Penilaian
1. Kehadiran.................. 25 %
2. UTS............................ 50 %
3. Tugas ........................ 25 %
Pengantar Ilmu Hukum
• DEFINISI HUKUM
• Pendefinisian Hukum
• Langkah pertama dalam mempelajari suatu
disiplin ilmu adalah memahami pengertian atau
definisi ilmu yang akan dipelajari . Dengan
mempelajari definisi tersebut, kita akan
memperoleh gambaran sekaligus batasan dari
ilmu yang akan dipelajari . Demikian pula halnya
dengan mempelajari ilmu hukum, hendaknya
dimulai dengan mempelajari batasan pengertian
atau definisi tentang hukum .
• Namun, rupanya sulit untuk mencari definisi
hukum karena menurut Prof. Mr. Dr. L. J. van
Apeldoorn, tidak mungkin memberikan suatu
definisi tentang apakah yang disebut hukum itu .
Definisi tentang hukum sangat sulit dibuat karena
tidak mungkin untuk merumuskannya yang
sesuai dengan kenyataan (Apeldoorn dalam
Kansil, 1977:28) .
• Menurut Dr. W. L. G. Lemaire, alasan mengapa
hukum itu sulit diberikan definisi yang tepat
adalah hukum itu mempunyai segi dan bentuk
yang sangat banyak sehingga tidak mungkin
dicakup secara keseluruhan dalam satu definisi
(Lemaire dalam Kansil, 1977:30) .
• Prof. van Apeldoorn selanjutnya mengatakan bahwa
siapa hendak mengenal sebuah gunung, ia harus melihat
sendiri gunung itu . Demikian pula bagi siapa yang ingin
mengenal hukum maka ia harus melihat hukum . Seperti
halnya Apeldoorn, Kansil (1977:30) mengemukakan
bahwa jika kita ingin melihat hukum, kita akan
berhadapan dengan suatu kesulitan karena gunung itu
dapat dilihat, tetapi hukum tidak dapat dilihat .
• Walaupun tidak dapat dilihat, hukum sangat penting bagi
kehidupan masyarakat karena hukum mengatur
hubungan antara anggota masyarakat yang satu dengan
yang lain, tidak terkecuali mengatur hubungan antara
anggota masyarakat dengan masyarakatnya . Dengan
demikian, hukum mengatur hubungan antara manusia
secara perorangan dengan suatu masyarakat sebagai
kelompok manusia .
Definisi Hukum sebagai Pedoman
1. E.Utrech dalam Kansil (1977) bahwa “hukum
adalah himpunan peraturan (perintah-
perintah dan larangan) yang mengurus tata
tertib suatu masyarakat sehingga harus
ditaati oleh masyarakat itu”
2. Leon Dequit dalam Sampara dkk. (2009),
“aturan tingkah laku dalam anggota
masyarakat, aturan yang daya
penggunaannya pada saat tertentu
diindahkan oleh suatu masyarakat sebagai
jaminan dan kepentingan bersama terhadap
orang yang melakukan pelanggaran itu” .
3. S.M. Amin “sekumpulan peraturan yang terdiri
atas norma dan sanksi yang bertujuan untuk
mengadakan ketertiban dalam pergaulan
manusia sehingga keamanan dan ketertiban
dapat terpelihara”.
4. M.H. Tirtaatmidjaja “hukum ialah semua aturan
(norma) yang harus ada di dalam tingkah laku
tindakan-tindakan dalam pergaulan hidup
dengan ancaman meskipun mengganti
kerugian”.
UNSUR-UNSUR HUKUM
1. Serangkaian peraturan yang mengatur tingkah
laku manusia dalam pergaulan masyarakat .
2. Peraturan itu dibuat oleh badan-badan resmi
yang berwajib dalam suatu masyarakat
tertentu.
3. Peraturan-peraturan yang dibuat tersebut
mempunyai kekuatan (bersifat) memaksa .
4. Terhadap pelanggaran atas peraturan tersebut
dikenakan sanksi yang tegas .
TUJUAN HUKUM
• Said Sampara dan kawan-kawan “bahwa
dalam membahas tujuan hukum perlu terlebih
dahulu diketahui apakah yang dimaksud
dengan tujuan hukum. Hal ini karena hukum
tidak mempunyai tujuannya sendiri.
• Yang mempunyai tujuan hanyalah manusia.
Akan tetapi, hukum bukanlah tujuan manusia,
melainkan hanya sebagai salah satu alat untuk
mencapai tujuan manusia dalam hidup
bermasyarakat dan bernegara. Hubungan
inilah yang dimaksud dengan tujuan hukum .
• Kansil (1977) mengemukakan bahwa dalam
pergaulan masyarakat terdapat aneka macam
hubungan di antara anggota masyarakat, yakni
hubungan yang ditimbulkan oleh kepentingan-
kepentingan anggota masyarakat itu.
• Kansil menambahkan bahwa peraturan-
peaturan hukum yang bersifat mengatur dan
memaksa anggota masyarakat untuk patuh
dalam mentaatinya akan menciptakan
keseimbangan dalam setiap hubungan di dalam
masyarakat.
• Menjaga agar peraturan-peraturan itu dapat berlangsung terus-
menerus dan diterima oleh seluruh anggota masyarakat, aturan
hukum yang ada harus sesuai dan tidak boleh bertentangan
dengan rasa keadilan masyarakat.
• Tujuan pokok hukum adalah menciptakan tatanan masyarakat
yang tertib dan menciptakan ketertiban di dalam masyarakat
sehingga kepentingan manusia akan terlindungi .
• Roscoe Pound dalam Harun Uth (1998) mengemukakan dua belas
tujuan hukum .
1. menjaga ketentraman dan kedamaian
2. menyelesaikan suatu perselisihan dengan seadil-adilnya
3. status quo dan
4. perubahan dalam masyarakat (social engineering) .
• Wirjono Prodjodikoro dalam Soeroso (2002)
mengemukakan bahwa tujuan hukum adalah
mewujudkan keselamatan, kebahagiaan dan
ketertiban dalam masyarakat .
• Selanjutnya, Apeldoorn dalam bukunya Inleiding Lot de
Studie van Het Nederlandsc Recht dalam Soeroso
(2002) menyatakan pula bahwa tujuan hukum adalah
mengatur tata tertib dalam masyarakat secara damai
dan adil .
• Dari konsep-konsep tentang tujuan hukum yang
dikemukakan oleh para sarjana hukum tersebut, dapat
ditarik kesimpulan bahwa hukum bertujuan untuk
mengatur ketertiban dan ketentraman masyarakat
dengan melindungi kepentingan-kepentingan individu
dan masyarakat agar tercapai keadilan didalam
masyarakat .
SUMBER-SUMBER HUKUM
• Sumber hukum dapat diartikan sebagai dasar
yang sah yang memberikan kekuatan untuk
membuat aturan, melakukan perbuatan, serta
hak dan kewenangan yang harus ditaati oleh
masyarakat .
• Zevenbergen dalam Ali (1996), sumber hukum
adalah sumber terjadinya hukum dan/ atau
sumber yang menimbulkan hukum . Selanjutnya,
para ahli hukum membedakan sumber hukum
kedalam dua jenis, yaitu sumber hukum material
dan sumber hukum formal .
1. Sumber Hukum Materia
a.Sumber hukum material adalah sumber hukum yang isinya mengikat
masyarakat untuk mematuhinya karena sesuai dan bersumber dari kesadaran
hukum yang hidup dalam masyarakat tersebut .
2. Kebiasaan (Custom)
•Menurut Kansil (1977), kebiasaan adalah perbuatan manusia
yang tetap dilakukan berulang-ulang dalam hal yang sama .
Apabila suatu kebiasaan tertentu di terima oleh masyarakat dan
kebiasaan itu selalu berulang-ulang dilakukan maka tindakan
yang berlawanan dengan kebiasaan itu dirasakan sebagai
pelanggaran perasaan hukum . Dengan demikian, timbullah
suatu kebiasan hukum yang oleh pergaulan hidup dipandang
sebagai hukum .
•Sebagai contoh, apabila seorang perantara (broker) menerima
komisi sebesar 10% dari hasil penjualan atau pembelian dan hal
ini terjadi berulang-ulang yang dilakukan juga oleh perantara
lainnya maka timbullah suatu kebiasaan yang lambat laun
menjadi hukum kebiasaan .
3. Yurisprudensi
•Yurisprudensi adalah keputusan hakim terdahulu yang
diikuti dan dijadikan dasar keputusan oleh hakim-hakim
berikutnya apabila menghadapi kasus yang sama .
•Sebagai contoh, seorang hakim mengikuti keputusan hakim
yang terdahulu karena ia sependapat dengan isi keputusan
tersebut dan dipakai sebagai pedoman dalam mengambil
suatu keputusan mengenai suatu perkara yang serupa .
•Menurut Sampara dkk. (2009:121), ada tiga alasan seorang
hakim mengikuti keputusan terdahulu, yaitu :
1.keputusan itu mempunyai kekuatan yang lebih tinggi,
terutama keputusan Pengadilan Tinggi dan Mahkamah
Agung
2.karena pertimbangan teknis .
3.karena sependapat .
4. Traktat (Treaty)
•Traktat adalah perjanjian diantara dua negara atau lebih
mengenai suatu hal . Dengan demikian, traktat
merupakan suatu perjanjian internasional . Apabila
dibuat oleh dua negara maka dinamakan perjanjian
bilateral, sedangkan apabila dibuat atau ditandatangani
oleh lebih dari dua negara maka dikenal dengan istilah
perjanjian multilateral .
•Sebuah traktat berlaku efektif, dalam pengertian
mengikat atau wajib dipatuhi oleh waga negara dari
negara yang menanda tangani perjanjian tersebut apabila
traktat telah diratifikasi (disahkan) oleh parlemen
tersebut . Sebagai contoh adalah perjanjian
penghindaran pajak berganda antara Indonesia dengan
Singapura dan negara-negara lainnya .
5. Pendapat Ahli Hukum (Doktrin)
•Apabila hakim akan mengambil keputusan terhadap perkara
yang ditanganinya, namun
1.perkara tersebut merupakan perkara yang agak unik atau
belum pernah terjadi sehingga belum ada undang-undang yang
mengaturnya,
2.bukan merupakan kebiasaan dalam masyarakat,
3.belum pernah ada yurisprudensinya, dan
4.tidak terdapat aturannya dalam traktat maka hakim dapat
meminta pendapat para ahli hukum .
Pendapat para ahli hukum tersebut dapat dijadikan dasar bagi
hakim untuk membuat keputusan dalam menyelesaikan perkara
yang ditanganinya . Hal ini karena pendapat para ahli hukum
mempunyai pengaruh yang sangat besar, terutama dalam
bidang hubungan internasional dan ketata negaraan. Bagi
hukum Internasional dan hukum tata negara, pendapat para ahli
hukum merupakan sumber hukum yang sangat penting.
KAIDAH HUKUM
• Dalam kehidupan bermasyarakat, interaksi diantara
anggota masyarakat pasti terjadi, baik dalam kehidupan
sosial maupun dalam memenuhi kebutuhan ekonominya.
• Adanya interaksi dan pemenuhan kebutuhan ekonomi
tersebut, secara sengaja ataupun tidak sengaja akan
melahirkan norma yang dijadikan pedoman bersama dalam
pergaulan antar individu atau individu dengan
masyarakatnya.
• Norma yang mengatur tingkah laku manusia dibuat oleh
pihak yang mempunyai kewenangan yang sah, isinya
mengikat setiap anggota masyarakatnya, pelaksanaannya
dapat dilaksanakan oleh pihak yang mempunyai
kewenangan yang dinamakan dengan kaidah hukum.
• Dalam konteks hukum negara, kewenangan dimiliki oleh
negara.
• Keistimewaan kaidah hukum justru terletak pada
sifatnya yang memaksa dan sanksinya yang
berupa ancaman hukuman.
• Alat-alat kekuasaan negara berupaya agar norma
hukum ditaati dan dilaksanakan.
• Paksaan bukan berarti sewenang-wenang,
melainkan harus bersifat sebagai alat yang dapat
memberi suatu tekanan agar kaidah-kaidah
hukum itu dihormati dan ditaati (Kansil, 1977:86).
Sebagai contoh,
apabila seseorang karena kesalahannya
mengakibatkan adanya kerugian bagi orang lain
maka ia diwajibkan untuk mengganti kerugian
tersebut. Lebih lanjut, suatu kaidah hukum dapat
lahir karena dua faktor penyebab sebagai berikut:
1. Kaidah hukum yang berasal dari kaidah-kaidah sosial
didalam masyarakat. Dalam istilah Paul Bohanan,
kaidah hukum ini dinamakan kaidah hukum yang
berasal dari proses double legitimacy atau pemberian
ulang legitimasi dari suatu kaidah sosial non hukum
(moral, agama, dan kesopanan) menjadi suatu kaidah
hukum (Sampara dkk., 2009:132) . Sebagai contoh,
larangan membunuh telah dikenal sebelumnya dalam
kaidah agama dan kaidah moral. Melalui proses
kelembagaan kembali, larangan tersebut diubah
menjadi kaidah hukum yang dituangkan dalam Pasal
338 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) .
2. Kaidah hukum hukum yang diturunkan oleh
otoritas tertinggi, sesuai dengan kebutuhan
masyarakat pada saat itu dan langsung
terwujud dalam bentuk kaidah hukum, serta
sama sekali tidak berasal dari kaidah sosial
sebelumnya. Sebagai contoh, Undang-Undang
Perbankan, Undang-Undang Larangan Praktek
monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat,
dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen .
