlah hal yang baru karena pada UU Perseroan Terbatas tahun
1995 yang telah diganti dengan UU Nomor 40 Tahun 2007 serta
UU Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal telah diatur secara
implicit tentang tanggung jawab tersebut, namun demikian
peraturan Bapepam mengharuskan direksi secara eksplisit
bertanggung jawab atas laporan keuangan perusahaan yang
dituangkan dalam surat pernyataan atas laporan keuangan
perusahaan .
• Regulasi Bapepam yang mengatur sertifikasi
laporan keuangan oleh direksi adalah Peraturan
Bapepam Nomor VIII.G.11 yang intinya mengatur
bahwa
• 1.direksi emiten atau perusahaan publik wajib
membuat surat pernyataan kebenaran atas isi
laporan keuangan tersebut ;
• 2.surat pernyataan tersebut ditanda tangani oleh
direktur utama dan seorang direktur yang
membawahi bidang akuntansi atau keuangan ;
• 3.direksi emiten atau perusahaan publik secara
tanggung renteng bertanggung jawab atas
pernyataan yang di buat, termasuk kerugian yang
mungkin timbul
• Dikeluarkannya Peraturan Bapepam Nomor
VIII.G. 11 tentang Tanggung jawab Direksi atas
Laporan Keuangan oleh Bapepam merupakan
respons dari Bapepam atas dikeluarkannya
Sarbanes Oxley Accounting Reform and
Investor Protection Act of 2002 (Sarbox) . SOX
telah didefinisikan sebagai undang-undang
sekuritas yang paling jauh jangkauannya AS .
SOX diundangkan karena semakin tingginya
tuntutan untuk menegakkan prinsip-prinsip
good corporate governance untuk segala
aspek dalam praktik dunia usaha .
• Tanggung Jawab Perdata Bersifat Tanggung
Renteng
• Perlu dipahami terlebih dahulu mengenai
pertanggung jawaban korporasi dilihat dari
perspektif hukum bisnis, khususnya tentang
tanggung jawab direksi . Direksi adalah lembaga
atau organ perseroan . Sementara itu, individunya
adalah direktur . Walaupun dalam struktunya
terbagi atas direktur utama, direktur 1, direktur 2,
direktur keuangan dan seterusnya lembaga yang
merupakan organ perseroan terbatas adalah
direksi . Tanggung jawab direksi adalah kolegial,
yaitu tanggung jawab yang berimbas pada
tanggung jawab tanggung renteng.
• Konsep tanggung renteng adalah konsep hukum perdata
yang menekankan tanggung jawab atas suatu kerugian
berada di pundak beberapa orang sekaligus . Dalam
konteks ini, tanggung jawab secara renteng adalah masing-
masing anggota direksi bertanggung jawab sampai kepada
kekayaan pribadi untuk bagian yang sama, apabila
melakukan penyalah gunaan wewenang atau melanggar
peraturan perundang-undangan yang berlaku .
• Pihak yang dirugikan dapat menuntut kepada seluruh
anggota direksi, baik bersama-sama maupun perorangan .
Dalam hal salah seorang diantara mereka sudah
menanggung pembayaran ganti kerugian maka
pembayaran salah seorang direktur tersebut
mengakibatkan direktur yang lain terbebas dari kewajiban
membayar ganti kerugian . Selanjutnya, direktur yang lain
wajib melaksanakan penggantian kerugian tersebut kepada
direksi yang telah membayar kepada pihak yang dirugikan .
Tanggung Jawab Pidana
• Dalam hal laporan keuangan yang disajikan oleh
direksi tidak benar, kondisi ini dapat dikategorikan
sebagai kejahatan perbankan . Pasal 90 Undang-
Undang Nomor 8 Tahun1995 tentang Pasar Modal
menegaskan sebagai berikut .
• “Dalam kegiatan perdagangan Efek, setiap Pihak
dilarang secara langsung atau tidak langsung :
• 1.menipu atau mengelabui Pihak lain dengan
menggunakan sarana dan atau cara apapun ;
• 2.turut serta menipu atau mengelabui pihak lain ;
dan
• 3.membuat pernyataan tidak benar mengenai
fakta yang material atau tidak mengungkapkan
fakta yang material agar pernyataan yang dibuat
tidak menyesatkan mengenai keadaan yang
terjadi pada saat pernyataan di buat dengan
maksud untuk menguntungkan atau
menghindarkan kerugian untuk diri sendiri atau
Pihak lain atau dengan tujuan memengaruhi Pihak
lain untuk membeli atau menjual Efek.”
• Laporan keuangan yang disajikan tidak benar
dapat dikategorikan melanggar Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1995 Pasal 90 butir c . Atas
perbuatan tersebut pelakunya diacam dengan
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun
dan denda paling banyak Rp 15.000.000.000 (lima
belas miliar rupiah)
Bab 6. Kepailitan
• DASAR HUKUM
• Dasar hukum berlakunya hukum kepailitan di
Indonesia terdapat dalam Undang-
UndangNomor 37 Tahun 2004 tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang (selanjutnya disebut
dengan UU Kepailitan dan PKPU) .
KONSEPSI
Pengertian
• Definisi kepailitan dalam UU Kepailitan dan PKPU
Bab I Pasal1 butir 1 adalah “Sita umum atas
semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan
dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di
bawah pengawasan Hakim Pengawas.” Lebih
lanjut, dalam butir 5 disebutkan bahwa yang
dimaksud kurator adalah “Balai Harta
Peninggalan atau orang perseorangan yang
diangkat oleh pengadilan untuk mengurus dan
membereskan harta Debitur Pailit dibawah
pengawasan Hakim Pengawas.”
• Pihak-pihak yang terkait dalam kepailitan adalah kreditor
dan debitur . Kreditur dalam 2 undang-undang tersebut
didefinisikan sebagai “Orang yang mempunyai piutang
karena perjanjian atau Undang-Undang yang dapat ditagih
di muka pengadilan.” Sementara itu, debitur adalah “Orang
yang mempunyai utang karena perjanjian atau Undang-
Undang yang pelunasannya dapat ditagih di muka
pengadilan.” Selanjutnya, yang dimaksud dengan utang
dalam butir 6 adalah .
• “Kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam
jumlah uang, baik dalam mata uang Indonesia maupun
mata uang asing, baik secara langsung maupun yang akan
timbul dikemudian hari atau kontinjen, yang timbul karena
perjanjian atau undang-undang dan yang wajib di penuhi
oleh Debitor dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada
Kreditor untuk mendapat pemenuhanya dari harta
kekayaan Debitor.”
Tujuan Hukum Kepailitan
• Menurut Levintal (dalam Syahdeni, 2009; 28),
tujuan hukum kepailitan (bankruptcy law) adalah
• 1.menjamin pembagian yang sama terhadap
harta kekayaan debitur di antara para kreditur ;
• 2.mencegah agar debitur tidak melakukan
perbuatan-perbuatan yang dapat merugikan
kepentingan para kreditur ;
• 3.memberi perlindungan kepada debitur yang
beritikad dari para krediturnya dengan cara
memperoleh pembebasan utang .
• Dalam penjelasan UU Kepailitan dan PKPU, dikemukakan
beberapa faktor perlunya pengaturan mengenai kepailitan
dan penundaan kewajiban pembayaran utang sebagai
berikut .
• 1.Menghindari perebutan harta debitur apabila dalam
waktu yang sama ada beberapa kreditur yang menagih
piutangnya dari debitur .
