Oleh :
Preseptor
Lama pengobatan
Tergantung dari kuman penyebab, umumnya 10-14
hari.
Bedah
Umumnya tidak diperlukan tindakan bedah, kecuali
jika ada komplikasi seperti empiema subdural, abses
otak, atau hidrosefalus.
Suportif
Periode kritis pengobatan meningitis bakterialis
adalah hari ke-3 dan ke-4.Tanda vital dan evaluasi
neurologis harus dilakukan secara teratur. Guna
mencegah muntah dan aspirasi sebaiknya pasien
dipuasakan lebih dahulu pada awal sakit.
Lingkar kepala harus dimonitor setiap hari pada anak
dengan ubun-ubun besar yang masih terbuka.
Peningkaan tekanan intrakranial, Syndrome Inappropriate
Antidiuretic Hormone (SIADH), kejang dan demam harus
dikontrol dengan baik. Restriksi cairan atau posisi kepala
lebih tinggi tidak selalu dikerjakan pada setiap anak
dengan meningitis bakterial.
Perlu dipantau adanya komplikasi SIADH. Diagnosis
SIADH ditegakkan jika terdapat kadar natrium serum yang
< 135 mEq/L (135 mmol/L), osmolaritas serum < 270
mOsm/kg, osmolaritas urin > 2 kali osmolaritas serum,
natrium urin > 30 mEq/L (30 mmol/L) tanpa adanya tanda-
tanda dehidrasi atau hipovolemia. Beberapa ahli
merekomendasikan pembatasan jumlah cairan dengan
memakai cairan isotoni, terutama jika natrium serum < 130
mEq/L (130 mmol/L). Jumlah cairan dapat dikembalikan ke
cairan rumatan jika kadar natrium serum kembali normal.
Pemantauan
Terapi
Untuk memantau efek samping penggunaan
antibiotik dosis tinggi, dilakukan pemeriksaan darah
perifer secara serial, uji fungsi hati, dan uji fungsi
ginjal bila ada indikasi.
Tumbuh kembang
Gangguan pendengaran sebagai gejala sisa meningitis
bakterialis terjadi pada 30% pasien, karena itu uji
fungsi pendengaran harus segera dikerjakan setelah
pulang. Gejala sisa lain seperti retardasi mental,
epilepsi, kebutaan, spastisitas, dan hidrosefalus.
Pemeriksaan penunjang dan konsultasi ke departemen
terkait disesuaikan dengan temuan klinis pada saat
follow-up.
Meningitis Tuberkulosis
Meningitis tuberkulosis adalah radang selaput otak
yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis.Biasanya jaringan otak ikut terkena
sehingga disebut sebagai meningoensefalitis
tuberkulosis. Angka kejadian jarang dibawah usia 3
bulan dan mulai meningkat dalam 5 tahun
pertama.Angka kejadian tertinggi pada usia 6 bulan
sampai 2 tahun.Angka kematian berkisar antara 10-20%.
Sebagian besar memberikan gejala sisa, hanya 18%
pasien yang normal secara neurologis dan
intelektual.Anak dengan meningitis tuberkulosis bila
tidak diobati, akan meninggal dalam waktu 3–5 minggu.
Diagnosis
Anamnesis
Riwayat demam yang lama/kronis, dapat pula berlangsung akut
Kejang, deskripsi kejang (jenis, lama, frekuensi, interval)
kesadaran setelah kejang
Penurunan kesadaran
Penurunan berat badan (BB), anoreksia, muntah, sering batuk
dan pilek
Riwayat kontak dengan pasien tuberkulosis dewasa
Riwayat imunisasi BCG
Pemeriksaan fisis
Tata Laksana
Medikamentosa
Pengobatan medikamentosa diberikan sesuai rekomendasi
American Academy of Pediatrics 1994, yakni dengan
pemberian 4 macam obat selama 2 bulan, dilanjutkan
dengan pemberian INH dan Rifampisin selama 10 bulan.
Dosis obat antituberkulosis adalah sebagai berikut :
Isoniazid (INH) 10-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 300
mg/hari.
Rifampisin 10-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 600 mg/hari.
Pirazinamid 15-30 mg/kgBB.hari, dosis maksimal 2000
mg/hari.
Etambutol 15-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 1000 mg/hari
atau streptomisin IM 20 – 30 mg/kg/hari dengan maksimal 1
gram/hari.
Kortikosteroid diberikan untuk menurunkan inflamasi dan
edema serebral. Prednison diberikan dengan dosis 1–2
mg/kg/hari selama 6–8 minggu.Adanya peningkatan tekanan
intrakranial yang tinggi dapat diberikan deksametason 6
mg/m2 setiap 4–6 jam atau dosis 0,3–0,5 mg/kg/hari.
Tata laksana kejang maupun peningkatan tekanan
intrakranial dapat dilihat pada bab terkait.
Perlu dipantau adanya komplikasi Syndrome Inappropriate
Antidiuretic Hormone (SIADH). Diagnosis SIADH
ditegakkan jika terdapat kadar natrium serum yang <135
mEq/L (135 mmol/L), osmolaritas serum < 270 mOsm/kg,
osmolaritas urin > 2 kali osmolaritas serum, natrium urin >
30 mEq/L (30 mmol/L) tanpa adanya tanda-tanda dehidrasi
atau hipovolemia. Beberapa ahli merekomendasikan
pembatasan jumlah cairan dengan memakai cairan isotonis,
terutama jika natrium serum < 130 mEq/L (130 mmol/L).
Jumlah cairan dapat dikembalikan ke cairan rumatan jika
kadar natrium serum kembali normal.
Bedah
Hidrosefalus terjadi pada 2/3 kasus dengan lama sakit
> 3 minggu dan dapat diterapi dengan asetazolamid
30-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis. Perlu
dilakukan pemantauan terhadap asidosis metabolik
pada pemberian asetazolamid. Beberapa ahli hanya
merekomendasikan tindakan VP-shunt jika terdapat
hidrosefalus obstruktif dengan gejala ventrikulomegali
disertai peningkatan tekanan intraventrikel atau
edema periventrikuler.
Suportif