ASAS-ASAS HUKUM
• Doktrin atau asas Lex Specialis Derogat Lex Generalis ini secara tegas
terdapat dalam Pasal 1 KUHD yang berbunyi “KUH Perdata, seberapa
jauh dari padanya dalam kitab ini tidak diadakan penyimpangan-
penyimpangan berlaku juga terdapat hal-hal yang dibicarakan dalam
kitab ini .”
• Asas Lex Superiori Derogat Legi Inferiori
• Asas ini berarti peraturan atau hukum yang lebih tinggi
tingkatannya mengalahkan peraturan atau hukum yang
lebih rendah tingkatannya.
Jika terjadi konflik atau perbedaan antara peraturan atau
hukum yang lebih tinggi tingkatannya dengan yang lebih
rendah maka yang lebih tinggi didahulukan .
• Sebagai contoh, UUD Negara RI 1945 menjadi acuan hukum
bagi UU di bawahnya. Apabila isi pasal-pasal dalam UU
mengatur substansi yang sama dengan isi pasal-pasal UUD
1945, namun aturannya bertentangan dengan isi pasal UU
tersebut batal demi hukum. Pasal atau hukum yang berlaku
adalah pasal-pasal dalam UUD 1945.
Doktrin ini berlaku diseluruh lapangan hukum, baik secara
nasional maupun internasional.
PEMBIDANGAN ILMU HUKUM
• Menurut Kansil (1977:68), hukum dapat dibedakan menjadi lima,
yaitu;
1. bentuknya,
2. sumbernya,
3. tempat berlakunya,
4. waktu berlakunya, dan
5. isinya .
1. Menurut Bentuknya
a. Hukum tertulis (statute law, written law), yaitu hukum yang
dicantumkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan .
b. Hukum tidak tertulis (unstatutery law, unwritten law), yaitu hukum
yang masih hidup dalam keyakinan masyarakat, tetapi tidak tertulis
namun berlakunya ditaati seperti suatu peraturan perundang-
undangan.
c. Hukum tidak tertulis ini disebut juga hukum kebiasaan.
2. Menurut Sumbernya
a.Undang-Undang
b.Kebiasaan
c.Yurisprudensi
d.Traktat
e.Doktrin
• PENGERTIAN
• Berdasarkan Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomer
40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang
dimaksud dengan perseroan terbatas (PT) (yang
selanjutnya disebut perseroan) adalah badan
hukum yang merupakan persekutuan modal dan
didirikan berdasarkan perjanjian . Lebih lanjut,
perseroan melakukan kegiatan usaha dengan
modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham
dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
undang-undang serta peraturan pelaksanaannya .
• Sebagaimana telah disebutkan dalam Pasal 1 butir 1
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 bahwa bentuk
hukum perseroan adalah badan hukum . Sebagai sebuah
badan hukum maka tanggung jawab pemilik atau
pemegang saham adalah terbatas . Selanjutnya, Pasal 3
ayat (1) menyatakan bahwa pemegang saham perseroan
tidak bertanggung awab secara pribadi atas perikatan
yang dibuat atas nama perseroan terbatas dan tidak
bertanggung jawab atas kerugian perseroan melebihi
saham yang dimiliki . Ketentuan ini mempertegas ciri
perseroan bahwa pemegang saham hanya bertanggung
jawab sebesar setoran atas seluruh saham yang
dimilikinya dan tidak meliputi harta kekayaan pribadinya .
Dalam hal-hal tertentu, tidak tertutup kemungkinan
hapusnya tanggung jawab terbatas tersebut apabila
terbukti terjadi hal-hal yang disebutkan dalam ayat ini ...
• Tanggung jawab terbatas ini tidak berlaku apabila
• 1.persyaratan perseroan sebagai badan hukum
belum atau tidak terpenuhi
• 2.pemegang saham yang bersangkutan, baik
langsung maupun tidak langsung dengan itikad
buruk memanfaatkan perseroan untuk
kepentingan pribadi ;
• 3.pemegang saham yang bersangkutan terlibat
dalam perbuatan melawan hukum yang
dilakukan oleh perseroan ; atau
• 4.pemegang saham yang bersangkutan, baik
langsung maupun tidak langsung secara melawan
hukum menggunakan kekayaan perseroan yang
mengakibatkan kekayaan perseroan menjadi
tidak cukup untuk melunasi utang perseroan .
• Tanggung jawab pemegang saham sebesar
setoran atas seluruh saham yang dimilikinya
kemungkinan hapus apabila terbukti terjadi
pencampuran harta kekayaan pribadi
pemegang saham dan harta kekayaan
perseroan . Dengan kata lain, perseroan
didirikan semata-mata sebagai alat yang
dipergunakan oleh pemegang saham untuk
memenuhi tujuan pribadinya sebagaimana
dimaksud dalam butir (2) dan (4) .
PENDIRIAN PERSEROAN
• Perseroan sebagai sebuah badan hukum
mempunyai persyaratan-persyaratan dan
mekanisme pendirian yang berbeda dengan
bentuk-bentuk usaha lainnya, yaitu firma dan CV .
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk
mendirikan sebuah perseroan, yaitu (1) didirikan
oleh dua orang atau lebih dan (2) setiap pendiri
perseroan wajib mengambil bagian pada saat
saham perseroan didirikan .
Prosedur Pendirian Perseroan
• Berikut ini adalah beberapa prosedur dalam
mendirikan perseroan
• 1. Pembuatan akta pendirian oleh notaris
• Para pendiri menghadap notaris untuk dibuatkan
akta autentik mengenai perjanjian mereka untuk
mendirikan sebuah PT .
• 2. Pengesahan oleh menteri dalam bidang hukum
dan hak asasi manusia (MENKUMHAM) .
• Akta pendirian yang dibuat oleh akta notaris
tersebut selanjutnya diajukan kepada menteri
Hukum dan HAM untuk mendapatkan
pengesahan dari pemerintah .
• Permohonan untuk memperoleh keputusan dari Menteri
Hukum dan HAM harus diajukan kepada menteri paling
lambat 60 (enam puluh) hari terhitung sejak akta pendirian
ditanda tangani . Dengan keluarnya keputusan Menteri
Hukum dan HAM maka perseroan tersebut telah
memperoleh status sebagai sebuah badan hukum.
• Perbuatan hukum atas nama perseroan yang belum
memperoleh status badan hukum hanya boleh dilakukan
oleh semua anggota direksi bersama dengan semua pendiri
serta semua anggota dewan komisaris perseroan . Mereka
bertanggung jawab secara penuh atas perbuatan hukum
tersebut . Sementara itu, perbuatan hukum atas nama
perseroan yang dilakukan oleh pendiri atas nama
perseroan yang belum memperoleh status badan hukum
menjadi tanggung jawab pendiri yang bersangkutan dan
tidak mengikat perseroan .
• 3. Pendaftaran perseroan
• Pendaftaran perseroan memuat data perseroan
yang meliputi nama dan tempat kedudukan dan
alamat lengkap, maksud dan tujuan serta
kegiatan usaha, jangka waktu pendirian, dan
sebagainya. Lebih lanjut, pendaftaran perseroan
diselenggarakan oleh Menteri Hukum dan HAM .
• 4. Pengumuman didalam tambahan berita negara
republik Indonesia .
• Pengumuman dilakukan dalam waktu paling
lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak
tanggal diterbitkannya keputusan menteri
mengenai pengesahan sebagai badan hukum .
MODAL DAN SAHAM
• Modal
• Modal dasar perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal
saham . Modal dasar perseroan paling sedikit adalah Rp
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
• Namun, undang-undang yang mengatur usaha tertentu
dapat menentukan jumlah minimum modal perseroan
yang lebih besar dari pada ketentuan modal dasar yang
disebutkan di atas. Paling sedikit 25% (dua puluh lima
persen) dari modal dasar tersebut harus ditempatkan
dan disetor penuh di buktikan dengan bukti penyetoran
yang sah adalah bukti setoran pemegang saham ke
dalam rekening bank atas nama perseroan, data dari
laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan, atau
neraca perseroan yang di tanda tangani oleh direksi dan
dewan komisaris
• Pengeluaran saham lebih lanjut yang dilakukan setiap
kali untuk menambah modal yang di tempatkan harus di
setor penuh . Penyetoran atas modal saham dapat
dilakukan dalam bentuk uang dan/atau dalam bentuk
lainnya . Dalam hal penyetoran modal saham dilakukan
dalam bentuk lain, penilaian setoran modal saham
ditentukan berdasarkan nilai yang wajar yang ditetapkan
sesuai dengan harga pasar atau oleh ahli yang tidak
terafiliasi dengan perseroan .
• Yang dimaksud dengan ahli yang tidak terafiliasi adalah
ahli yang tidak mempunyai .
• 1. hubungan keluarga karena perkawinan atau
keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal
maupun vertikal dengan pegawai, anggota direksi, atau
pemegang saham dari perseroan;
• 2. hubungan dengan perseroan karena adanya
kesamaan satu atau lebih anggota direksi atau dewan
komisaris ;
• 3. hubungan pengendalian dengan perseroan, baik
langsung maupun tidak langsung ; dan/atau ;
• 4. saham dalam perseroan sebesar 20% (dua puluh
persen) atau lebih .
• Penyetoran saham dalam bentuk benda tidak bergerak
harus diumumkan dalam suatu surat kabar atau lebih,
dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari setelah akta
pendirian ditanda tangani atau setelah rapat umum
pemegang saham (RUPS) memutuskan penyetoran
saham tersebut . Lebih lanjut, maksud diumumkannya
penyetoran saham dalam bentuk benda tidak bergerak
dalam surat kabar adalah agar dapat diketahui oleh
umum dan memberikan kesempatan kepada pihak
yang berkepentingan untuk dapat mengajukan
keberatan atas penyerahan benda tersebut sebagai
setoran modal saham, misalnya ternyata diketahui
benda tersebut bukan milik penyetor .
• Penambahan Modal
• Penambahan modal perseroan dilakukan berdasarkan
persetujuan RUPS . RUPS dapat menyerahkan kewenangan
kepada dewan komisaris guna menyetujui pelaksanaan
keputusan RUPS untuk jangka waktu paling lama satu tahun .
Penyerahan kewenangan tersebut dapat sewaktu-waktu ditarik .
• Keputusan RUPS untuk penambahan modal dasar adalah sah
apabila dilakukan dengan memperhatikan persyaratan kuorum
dan jumlah suara setuju untuk perubahan anggaran dasar sesuai
dengan ketentuan dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas .
Lebih lanjut, keputusan RUPS untuk penambahan modal
ditempatkan dan disetor dalam batas modal dasar adalah sah
apabila dilakukan dengan kuorum kehadiran ½ (satu per dua)
bagian dari seluruh suara yang dikeluarkan, kecuali ditentukan
lebih besar dalam anggaran dasar . Penambahan modal wajib
diberitahukan kepada Menteri Hukum dan HAM untuk dicatat
dalam daftar perseroan .
• Saham
• Saham perseroan dikeluarkan atas nama pemiliknya .
Perseroan hanya diperkenankan untuk mengeluarkan
saham atas nama pemiliknya dan tidak boleh
mengeluarkan saham atas tunjuk . Persyaratan
kepemilikan saham dapat ditetapkan dalam anggaran
dasar dengan memperhatikan persyaratan yang
ditetapkan oleh instansi yang berwenang sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan . Dalam hal
persyaratan kepemilikan saham telah ditetapkan dan
tidak dipenuhi, pihak yang memperoleh kepemilikan
saham tersebut tidak dapat menjalankan hak selaku
pemegang saham dan saham tersebut tidak
diperhitungkan dalam kuorum yang harus dicapai
sesuai dengan Undang-Undang Perseroan Terbatas
atau anggaran dasar . Selanjutnya, nilai saham harus
dicantumkan dalam mata uang rupiah . Saham tanpa
nilai nominal tidak dapat dikeluarkan .
• Saham memberi hak kepada pemiliknya, antara lain
• 1. hak untuk dicatat dalam daftar pemegang saham ;
• 2. hak untuk menghadiri dan mengeluarkan suara
dalam RUPS ;
• 3. hak untuk menerima deviden yang dibagikan ;
• 4. hak untuk menerima sisa kekayaan hasil likuidasi .
• Anggaran dasar perseroan menetapkan satu
klasifikasi saham atau lebih . Yang dimaksud dengan
klasifikasi saham adalah pengelompokan saham
berdasarkan karakteristik . Setiap saham dalam
klasifikasi yang sama memberikan kepada
pemegangnya hak yang sama . Dalam hal terdapat
lebih dari satu klasifikasi saham, anggaran dasar
menetapkan salah satu diantaranya sebagai saham
biasa .
• Yang dimaksud saham dengan biasa adalah
saham yang mempunyai hak suara untuk
mengambil keputusan dalam RUPS mengenai
segala hal yang berkaitan dengan pengurusan
perseroan, mempunyai hak untuk menerima
deviden yang dibagikan, dan menerima sisa
kekayaan hasil likuidasi . Hak suara yang dimiliki
oleh pemegang saham biasa dapat dimiliki juga
oleh pemegang saham klasifikasi lain .
• Klasifikasi saham sebagaimana disebutkan di
atas, antara lain .