• 2.Menghindari adanya kreditur pemegang jaminan
kebendaan yang menuntut haknya dengan cara menjual
barang milik debitur tanpa memperhatikan kepentingan
debitur atau para kreditur lainnya .
• 3.Menghindari adanya kecurangan-kecurangan yang
dilakuan oleh salah satu kreditur atau debitur sendiri,
misalnya debitur berusaha untuk memberi keuntungan
kepada seseorang atau beberapa orang kreditur tertentu
sehingga kreditur lainnya dirugikan atau adanya perbuatan
curang dari debitur untuk melarikan semua harta
kekayaannya dengan maksud untuk melepaskan tanggung
jawabnya terhadap para kreditur
Asas-asas Kepailitan
• UU Kepailitan dan PKPU mengandung beberapa asas yang
sejalan dengan yang seharusnya dianut oleh undang-
undang kepailitan yang baik . Asas-asas tersebut adalah
sebagai berikut . 
• Asas Keseimbangan
• UU Kepailitan dan PKPU mengatur beberapa ketentuan
yang merupakan perwujudan dari asas keseimbangan,
yakni dari satu sisi, terdapat ketentuan yang dapat
mencegah terjadinya penyalah gunaan pranata dan
lembaga kepailitan oleh debitur yang tidak jujur . Di sisi
lain, terdapat ketentuan yang dapat mencegah terjadinya
penyalah gunaan pranata dan lembaga kepailitan oleh
kreditur yang tidak beritikad baik .
• Asas Kelangsungan Usaha
• Dalam UU Kepailitan dan PKPU terdapat ketentuan yang
memungkinkan perusahaan debitur yang prospektif tetap
dilangsungkan .
• Asas Keadilan
• Asas keadilan dalam kepailitan mengandung pengertian
bahwa ketentuan mengenai kepailitan dapat memenuhi
rasa keadilan bagi para pihak yang berkepentingan . Asas
keadilan bertujuan untuk mencegah terjadinya
kesewenang-wenangan pihak penagih yang mengusahakan
pembayaran atas tagihan masing-masing terhadap debitur
dengan tidak memperdulikan kreditur lainnya .
• Asas Integrasi
• Asas integrasi dalam UU Kepailitan dan PKPU mempunyai
pengertian bahwa sistem hukum formal dan hukum
materialnya merupakan satu kesatuan yang utuh dari
sistem hukum perdata dan hukum acara perdata nasional .
PROSES KEPAILITAN
• Syarat-syarat kepailitan
• Hal mengenai syarat untuk mengajukan
permohonan pernyataan pailit telah diatur dalam
Pasal 2 ayat (1) UU Kepailitan dan PKPU yang
berbunyi .
• “Debitor yang mempunyai dua atau lebih Kreditor
dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang
yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih,
dinamakan pailit dengan putusan Pengadilan, baik
atas permohonannya sendiri maupun atas
permohonan satu atau lebih kreditornya.”
• Ketentuan tersebut mempunyai arti bahwa untuk
mengajukan permohonan pailit terhadap seorang debitur
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut .
• 1.Debitur yang ingin dipailitkan mempunyai sedikitnya dua
utang, artinya mempunyai dua atau lebih kreditur . Oleh
karena itu, syarat ini disebut syarat concursus credituorium .
• 2.Debitur tidak melunasi sedikitnya satu utang kepada salah
satu krediturnya .
• 3.Utang yang tidak dibayar lunas itu haruslah utang yang
telah jatuh waktu dan dapat ditagih (due/expired and
payable) . Yang dimaksud dengan utang yang telah jatuh
waktu dan dapat ditagih adalah kewajiban untuk membayar
utang yang telah jatuh waktu, baik karena telah
diperjanjikan, karena percepatan waktu penagihannya
sebagaimana diperjanjikan, karena pengenaan sanksi atau
denda oleh instansi yang berwenang, maupun karena
putusan pengadilan, arbiter, atau majelis arbritase .
• Sehubungan dengan uraian diatas, perlu pula
diperhatikan siapa saja pihak-pihak yang berhak untuk
mengajukan permohonan pailit . Pihak-pihak tersebut
adalah sebagai berikut . 
– 1. Kreditur atau beberapa kreditur
• Keditur dalam pengertian diatas meliputi kreditur
konkuren, kreitur separatis, maupun kreditur preferen.
Khusus mengenai kreditur separatis dan kreditur
preferen, mereka dapat mengajukan permohonan
pernyataan pailit tanpa kehilangan hak guna atas
kebendaan yang mereka miliki terhadap harta debitur
dan haknya untuk didahulukan .
– 2.Debitur sendiri
• Seorang debitur dapat menajukan permohonan
pernyataan pailit terhadap dirinya (voluntary petition)
apabila memenuhi syarat, yaitu mempunyai dua atau
lebih kreitur dan debitur sedikitnya tidak membayar satu
utang yang telah jatuh waktu dan dapat di tagih .
• 3.Kejaksaan untuk kepentingan umum
• Kejaksaan dapat mengajukan permohonan pailit dengan alasan
untuk kepentingan umum dan syarat untuk pengajuan
permohonan pailit telah dipenuhi . Yang dimaksud dengan
kepentingan umum adalah kepentingan bangsa dan negara
dan/atau kepentingan masyarakat luas, misalnya .
– debitur melarikan diri ;
– debitur mengelapkan bagian dari harta kekayaan ;
– debitur mempunyai utang kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
atau badan usaha lain yang menghimpun dana dari masyarakat ;
– debitur mempunyai utang yang berasal dari penghimpunan dana dari
masyarakat luas ;
– debitur tidak beritikad baik atau tidak koperatif dalam menyelesaikan
masalah utang piutang yang telah jatuh waktu ; atau
– dalam hal lainnya menurut kejaksaan merupakan kepentingan umum .
• Adapun tata cara pengajuan permohonan pailit adalah sama
dengan permohonan pailit yang diajukan oleh debitur atau
kreditur . Hal ini dengan ketentuan bahwa permohonan pailit
dapat diajukan oleh kejaksaan tanpa menggunakan jasa advokat .
• 4. Bank Indonesia
• Dalam hal ini debitur adalah bank, permohonan
pernyataan pailit hanya dapat di lakukan oleh Bank
Indonesia (BI) . Pengajuan permohonan pailit bagi
bank sepenuhnya merupakan kewenangan BI dan
semata-mata didasarkan atas penilaian kondisi
keuangan dan kondisi perbankan secara keseluruhan
sehingga tidak perlu dipertangung jawabkan .
Kewenangan BI untuk mengajukan permohonan
kepailitan ini tidak menghapuskan kewenangan BI
terkait dengan ketentuan mengenai pencabutan izin
usaha bank, pembubaran badan hukum, dan
likuidasi bank sesuai dengan peraturan perundang-
undangan .
• 5. Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga
Keuangan (Bapepam-LK)
• Dalam hal debitur adalah perusahaan efek, bursa
efek, lembaga kliring dan penjamin serta lembaga
penyimpanan dan penyelesaian, permohonan
pernyataan pailit hanya dapat dilakukan oleh
Bapepam . Permohonan sebagaimana dimaksud
di atas hanya dapat di ajukan oleh Bapepam
karena lembaga tersebut melakukan kegiatan
yang berhubungan dengan dana masyarakat yang
diinvestasikan dalam efek dibawah pengawasan .
