Anda di halaman 1dari 15

KETOASIDOSIS DIABETIK

Oleh:
KATRINA EDYASMAR 1410070100113

Pembimbing:
Dr Irwandi, Sp.A
DEFINISI KETOASIDOSIS DIABETIK

Ketoasidosis diabetik (KAD) merupakan kedaruratan pada diabetes melitus (DM)


tipe I sebagai akibat kurangnya insulin dalam sirkulasi darah baik secara absolut
maupun relatif.
Keadaan KAD ditunjang oleh meningkatnya counterregulatory hormones:
katekolamin, glukagon, kortisol, dan hormon pertumbuhan (growth hormone).
Secara biokimia diagnosis KAD dapat ditegakkan bila terdapat:
• Hiperglikemia, bila kadar gula darah >11 mmol/L (≈ 200mg/dL)
• pH darah vena <7,3 atau bikarbonat <15 mmol/L
• Ketonemia dan ketonuria

Menurut derajat asidosisnya, ketoasidosis diabetik dibedakan menjadi:


• Ringan (pH darah vena <7,30 atau bikarbonat <15 mmol/L)
• Sedang (pH 7,2, bikarbonat <10 mmol/L)
• Berat (pH <7,1, bikarbonat <5 mmol/L)
DIAGNOSIS
Anamnesis
• Adanya riwayat diabetes mellitus:
• Polidipsia, poliuria, polifagia, nokturia, enuresis, dan anak lemah (malaise)
• Riwayat penurunan berat badan dalam beberapa waktu terakhir
• Adanya nyeri perut, mual, muntah tanpa diare, jamur mulut atau jamur pada
alat kelamin, dan keputihan
• Dehidrasi, hiperpnea, napas berbau aseton, syok dengan atau tanpa koma
• Kita mewaspadai adanya KAD apabila kita temukan dehidrasi berat tetapi
masih terjadi poliuria
Pemeriksaan fisis
• Gejala asidosis, dehidrasi sedang sampai berat dengan atau tanpa syok
• Pernapasan dalam dan cepat (Kussmaul), tetapi pada kasus yang berat terjadi
depresi napas
• Mual, muntah, dan sakit perut seperti akut abdome
• Penurunann kesadaran sampai koma
• Demam bila ada infeksi penyerta
• Bau napas aseton
• Produksi urin tinggi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang awal yang utama adalah
• Kadar gula darah (>11mmol/L (≈ 200 mg/dL)
• Ketonemia
• Analisis gas darah (pH darah vena <7,3 atau bikarbonat <15 mmol/L)
• Urinalisis: ketonuria
• Kadar elektrolit darah, darah tepi lengkap, dan fungsi ginjal diperiksa sebagai
data dasar.
• Kalau ada infeksi dapat dilakukan biakan darah, urin, dan lain-lain.
TATALAKSANA
Tujuan dari tata laksana KAD
• Mengoreksi dehidrasi
• Menghilangkan ketoasidosis
• Mengembalikan kadar gula darah mendekati angka normal
• Menghindari komplikasi terapi
• Mengidentifikasi dan mengatasi komplikasi yang muncul
TERAPI CAIRAN
Prinsip-prinsip resusitasi cairan
• Apabila terjadi syok, atasi syok terlebih dahulu dengan memberikan cairan NaCl 0,9% 20
mL/kg dalam 1 jam sampai syok teratasi.
• Resusitasi cairan selanjutnya diberikan secara perlahan dalam 36-48 jam berdasarkan derajat
dehidrasi.
• Selama keadaan belum stabil secara metabolik (stabil bila kadar bikarbonat natrium >15
mE/q/L, gula darah <200 mg/dL, pH >7,3) maka pasien dipuasakan.
• Perhitungan kebutuhan cairan resusitasi total sudah termasuk cairan untuk mengatasi syok.
• Apabila ditemukan hipernatremia maka lama resusitasi cairan diberikan selama 72 jam.
• Jenis cairan resusitasi awal yang digunakan adalah NaCl 0,9% Apabila kadar gula darah sudah
turun mencapai <250 mg/dl cairan diganti dengan Dekstrose 5% dalam NaCl 0,45%.
TERAPI INSULIN
Prinsip-prinsip terapi insulin:
• Diberikan setelah syok teratasi dan resusitasi cairan dimulai.
• Gunakan rapid (regular) insulin secara intravena dengan dosis insulin antara 0,05 – 0,1 U/kgBB/jam.
Bolus insulin tidak perlu diberikan.
• Penurunan kadar gula secara bertahap tidak lebih cepat dari 75 – 100 mg/dL/jam.
• Insulin intravena dihentikan dan asupan per oral dimulai apabila secara metabolik sudah stabil (kadar
biknat >15 mEq/L, gula darah <200 mg/dL, pH >7,3).
• Selanjutnya insulin regular diberikan secara subkutan dengan dosis 0,5 - 1 U/kgBB/hari dibagi 4 dosis
atau untuk pasien lama dapat digunakan dosis sebelumnya.
• Untuk terapi insulin selanjutnya dirujuk ke dokter ahli endokrinologi anak.
KOREKSI ELEKTROLIT
• Tentukan kadar natrium dengan menggunakan
rumus:
Kadar Na terkoreksi = Na + 1,6 (kadar gula darah – 100)
100
(nilai gula darah dalam satuan mg/dL)
Pada hipernatremia gunakan cairan NaCl 0,45%
• Kalium diberikan sejak awal resusitasi cairan kecuali pada anuria. Dosis K = 5 mEq/ kgBB per hari
diberikan dengan kekuatan larutan 20–40 mEq/L dengan kecepatan tidak lebih dari 0,5 mEq/kg/jam
• Asidosis metabolik tidak perlu dikoreksi