• 1. saham dengan hak suara atau tanpa hak
suara ;
• 2. saham dengan hak khusus untuk mencalonkan
anggota direksi dan/atau anggota dewan
komisaris ;
• 3. saham yang setelah jangka waktu tertentu ditarik
kembali atau di tukar dengan klasifikasi saham lain ;
• 4. saham yang memberikan hak kepada pemegangnya
untuk menerima deviden lebih dahulu dari pemegang
saham klasifikasi lain atas pembagian deviden secara
kumulatif atau nonkumulatif ;
• 5. saham yang memberikan hak kepada pemegangnya
untuk menerima lebih dahulu dari pemegang saham
klasifikasi lain atas pembagian sisa kekayaan perseroan
dalam likuidasi .
• Bermacam-macam klasifikasi saham diatas tidak selalu
menunjukkan bahwa klasifikasi tersebut masing-
masing berdiri sendiri, terpisah satu sama lain, tetapi
dapat merupakan gabungan dari dua klasifikasi atau
lebih .
ORGAN PERSEROAN
• Organ perseroan meliputi
• (1) rapat umum pemegang saham
• (2) direksi, dan
• (3) dewan komisaris .
Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS)
• Rapat umum pemegang saham adalah organ perseroan yang
mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada direksi atau
dewan komisaris dalam batas yang ditentukan dalam undang-
undang dan/atau anggaran dasar . Dari rumusan pengertian
tersebut, yang dimaksud dengan wewenang yang tidak diberikan
kepada direksi atau dewan komisaris adalah hak untuk .
• 1.mengangkat dan memberhentikan anggota direksi dan
komisaris ;
• 2.menyetujui penggabungan, peleburan, pengambil alihan, atau
pemisahaan ;
• 3.menyetujui pengajuan permohonan agar perseroan dinyatakan
pailit ;
• 4.menyetujui perpanjangan jangka waktu berdirinya perseroan ;
• 5.mengubah anggaran dasar ;
• 6.membubarkan perseroan ;
• RUPS terdiri atas RUPS tahunan dan RUPS lainnya atau yang
didalam praktik biasanya disebut RUPS luar biasa (RUPSLB) .
RUPS tahunan wajib diadakan dalam jangka waktu paling
lambat enam bulan setelah tahun buku berakhir . RUPS
lainnya dapat diadakan setiap waktu berdasarkan kebutuhan
untuk kepentingan perseroan . Direksi menyelenggarakan
RUPS tahunan dan RUPS luar biasa dengan didahului oleh
pemangilan RUPS . Lebih lanjut, penyelenggaraan RUPS
dapat dilakukan atas permintaan berikut .
• 1. Satu orang atau lebih pemegang saham yang bersama-
sama mewakili 1/10 (satu persepuluh) atau lebih dari jumlah
seluruh saham dengan hak suara, kecuali anggaran dasar
menentukan suatu jumlah yang lebih kecil .
• 2. Dewan komisaris
• Direksi wajib melakukan pengambilan RUPS dalam jangka
waktu paling lambat 15 (lima belas) hari terhitung sejak
tanggal permintaan penyelenggaraan RUPS diterima .
Dewan Komisaris
• Dewan komisaris adalah organ perseroan yang
bertugas untuk melakukan pengawasan secara
umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran
dasar serta memberi nasehat kepada direksi .
Dewan komisaris melakukan pengawasan atas
kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada
umumnya, baik mengenai perseroan maupun
usaha perseroan dan memberi nasehat kepada
direksi . Lebih lanjut, pegawasan dan pemberian
nasehat dilakukan untuk kepentingan perseroan
dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.
• Setiap anggota dewan komisaris wajib dengan itikad baik,
kehati-hatian, dan bertanggung jawab dalam menjalankan
tugas pengawasan dan pemberian nasehat kepada direksi
untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud
dan tujuan perseroan . Setiap anggota dewan komisaris
juga ikut bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian
perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai
dalam menjalankan tugasnya . Dalam hal dewan komisaris
terdiri atas dua anggota dewan komisaris atau lebih,
tanggung jawab tersebut berlaku secara taggung renteng
untuk setiap anggota dewan komisaris .
• Dewan komisaris terdiri atas satu orang anggota atau lebih .
Dewan komisaris yang terdiri atas lebih dari satu orang
anggota merupakan majelis dan setiap anggota dewan
komisaris tidak dapat bertindak sendiri-sendiri, melainkan
berdasarkan keputusan dewan komisaris .
• Berdasarkan anggaran dasar atau keputusan RUPS, dewan
komisaris dapat melakukan tindakan pengurusan perseroan
dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu tertentu . Dewan
komisaris yang dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu
tertentu melakukan tindakan pengurusan berlaku semua
ketentuan mengenai hak, wewenang, dan kewajiban direksi
terhadap perseroan dan pihak ketiga .
• Anggaran dasar perseroan dapat mengatur adanya satu orang
atau lebih komisaris independent dan satu orang komisaris
utusan . Komisaris independent diangkat berdasarkan
keputusan RUPS dari pihak yang tidak terafiliasi dengan
pemegang saham utama, anggota direksi dan/atau anggota
dewan komisaris lainnya . Sementara itu, komisaris utusan
merupakan anggota dewan komisaris yang ditunjuk
berdasarkan keputusan rapat dewan komisaris . Selanjutnya,
tugas dan wewenang komisaris utusan ditetapkan dalam
anggaran dasar perseroan dengan ketentuan tidak
bertentangan dengan tugas dan wewenang dewan komisaris
dan tidak mengurangi tugas pengurusan yang dilakukan
direksi .
• Dalam menjalankan tugas pengawasan, dewan komisaris
dapat membentuk komite yang anggotanya seorang atau
lebih anggota dewan komisaris . Komite tersebut
bertanggung jawab kepada dewan komisaris.
• Perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan
menghimpun dan/atau mengelola dana masyarakat,
perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang kepada
masyarakat atau perseroan terbuka wajib mempunyai paling
sedikit dua orang anggota dewan komisaris .
• Perseroan yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah, selain mempunyai dewan komisaris, wajib
mempunyai dewan pengawas syariah . Dewan pengawas
syariah terdiri atas seorang ahli syariah atau lebih yang
diangkat oleh RUPS atas rekomendasi Majelis Ulama
Indonesia (MUI) . Dewan pengawas syariah bertugas dalam
memberikan nasihat dan saran kepada direksi serta
mengawasi kegiatan perseroan agar sesuai dengan prinsip
syariah .
• Yang dapat diangkat mejadi anggota dewan
komisaris adalah orang perorangan yang cakap
melakukan perbuatan hukum, kecuali dalam
waktu lima tahun sebelum pengangkatannya
pernah
• (1) dinyatakan pailit,
• (2) menjadi anggota direksi atau anggota dewan
komisaris yang dinyatakan bersalah
menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit,
atau
• (3) dihukum karena melakukan tindak pidana
yang merugikan keuangan negara dan/atau yang
berkaitan dengan sektor keuangan .
Direksi
• Direksi adalah organ perseroan yang berwenang
dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan
perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai
dengan maksud dan tujuan perseroan serta
mewakili perseroan, baik didalam maupun diluar
pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran
dasar . Dalam Pasal 92 ayat (1) Undang-Undang
Perseroan Terbatas, ditegaskan bahwa direksi
menjalankan pengurusan perseroan untuk
kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan
perseroan . Ketentuan ini menugaskan direksi
untuk mengurus perseroan, yakni pengurusan
sehari-hari dari perseroan .
• Direksi berwenang dalam menjalankan pengurusan
sesuai dengan kebijakan yang dipandang tepat dalam
batas yang ditentukan dalam Undang-Undang
Perseroan Terbatas dan/atau anggaran dasar
perseroan . Yang dimaksud dengan kebijakan yang
dipandang tepat adalah kebijakan yang antara lain
didasarkan pada keahlian, peluang yang tersedia, dan
kelaziman dalam dunia usaha yang sejenis .
• Direksi perseroan terdiri atas satu orang anggota
direksi atau lebih . Lebih lanjut, perseroan yang
kegiatan usahanya berkaitan dengan menghimpun
dana/atau mengelola dana masyarakat, menerbitkan
surat pengakuan utang kepada masyarakat, atau
perseroan terbuka wajib mempunyai paling sedikit
dua orang anggota direksi .
• Dalam hal ini direksi terdiri atas dua anggota
direksi atau lebih, pembagian tugas dan
wewenang pegurusan diantara anggota direksi
ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS .
Dalam hal RUPS tidak menetapkan, pembagian
tugas dan wewenang anggota direksi ditetapkan
berdasarkan keputusan direksi . Direksi sebagai
organ perseroan yang melakukan pengurusan
perseroan memahami dengan jelas kebutuhan
pengurusan perseroan . Oleh karena itu, apabila
RUPS tidak menetapkan pembagian tugas dan
wewenang anggota direksi, sudah sewajarnya
penetapan tersebut dilakukan oleh direksi
sendiri .
Syarat Direksi
• Yang dapat diangkat menjadi anggota direksi
adalah orang perseorangan yang cakap melakukan
perbuatan hukum, kecuali dalam waktu lima tahun
sebelum pengangkatannya pernah
• (1) dinyatakan pailit,
• (2) menjadi anggota direksi atau anggota dewan
komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan
suatu perseroan dinyatakan pailit, atau
• (3) dihukum karena melakukan tindak pidana yang
merugikan negara dan/atau yang berkaitan dengan
sektor keuangan .
Tugas, Wewenang, dan Tanggung
Jawab Direksi
• Badan hukum bersifat unik karena untuk memperoleh hak dan
kewajibannya, badan hukum senantiasa bergantung oleh
seorang wakil yang lazim dinamakan pengurus, yaitu direksi .
• Tugas, wewenang, dan tanggung jawab direksi dalam Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2007 diatur dalam beberapa pasal,
antara lain Pasal 92 ayat (1) dan (2), Pasal 97 ayat (1) dan (2),
dan Pasal 98 ayat (1) . Pasal 92 ayat (1) mengatur tugas direksi
yang menyatakan bahwa direksi menjalankan pengurusan
perseroan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan
maksud dan tujuan perseroan . Selanjutnya, dalam ayat (2)
dijelaskan wewenang direksi yang menyatakan bahwa direksi
berwenang dalam menjalankan pengurusan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) sesuai dengan kebijakan yang diangap
tepat, dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang ini
dan/atau anggaran dasar .
• Sementara itu, Pasal 97 ayat (1) dan (2)
menjelaskan tanggung jawab direksi yang
menyatakan bahwa direksi bertanggung jawab atas
atas perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
92 ayat (1) . Pernyataan ini kemudian dipertegas
dalam ayat (2) yang menyatakan bahwa
pengurusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
wajib dilaksanakan oleh setiap anggota direksi
dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab .
Lebih lanjut, Pasal 98 ayat (1) menyatakan bahwa
direksi mewakili perseroan, baik di dalam maupun
di luar pengadilan .
• Berdasarkan isi pasal-pasal diatas, dapat
dirumuskan bahwa direksi apabila dilihat dari tugas
dan wewenangnya, ia mempunyai fungsi ganda,
yaitu fungsi kepengurusan dan perwakilan .
Kewenangan Bertindak Direksi
• Pasal 2 Undang-Undang Perseroan Terbatas menyatakan
bahwa kegiatan perseroan harus sesuai dengan maksud
dan tujuannya serta tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan ., ketertiban umum,
atau kesusilaan . Arti dari pasal tersebut ialah
menegaskan ruang lingkup wewenang direksi dan
pembatasan wewenang direksi .
• Dengan demikian, dalam menjalankan tugas dan
wewenangnya dalam melakukan pengurusan perseroan,
tindakan direksi senantiasa harus relevan dengan
maksud dan tujuan perseroan . Tindakan direksi yang
tidak relevan dengan klausal maksud dan tujuan serta
kegiatan perseroan disebut sebagai tindakan ultra vires
sehingga batal demi hukum dan tidak mengikat
perseroan .
• Prinsip batal demi hukum dan tidak mengikat perseroan ini
tidak berlaku mutlak . Kompensasi hukumnya bahwa
perbuatan yang dalam keadaan biasa adalah ultra vires tetap
dinyatakan sebagai intra vires dan oleh karenanya mengikat
perseroan apabila dilakukan sebagai keputusan bisnis yang
tulus dan dibuat berdasarkan itikad baik (honest business
decision made in good faith) . Prinsip ini dikenal dengan
bussines judgement principle . Adapun unsur-unsurnya
meliputi pihak ketiga dengan siapa perseroan melakukan
transaksi adalah pihak ketiga yang beritikad baik (in good
faith) dan direksi yang bertindak dengan kecermatan yang
wajar (reasonable care) .
• Tanggung jawab direksi yang melakukan perbuatan ultra
vires cukup tegas dinyatakan dalam Pasal 97 ayat (1), (2),
dan (3) . Berdasarkan ayat-ayat tersebut dapat disimpulkan
bahwa setiap anggota direksi bertanggung jawab penuh
secara pribadi apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai
dalam menjalankan tugasnya untuk kepentingan dan usaha
perseroan .
• Kedudukan Direksi Berdasarkan Kepercayaan dari
Perseroan (Fiduaciary Duties Principle)
• Prinsip fiduciary duties (tugas fidusia) adalah
prinsip yang lahir karena tugas dan kedudukan
yang dipercayakan kepadanya oleh perseroan .
Lebih lanjut, prinsip ini termuat dalam beberapa
pasal berikut .