Bapepam juga mempunyai kewenangan penuh
dalam hal pengajuan permohonan pernyataan
pailit untuk instansi-instansi yang berada
dibawah pengawasannya, seperti halnya
kewenanan BI terhadap bank .
• 6.Menteri keuangan
• Dalam hal debitur adalah perusahaan
asuransi, perusahaan reasuransi, dana
pensiun, atau BUMN yang bergerak dalam
bidang kepentingan publik, permohonan
pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh
menteri keuangan .
Permohonan Pernyataan Pailit
• Putusan atas permohoan pailit dan lain-lain yang
berkaitan dengan itu ditetapan oleh Pengadilan
Niaga yang wilayah hukumnya meliputi daerah
tempat kedudukan hukum debitur . Berkenaan
dengan ketentuan tersebut maka permohonan
pernyataan pailit diajukan kepada ketua
Pengadilan Niaga yang berwenang .
• Panitera Pengadilan Niaga mendaftarkan
permohonan pernyataan pailit pada tanggal
permohonan yang bersangkutan diajukan dan
kepada pemohon diberikan tanda terima tertulis
yang ditanda tangani oleh pejabat yang
berwenang dengan tanggal yang sama dengan
tanggal pendaftaran
• Dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari
setelah tanggal permohonan pernyataan pailit
didaftarkan, pengadilan mempelajari permohonan
dan menetapkan hari sidang . Sidang pemeriksaan
atas permohonan pernyataan pailit diselenggarakan
dalam jangka waktu paling lambat 20 (dua puluh)
hari setelah tanggal permohonan didaftarkan . Atas
permohonan debitur dan berdasarkan alasan yang
cukup, pengadilan dapat menunda penyelenggaraan
sidang sampai dengan paling lambat 25 (dua puluh
lima) hari setelah tanggal permohonan didaftarkan .
• Pembentukan UU Kepailitan dan PKPU menghendaki
agar putusan pernyataan pailit dapat diputuskan
secepat mungkin dan secepatnya pula dapat
dieksekusi . Hal ini sesuai dengan isi Pasal 8 ayat (4),
(5), (6), dan (7) berikut .
• Pasal 8 ayat (4)
• “Permohonan pernyataan pailit harus
dikabulkan apabila terdapat fakta atau keadaan
yang terbukti secara sederhana bahwa
persyaratan untuk dinyatakan pailit
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
telah dipenuhi .”
• Ayat (5)
• “Putusan pengadilan atas permohonan
pernyataan pailit harus diucapkan paling
lambat 60 (enam puluh) hari setelah tanggal
permohonan pernyataan pailit didaftarkan .”
• Ayat (6)
• “Putusan pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
wajib memuat pula
• A. pasal tertentu dari peraturan perundang-undangan yang
bersangkutan dan/atau sumber hukum tak tertulis yang
dijadikan dasar untuk mengadili ; dan
• B. pertimbangan hukum dan pendapat yang berbeda dari
hakim anggota atau ketua majelis .” 
• Ayat (7)
• “Putusan atas permohonan pernyataan pailit sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) yang memuat secara lengkap
pertimbangan hukum yang mendasari putusan tersebut
harus diucapkan dalam siding terbuka untuk umum dan
dapat dilaksanakan terlebih dahulu meskipun terhadap
putusan tersebut diajukan suatu upaya hukum .”
Upaya Hukum
• Upaya hukum dapat diajukan terhadap putusan atas
permohonan pernyataan pailit adalah kasasi ke
Mahkamah Agung (MA) . Permohonan kasasi ke MA
diajukan paling lambat 8 (delapan) hari setelah tanggal
putusan yang dimohonkan kasasi diucapkan dengan
mendaftarkan kepada panitera pengadilan yang telah
memutus permohonan pernyataan pailit . Permohonan
kasasi tersebut, selain dapat diajukan oleh debitur dan
kreditur yang merupakan pihak pada persidangan
tingkat pertama, juga dapat diajukan oleh kreditur lain
yang bukan merupakan pihak pada persidangan tingkat
pertama yang tidak puas terhadap putusan atas
permohonan pernyataan pailit .
• Mahkamah Agung wajib mempelajari
permohonan kasasi dan menetapkan hari
sidang paling lambat 2 (dua) hari setelah
tanggal permohonan kasasi diterima oleh MA .
Sidang pemeriksaan atas permohonan kasasi
dilakukan paling lambat 20 (dua puluh) hari
setelah tanggal permohonan kasasi diterima
oleh MA . Putusan atas permohonan kasasi
harus diucapkan paling lambat 60 (enam
puluh) hari tanggal permohonan kasasi
diterima oleh MA . Terhadap putusan atas
permohonan atas pernyataan pailit yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap, dapat
diajukan peninjauan kembali ke MA .
Pengangkatan Kurator dan Hakim
Pengawas
• Putusan pernyataan pailit harus mengangkat
kurator dan seorang hakim pengawas yang
ditunjuk dari hakim pengadilan . Kurator
adalah balai harta peninggalan atau orang
perseorangan yang diangkat oleh pengadilan
untuk mengurus dan membereskan harta
debitur pailit dibawah pengawasan hakim
pengawas sesuai dengan undang-undang .
Sementara itu, yang dimaksud dengan hakim
pengawas adalah hakim yang ditunjuk oleh
pengadilan dalam putusan pailit atau putusan
penundaan kewajiban pembayaran utang .
• Kurator yang diangkat tersebut harus independent, tidak
mempunyai benturan kepentingan dengan debitur atau
kreditur, dan tidak sedang menangani perkara kepailitan
dan penundaan kewajiban pembayaran utang lebih dari
tiga perkara .
• Kurator berwenang dalam melaksanakan tugas
pengurusan dan/atau pemberesan atas harta pailit sejak
tanggal putusan pailit, meskipun terhadap putusan
tersebut diajukan kasasi atau peninjauan kembali . Lebih
lanjut, yang dimaksud dengan pemberesan dalam
ketentuan ini adalah penguangan aktiva untuk
membayar atau melunasi utang .
• Apabila putusan pernyataan pailit dibatalkan sebagai
akibat adanya kasasi atau peninjauan kembali, segala
perbuatan yang telah dilakukan oleh kurator sebelum
atau pada tanggal kurator menerima pemberitahuan
tentang putusan pembatalan tersebut tetap sah dan
mengikat debitur .
Akibat Kepailitan
• Putusan pernyataan pailit mengakibatkan harta
kekayaan debitur sejak putusan itu dikeluarkan
oleh hakim dimasukkan kedalam harta pailit .
Dengan kata lain, akibat putusan pailit dan sejak
putusan itu, harta kekayaan debitur berubah
statusnya menjadi harta pailit . Kepailitan
meliputi seluruh kekayaan debitur pada saat
pernyataan pailit diucapkan serta segala sesuatu
yang diperoleh selama kepailitan .
• Sebagai pengecualian terhadap ketentuan yang telah
dijelaskan sebelumnya, terdapat beberapa harta debitur
yang tidak dimasukkan sebagai harta pailit, antara lain
• 1. benda, termasuk hewan yang benar-benar dibutuhkan
oleh debitur sehubungan dengan pekerjaannya,
perlengkapannya, alat-alat medis yang digunakan untuk
kesehatan, tempat tidur dan perlengkapanya yang
digunakan oleh debitur dan keluarganya, dan bahkan
makanan untuk 30 (tiga puluh) hari sebagai debitur dan
keluarganya yang terdapat di tempat itu ;
• 2. segala sesuatu yang diperoleh oleh debitur dari
pekerjaannya sendiri sebagai penggajian dari suatu
jabatan atau jasa, sebagai upah, pensiun, uang tunggu
atau uang tujangan, sejauh yang ditentukan oleh hakim
pengawas ; atau
• 3. uang yang diberikan kepada debitur untuk memenuhi
suatu kewajiban memberi nafkah menurut undang-
undang .
