Anda di halaman 1dari 18

KELOMPOK 6

ARDIANSYAH
DEVI ANGGRIANI
EMIA BR S. MAHA
YOSIA SIHOMBING
RICARDO GULTOM
GEOG
R AF I
C’201
9
NAMA-NAMA
GEOGRAFIS(TOPONIMI)
Sejarah Toponimi dimulai bersamaan dengan dikenalnya peta
(sehingga berkaitan dengan Kartografi) dalam peradaban
manusia yang dimulai pada zaman Mesir kuno. Untuk
memberikan keterangan (nama) pada unsur yang digambarkan
pada peta diperlukan suatu usaha untuk ‘merekam’ dari bahasa
verbal (lisan) ke dalam bentuk tulisan atau simbol. Sejarah
mencatat nama-nama Comtey de Volney (1820), Alexander John
Ellis (1848), Sir John Herschel (1849) dan Theodore W. Erersky
(1913) yang terus berusaha untuk membakukan proses
penamaan unsur geografis pada lembar peta melalui berbagai
metode.
Pada akhirnya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) membentuk
United Nations Group of Experts on Geographical Names
(UNGEGN) di bawah struktur Dewan Ekonomi dan Sosial PBB (UN
ECOSOC).
Tata cara pembakuan Pemberian nama pada unsur geografis
ternyata tidak sesederhana perkiraan banyak orang. Tata cara
untuk menstandarisasi dan mengatur penamaan suatu unsur
geografis dikaji dan diatur dalam suatu cabang ilmu yang dikenal
sebagai Toponimi.
Nama unsur geografi, atau disingkat “nama geografik”
(geographical names) disebut “toponim”. Secara harafiah
berarti “nama tempat” (place names). Nama tempat tidak
harus diartikan nama pemukiman (nama tempat tinggal),
tetapi nama unsur geografi yang ada di suatu tempat
(daerah), seperti sungai, bukit, gunung, pulau, tanjung,
dsb. Unsur-unsur ini dikenal secara luas sebagai unsur
“topografi”.
Pedoman Penulisan Nama Unsur Geografi di
Indonesia (Dimodifikasi dari Tulisan Prof. Jacub
Rais dalam semiloka di ITB tahun 2005).

Tiap nama unsur geografi di Indonesia terdiri atas


dua bagian yaitu nama generik dan nama spesifik.
•Yang dimaksud dengan nama generik adalah nama
yang menggambarkan bentuk dari unsur geografis
tersebut, misalnya sungai, gunung, kota dan unsur
lainnya, Nama spesifik yang sering digunakan untuk
unsur geografis biasanya berasal dari kata sifat,
misalnya ’baru’, ’jaya’, ’indah’, ’makmur’ atau kata
benda yang bisa mencerminkan bentuk unsur
tersebut, misalnya ’batu’, ’candi’ dan lain sebagainya.

•Nama spesifik merupakan nama diri (proper name)


dari nama generik tersebut yang juga digunakan
sebagai unit pembeda antarunsur geografis.
Nama-nama generik
dari unsur geografi:

•Sungai = air, aik, ai,


oi, kali, batang, wai, ci,
brang, jeh,
nanga,krueung, Ie,
(bahasa lokal) Pedoman pertama:
•Gunung = dolok, buku, Dalam menulis nama unsur geografi ditulis
bulu, deleng, keli, terpisah antara nama generik dan nama
wolo,cot, batee (bahasa spesifiknya. 
lokal) CONTOH:
Sungai Musi; Air Bangis; Krueung Aceh; Ie Mola;
•Tanjung = ujung, cuku
Wai Seputih; Batang Hari; Ci Liwung; Danau
(bahasa lokal) Toba; Laut Jawa; Selat Sunda; Pulau Nias;
•Danau =telaga, situ, Tanjung Cina; Kota Bandung; Gunung Merbabu;
ranu (bahasa lokal) Bukit Suharto. Singkatan Nama Generik di peta:
•Pulau =nusa, mios Tanjung : Tg.; Pulau: P.; Laut: L.; Selat: Sel.;
(meos), pulo, towade, Wai: W. Sungai: S atau Sei, Ujung: U. Kota,
wanua, libuton, lihuto Umumnya generik “Kota” tidak ditulis dan juga
(bahasa lokal)…. tidak disebut karena orang tahu bahwa itu nama
kota: “Kota Bandung” atau“Bandung” saja.
 