• 1. Pasal 1 butir 5 Undang-Undang Nomer 40 Tahun
2007 yang menyatakan bahwa direksi adalah organ
perseroan yang berwenang dan bertangung jawab
penuh atas pengurusan perseroan untuk
kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili
perseroan, baik didalam maupun diluar pengadilan
sesuai dengan anggaran dasar .
• 2.Pasal 92 ayat (1) Undang-Undang Nomer 40
Tahun 2007 yang menegaskan bahwa direksi
bertanggung jawab penuh atas pengurusan
perseroan untuk kepentingan dan tujuan
perseroan, baik didalam maupun diluar pengadilan .
• 3.Pasal 97 Undang-Undang Nomer 40 Tahun 2007
yang menyatakan bahwa (1) direksi direksi
bertanggung jawab atas pengurusan perseroan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat (1) dan
(2) pengurusan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) wajib dilaksanakan oleh setiap anggota direksi
dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab .
• Lebih lanjut, tiga unsur penting dalam prinsip fiduciary
duties, antara lain duty of skills and care, duty of loyalty,
dan doctrine of corporate opportunity . Duty of skills and
care adalah prinsip yang merujuk pada kemampuan serta
kehati-hatian tindakan direksi . Duty of loyalty adalah
prinsip yang merujuk kepada itikad baik dari direksi untuk
bertindak semata-mata demi kepentingan dan tujuan
perseroan . Selanjutnya, Doctrine of corporate
opportunity adalah prinsip untuk tidak mengambil
keuntungan pribadi atas suatu kesempatan yang
sebenarnya dapat menjadi peluang untuk perusahaan .
• Konsekuensi terhadap pelanggaran prinsip kehati-hatian,
loyalitas, dan untuk kepentingan perseroan ditegaskan
dalam Pasal 97 ayat (3) Undang-Undang No 40 Tahun
2007 yang menyatakan bahwa setiap anggota direksi
bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian
perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai
dalam menjalankan tugasnya .
• Direksi yang dipersalahkan melanggar prinsip
kehati-hatian, loyalitas, dan untuk kepentingan
perseroan dapat mengajukan pembelaan
menurut business judgement principle
(keputusan bisnis yang tulus dan dibuat
berdasarkan itikad baik) . Lebih lanjut, business
judgement principle pada dasarnya terbagi
dalam dua hal, yaitu business judgement rule
dan business judgement doctrine . Business
judgement rule merujuk pada konsepsi bahwa
direksi harus selalu bertindak berdasarkan
itikad baik dengan informasi yang cukup dan
diolah secara cermat berdasarkan
kemampuannya (konsepsi in good faith) .
• Bentuk konkretnya adalah
• 1.kerugian bukan karena kesalahan atau
kelaleannya ;
• 2.telah melakukan pengurusan dengan itikad baik
dan kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai
dengan maksud tujuan perseroan ;
• 3.tidak mempunyai benturan kepentingan, baik
langsung maupun tidak langsung atas tindakan
pengurusan yang mengakibatkan kerugian ;
• 4.telah mengambil tindakan untuk mencegah
timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut .
• Sementara itu, business judgement doctrine
merujuk pada konsepsi bahwa tindakan tersebut
sah dan mengikat perseroan sepanjang itu
memang menjadi kewenangan direksi (intra vires) .
• KEWAJIBAN MENYAMPAIKAN LAPORAN TAHUNAN
DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI
• Kewajiban direksi membuat laporan tahunan
tercantum dalam Undang-Undang PT yang lama, yaitu
UU No 1 Tahun 1995 maupun UU PT yang terbaru,
yaitu UU Nomor Tahun 2007 . Kewajiban ini diatur
dalam Pasal 66 sampai dengan Pasal 69 Undan-
Undang perseroan terbatas Nomor 40 Tahun 2007 .
Hal-hal penting dari pasal-pasal tersebut adalah
sebagai berikut
• 1.Direksi wajib membuat dan menyampaikan laporan
tahunan pada RUPS setelah ditelaah oleh dewan
komisaris dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam)
bulan setelah tahun buku perseroan berakhir .
• 2.Laporan tahunan tersebut disusun berdasarkan
standart akuntansi keuangan, yaitu standart yang
ditetapkan oleh organisasi profesi akuntan Indonesia
yang diakui oleh pemerintah .
• 3.Laporan tahunan tersebut wajib ditanda tangani
oleh semua anggota direksi dan semua anggota
dewan komisaris yang menjabat pada tahun buku
yang bersangkutan .
• Apabila ada anggota direksi atau anggota dewan
komisaris yang tidak menanda tangani laporan
tahunan tersebut maka yang bersangkutan harus
menyebutkan alasan secara tertulis atau alasan
tersebut dinyatakan oleh direksi dalam surat
tersendiri yang dicantumkan dalam laporan tahunan .
• Jika terdapat anggota direksi atau anggota dewan
komisaris yang tidak menanda tangani laporan
tahunan tersebut dan tidak memberi alasan secara
tertulis maka yang bersangkutan dianggap telah
menyetujui isi laporan tersebut . Perlunya dibuat
secara tertulis adalah agar RUPS dapat
menggunakannya sebagai salah satu bahan
pertimbangan dalam memberikan penilaian
terhadap laporan tersebut .
• Penandatanganan laporan tahunan merupakan
bentuk pertanggung jawaban anggota direksi dan
anggota dewan komisaris dalam melaksanakan
tugasnya .
• Dalam hal laporan keuangan perseroan diwajibkan
untuk diaudit oleh akuntan publik, laporan tahunan
yang dimaksud adalah laporan tahunan yang
memuat laporan keuangan yang telah diaudit .
• 4.Direksi wajib menyerahkan laporan
keuangan perseroan kepada akuntan publik
apabila
– kegiatan perseroan adalah menghimpun dan/atau
mengelola dana masyarakat ;
– perseroan menerbitkan surat pengakuan utang
kepada masyarakat ;
– perseroan merupakan perseroan terbuka
– perseroan merupakan persero ;
– perseroan mempunyai aset dan/atau jumlah
peredaran usaha dengan jumlah nilai paling
sedikit Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar
rupiah) ; atau
– diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan .
• 5.Dalam hal laporan keuangan yang disediakan
ternyata tidak benar dan/atau menyesatkan,
anggota direksi dan anggota dewan komisaris
secara tanggung renteng bertanggung jawab
terhadap pihak yang dirugikan . Lebih lanjut,
anggota direksi dan anggota komisaris dibebaskan
dari tanggung jawab tersebut apabila terbukti
bahwa keadaan tersebut bukan karena
kesalahannya.
• TANGGUNG JAWAB DIREKSI EMITEN DAN
PERUSAHAAN PUBLIK ATAS LAPORAN KEUANGAN
• Berdasarkan keputusan Ketua Bapepam Nomor
Kep.40/PM/2003 tentang tanggung Jawab Direksi atas
Laporan Keuangan, direksi emiten dan perusahaan
publik wajib membuat surat pernyataan atau yang lazim
dikenal sebagai director’s certification on financial
statement . Sejak diberlakukanya sertifikasi tersebut,
timbul pertanyaan kenapa sertifikasi harus dilakukan .
• Direksi merupakan penerima kepercayaan dari pemodal
perseroan untuk mengelola dana milik pemodal
perseroan tersebut . Direksi menjalankan pengurusan
perseroan untuk kepentingan perseroan dan sesuai
dengan maksud dan tujuan perseroan . Oleh karena itu,
direksi harus dapat membuktikan bahwa kepercayaan
yang diberikan kepadanya dapat dipertanggung
jawabkan .
• Perseroan Terbatas melalui Pasal 67 menegaskan bahwa
“Laporan tahunan ditandatangani oleh semua anggota
direksi dan semua anggota dewan komisaris yang
menjabat pada tahun buku yang bersangkutan dan
disediakan dikantor perseroan sejak tanggal panggilan
RUPS untuk dapat diperiksa”.
• Sertifikasi laporan keuangan ditujukan untuk
meningkatkan profesionalisme pengelolaan perusahaan
dan memaksimalkan pengungkapan informasi dalam
laporan keuangan . Laporan keuangan harus
mencerminkan keadaan yang sebenarnya dari aset,
kewajiban, modal, dan hasil usaha perseroan . Dengan
demikian penanda tanganan laporan keuangan perseroan
adalah bentuk pertanggung jawaban seluruh anggota
direksi dalam melaksanakan tugasnya kepada pemilik
maupun kepada publik .
• Kewajiban penanda tanganan laporan ini teramat penting bagi
perusahaan yang menghimpun dana dan/atau mengelola dana
masyarakat agar tidak menyesakan masyarakat yang dapat
mengakibatkan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap
perseroan tersebut maupun terhadap pasar modal secara
kelembagaan.
• Berkaitan dengan uraian diatas maka di dalam opini akuntan,
alenia pertama selalu dinyatakan bahwa laporan keuangan adalah
tanggung jawab direksi, sedangkan opini adalah tanggung jawab
akuntan .
• Pada prinsipnya, tanggung jawab direksi atas laporan keuangan
bukanlah hal yang baru karena pada UU Perseroan Terbatas tahun
1995 yang telah diganti dengan UU Nomor 40 Tahun 2007 serta
UU Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal telah diatur secara
implicit tentang tanggung jawab tersebut, namun demikian
peraturan Bapepam mengharuskan direksi secara eksplisit
bertanggung jawab atas laporan keuangan perusahaan yang
dituangkan dalam surat pernyataan atas laporan keuangan
perusahaan .
• Regulasi Bapepam yang mengatur sertifikasi
laporan keuangan oleh direksi adalah Peraturan
Bapepam Nomor VIII.G.11 yang intinya mengatur
bahwa
• 1.direksi emiten atau perusahaan publik wajib
membuat surat pernyataan kebenaran atas isi
laporan keuangan tersebut ;
• 2.surat pernyataan tersebut ditanda tangani oleh
direktur utama dan seorang direktur yang
membawahi bidang akuntansi atau keuangan ;
• 3.direksi emiten atau perusahaan publik secara
tanggung renteng bertanggung jawab atas
pernyataan yang di buat, termasuk kerugian yang
mungkin timbul
• Dikeluarkannya Peraturan Bapepam Nomor
VIII.G. 11 tentang Tanggung jawab Direksi atas
Laporan Keuangan oleh Bapepam merupakan
respons dari Bapepam atas dikeluarkannya
Sarbanes Oxley Accounting Reform and
Investor Protection Act of 2002 (Sarbox) . SOX
telah didefinisikan sebagai undang-undang
sekuritas yang paling jauh jangkauannya AS .
SOX diundangkan karena semakin tingginya
tuntutan untuk menegakkan prinsip-prinsip
good corporate governance untuk segala
aspek dalam praktik dunia usaha .
• Tanggung Jawab Perdata Bersifat Tanggung
Renteng
• Perlu dipahami terlebih dahulu mengenai
pertanggung jawaban korporasi dilihat dari
perspektif hukum bisnis, khususnya tentang
tanggung jawab direksi . Direksi adalah lembaga
atau organ perseroan . Sementara itu, individunya
adalah direktur . Walaupun dalam struktunya
terbagi atas direktur utama, direktur 1, direktur 2,
direktur keuangan dan seterusnya lembaga yang
merupakan organ perseroan terbatas adalah
direksi . Tanggung jawab direksi adalah kolegial,
yaitu tanggung jawab yang berimbas pada
tanggung jawab tanggung renteng.
• Konsep tanggung renteng adalah konsep hukum perdata
yang menekankan tanggung jawab atas suatu kerugian
berada di pundak beberapa orang sekaligus . Dalam
konteks ini, tanggung jawab secara renteng adalah masing-
masing anggota direksi bertanggung jawab sampai kepada
kekayaan pribadi untuk bagian yang sama, apabila
melakukan penyalah gunaan wewenang atau melanggar
peraturan perundang-undangan yang berlaku .
• Pihak yang dirugikan dapat menuntut kepada seluruh
anggota direksi, baik bersama-sama maupun perorangan .
Dalam hal salah seorang diantara mereka sudah
menanggung pembayaran ganti kerugian maka
pembayaran salah seorang direktur tersebut
mengakibatkan direktur yang lain terbebas dari kewajiban
membayar ganti kerugian . Selanjutnya, direktur yang lain
wajib melaksanakan penggantian kerugian tersebut kepada
direksi yang telah membayar kepada pihak yang dirugikan .
Tanggung Jawab Pidana
• Dalam hal laporan keuangan yang disajikan oleh
direksi tidak benar, kondisi ini dapat dikategorikan
sebagai kejahatan perbankan . Pasal 90 Undang-
Undang Nomor 8 Tahun1995 tentang Pasar Modal
menegaskan sebagai berikut .
• “Dalam kegiatan perdagangan Efek, setiap Pihak
dilarang secara langsung atau tidak langsung :
• 1.menipu atau mengelabui Pihak lain dengan
menggunakan sarana dan atau cara apapun ;
• 2.turut serta menipu atau mengelabui pihak lain ;
dan
• 3.membuat pernyataan tidak benar mengenai
fakta yang material atau tidak mengungkapkan
fakta yang material agar pernyataan yang dibuat
tidak menyesatkan mengenai keadaan yang
terjadi pada saat pernyataan di buat dengan
maksud untuk menguntungkan atau
menghindarkan kerugian untuk diri sendiri atau
Pihak lain atau dengan tujuan memengaruhi Pihak
lain untuk membeli atau menjual Efek.”