• Harta pailit memberlakuan sita umum dan debitur
tidak lagi berwenang untuk mengurus dan melakukan
perbuatan hukum apa pun yang menyangkut harta
itu . Lebih lanjut, debitur telah dinyatakan di dalam
pengampunan sepanjang yang menyangkut harta
kekayaannya .
• Dalam hukum kepailitan, berlaku asas yang berlaku
umum dalam hukum perdata, yaitu actio pauliana,
yaitu hak yang diberikan oleh undang-undang kepada
seorang kreditor yang mengajukan permohonan
pembatalan terhadap semua perbuatan yang tidak
diwajibkan untuk dilakukan oleh debitur terhadap
harta kekayaannya yang diketahui oleh debitur
perbuatan tersebut merugikan kreditur .
• Asas action pauliana tersebut juga diberlakukan dalam
hukum kepailitan Indonesia bahwa untuk kepentingan harta
pailit, kepada pengadilan dapat dimintakan pembatalan
segala perbuatan hukum debitur yang telah dinyatakan pailit
dan merugikan kepentingan kreditur yang dilakukan sebelum
putusan pernyataan pailit diucapkan . Pembatalan tersebut
hanya dapat dilakukan apabila dapat dibuktikan bahwa pada
saat perbuatan hukum dilakukan, debitur dan pihak siapa
perbuatan hukum tersebut dilakukan mengetahui atau
sepatutnya mengetahui bawa perbuatan hukum tersebut
akan mengakibatkan kerugian bagi kreditur .
• Apabila perbuatan hukum yang merugikan kreditur dilakukan
dalam jangka waktu satu tahun sebulum putusan pernyataan
pailit diucapkan, sedangkan perbuatan tersebut tidak wajib
dilakukan debitur, kcuali dapat dibuktikan sebaliknya,
debitur dan dengan pihak siapa perbuatan tersebut
dilakukan dianggap mengetahui atau sepatutnya mengetahui
bahwa perbuatan tersebut akan mengakibatkan kerugian
bagi kreditur, dalam hal perbuatan tersebut
• 1.merupakan perjanjian saat kewajiban debitur jauh
melebihi kewajiban pihak dengan siapa perjanjian
tersebut dibuat ;
• 2.merupakan pembayaran atas atau pemberi jaminan
untuk utang yang belum jatuh tempo dan/atau belum
atau tidak dapat ditagih ;
• 3.dilakukan oleh debitur perorangan dengan atau untuk
kepentingan
– A.suami atau istrinya, anak angkat, atau keluarganya sampai
derajat ketiga ;
– B.suatu badan hukum bilamana debitur atau pihak
sebagaimana dimaksud pada huruf (a) adalah anggota direksi
atau pengurus atau apabila pihak tersebut, baik sendiri-sendiri
mapun bersama-sama, ikut serta secara langsung atau tidak
langsung dalam kepemilikan badan hukum tersebut lebih dari
50% (lima puluh persen) dari modal disetor atau dalam
pengndalian badan hukum tersebut ;
• 4.dilakukan oleh debitur yang merupakan badan
hukum, dengan/atau untuk kepentingan
– A.anggota direksi atau pengurus dari debitur, suami atau
istri, anak angkat, atau keluarga samapai derajat ketiga
dari anggota direksi atau pengurus tersebut ;
– B.perorangan, baik sendiri maupun bersama-sama
dengan suami atau istri, anak angkat, atau keluarga
sampai derajat ketiga yang ikut serta secara langsung atau
tidak langsung dalam kepemilikan pada debitur lebih dari
50 % (lima puluh persen) dari modal disetor atau dalam
pengendalian badan hukum tersebut ;
– C. perorangan yang suami atau istri, anak angkat, atau
keluarganya sampai derajat ketiga ikut serta secara
langsung atau tidak langsung dalam kepemilikan pada
debitur lebih dari 50 % (lima puluh persen) dari modal
disetor atau dalam pengendalian badan hukum tersebut ;
• 5. dilakukan oleh debitur yang merupakan
badan hukum, dengan/atau untuk
kepentingan badan hukum lainnya apabila
– A. perorangan anggota direksi atau pengurus pada
kedua badan usaha tersebut adalah orang yang
sama ;
– B. suami atau istrinya, anak angkat, atau keluarga
sampai derajat ketiga dari perorangan anggota
direksi atau pengurus debitur yang juga
merupakan anggota direksi atau pengurus pada
badan hukum lainnya, atau sebaliknya ;
– C. perorangan anggota direksi atau pengurus, atau anggota
badan pengawas pada debitur, atau suami atau istri, anak
angkat, atau keluarga sampai derajat ketiga, baik sendiri
maupun bersama-sama ikut serta secara langsung atau tidak
langsung dalam kepemilikan badan hukum lainnya lebih dari
50 % (lima puluh persen) dari modal disetor atau dalam
pengendalian badan hukum tersebut, atau sebaliknya ;
– D.debitur adalah anggota direksi atau pengurus pada badan
hukum lainnya, atau sebaliknya;
– E.badan hukum yang sama atau perorangan yang sama, baik
bersama maupun tidak dengan suami atau istrinya, dan/atau
para anak angkatnya dan keluarganya sampai derajat ketiga
ikut serta secara langsung atau tidak langsung dalam kedua
badan hukum tersebut paling kurang sebesar 50 % (lima
puluh persen) dari modal yang disetor ;
• 6. dilakukan oleh debitur yang merupakan badan
hukum dengan atau terhadap badan hukum lain
dalam satu grup dimana debitur adalah
anggotanya .
• Dalam hal suami atau istri dinyatakan pailit maka
istri atau suaminya berhak mengambil kembali
semua benda bergerak dan tidak bergerak yang
merupakan harta bawaan dari istri atau suami
dan harta yang diperoleh masing-masing sebagai
hadiah atau warisan . Apabila benda milik istri
atau suami telah dijual oleh suami atau istri dan
harganya belum dibayar atau uang hasil
penjualan belum tercampur dalam harta pailit
maka istri atau suami berhak mengambil kembali
uang hasil penjualan tersebut .
• Istri atau suami tidak berhak menuntut atas
keuntungan yang diperjanjikan pada perjanjian
perkawinan pada harta pailit suami atau istri yang
dinyatakan pailit . Demikian juga dengan kreditur
suami atau istri yang dinyatakan pailit tidak berhak
menuntut keuntungan yang diperjanjikan dalam
perjanjiaan perkawinan kepada istri atau suami
yang dinyatakan pailit .
• Kepailitan suami atau istri yang kawin dalam suatu
persatuan harta, diperlakukan sebagai kepailitan
persatuan harta tersebut . Dalam hal suami atau
istri yang dinyatakan pailit mempunyai benda yang
tidak termasuk persatuan harta maka benda
tersebut termasuk harta pailit, namun hanya dapat
digunakan untuk membayar utang pribadi suami
atau istri yang dinyatakan pailit .