Lain-lain (rujukan subspesialis, rujukan spesialis lainnya dll)


• Pada kasus KAD berulang diperlukan tata laksana psikologis dan reedukasi.
PEMANTAUAN
• Penanganan yang berhasil tidak terlepas dari pemantauan yang baik,
meliputi, nadi, laju napas, tekanan darah, pemeriksaan neurologis, kadar gula
darah, balans cairan, suhu badan. Keton urin harus sampai negatif.
• Perhatikan adanya penurunan kesadaran dalam 24 jam pertama terapi
sebagai tanda awal edema serebri. Jika terdapat kecurigaan adanya edema
serebri berikan manitol dengan dosis 1–2 gram/kg intravena tetesan cepat,
karena keadaan tersebut merupakan kedaruratan medik.
TANDA-TANDA BAHAYA
Berikut ini merupakan tanda-tanda bahwa penanganan penderita menjadi lebih
sulit
• Dehidrasi berat dan renjatan
• Asidosis berat dan serum K yang rendah, hal ini menunjukkan K total yang
sangat kurang
• Hipernatremia menunjukkan keadaan hiperosmolar yang memburuk
• Hiponatremia
• Penurunanan kesadaran saat pemberian terapi yang menunjukkan adanya
edema serebri
EDEMA SEREBRI
• Herniasi karena edema serebri merupakan komplikasi terapi pada
DKA, sifatnya akut dan tidak dapat diprediksi sebelumnya.
• Biasanya terjadi dalam 24 jam pertama pengobatan.
• Semua penderita harus dimonitor akan kemungkinan peningkatan
tekanan intrakranial (observasi gejala neurologis).
Penderita yang berisiko tinggi untuk mengalami edema serebri adalah:
• Penderita dengan usia <5 tahun, penderita baru
• Penderita dengan gejala yang sudah lama diderita
• Asidosis berat, pCO2 rendah dan BUN tinggi
• Bila terjadi herniasi otak, waktu penanganan yang efektif sangatlah pendek.
Bila ragu-ragu segera berikan manitol 1-2 gram/kgBB dengan IV drip cepat.
Bila mungkin buat CT scan otak

Anda mungkin juga menyukai