• Laporan keuangan yang disajikan tidak benar
dapat dikategorikan melanggar Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1995 Pasal 90 butir c . Atas
perbuatan tersebut pelakunya diacam dengan
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun
dan denda paling banyak Rp 15.000.000.000 (lima
belas miliar rupiah)
Bab 6. Kepailitan
• DASAR HUKUM
• Dasar hukum berlakunya hukum kepailitan di
Indonesia terdapat dalam Undang-
UndangNomor 37 Tahun 2004 tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang (selanjutnya disebut
dengan UU Kepailitan dan PKPU) .
KONSEPSI
Pengertian
• Definisi kepailitan dalam UU Kepailitan dan PKPU
Bab I Pasal1 butir 1 adalah “Sita umum atas
semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan
dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di
bawah pengawasan Hakim Pengawas.” Lebih
lanjut, dalam butir 5 disebutkan bahwa yang
dimaksud kurator adalah “Balai Harta
Peninggalan atau orang perseorangan yang
diangkat oleh pengadilan untuk mengurus dan
membereskan harta Debitur Pailit dibawah
pengawasan Hakim Pengawas.”
• Pihak-pihak yang terkait dalam kepailitan adalah kreditor
dan debitur . Kreditur dalam 2 undang-undang tersebut
didefinisikan sebagai “Orang yang mempunyai piutang
karena perjanjian atau Undang-Undang yang dapat ditagih
di muka pengadilan.” Sementara itu, debitur adalah “Orang
yang mempunyai utang karena perjanjian atau Undang-
Undang yang pelunasannya dapat ditagih di muka
pengadilan.” Selanjutnya, yang dimaksud dengan utang
dalam butir 6 adalah .
• “Kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam
jumlah uang, baik dalam mata uang Indonesia maupun
mata uang asing, baik secara langsung maupun yang akan
timbul dikemudian hari atau kontinjen, yang timbul karena
perjanjian atau undang-undang dan yang wajib di penuhi
oleh Debitor dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada
Kreditor untuk mendapat pemenuhanya dari harta
kekayaan Debitor.”
Tujuan Hukum Kepailitan
• Menurut Levintal (dalam Syahdeni, 2009; 28),
tujuan hukum kepailitan (bankruptcy law) adalah
• 1.menjamin pembagian yang sama terhadap
harta kekayaan debitur di antara para kreditur ;
• 2.mencegah agar debitur tidak melakukan
perbuatan-perbuatan yang dapat merugikan
kepentingan para kreditur ;
• 3.memberi perlindungan kepada debitur yang
beritikad dari para krediturnya dengan cara
memperoleh pembebasan utang .
• Dalam penjelasan UU Kepailitan dan PKPU, dikemukakan
beberapa faktor perlunya pengaturan mengenai kepailitan
dan penundaan kewajiban pembayaran utang sebagai
berikut .
• 1.Menghindari perebutan harta debitur apabila dalam
waktu yang sama ada beberapa kreditur yang menagih
piutangnya dari debitur .
• 2.Menghindari adanya kreditur pemegang jaminan
kebendaan yang menuntut haknya dengan cara menjual
barang milik debitur tanpa memperhatikan kepentingan
debitur atau para kreditur lainnya .
• 3.Menghindari adanya kecurangan-kecurangan yang
dilakuan oleh salah satu kreditur atau debitur sendiri,
misalnya debitur berusaha untuk memberi keuntungan
kepada seseorang atau beberapa orang kreditur tertentu
sehingga kreditur lainnya dirugikan atau adanya perbuatan
curang dari debitur untuk melarikan semua harta
kekayaannya dengan maksud untuk melepaskan tanggung
jawabnya terhadap para kreditur
Asas-asas Kepailitan
• UU Kepailitan dan PKPU mengandung beberapa asas yang
sejalan dengan yang seharusnya dianut oleh undang-
undang kepailitan yang baik . Asas-asas tersebut adalah
sebagai berikut .
• Asas Keseimbangan
• UU Kepailitan dan PKPU mengatur beberapa ketentuan
yang merupakan perwujudan dari asas keseimbangan,
yakni dari satu sisi, terdapat ketentuan yang dapat
mencegah terjadinya penyalah gunaan pranata dan
lembaga kepailitan oleh debitur yang tidak jujur . Di sisi
lain, terdapat ketentuan yang dapat mencegah terjadinya
penyalah gunaan pranata dan lembaga kepailitan oleh
kreditur yang tidak beritikad baik .
• Asas Kelangsungan Usaha
• Dalam UU Kepailitan dan PKPU terdapat ketentuan yang
memungkinkan perusahaan debitur yang prospektif tetap
dilangsungkan .
• Asas Keadilan
• Asas keadilan dalam kepailitan mengandung pengertian
bahwa ketentuan mengenai kepailitan dapat memenuhi
rasa keadilan bagi para pihak yang berkepentingan . Asas
keadilan bertujuan untuk mencegah terjadinya
kesewenang-wenangan pihak penagih yang mengusahakan
pembayaran atas tagihan masing-masing terhadap debitur
dengan tidak memperdulikan kreditur lainnya .
• Asas Integrasi
• Asas integrasi dalam UU Kepailitan dan PKPU mempunyai
pengertian bahwa sistem hukum formal dan hukum
materialnya merupakan satu kesatuan yang utuh dari
sistem hukum perdata dan hukum acara perdata nasional .
PROSES KEPAILITAN
• Syarat-syarat kepailitan
• Hal mengenai syarat untuk mengajukan
permohonan pernyataan pailit telah diatur dalam
Pasal 2 ayat (1) UU Kepailitan dan PKPU yang
berbunyi .
• “Debitor yang mempunyai dua atau lebih Kreditor
dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang
yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih,
dinamakan pailit dengan putusan Pengadilan, baik
atas permohonannya sendiri maupun atas
permohonan satu atau lebih kreditornya.”
• Ketentuan tersebut mempunyai arti bahwa untuk
mengajukan permohonan pailit terhadap seorang debitur
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut .
• 1.Debitur yang ingin dipailitkan mempunyai sedikitnya dua
utang, artinya mempunyai dua atau lebih kreditur . Oleh
karena itu, syarat ini disebut syarat concursus credituorium .
• 2.Debitur tidak melunasi sedikitnya satu utang kepada salah
satu krediturnya .
• 3.Utang yang tidak dibayar lunas itu haruslah utang yang
telah jatuh waktu dan dapat ditagih (due/expired and
payable) . Yang dimaksud dengan utang yang telah jatuh
waktu dan dapat ditagih adalah kewajiban untuk membayar
utang yang telah jatuh waktu, baik karena telah
diperjanjikan, karena percepatan waktu penagihannya
sebagaimana diperjanjikan, karena pengenaan sanksi atau
denda oleh instansi yang berwenang, maupun karena
putusan pengadilan, arbiter, atau majelis arbritase .
• Sehubungan dengan uraian diatas, perlu pula
diperhatikan siapa saja pihak-pihak yang berhak untuk
mengajukan permohonan pailit . Pihak-pihak tersebut
adalah sebagai berikut .
– 1. Kreditur atau beberapa kreditur
• Keditur dalam pengertian diatas meliputi kreditur
konkuren, kreitur separatis, maupun kreditur preferen.
Khusus mengenai kreditur separatis dan kreditur
preferen, mereka dapat mengajukan permohonan
pernyataan pailit tanpa kehilangan hak guna atas
kebendaan yang mereka miliki terhadap harta debitur
dan haknya untuk didahulukan .
– 2.Debitur sendiri
• Seorang debitur dapat menajukan permohonan
pernyataan pailit terhadap dirinya (voluntary petition)
apabila memenuhi syarat, yaitu mempunyai dua atau
lebih kreitur dan debitur sedikitnya tidak membayar satu
utang yang telah jatuh waktu dan dapat di tagih .
• 3.Kejaksaan untuk kepentingan umum
• Kejaksaan dapat mengajukan permohonan pailit dengan alasan
untuk kepentingan umum dan syarat untuk pengajuan
permohonan pailit telah dipenuhi . Yang dimaksud dengan
kepentingan umum adalah kepentingan bangsa dan negara
dan/atau kepentingan masyarakat luas, misalnya .
– debitur melarikan diri ;
– debitur mengelapkan bagian dari harta kekayaan ;
– debitur mempunyai utang kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
atau badan usaha lain yang menghimpun dana dari masyarakat ;
– debitur mempunyai utang yang berasal dari penghimpunan dana dari
masyarakat luas ;
– debitur tidak beritikad baik atau tidak koperatif dalam menyelesaikan
masalah utang piutang yang telah jatuh waktu ; atau
– dalam hal lainnya menurut kejaksaan merupakan kepentingan umum .
• Adapun tata cara pengajuan permohonan pailit adalah sama
dengan permohonan pailit yang diajukan oleh debitur atau
kreditur . Hal ini dengan ketentuan bahwa permohonan pailit
dapat diajukan oleh kejaksaan tanpa menggunakan jasa advokat .
• 4. Bank Indonesia
• Dalam hal ini debitur adalah bank, permohonan
pernyataan pailit hanya dapat di lakukan oleh Bank
Indonesia (BI) . Pengajuan permohonan pailit bagi
bank sepenuhnya merupakan kewenangan BI dan
semata-mata didasarkan atas penilaian kondisi
keuangan dan kondisi perbankan secara keseluruhan
sehingga tidak perlu dipertangung jawabkan .
Kewenangan BI untuk mengajukan permohonan
kepailitan ini tidak menghapuskan kewenangan BI
terkait dengan ketentuan mengenai pencabutan izin
usaha bank, pembubaran badan hukum, dan
likuidasi bank sesuai dengan peraturan perundang-
undangan .
• 5. Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga
Keuangan (Bapepam-LK)
• Dalam hal debitur adalah perusahaan efek, bursa
efek, lembaga kliring dan penjamin serta lembaga
penyimpanan dan penyelesaian, permohonan
pernyataan pailit hanya dapat dilakukan oleh
Bapepam . Permohonan sebagaimana dimaksud
di atas hanya dapat di ajukan oleh Bapepam
karena lembaga tersebut melakukan kegiatan
yang berhubungan dengan dana masyarakat yang
diinvestasikan dalam efek dibawah pengawasan .
Bapepam juga mempunyai kewenangan penuh
dalam hal pengajuan permohonan pernyataan
pailit untuk instansi-instansi yang berada
dibawah pengawasannya, seperti halnya
kewenanan BI terhadap bank .
• 6.Menteri keuangan
• Dalam hal debitur adalah perusahaan
asuransi, perusahaan reasuransi, dana
pensiun, atau BUMN yang bergerak dalam
bidang kepentingan publik, permohonan
pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh
menteri keuangan .
Permohonan Pernyataan Pailit
• Putusan atas permohoan pailit dan lain-lain yang
berkaitan dengan itu ditetapan oleh Pengadilan
Niaga yang wilayah hukumnya meliputi daerah
tempat kedudukan hukum debitur . Berkenaan
dengan ketentuan tersebut maka permohonan
pernyataan pailit diajukan kepada ketua
Pengadilan Niaga yang berwenang .
• Panitera Pengadilan Niaga mendaftarkan
permohonan pernyataan pailit pada tanggal
permohonan yang bersangkutan diajukan dan
kepada pemohon diberikan tanda terima tertulis
yang ditanda tangani oleh pejabat yang
berwenang dengan tanggal yang sama dengan
tanggal pendaftaran
• Dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari
setelah tanggal permohonan pernyataan pailit
didaftarkan, pengadilan mempelajari permohonan
dan menetapkan hari sidang . Sidang pemeriksaan
atas permohonan pernyataan pailit diselenggarakan
dalam jangka waktu paling lambat 20 (dua puluh)
hari setelah tanggal permohonan didaftarkan . Atas
permohonan debitur dan berdasarkan alasan yang
cukup, pengadilan dapat menunda penyelenggaraan
sidang sampai dengan paling lambat 25 (dua puluh
lima) hari setelah tanggal permohonan didaftarkan .
• Pembentukan UU Kepailitan dan PKPU menghendaki
agar putusan pernyataan pailit dapat diputuskan
secepat mungkin dan secepatnya pula dapat
dieksekusi . Hal ini sesuai dengan isi Pasal 8 ayat (4),
(5), (6), dan (7) berikut .
• Pasal 8 ayat (4)
• “Permohonan pernyataan pailit harus
dikabulkan apabila terdapat fakta atau keadaan
yang terbukti secara sederhana bahwa
persyaratan untuk dinyatakan pailit
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
telah dipenuhi .”
• Ayat (5)
• “Putusan pengadilan atas permohonan
pernyataan pailit harus diucapkan paling
lambat 60 (enam puluh) hari setelah tanggal
permohonan pernyataan pailit didaftarkan .”
• Ayat (6)
• “Putusan pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
wajib memuat pula
• A. pasal tertentu dari peraturan perundang-undangan yang
bersangkutan dan/atau sumber hukum tak tertulis yang
dijadikan dasar untuk mengadili ; dan
• B. pertimbangan hukum dan pendapat yang berbeda dari
hakim anggota atau ketua majelis .”
• Ayat (7)
• “Putusan atas permohonan pernyataan pailit sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) yang memuat secara lengkap
pertimbangan hukum yang mendasari putusan tersebut
harus diucapkan dalam siding terbuka untuk umum dan
dapat dilaksanakan terlebih dahulu meskipun terhadap
putusan tersebut diajukan suatu upaya hukum .”