Jenis-jenis Kreditur
• Kreditur dibagi menjadi tiga, yaitu kreditur konkuren,
kreditur preferen, dan kreditur separatis .
•  
• Kreditur Konkuren
• Kreditur konkuren adalah kreditur yang harus berbagi
dengan para kreditur yang lain secara proporsional atau
disebut juga pari pasu, yaitu menurut perbandingan
besarnya masing-masing tagihan mereka dari hasil
penjualan harta pailit yang tidak dibebani hak jaminan .
Kreditur demikian lebih dikenal dengan istilah hukum
dalam sistem common law sebagai unsecured creditor .
• Kreditur Preferen
• Kreditur Preferen adalah kreditur yang didahulukan
dari kreditur-kreditur lainnya untuk memperoleh
tagihan pelunasan tagihannya dari hasil penjualan
harta pailit asalkan benda tersebut telah
dibebankan dengan hak jaminan tertentu bagi
kepentingan kreditur tersebut . Kreditur demikian
lebih dikenal dengan istilah hukum dalam sistem
common law sebagai secured creditor .
•  
• Kreditur Separatis
• Kreditur Separatis adalah kreditur pemegang hak
istimewa yang oleh udang-undang diberikan
kedudukan, dalam hal ini lebih didahulukan dari
pada para kreditur konkuren maupun kreditur
preferen .
Pengurusan Harta Pailit
• Tugas untuk melakukan pengurusan dan
pemberesan harta pailit dilakukan oleh kurator
yang telah diangkat dalam putusan pernyataan
pailit . Pemberesan harta pailit mengandung
pengertian untuk menguangkan aset dan pasiva
harta pailit . Dalam menjalankan tuganya, kurator
diawasi oleh hakim pengawas yang juga ditunjuk
dalam putusan pernyataan pailit . Lebih lanjut,
yang dimaksud kurator sebagaimana telah
disebutkan adalah balai harta peninggalan atau
kurator lainnya .
• Sementara itu, yang dapat menjadi kurator
lainnya adalah .
• 1. orang perseorangan yang berdomisili di
Indonesia yang memiliki keahlian khusus,
yaitu mereka yang mengikuti dan lulus
pendidikan kurator dan pengurus ;
• 2. terdaftar pada kementrian yang lingkup
tugas dan tanggung jawabnya dalam bidang
hukum dan peraturan perundang-undangan ;
atau
• Kurator sejak diangkat sebagai pihak yang melakukan
pengurusan dan pemberesan harta pailit mempunyai
tugas pokok sebagai berikut .
• 1.Melaksanakan semua upaya untuk mengamankan harta
pailit dan menyimpan semua surat, dokumen, uang,
perhiasan, efek, dan surat berharga lainnya dengan
memberikan tanda terima .
• 2.Membuat pencatatan harta pailit paling lambat dua hari
setelah menerima surat putusan pengangkatannya
sebagai kurator .
• 3.Membuat daftar yang menyatakan sifat, jumlah piutang
dan utang harta pailit, serta nama dan tempat tinggal
kreditur beserta jumlah piutang masing-masing kreditur .
• 4.Berdasarkan persetujuan panitia kreditur sementara,
kurator dapat melanjutkan usaha debitur yang dinyatakan
pailit walaupun terhadap putusan pernyataan pailit
tersebut diajukan kasasi atau peninjauan kembali .
• 5.Menyimpan sendiri uang, perhiasan, efek, dan surat
berharga lainnya kecuali apabila oleh hakim pengawas
ditentukan lain .
• 6.Melakukan rapat pencocokan perhitungan (verifikasi)
piutang yang diserahkan oleh kreditur dengan catatan yang
telah dibuat sebelumnya dan keterangan debitur pailit,
maupun berunding dengan kreditur jika terdapat keberatan
terhadap penagihan yang diterima .
• 7.Membuat daftar piutang yang sementara diakui .
• Dalam melaksanakan tugasnya, kurator
– A. tidak diharuskan mmperoleh persetujuan dari atau
menyampaikan pemberitahuan terlebih dahulu kepada debitur
atau salah satu organ debitur, meskipun dalam keadaan di luar
kepailitan persetujuan atau pemberitahuan demikian
disyaratkan ; dan
– B. dapat melakukan pinjaman dari pihak ke tiga, hanya dalam
rangka meningkatkan nilai harta pailit .
• Apabila dalam melakukan pinjaman dari pihak ketiga
kurator perlu membebani harta pailit dengan gadai,
jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek, atau hak
agunan atas kebendaan lainnya maka pinjaman terebut
harus terlebih dahulu memperoleh persetujuan hakim
pengawas .
• Pembebanan harta pailit dengan gadai, jaminan fidusia,
hak tanggungan, hipotek, atau hak agunan atas
kebendaan lainnya sebagaimana dimaksud di atas hanya
dapat dilakuan terhadap bagian harta pailit yang belum
dijadikan jaminan utang .
• Setelah adanya putusan pernyataan pailit dan dalam
rapat pencocokan piutang tidak ditawarkan rencana
perdamaian, rencana perdamaian yang ditawarkan tidak
diterima atau pengesahan perdamaian ditolak
berdasarkan putusan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap, demi hukum harta pailit berada dalam
keadaan insolvensi .
• Setelah harta pailit berada dalam keadaan
insolvensi maka hakim pengawas dapat
mengadakan rapat kreditur pada hari, jam, dan
tempat ditentukan untuk mendengar mereka
seperlunya mengenai cara pemberesan harta
pailit . Apabila hakim pengawas berpendapat
cukup uang tunai, kurator diperintahkan untuk
melakukan pembagian kepada kreditur yang
piutangnya telah dicocokkan .
• Apabila dalam rapat pencocokan piutang tidak
ditawarkan rencana perdamaian atau jika
rencana perdamaian yang ditawarkan tidak
diterima kurator atau kreditur yag hadir dalam
rapat dapat mengusulkan upaya perusahaan
debitur pailt dilanjutkan .
• Usul untuk melanjutkan perusahaan sebagaimana dimaksud
di atas wajib diterima apabila usul tersebut disetujui oleh
kreditur yang mewakili lebih dari ½ (satu per dua) dari
semua pituang yang diakui dan diterima dengan sementara ,
yang tidak dijamin dengan hak gadai, jaminan fidusia, hak
tanggungan hipotek, atau hak agunan atas kebendaan
lainnya . Namun, atas permintaan kreditur atau kurator,
hakim pengawas dapat memerintahkan supaya kelanjutan
perusahaan dihentikan .
• Setelah itu, kurator harus melakukan pemberesan dan
menjual semua harta pailit . Semua benda harus dijual
dimuka umum sesuai dengan tata cara yang ditentukan
dalam peraturan perundang-undangan .Dalam hal penjualan
di muka umum tidak tercapai maka penjualan di bawah
tangan dapat di lakukan dengan izin hakim pengawas .
• Hasil penjualan harta pailit dibayarkan kepada para
kreditur menurut bagiannya dengan urutan sebagai
berikut .
• 1.Kreditur separatis
• Hasil penjualan harta pailit didahulukan untuk
pembayaran utang pajak .
• 2.Kreditur preferen
• Sejauh mereka tidak dibayar melakukan eksekusi sendiri
atas benda-benda yang dijadikan jaminan utang kepada
mereka dapat dilakukan dari hasil penjualan benda
terhadap mereka yang mempunyai hak istimewa atau
yang digunakan kepada mereka .
• 3.Kreditur konkuren
• Dalam hal hasil penjualan harta pailit tidak mencukupi
untuk membayar seluruh piutang kreditur separatis
maka untuk kekurangannya mereka berkedudukan
sebagai kreditur konkuren .
Berakhirnya Kepailitan
• Segera setelah kepada kreditur yang telah dicocokkan
piutangnya dibayarkan dalam jumlah penuh piutang
mereka atau segera setelah daftar pembagian penutup
menjadi pengikat maka berakhirlah kepailitan . Untuk
selanjutnya, kurator berkewajiban .
• 1.membuat pengumuman mengenai berakhirnya kepailitan
dalam berita negara Republik Indonesia dan surat kabar ;
• 2.memberikan pertanggung jawaban mengenai pengurusan
dan pemberesan yang telah dilakukannya kepada hakim
pengawas paling lama tiga puluh hari setelah berakhirnya
kepailitan ;
• 3.menyerahkan semua buku dan dokumen mengenai harta
pailit yang ada pada kurator kepada debitur dengan tanda
bukti penerimaan yang sah .
KISI – KISI UTS
• 1. Sumber hukum sering pula disebut hukum formal ,
sebutkan dan jelaskan sumber –sumber hukum
tersebut.
• 2. Sebutkan Unsur –unsur hukum .
• 3. Jelaskan pembagian benda menurut UU.
• 4. Sebutkan cara memperoleh hak kebendaan.
• 5. Dalam hukum perjanjian berlaku asas
Konsensualisme, apa arti asas tersebut ?
• 6. Syarat “sah” nya perjanjian menurut UU , yaitu ?
• 7. Perjanjian menurut isinya di bagi 3 , sebutkan.
• 8. jelaskan keunggulan dan kelemahan bentuk
perusahaan dagang .
• 9. Apa saja keunggulan dan kelemahan dari CV .
• 10. Jelaskan 2 macam sekutu dalam CV.
• 11. Sebutkan organ Perseroan Terbatas dan
jelaskan .
• 12. Ada 3 unsur penting dalam prinsip Fiduciary
Duties seorang direksi , sebutkan.
• 13. Apa tujuan dari hukum Kepailitan ?
• 14. Kreditur di bagi menjadi 3 , sebutkan dan
terangkan satu –satu.
• 15. Siapa saja pihak yang berhak mengajukan
permohonan pailit ? Beri penjelasan.
Bab 7. Kredit dan Hukum Perjanjian
Jaminan
• PENGERTIAN KREDIT
• Secara etimologis, istilah kredit berasal dari bahasa
latin,credere yang berarti kepercayaan . Istilah credere ini
merupakan kata yang biasa dipakai dalam percakapan sehari-
hari . Dalam konteks perbankan, kredit berarti orang yang
mendapatkan kepercayaan dari bank . Kepercayaan yang
diperoleh dari bank pada umumnya sesuai dengan kegiatan
utama perbankan, yaitu meminjamkan uang kepada
masyarakat . Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kredit
adalah nasabah yang mendapat kepercayaan dari bank dalam
bentuk peminjaman sejumlah uang . Lebih lanjut, dapat
diketahui bahwa dasar pemberian kredit oleh bank kepada
nasabah adalah adanya kepercayan kepada nasabah tersebut .
• Pengertian kredit berdasarkan undang-undang terdapat
dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Pasal 1 butir
11 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1992 tentang Perbankan yang menyatakan bahwa
kredit adalah :
• “Penyedia uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu , berdasarkan perjanjian atau kesepakatan
pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga .”
• Pengertian tersebut menunjukkan bahwa prestasi yang
wajib dilakukan oleh debitur atas kredit yang diberikan
kepadanya adalah tidak semata-mata melunasi utangnya,
tetapi juga disertai dengan bunga sesuai dengan perjanjian
yang telah disepakati sebelumnya (Hermasyah, 2007 ; 57) .
• Berkaitan dengan pengertian kredit berdasarkan Undang-
Undang Perbankan tersebut, menurut ketentuan Pasal 1
butir 5 Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/2/PBI/2005
tenang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum, yang
dimaksud dengan kredit adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan peminjam-meminjam antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga termasuk
• 1.cerukan (overdraft), yaitu saldo negatif pada rekening giro
nasabah yang tidak dapat dibayar lunas pada akhir hari ;
• 2.pengambil alihan tagihan dalam rangka kegiatan
anjak/piutang
• 3.pengambil alihan atau pembelian kredit dari pihak lain
JENIS-JENIS KREDIT
• Sekalipun terdapat perbedaan pada masing-masing
bank dalam pegolongan jenis kredit, berbagai jenis
kredit umumnya dapat dilihat dari berbagai sudut
pandang berikut . 
• Menurut Tujuannya
• Menurut tujuannya jenis kredit dapat dibedakan
menjadi (1) kredit modal kerja (KMK) dan (2) kredit
investasi (KI) . KMK diperuntukkan sebagai fasilitas
untuk pemenuhan inventori, sedangkan KI
diperuntukkan sebagai pembiayaan investasi .
Lebih lanjut, hal ini akan memengaruhi pola kredit,
penarikan, agunan, dan sebagainya .
• Menurut Dana yang Diberikan
• Menurut dana yang diberikan, jenis kredit dapat
dibedakan menjadi (1) cash loan, KMK dan KI dan
(2) noncash loan, seperti bank garasi dan letter of
credit, yang berkaitan dengan transaksi L/C .
• Menurut Jumlah Kredit
• Menurut jumlah kredit, jenis kredit dapat
dibedakan menjadi (1) kredit korporasi dan (2)
kredit ritel . Pada kredit korporasi, jumlah fasilitas
kredit yang diberikan relatif besar . Sebaliknya,
jumlah fasiltas kredit yang di berikan oleh ritel
relatif lebih kecil .
• Menurut Jumlah Kredit
• Menurut jumlah kredit, jenis kredit dapat dibedakan
menjadi (1) kredit korporasi dan (2) kredit ritel . Pada
kredit korporasi, jumlah fasilitas kredit yang diberikan
relatif besar . Sebaliknya, jumlah fasiltas kredit yang di
berikan oleh ritel relatif lebih kecil . 
• Menurut Penggunaannya
• Menurut penggunaannya, jenis kredit dapat dibedakan
menjadi (1) kredit konsumtif, (2) kredit produktif, dan
(3) kredit profesi . Kredit Konsumtif adalah kredit yang
diberikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-
hari . Kredit poduktif adalah pebiayaan bank yang
ditujukan untuk keperluan usaha nasabah agar
produktuvitas meningkat . Semetara itu, kredit profesi
adalah kredit yang diberikan semata-mata untuk
kepentingan profesinya .
• Menurut Cara Penarikannya
• Menurut cara penarikannya jenis kredit dapat
dibedakan menjadi (1) kredit konvensioal dan
(2) kredit dengan menggunakan kartu kredit . 
• Menurut Jangka Waktunya
• Menurut jangka waktunya, kredit dapat dibedakan
menjadi (1) kredit janka pendek, (2) kredit jangka
menengah, dan (3) kredit jangka panjang . Kredit
jangka pendek adalah kredit yang berjangka waktu
paling lama satu tahun . Kredit jangka menengah
adalah kredit yang berjangka waktu antara satu
hingga tiga tahun. Sementara itu, kredit jangka
panjang adalah kredit yang jangka waktunya lebih
dari tiga tahun .