Upaya Hukum
• Upaya hukum dapat diajukan terhadap putusan atas
permohonan pernyataan pailit adalah kasasi ke
Mahkamah Agung (MA) . Permohonan kasasi ke MA
diajukan paling lambat 8 (delapan) hari setelah tanggal
putusan yang dimohonkan kasasi diucapkan dengan
mendaftarkan kepada panitera pengadilan yang telah
memutus permohonan pernyataan pailit . Permohonan
kasasi tersebut, selain dapat diajukan oleh debitur dan
kreditur yang merupakan pihak pada persidangan
tingkat pertama, juga dapat diajukan oleh kreditur lain
yang bukan merupakan pihak pada persidangan tingkat
pertama yang tidak puas terhadap putusan atas
permohonan pernyataan pailit .
• Mahkamah Agung wajib mempelajari
permohonan kasasi dan menetapkan hari
sidang paling lambat 2 (dua) hari setelah
tanggal permohonan kasasi diterima oleh MA .
Sidang pemeriksaan atas permohonan kasasi
dilakukan paling lambat 20 (dua puluh) hari
setelah tanggal permohonan kasasi diterima
oleh MA . Putusan atas permohonan kasasi
harus diucapkan paling lambat 60 (enam
puluh) hari tanggal permohonan kasasi
diterima oleh MA . Terhadap putusan atas
permohonan atas pernyataan pailit yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap, dapat
diajukan peninjauan kembali ke MA .
Pengangkatan Kurator dan Hakim
Pengawas
• Putusan pernyataan pailit harus mengangkat
kurator dan seorang hakim pengawas yang
ditunjuk dari hakim pengadilan . Kurator
adalah balai harta peninggalan atau orang
perseorangan yang diangkat oleh pengadilan
untuk mengurus dan membereskan harta
debitur pailit dibawah pengawasan hakim
pengawas sesuai dengan undang-undang .
Sementara itu, yang dimaksud dengan hakim
pengawas adalah hakim yang ditunjuk oleh
pengadilan dalam putusan pailit atau putusan
penundaan kewajiban pembayaran utang .
• Kurator yang diangkat tersebut harus independent, tidak
mempunyai benturan kepentingan dengan debitur atau
kreditur, dan tidak sedang menangani perkara kepailitan
dan penundaan kewajiban pembayaran utang lebih dari
tiga perkara .
• Kurator berwenang dalam melaksanakan tugas
pengurusan dan/atau pemberesan atas harta pailit sejak
tanggal putusan pailit, meskipun terhadap putusan
tersebut diajukan kasasi atau peninjauan kembali . Lebih
lanjut, yang dimaksud dengan pemberesan dalam
ketentuan ini adalah penguangan aktiva untuk
membayar atau melunasi utang .
• Apabila putusan pernyataan pailit dibatalkan sebagai
akibat adanya kasasi atau peninjauan kembali, segala
perbuatan yang telah dilakukan oleh kurator sebelum
atau pada tanggal kurator menerima pemberitahuan
tentang putusan pembatalan tersebut tetap sah dan
mengikat debitur .
Akibat Kepailitan
• Putusan pernyataan pailit mengakibatkan harta
kekayaan debitur sejak putusan itu dikeluarkan
oleh hakim dimasukkan kedalam harta pailit .
Dengan kata lain, akibat putusan pailit dan sejak
putusan itu, harta kekayaan debitur berubah
statusnya menjadi harta pailit . Kepailitan
meliputi seluruh kekayaan debitur pada saat
pernyataan pailit diucapkan serta segala sesuatu
yang diperoleh selama kepailitan .
• Sebagai pengecualian terhadap ketentuan yang telah
dijelaskan sebelumnya, terdapat beberapa harta debitur
yang tidak dimasukkan sebagai harta pailit, antara lain
• 1. benda, termasuk hewan yang benar-benar dibutuhkan
oleh debitur sehubungan dengan pekerjaannya,
perlengkapannya, alat-alat medis yang digunakan untuk
kesehatan, tempat tidur dan perlengkapanya yang
digunakan oleh debitur dan keluarganya, dan bahkan
makanan untuk 30 (tiga puluh) hari sebagai debitur dan
keluarganya yang terdapat di tempat itu ;
• 2. segala sesuatu yang diperoleh oleh debitur dari
pekerjaannya sendiri sebagai penggajian dari suatu
jabatan atau jasa, sebagai upah, pensiun, uang tunggu
atau uang tujangan, sejauh yang ditentukan oleh hakim
pengawas ; atau
• 3. uang yang diberikan kepada debitur untuk memenuhi
suatu kewajiban memberi nafkah menurut undang-
undang .
• Harta pailit memberlakuan sita umum dan debitur
tidak lagi berwenang untuk mengurus dan melakukan
perbuatan hukum apa pun yang menyangkut harta
itu . Lebih lanjut, debitur telah dinyatakan di dalam
pengampunan sepanjang yang menyangkut harta
kekayaannya .
• Dalam hukum kepailitan, berlaku asas yang berlaku
umum dalam hukum perdata, yaitu actio pauliana,
yaitu hak yang diberikan oleh undang-undang kepada
seorang kreditor yang mengajukan permohonan
pembatalan terhadap semua perbuatan yang tidak
diwajibkan untuk dilakukan oleh debitur terhadap
harta kekayaannya yang diketahui oleh debitur
perbuatan tersebut merugikan kreditur .
• Asas action pauliana tersebut juga diberlakukan dalam
hukum kepailitan Indonesia bahwa untuk kepentingan harta
pailit, kepada pengadilan dapat dimintakan pembatalan
segala perbuatan hukum debitur yang telah dinyatakan pailit
dan merugikan kepentingan kreditur yang dilakukan sebelum
putusan pernyataan pailit diucapkan . Pembatalan tersebut
hanya dapat dilakukan apabila dapat dibuktikan bahwa pada
saat perbuatan hukum dilakukan, debitur dan pihak siapa
perbuatan hukum tersebut dilakukan mengetahui atau
sepatutnya mengetahui bawa perbuatan hukum tersebut
akan mengakibatkan kerugian bagi kreditur .
• Apabila perbuatan hukum yang merugikan kreditur dilakukan
dalam jangka waktu satu tahun sebulum putusan pernyataan
pailit diucapkan, sedangkan perbuatan tersebut tidak wajib
dilakukan debitur, kcuali dapat dibuktikan sebaliknya,
debitur dan dengan pihak siapa perbuatan tersebut
dilakukan dianggap mengetahui atau sepatutnya mengetahui
bahwa perbuatan tersebut akan mengakibatkan kerugian
bagi kreditur, dalam hal perbuatan tersebut
• 1.merupakan perjanjian saat kewajiban debitur jauh
melebihi kewajiban pihak dengan siapa perjanjian
tersebut dibuat ;
• 2.merupakan pembayaran atas atau pemberi jaminan
untuk utang yang belum jatuh tempo dan/atau belum
atau tidak dapat ditagih ;
• 3.dilakukan oleh debitur perorangan dengan atau untuk
kepentingan
– A.suami atau istrinya, anak angkat, atau keluarganya sampai
derajat ketiga ;
– B.suatu badan hukum bilamana debitur atau pihak
sebagaimana dimaksud pada huruf (a) adalah anggota direksi
atau pengurus atau apabila pihak tersebut, baik sendiri-sendiri
mapun bersama-sama, ikut serta secara langsung atau tidak
langsung dalam kepemilikan badan hukum tersebut lebih dari
50% (lima puluh persen) dari modal disetor atau dalam
pengndalian badan hukum tersebut ;
• 4.dilakukan oleh debitur yang merupakan badan
hukum, dengan/atau untuk kepentingan
– A.anggota direksi atau pengurus dari debitur, suami atau
istri, anak angkat, atau keluarga samapai derajat ketiga
dari anggota direksi atau pengurus tersebut ;
– B.perorangan, baik sendiri maupun bersama-sama
dengan suami atau istri, anak angkat, atau keluarga
sampai derajat ketiga yang ikut serta secara langsung atau
tidak langsung dalam kepemilikan pada debitur lebih dari
50 % (lima puluh persen) dari modal disetor atau dalam
pengendalian badan hukum tersebut ;
– C. perorangan yang suami atau istri, anak angkat, atau
keluarganya sampai derajat ketiga ikut serta secara
langsung atau tidak langsung dalam kepemilikan pada
debitur lebih dari 50 % (lima puluh persen) dari modal
disetor atau dalam pengendalian badan hukum tersebut ;
• 5. dilakukan oleh debitur yang merupakan
badan hukum, dengan/atau untuk
kepentingan badan hukum lainnya apabila
– A. perorangan anggota direksi atau pengurus pada
kedua badan usaha tersebut adalah orang yang
sama ;
– B. suami atau istrinya, anak angkat, atau keluarga
sampai derajat ketiga dari perorangan anggota
direksi atau pengurus debitur yang juga
merupakan anggota direksi atau pengurus pada
badan hukum lainnya, atau sebaliknya ;
– C. perorangan anggota direksi atau pengurus, atau anggota
badan pengawas pada debitur, atau suami atau istri, anak
angkat, atau keluarga sampai derajat ketiga, baik sendiri
maupun bersama-sama ikut serta secara langsung atau tidak
langsung dalam kepemilikan badan hukum lainnya lebih dari
50 % (lima puluh persen) dari modal disetor atau dalam
pengendalian badan hukum tersebut, atau sebaliknya ;
– D.debitur adalah anggota direksi atau pengurus pada badan
hukum lainnya, atau sebaliknya;
– E.badan hukum yang sama atau perorangan yang sama, baik
bersama maupun tidak dengan suami atau istrinya, dan/atau
para anak angkatnya dan keluarganya sampai derajat ketiga
ikut serta secara langsung atau tidak langsung dalam kedua
badan hukum tersebut paling kurang sebesar 50 % (lima
puluh persen) dari modal yang disetor ;
• 6. dilakukan oleh debitur yang merupakan badan
hukum dengan atau terhadap badan hukum lain
dalam satu grup dimana debitur adalah
anggotanya .
• Dalam hal suami atau istri dinyatakan pailit maka
istri atau suaminya berhak mengambil kembali
semua benda bergerak dan tidak bergerak yang
merupakan harta bawaan dari istri atau suami
dan harta yang diperoleh masing-masing sebagai
hadiah atau warisan . Apabila benda milik istri
atau suami telah dijual oleh suami atau istri dan
harganya belum dibayar atau uang hasil
penjualan belum tercampur dalam harta pailit
maka istri atau suami berhak mengambil kembali
uang hasil penjualan tersebut .
• Istri atau suami tidak berhak menuntut atas
keuntungan yang diperjanjikan pada perjanjian
perkawinan pada harta pailit suami atau istri yang
dinyatakan pailit . Demikian juga dengan kreditur
suami atau istri yang dinyatakan pailit tidak berhak
menuntut keuntungan yang diperjanjikan dalam
perjanjiaan perkawinan kepada istri atau suami
yang dinyatakan pailit .
• Kepailitan suami atau istri yang kawin dalam suatu
persatuan harta, diperlakukan sebagai kepailitan
persatuan harta tersebut . Dalam hal suami atau
istri yang dinyatakan pailit mempunyai benda yang
tidak termasuk persatuan harta maka benda
tersebut termasuk harta pailit, namun hanya dapat
digunakan untuk membayar utang pribadi suami
atau istri yang dinyatakan pailit .
Jenis-jenis Kreditur
• Kreditur dibagi menjadi tiga, yaitu kreditur konkuren,
kreditur preferen, dan kreditur separatis .
•
• Kreditur Konkuren
• Kreditur konkuren adalah kreditur yang harus berbagi
dengan para kreditur yang lain secara proporsional atau
disebut juga pari pasu, yaitu menurut perbandingan
besarnya masing-masing tagihan mereka dari hasil
penjualan harta pailit yang tidak dibebani hak jaminan .
Kreditur demikian lebih dikenal dengan istilah hukum
dalam sistem common law sebagai unsecured creditor .
• Kreditur Preferen
• Kreditur Preferen adalah kreditur yang didahulukan
dari kreditur-kreditur lainnya untuk memperoleh
tagihan pelunasan tagihannya dari hasil penjualan
harta pailit asalkan benda tersebut telah
dibebankan dengan hak jaminan tertentu bagi
kepentingan kreditur tersebut . Kreditur demikian
lebih dikenal dengan istilah hukum dalam sistem
common law sebagai secured creditor .
•
• Kreditur Separatis
• Kreditur Separatis adalah kreditur pemegang hak
istimewa yang oleh udang-undang diberikan
kedudukan, dalam hal ini lebih didahulukan dari
pada para kreditur konkuren maupun kreditur
preferen .
Pengurusan Harta Pailit
• Tugas untuk melakukan pengurusan dan
pemberesan harta pailit dilakukan oleh kurator
yang telah diangkat dalam putusan pernyataan
pailit . Pemberesan harta pailit mengandung
pengertian untuk menguangkan aset dan pasiva
harta pailit . Dalam menjalankan tuganya, kurator
diawasi oleh hakim pengawas yang juga ditunjuk
dalam putusan pernyataan pailit . Lebih lanjut,
yang dimaksud kurator sebagaimana telah
disebutkan adalah balai harta peninggalan atau
kurator lainnya .
• Sementara itu, yang dapat menjadi kurator
lainnya adalah .
• 1. orang perseorangan yang berdomisili di
Indonesia yang memiliki keahlian khusus,
yaitu mereka yang mengikuti dan lulus
pendidikan kurator dan pengurus ;
• 2. terdaftar pada kementrian yang lingkup
tugas dan tanggung jawabnya dalam bidang
hukum dan peraturan perundang-undangan ;
atau
• Kurator sejak diangkat sebagai pihak yang melakukan
pengurusan dan pemberesan harta pailit mempunyai
tugas pokok sebagai berikut .