• Menurut Agunan atau Jaminannya
• Menurut agunan atau jaminannya, kredit dibagi
menjadi (1) kredit dengan agunan umum,
berdasarkan Pasal 1131 KUHPerdata, (2) kredit
dengan agunan khusus, termasuk diantaranya
fidusia, hak tanggungan, hipotek, gadai, hak
penanggungan (personal uarantee dan corpotate
guaretee), dan (3) kredit dengan agunan berupa
simpanan (deposito, giro, tabungan, dan
sebagainya) dinamakan cash collateral, sedangkan
jika agunan berupa nonsimpanan dinamakan
noncash collateral .
DASAR-DASAR PEMBERIAN KREDIT
• Dalam bukunya Hukum Perbankan Nasioal Indonesia,
Hermansyah mengemukakan bahwa dalam pemberian
kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank
wajib memperhatikan hal-hal sebagaimana ditentukan
dalam Pasal 8 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 sebagai berikut .
• Pasal 8 ayat (1)
• “Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan
prinsip syariah, bank umum wajib mempunyai keyakinan
berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad baik dan
kemampuan serta kesanggupan nasabah debitor untuk
melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan
dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan.”
• Pasal 8 ayat (2)
• “Bank umum wajib memiliki dan menerapkan pedoman
perkreditan dan pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia.”
• Berkaitan dengan hal tersebut, penjelasan Pasal 8 ayat
(2) menyatakan bahwa pedoman perkreditan dan
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia yang wajib dimiliki dan
diterapkan oleh bank dalam pemberian kredit dan
pembiayaan adalah sebagai berikut .
• 1.Pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan
prinsip syariah dibuat dalam bentuk perjanjian tertulis .
• 2.Bank harus memiliki keyakinan atas kemampuan dan
kesangupan nasabah debitur yang antara lain diperoleh
dari penilaian yang seksama terhadap watak,
kemampuan, modal, agunan, dan proyek usaha dari
nasabah debitur .
• 3.Kewajiban bank untuk menyusun dan
menerapkan prosedur pemberian kredit atau
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah .
• 4.Kewajiban bank untuk memberikan informasi
yang jelas mengenai prosedur dan persyaratan
kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah .
• 5.Larangan bank untuk memberikan kredit atau
pembiayaan berdasarkan syariah dengan yang
berbeda kepada nasabah debitur dan/atau pihak-
pihak terafiliasi .
• 6.Penyelesaian sengketa
• Menurut Hermansyah (2007 ; 64), untuk mencegah
terjadinya kredit bermasalah pada kemudian hari,
penilaian suatu bank untuk memberikan persetujuan
terhadap suatu permohona kredit dilakukan dengan
berpedoman kepada formula atau prinsip 5C yang
dapat diuraikan sebagai berikut .
• A. Character
• Yang dimaksud character adalah calon nasabah debitur
memiliki watak, moral dan sifat-sifat pribadi yang baik .
Penilaian terhadap karakter ini dilakukan untuk
mengetahui tingkat kejujuran integritas dan kemauan
dari calon nasabah debitur untuk memenuhi kewajiban
dan menjalankan usahanya . Informasi ini dapat
diperoleh bank melalui riwayat hidup, riwayat usaha
dan informasi dari usaha-usaha yang sejenis .
• B. Capacity
• Yang dimaksud capacity adalah kemampuan calon nasabah
debitur untuk mengelola kegitan usahanya dan mampu
melihat prospek sehingga usahanya akan dapat berjalan
dengan baik dan memberikan keuntungan yang menjamin
bahwa ia mampu melunasi utang kreditnya dalam jumlah dan
waktu yang telah ditentukan . Pengukuran kemampuan ini
dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan, misalnya
pendekatan material, yaitu melakukan penilaian terhadap
keadaan neraca, laporan laba rugi, dan arus kas (cash flow)
usaha dari beberapa tahun terakhir . Melalui pendekatan ini,
tentu dapat diketahui pula mengenai tingkat solvabilitas,
likuiditas, dan rentabilitas usaha, serta tingkat resikonya .
Lebih lanjut, untuk menilai kapasitas seseorang, pada
umumnya didasarkan pada pengalamannya dalam dunia
bisnis yang dihubungkan dengan pendidikan dari calon
nasabah debitur dan kemampuan serta keunggulan
perusahaan dalam melakukan persaingan usaha dengan
pesaing lainnya .
• C. Capital
• Faktor yang juga penting dilakukan oleh bank sebelum
membuat keputusan kredit adalah melakukan
penelitian terhadap capital (modal) yang dimiliki oleh
pemohon kredit . Penyelidikan ini tidaklah semata-
mata didasarkan pada besar kecilnya modal, tetapi
lebih difokuskan kepada bagaimana distribusi modal
ditempatkan oleh pengusaha tersebut sehingga segala
sumber yang telah ada dapat berjalan dengan efektif .
• D. Collateral
• Collateral adalah jaminan untuk persetujuan
pemberian kredit yang merupakan sarana pengaman
(back up) atas resiko yang mungkin terjadi atas
wanprestasinya nasabah debitur pada kemudian hari,
misalnya terjadi kredit macet . Jaminan ini diharapkan
mampu melunasi sisa utang kredit, baik utang pokok
maupun bunganya .
• E. Condition of Economy
• Dalam pemberian kredit oleh bank, kondisi
ekonomi secara umum dan kondisi sektor
usaha pemohon kredit perlu memperoleh
perhatian dari bank untuk memperkecil resiko
yang mungkin terjadi yang diakibatkan oleh
kondisi ekonomi tersebut .
PERJANJIAN KREDIT
• Perjanjian adalah sebuah peristiwa saat seseorang
berjanji kepada orang lain atau saat dua orang tersebut
saling berjanji untuk melakukan suatu hal . Dalam hal
perjanjian kredit, objek atau isi perjanjian ini adalah
perihal pinjam-meminjam uang yang disertai dengan
penyerahan hak atas sejumlah kekayaan dari debitur
sebagai jaminan pelunasan utang .
• Ditinjau dari sifatnya, perjanjian kredit bersifat pokok
atau perjanjian dasar (obligatoir) . Dalam perkreditan,
perjanjian kredit pada umumnya akan melahirkan
perjanjian jaminan . Perjanjian jaminan ini merupakan
perjanjiaan yang bersifat tambahan atau pelengkap
(assecoir) . Dengan kata lain, ada dan berakhirnya
perjanjian jaminan bergantung pada adanya perjanjian
pokok, yaitu perjanjian kredit .
• Ditinjau dari bentuknya, perjanjian kredit pada perbankan
pada umumnya menggunakan bentuk perjanjian baku
(standard contract) . Gatot Supramono dalam bukunya
Perbankan dan Masalah Kredit menjelaskan bahwa
perjanjian baku adalah perjanjian yang bentuk dan isinya
telah terlebih dahulu dipersiapkan oleh kreditur kemudian
diberikan kepada debitur . Dalam perjanjian baku ini, hanya
dalam posisi menerima atau menolak hampir tanpa ada
kemungkinan untuk melakukan negosiasi .
• Perjanjian kredit mempunyai fungsi yang penting dalam
proses pemberian, pengelolaan, piñata laksanaan,
pemantauan kredit, dan penyelesaian jika terjadi kredit
macet . Lebih lanjut, Wardoyo dalam Hermansyah (2007 :
72) mengemukakan beberapa fungsi perjanjian kredit,
antara lain (1) sebagai perjanjian kredit, (2) sebagai alat
bukti mengenai batasan-batasan hak dan kewajiban
diantara kreditur dan debitur, dan (3) sebagai alat untuk
melakukan pemantauan kredit .
JAMINAN DAN AGUNAN KREDIT
• Pengertian Jaminan Kredit
• Dilihat dari sudut ketentuan perbankan,
pemberian kredit oleh bank memiliki risiko bagi
bank .Oleh karena itu, menurut Undang-Undang
Perbankan, pelaksanaan harus memerhatikan
asas-asas perkreditan yang sehat ( prudential
banking principle) . Lebih lanjut, dalam
melaksanakan asas-asas perkreditan yang sehat,
sebelum memutuskan untuk memberikan kredit,
bank harus memiliki keyakinan atas kemampuan
dan kesanggupan nasabah debitur yang antara
lain diperoleh dari penilaian yang seksama
terhadap watak, kemampuan, modal, agunan,
dan proyek usaha dari nasabah debitur .
• Dengan demikian, yang dimakud dengan jaminan
(jaminan pokok) adalah suatu keyakinan bank
atas kesanggupan debitur untuk melunasi kredit
sesuai dengan yang diperjanjikan (Pasal 2 ayat (1)
Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor
23/69/KEP/DIR tanggal 28 Februari 1991 tentang
Jaminan Pemberian Kredit) . Keyakinan itu
diperoleh bank setelah menganalisis berbagai
faktor yang disebutkan di atas, termasuk
kelayakan proyek yang di danai dari kredit
tersebut . Adapun dimintanya jaminan lain
berupa kelayakan atau hak kebendaan dari
debitur adalah jaminan tambahan yang disebut
dengan agunan .
• Pengertian Agunan Kredit (Collateral)
• Dalam mempertimbangkan permohonan kredit,
apabila bank telah memiliki keyakinan bahwa
debitur mempunyai kesanggupan untuk
mengembalikan pinjaman, artinya telah ada
jaminan, barulah bank meminta jaminan
tambahan yang dalam dunia perbankan disebut
agunan (collateral) berupa kekayaan atau hak
kebendaan . Menurut Pasal 1 butir 23 Undang-
Undang Perbankan, yang dimaksud agunan
adalah “Jaminan tambahan yang diserahkan
nasabah debitur kepada bank dalam rangka
pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah.”
• FUNGSI JAMINAN KREDIT
• Pasal1131 KUHPerdata menerangkan fungsi jaminan sebagai upaya
pemenuhan kewajiban debitur yang dinilai dengan uang, yaitu dipenuhi
dengan melakukan pembayaran. Oleh karena itu, jaminan memberikan hak
kepada kreditur untuk mengambil pelunasan dari hasil penjualan kekayaan
yang dijaminkan (Soewarso, 2002 : 8) .
• Dalam perjanjian kredit, para pihak lazimnya telah menjanjikan dengan
tegas bawa apabila debitur tidak dapat membayar kredit yang terutang,
kreditur berhak mengambil sebagian atau seluruh hasil penjualan harta
kekayaan yang dijaminkan tersebut sebagai plunasan utang debitur . Jika
ada beberapa kreditur, pembagian diantara para kreditur sangat
tergantung pada apakah diantara para kreditur terdapat pengikatan
jaminan yang dilakukan secara khusus .
• Apabila diantara para kreditur ada yang memberikan kredit dengan
jaminan hak taggungan atau hipotek, gadai, dan fidusia, kreditur tersebut
adalah kreditur separatis yang akan menerima pelunasan hak tagihannya
secara penuh yang didahulukan dari para kreditur lainnya yang tidak
mendapat jaminan khusus atau kreditur konkuren . Para kreditur konkuren
akan menerima secara berbanding dari hasil penjualan harta debitur
setelah dikurangi bagian yang menjadi hak kreditur separatis (Soewarso,
2002 : 8) .
PRINSIP-PRINSIP JAMINAN KREDIT
• Ketentuan yang tercantum dalam Pasal 1131
KUHPerdata memiliki prinsip yang bersifat umum
dari hukum jaminan, yaitu (1) kekayaan
seseorang merupakan jaminan utang-utangnya,
(2) kekayaan tersebut mencakup pula benda-
benda yang akan diperoleh atau dimiliki pada
kemudian hari, (3) kekayaan tersebut meliputi
benda-benda yang bergerak dan tidak bergerak,
dan (4) kreditur tidak dibenarkan mengambil
barang jaminan untuk langsung dimiliki ( men-
daku ) dan dianggap sebagai pelunasan utang
debitur .
• Berdasakan prinsip tersebut, dapat dikatakan bahwa
pemberi jaminan haruslah orang yang berkuasa penuh
atas barang yang dijaminkan atau dengan kata lain
debitur adalah pemilik barang yang berhak menjual atau
menjaminkan barang tersebut . Pemilik atas barang
dapat dibuktikan dengan dokumen-dokumen yang
bersangkutan . Jadi, pada prinsipnya harta pemilik yang
dapat menjaminkan hartanya kepada pihak lain kreditur
untuk pinjaman yang diterimanya .
• Secara hukum, seorang debitur dapat juga memperoleh
kredit dengan jaminan berupa harta, misalnya tanah
yang bukan miliknya . Dengan persetujuan pemilik tanah,
debitur dapat menjaminkannya, yang dalam prakteknya
diwujudkan dalam bentuk surat kuasa khusus untuk
mejaminkan, harta tanah tertentu dalam rangka
memperoleh kredit dari bank .
• Selanjutnya, berdasarkan prinsip umum pada
nomor 4, dapat dikatakan bahwa ketentuan
undang-undang menetapan perbuatan kreditur
yang demikian, yaitu langsung mengambil barang
jaminan untuk dimiliki dan menganggap lunas
debitur yang bersangkutan, batal demi hukum
(Soewarso,2004 : 8) . Bertolak dari prinsip bahwa
kebendaan seseorang menjadi jaminan bagi para
kreditur secara bersama-sama dan pendapatan
penjualan benda atau harta dibagi menurut
keseimbangan maka pada dasarnya kebendaan
atau harta debitur tersebut harus di jual terlebih
dahulu .
• Penjualan barang jaminan tersebut pada umumnya
dilakuan melalui pelelangan umum dengan mekanisme
lelang, kecuali untuk barang jaminan benda bergerak
(gadai) dapat diperjanjian melakukan penjualan di
bawah tangan . Praktik pemilik barang jaminan dalam
arti men-daku banyak terjadi dikalangan perbankan
yang dilakukan dengan berbagai alasan dan
menganggapnya sebagai kompensasi . Praktik
demikian dilakukan atas pertimbangan bahwa lebih
baik mendapatkan barang jaminan tersebut untuk
dapat dimanfaatkan dari pada tidak memperoleh
apapun (Soewarso,2002 : 11) . Sebagai contoh, sebuah
rumah yang dijaminkan langsung ditempati atau
digunakan oleh bank sebagai kantor atau tempat
tinggal pimpinan bank dan selanjutnya utang dianggap
lunas . Meskipun pemikiran ini dianggap masuk akal,
ketentuan undang-undang telah melarang cara
tersebut .
PENGIKATAN JAMINAN KREDIT

Anda mungkin juga menyukai