• 1.Melaksanakan semua upaya untuk mengamankan harta
pailit dan menyimpan semua surat, dokumen, uang,
perhiasan, efek, dan surat berharga lainnya dengan
memberikan tanda terima .
• 2.Membuat pencatatan harta pailit paling lambat dua hari
setelah menerima surat putusan pengangkatannya
sebagai kurator .
• 3.Membuat daftar yang menyatakan sifat, jumlah piutang
dan utang harta pailit, serta nama dan tempat tinggal
kreditur beserta jumlah piutang masing-masing kreditur .
• 4.Berdasarkan persetujuan panitia kreditur sementara,
kurator dapat melanjutkan usaha debitur yang dinyatakan
pailit walaupun terhadap putusan pernyataan pailit
tersebut diajukan kasasi atau peninjauan kembali .
• 5.Menyimpan sendiri uang, perhiasan, efek, dan surat
berharga lainnya kecuali apabila oleh hakim pengawas
ditentukan lain .
• 6.Melakukan rapat pencocokan perhitungan (verifikasi)
piutang yang diserahkan oleh kreditur dengan catatan yang
telah dibuat sebelumnya dan keterangan debitur pailit,
maupun berunding dengan kreditur jika terdapat keberatan
terhadap penagihan yang diterima .
• 7.Membuat daftar piutang yang sementara diakui .
• Dalam melaksanakan tugasnya, kurator
– A. tidak diharuskan mmperoleh persetujuan dari atau
menyampaikan pemberitahuan terlebih dahulu kepada debitur
atau salah satu organ debitur, meskipun dalam keadaan di luar
kepailitan persetujuan atau pemberitahuan demikian
disyaratkan ; dan
– B. dapat melakukan pinjaman dari pihak ke tiga, hanya dalam
rangka meningkatkan nilai harta pailit .
• Apabila dalam melakukan pinjaman dari pihak ketiga
kurator perlu membebani harta pailit dengan gadai,
jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek, atau hak
agunan atas kebendaan lainnya maka pinjaman terebut
harus terlebih dahulu memperoleh persetujuan hakim
pengawas .
• Pembebanan harta pailit dengan gadai, jaminan fidusia,
hak tanggungan, hipotek, atau hak agunan atas
kebendaan lainnya sebagaimana dimaksud di atas hanya
dapat dilakuan terhadap bagian harta pailit yang belum
dijadikan jaminan utang .
• Setelah adanya putusan pernyataan pailit dan dalam
rapat pencocokan piutang tidak ditawarkan rencana
perdamaian, rencana perdamaian yang ditawarkan tidak
diterima atau pengesahan perdamaian ditolak
berdasarkan putusan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap, demi hukum harta pailit berada dalam
keadaan insolvensi .
• Setelah harta pailit berada dalam keadaan
insolvensi maka hakim pengawas dapat
mengadakan rapat kreditur pada hari, jam, dan
tempat ditentukan untuk mendengar mereka
seperlunya mengenai cara pemberesan harta
pailit . Apabila hakim pengawas berpendapat
cukup uang tunai, kurator diperintahkan untuk
melakukan pembagian kepada kreditur yang
piutangnya telah dicocokkan .
• Apabila dalam rapat pencocokan piutang tidak
ditawarkan rencana perdamaian atau jika
rencana perdamaian yang ditawarkan tidak
diterima kurator atau kreditur yag hadir dalam
rapat dapat mengusulkan upaya perusahaan
debitur pailt dilanjutkan .
• Usul untuk melanjutkan perusahaan sebagaimana dimaksud
di atas wajib diterima apabila usul tersebut disetujui oleh
kreditur yang mewakili lebih dari ½ (satu per dua) dari
semua pituang yang diakui dan diterima dengan sementara ,
yang tidak dijamin dengan hak gadai, jaminan fidusia, hak
tanggungan hipotek, atau hak agunan atas kebendaan
lainnya . Namun, atas permintaan kreditur atau kurator,
hakim pengawas dapat memerintahkan supaya kelanjutan
perusahaan dihentikan .
• Setelah itu, kurator harus melakukan pemberesan dan
menjual semua harta pailit . Semua benda harus dijual
dimuka umum sesuai dengan tata cara yang ditentukan
dalam peraturan perundang-undangan .Dalam hal penjualan
di muka umum tidak tercapai maka penjualan di bawah
tangan dapat di lakukan dengan izin hakim pengawas .
• Hasil penjualan harta pailit dibayarkan kepada para
kreditur menurut bagiannya dengan urutan sebagai
berikut .
• 1.Kreditur separatis
• Hasil penjualan harta pailit didahulukan untuk
pembayaran utang pajak .
• 2.Kreditur preferen
• Sejauh mereka tidak dibayar melakukan eksekusi sendiri
atas benda-benda yang dijadikan jaminan utang kepada
mereka dapat dilakukan dari hasil penjualan benda
terhadap mereka yang mempunyai hak istimewa atau
yang digunakan kepada mereka .
• 3.Kreditur konkuren
• Dalam hal hasil penjualan harta pailit tidak mencukupi
untuk membayar seluruh piutang kreditur separatis
maka untuk kekurangannya mereka berkedudukan
sebagai kreditur konkuren .
Berakhirnya Kepailitan
• Segera setelah kepada kreditur yang telah dicocokkan
piutangnya dibayarkan dalam jumlah penuh piutang
mereka atau segera setelah daftar pembagian penutup
menjadi pengikat maka berakhirlah kepailitan . Untuk
selanjutnya, kurator berkewajiban .
• 1.membuat pengumuman mengenai berakhirnya kepailitan
dalam berita negara Republik Indonesia dan surat kabar ;
• 2.memberikan pertanggung jawaban mengenai pengurusan
dan pemberesan yang telah dilakukannya kepada hakim
pengawas paling lama tiga puluh hari setelah berakhirnya
kepailitan ;
• 3.menyerahkan semua buku dan dokumen mengenai harta
pailit yang ada pada kurator kepada debitur dengan tanda
bukti penerimaan yang sah .
KISI – KISI UTS
• 1. Sumber hukum sering pula disebut hukum formal ,
sebutkan dan jelaskan sumber –sumber hukum
tersebut.
• 2. Sebutkan Unsur –unsur hukum .
• 3. Jelaskan pembagian benda menurut UU.
• 4. Sebutkan cara memperoleh hak kebendaan.
• 5. Dalam hukum perjanjian berlaku asas
Konsensualisme, apa arti asas tersebut ?
• 6. Syarat “sah” nya perjanjian menurut UU , yaitu ?
• 7. Perjanjian menurut isinya di bagi 3 , sebutkan.
• 8. jelaskan keunggulan dan kelemahan bentuk
perusahaan dagang .
• 9. Apa saja keunggulan dan kelemahan dari CV .
• 10. Jelaskan 2 macam sekutu dalam CV.
• 11. Sebutkan organ Perseroan Terbatas dan
jelaskan .
• 12. Ada 3 unsur penting dalam prinsip Fiduciary
Duties seorang direksi , sebutkan.
• 13. Apa tujuan dari hukum Kepailitan ?
• 14. Kreditur di bagi menjadi 3 , sebutkan dan
terangkan satu –satu.
• 15. Siapa saja pihak yang berhak mengajukan
permohonan pailit ? Beri penjelasan.
Bab 7. Kredit dan Hukum Perjanjian
Jaminan
• PENGERTIAN KREDIT
• Secara etimologis, istilah kredit berasal dari bahasa
latin,credere yang berarti kepercayaan . Istilah credere ini
merupakan kata yang biasa dipakai dalam percakapan sehari-
hari . Dalam konteks perbankan, kredit berarti orang yang
mendapatkan kepercayaan dari bank . Kepercayaan yang
diperoleh dari bank pada umumnya sesuai dengan kegiatan
utama perbankan, yaitu meminjamkan uang kepada
masyarakat . Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kredit
adalah nasabah yang mendapat kepercayaan dari bank dalam
bentuk peminjaman sejumlah uang . Lebih lanjut, dapat
diketahui bahwa dasar pemberian kredit oleh bank kepada
nasabah adalah adanya kepercayan kepada nasabah tersebut .
• Pengertian kredit berdasarkan undang-undang terdapat
dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Pasal 1 butir
11 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1992 tentang Perbankan yang menyatakan bahwa
kredit adalah :
• “Penyedia uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu , berdasarkan perjanjian atau kesepakatan
pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga .”
• Pengertian tersebut menunjukkan bahwa prestasi yang
wajib dilakukan oleh debitur atas kredit yang diberikan
kepadanya adalah tidak semata-mata melunasi utangnya,
tetapi juga disertai dengan bunga sesuai dengan perjanjian
yang telah disepakati sebelumnya (Hermasyah, 2007 ; 57) .
• Berkaitan dengan pengertian kredit berdasarkan Undang-
Undang Perbankan tersebut, menurut ketentuan Pasal 1
butir 5 Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/2/PBI/2005
tenang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum, yang
dimaksud dengan kredit adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan peminjam-meminjam antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga termasuk
• 1.cerukan (overdraft), yaitu saldo negatif pada rekening giro
nasabah yang tidak dapat dibayar lunas pada akhir hari ;
• 2.pengambil alihan tagihan dalam rangka kegiatan
anjak/piutang
• 3.pengambil alihan atau pembelian kredit dari pihak lain
JENIS-JENIS KREDIT
• Sekalipun terdapat perbedaan pada masing-masing
bank dalam pegolongan jenis kredit, berbagai jenis
kredit umumnya dapat dilihat dari berbagai sudut
pandang berikut .
• Menurut Tujuannya
• Menurut tujuannya jenis kredit dapat dibedakan
menjadi (1) kredit modal kerja (KMK) dan (2) kredit
investasi (KI) . KMK diperuntukkan sebagai fasilitas
untuk pemenuhan inventori, sedangkan KI
diperuntukkan sebagai pembiayaan investasi .
Lebih lanjut, hal ini akan memengaruhi pola kredit,
penarikan, agunan, dan sebagainya .
• Menurut Dana yang Diberikan
• Menurut dana yang diberikan, jenis kredit dapat
dibedakan menjadi (1) cash loan, KMK dan KI dan
(2) noncash loan, seperti bank garasi dan letter of
credit, yang berkaitan dengan transaksi L/C .
• Menurut Jumlah Kredit
• Menurut jumlah kredit, jenis kredit dapat
dibedakan menjadi (1) kredit korporasi dan (2)
kredit ritel . Pada kredit korporasi, jumlah fasilitas
kredit yang diberikan relatif besar . Sebaliknya,
jumlah fasiltas kredit yang di berikan oleh ritel
relatif lebih kecil .
• Menurut Jumlah Kredit
• Menurut jumlah kredit, jenis kredit dapat dibedakan
menjadi (1) kredit korporasi dan (2) kredit ritel . Pada
kredit korporasi, jumlah fasilitas kredit yang diberikan
relatif besar . Sebaliknya, jumlah fasiltas kredit yang di
berikan oleh ritel relatif lebih kecil .
• Menurut Penggunaannya
• Menurut penggunaannya, jenis kredit dapat dibedakan
menjadi (1) kredit konsumtif, (2) kredit produktif, dan
(3) kredit profesi . Kredit Konsumtif adalah kredit yang
diberikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-
hari . Kredit poduktif adalah pebiayaan bank yang
ditujukan untuk keperluan usaha nasabah agar
produktuvitas meningkat . Semetara itu, kredit profesi
adalah kredit yang diberikan semata-mata untuk
kepentingan profesinya .
• Menurut Cara Penarikannya
• Menurut cara penarikannya jenis kredit dapat
dibedakan menjadi (1) kredit konvensioal dan
(2) kredit dengan menggunakan kartu kredit .
• Menurut Jangka Waktunya
• Menurut jangka waktunya, kredit dapat dibedakan
menjadi (1) kredit janka pendek, (2) kredit jangka
menengah, dan (3) kredit jangka panjang . Kredit
jangka pendek adalah kredit yang berjangka waktu
paling lama satu tahun . Kredit jangka menengah
adalah kredit yang berjangka waktu antara satu
hingga tiga tahun. Sementara itu, kredit jangka
panjang adalah kredit yang jangka waktunya lebih
dari tiga tahun .
• Menurut Agunan atau Jaminannya
• Menurut agunan atau jaminannya, kredit dibagi
menjadi (1) kredit dengan agunan umum,
berdasarkan Pasal 1131 KUHPerdata, (2) kredit
dengan agunan khusus, termasuk diantaranya
fidusia, hak tanggungan, hipotek, gadai, hak
penanggungan (personal uarantee dan corpotate
guaretee), dan (3) kredit dengan agunan berupa
simpanan (deposito, giro, tabungan, dan
sebagainya) dinamakan cash collateral, sedangkan
jika agunan berupa nonsimpanan dinamakan
noncash collateral .
DASAR-DASAR PEMBERIAN KREDIT
• Dalam bukunya Hukum Perbankan Nasioal Indonesia,
Hermansyah mengemukakan bahwa dalam pemberian
kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank
wajib memperhatikan hal-hal sebagaimana ditentukan
dalam Pasal 8 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 sebagai berikut .
• Pasal 8 ayat (1)
• “Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan
prinsip syariah, bank umum wajib mempunyai keyakinan
berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad baik dan
kemampuan serta kesanggupan nasabah debitor untuk
melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan
dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan.”
• Pasal 8 ayat (2)
• “Bank umum wajib memiliki dan menerapkan pedoman
perkreditan dan pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia.”
• Berkaitan dengan hal tersebut, penjelasan Pasal 8 ayat
(2) menyatakan bahwa pedoman perkreditan dan
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia yang wajib dimiliki dan
diterapkan oleh bank dalam pemberian kredit dan
pembiayaan adalah sebagai berikut .
• 1.Pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan
prinsip syariah dibuat dalam bentuk perjanjian tertulis .
• 2.Bank harus memiliki keyakinan atas kemampuan dan
kesangupan nasabah debitur yang antara lain diperoleh
dari penilaian yang seksama terhadap watak,
kemampuan, modal, agunan, dan proyek usaha dari
nasabah debitur .
• 3.Kewajiban bank untuk menyusun dan
menerapkan prosedur pemberian kredit atau
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah .
• 4.Kewajiban bank untuk memberikan informasi
yang jelas mengenai prosedur dan persyaratan
kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah .
• 5.Larangan bank untuk memberikan kredit atau
pembiayaan berdasarkan syariah dengan yang
berbeda kepada nasabah debitur dan/atau pihak-
pihak terafiliasi .
• 6.Penyelesaian sengketa
• Menurut Hermansyah (2007 ; 64), untuk mencegah
terjadinya kredit bermasalah pada kemudian hari,
penilaian suatu bank untuk memberikan persetujuan
terhadap suatu permohona kredit dilakukan dengan
berpedoman kepada formula atau prinsip 5C yang
dapat diuraikan sebagai berikut .
• A. Character
• Yang dimaksud character adalah calon nasabah debitur
memiliki watak, moral dan sifat-sifat pribadi yang baik .
Penilaian terhadap karakter ini dilakukan untuk
mengetahui tingkat kejujuran integritas dan kemauan
dari calon nasabah debitur untuk memenuhi kewajiban
dan menjalankan usahanya . Informasi ini dapat
diperoleh bank melalui riwayat hidup, riwayat usaha
dan informasi dari usaha-usaha yang sejenis .
• B. Capacity
• Yang dimaksud capacity adalah kemampuan calon nasabah
debitur untuk mengelola kegitan usahanya dan mampu
melihat prospek sehingga usahanya akan dapat berjalan
dengan baik dan memberikan keuntungan yang menjamin
bahwa ia mampu melunasi utang kreditnya dalam jumlah dan
waktu yang telah ditentukan . Pengukuran kemampuan ini
dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan, misalnya
pendekatan material, yaitu melakukan penilaian terhadap
keadaan neraca, laporan laba rugi, dan arus kas (cash flow)
usaha dari beberapa tahun terakhir . Melalui pendekatan ini,
tentu dapat diketahui pula mengenai tingkat solvabilitas,
likuiditas, dan rentabilitas usaha, serta tingkat resikonya .
Lebih lanjut, untuk menilai kapasitas seseorang, pada
umumnya didasarkan pada pengalamannya dalam dunia
bisnis yang dihubungkan dengan pendidikan dari calon
nasabah debitur dan kemampuan serta keunggulan
perusahaan dalam melakukan persaingan usaha dengan
pesaing lainnya .
• C. Capital
• Faktor yang juga penting dilakukan oleh bank sebelum
membuat keputusan kredit adalah melakukan
penelitian terhadap capital (modal) yang dimiliki oleh
pemohon kredit . Penyelidikan ini tidaklah semata-
mata didasarkan pada besar kecilnya modal, tetapi
lebih difokuskan kepada bagaimana distribusi modal
ditempatkan oleh pengusaha tersebut sehingga segala
sumber yang telah ada dapat berjalan dengan efektif .
• D. Collateral
• Collateral adalah jaminan untuk persetujuan
pemberian kredit yang merupakan sarana pengaman
(back up) atas resiko yang mungkin terjadi atas
wanprestasinya nasabah debitur pada kemudian hari,
misalnya terjadi kredit macet . Jaminan ini diharapkan
mampu melunasi sisa utang kredit, baik utang pokok
maupun bunganya .
• E. Condition of Economy
• Dalam pemberian kredit oleh bank, kondisi
ekonomi secara umum dan kondisi sektor
usaha pemohon kredit perlu memperoleh
perhatian dari bank untuk memperkecil resiko
yang mungkin terjadi yang diakibatkan oleh
kondisi ekonomi tersebut .
PERJANJIAN KREDIT
• Perjanjian adalah sebuah peristiwa saat seseorang
berjanji kepada orang lain atau saat dua orang tersebut
saling berjanji untuk melakukan suatu hal . Dalam hal
perjanjian kredit, objek atau isi perjanjian ini adalah
perihal pinjam-meminjam uang yang disertai dengan
penyerahan hak atas sejumlah kekayaan dari debitur
sebagai jaminan pelunasan utang .
• Ditinjau dari sifatnya, perjanjian kredit bersifat pokok
atau perjanjian dasar (obligatoir) . Dalam perkreditan,
perjanjian kredit pada umumnya akan melahirkan
perjanjian jaminan . Perjanjian jaminan ini merupakan
perjanjiaan yang bersifat tambahan atau pelengkap
(assecoir) . Dengan kata lain, ada dan berakhirnya
perjanjian jaminan bergantung pada adanya perjanjian
pokok, yaitu perjanjian kredit .
• Ditinjau dari bentuknya, perjanjian kredit pada perbankan
pada umumnya menggunakan bentuk perjanjian baku
(standard contract) . Gatot Supramono dalam bukunya
Perbankan dan Masalah Kredit menjelaskan bahwa
perjanjian baku adalah perjanjian yang bentuk dan isinya
telah terlebih dahulu dipersiapkan oleh kreditur kemudian
diberikan kepada debitur . Dalam perjanjian baku ini, hanya
dalam posisi menerima atau menolak hampir tanpa ada
kemungkinan untuk melakukan negosiasi .
• Perjanjian kredit mempunyai fungsi yang penting dalam
proses pemberian, pengelolaan, piñata laksanaan,
pemantauan kredit, dan penyelesaian jika terjadi kredit
macet . Lebih lanjut, Wardoyo dalam Hermansyah (2007 :
72) mengemukakan beberapa fungsi perjanjian kredit,
antara lain (1) sebagai perjanjian kredit, (2) sebagai alat
bukti mengenai batasan-batasan hak dan kewajiban
diantara kreditur dan debitur, dan (3) sebagai alat untuk
melakukan pemantauan kredit .
JAMINAN DAN AGUNAN KREDIT
• Pengertian Jaminan Kredit
• Dilihat dari sudut ketentuan perbankan,
pemberian kredit oleh bank memiliki risiko bagi
bank .Oleh karena itu, menurut Undang-Undang
Perbankan, pelaksanaan harus memerhatikan
asas-asas perkreditan yang sehat ( prudential
banking principle) . Lebih lanjut, dalam
melaksanakan asas-asas perkreditan yang sehat,
sebelum memutuskan untuk memberikan kredit,
bank harus memiliki keyakinan atas kemampuan
dan kesanggupan nasabah debitur yang antara
lain diperoleh dari penilaian yang seksama
terhadap watak, kemampuan, modal, agunan,
dan proyek usaha dari nasabah debitur .
• Dengan demikian, yang dimakud dengan jaminan
(jaminan pokok) adalah suatu keyakinan bank
atas kesanggupan debitur untuk melunasi kredit
sesuai dengan yang diperjanjikan (Pasal 2 ayat (1)
Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor
23/69/KEP/DIR tanggal 28 Februari 1991 tentang
Jaminan Pemberian Kredit) . Keyakinan itu
diperoleh bank setelah menganalisis berbagai
faktor yang disebutkan di atas, termasuk
kelayakan proyek yang di danai dari kredit
tersebut . Adapun dimintanya jaminan lain
berupa kelayakan atau hak kebendaan dari
debitur adalah jaminan tambahan yang disebut
dengan agunan .
• Pengertian Agunan Kredit (Collateral)
• Dalam mempertimbangkan permohonan kredit,
apabila bank telah memiliki keyakinan bahwa
debitur mempunyai kesanggupan untuk
mengembalikan pinjaman, artinya telah ada
jaminan, barulah bank meminta jaminan
tambahan yang dalam dunia perbankan disebut
agunan (collateral) berupa kekayaan atau hak
kebendaan . Menurut Pasal 1 butir 23 Undang-
Undang Perbankan, yang dimaksud agunan
adalah “Jaminan tambahan yang diserahkan
nasabah debitur kepada bank dalam rangka
pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah.”
• FUNGSI JAMINAN KREDIT
• Pasal1131 KUHPerdata menerangkan fungsi jaminan sebagai upaya
pemenuhan kewajiban debitur yang dinilai dengan uang, yaitu dipenuhi
dengan melakukan pembayaran. Oleh karena itu, jaminan memberikan hak
kepada kreditur untuk mengambil pelunasan dari hasil penjualan kekayaan
yang dijaminkan (Soewarso, 2002 : 8) .
• Dalam perjanjian kredit, para pihak lazimnya telah menjanjikan dengan
tegas bawa apabila debitur tidak dapat membayar kredit yang terutang,
kreditur berhak mengambil sebagian atau seluruh hasil penjualan harta
kekayaan yang dijaminkan tersebut sebagai plunasan utang debitur . Jika
ada beberapa kreditur, pembagian diantara para kreditur sangat
tergantung pada apakah diantara para kreditur terdapat pengikatan
jaminan yang dilakukan secara khusus .
• Apabila diantara para kreditur ada yang memberikan kredit dengan
jaminan hak taggungan atau hipotek, gadai, dan fidusia, kreditur tersebut
adalah kreditur separatis yang akan menerima pelunasan hak tagihannya
secara penuh yang didahulukan dari para kreditur lainnya yang tidak
mendapat jaminan khusus atau kreditur konkuren . Para kreditur konkuren
akan menerima secara berbanding dari hasil penjualan harta debitur
setelah dikurangi bagian yang menjadi hak kreditur separatis (Soewarso,
2002 : 8) .
PRINSIP-PRINSIP JAMINAN KREDIT
• Ketentuan yang tercantum dalam Pasal 1131
KUHPerdata memiliki prinsip yang bersifat umum
dari hukum jaminan, yaitu (1) kekayaan
seseorang merupakan jaminan utang-utangnya,
(2) kekayaan tersebut mencakup pula benda-
benda yang akan diperoleh atau dimiliki pada
kemudian hari, (3) kekayaan tersebut meliputi
benda-benda yang bergerak dan tidak bergerak,
dan (4) kreditur tidak dibenarkan mengambil
barang jaminan untuk langsung dimiliki ( men-
daku ) dan dianggap sebagai pelunasan utang
debitur .
• Berdasakan prinsip tersebut, dapat dikatakan bahwa
pemberi jaminan haruslah orang yang berkuasa penuh
atas barang yang dijaminkan atau dengan kata lain
debitur adalah pemilik barang yang berhak menjual atau
menjaminkan barang tersebut . Pemilik atas barang
dapat dibuktikan dengan dokumen-dokumen yang
bersangkutan . Jadi, pada prinsipnya harta pemilik yang
dapat menjaminkan hartanya kepada pihak lain kreditur
untuk pinjaman yang diterimanya .
• Secara hukum, seorang debitur dapat juga memperoleh
kredit dengan jaminan berupa harta, misalnya tanah
yang bukan miliknya . Dengan persetujuan pemilik tanah,
debitur dapat menjaminkannya, yang dalam prakteknya
diwujudkan dalam bentuk surat kuasa khusus untuk
mejaminkan, harta tanah tertentu dalam rangka
memperoleh kredit dari bank .
• Selanjutnya, berdasarkan prinsip umum pada
nomor 4, dapat dikatakan bahwa ketentuan
undang-undang menetapan perbuatan kreditur
yang demikian, yaitu langsung mengambil barang
jaminan untuk dimiliki dan menganggap lunas
debitur yang bersangkutan, batal demi hukum
(Soewarso,2004 : 8) . Bertolak dari prinsip bahwa
kebendaan seseorang menjadi jaminan bagi para
kreditur secara bersama-sama dan pendapatan
penjualan benda atau harta dibagi menurut
keseimbangan maka pada dasarnya kebendaan
atau harta debitur tersebut harus di jual terlebih
dahulu .
• Penjualan barang jaminan tersebut pada umumnya
dilakuan melalui pelelangan umum dengan mekanisme
lelang, kecuali untuk barang jaminan benda bergerak
(gadai) dapat diperjanjian melakukan penjualan di
bawah tangan . Praktik pemilik barang jaminan dalam
arti men-daku banyak terjadi dikalangan perbankan
yang dilakukan dengan berbagai alasan dan
menganggapnya sebagai kompensasi . Praktik
demikian dilakukan atas pertimbangan bahwa lebih
baik mendapatkan barang jaminan tersebut untuk
dapat dimanfaatkan dari pada tidak memperoleh
apapun (Soewarso,2002 : 11) . Sebagai contoh, sebuah
rumah yang dijaminkan langsung ditempati atau
digunakan oleh bank sebagai kantor atau tempat
tinggal pimpinan bank dan selanjutnya utang dianggap
lunas . Meskipun pemikiran ini dianggap masuk akal,
ketentuan undang-undang telah melarang cara
tersebut .
PENGIKATAN JAMINAN KREDIT