Pedoman kedua:
Banyak nama spesifik di Indonesia, khususnya nama kota
dan pemukiman memuat juga nama generik dalam nama
spesifiknya, seperti nama-nama kota memakai gunung,
bukit, tanjung, ujung, pulau dst dalam nama
spesifiknya. Dalam kasus ini nama spesifik tersebut
ditulis dalam satu kata.
Contoh:Gunungsitoli; Cimahi; Ujungpandang; Bukittinggi;
Muarajambi; Tanjungpinang; Tanjungpriok; Krueungraya;
Sungailiat; Bandarlampung; Airmadidi; Sungaipenuh;
Kualasimpang. Contoh di Jawa Barat ada sungai yang
bernama Ci Liwung (harus ditulis dengan 2 kata). Tetapi jika
suatu kota (generik) “Ci” dipakai dalam nama spasifik, maka
ditulis dengan satu kata (Cimahi, Cibinong, Cikampek). Lihat
peta yang dibuat di masa penjajahan Belanda (masih pakai
ortografi lama “tj” untuk “c”, “dj” untuk ”j”, “oe” untuk “u”.
Pedoman keempat
Jika nama spesifik yang terdiri dari kata
berulang, ditulis sebagai satu kata. Misalnya
Bagansiapiapi; Siringoringo; Sigiringgiring;
Mukomuko. Jika nama spesifik yang ditulis
Pedoman ketiga dengan angka sebagai penomoran, maka
Jika suatu nama spesifik nomor ditulis dengan huruf, misalnya Depok
ditambah dengan kata sifat di Satu; Depok Dua; Depok Timur Satu; Koto
belakangnya atau penunjuk Ampek. Jika nama spesifik terdiri dari dua
arah, maka ditulis terpisah. kata benda, ditulis sebagai satu kata, misalnya
Contoh: Jawa Barat; Kebayoran Tanggabosi; Bulupayung; Pagaralam.
Baru; Sungai Tabalong Kiwa;  
Kotamubago Selatan; Kampung
Desatengah Selatan; Nusa
Tenggara Timur; Panyabungan
Tonga; Pagarutang Jae (tonga =
tengah; jae= utama di kabupaten
Tapanuli Selatan); Kemang
Utara; Durentiga Selatan.
 
Pedoman keenam

Banyak contoh nama spesifik terdiri dari


Pedoman kelima 4 kata atau lebih, misalnya beberapa
Nama spesifik terdiri dari kata benda daerah di Tapanuli Selatan:
diikuti dengan nama generik, maka Purbasinombamandalasena;
ditulis sebagai satu kata, misalnya: Dalihannataluhutaraja;
Pintupadang; Pagargunung; Hutalosungparandolok Lorong
Pondoksungai; Kayulaut. Tiga;  Gunungmanaonunterudang.
Nama spesifik yang terdiri dari 3 Untuk memudahkan disarankan tidak
kata, masing-masing 2 nama memakai nama yang panjang.
generik diikuti dengan kata sifat  
atau kata benda, maka ditulis  
sebagai satu kata, misalnya
Torlukmuaradolok (torluk = teluk;
muara = muara; dolok = gunung);
Muarabatangangkola (muara dan Banyak nama-nama unsur geografi yang berasal dari
batang adalah nama generik;
angkola = nama benda). nama asing yang terucapkan dengan lidah Indonesia
atau diterjemahkan secara harafiah dalam bahasa
Indonesia atau diganti dengan nama Indonesia.
Yang berasal dari pengucapan bahasa asing:
Tanjong Priok seharusnya ditulis Tanjungperiuk atau
Tanjungpriok (kalau “priok” bahasa Betawi dari
“periuk”; Ayer Item seharusnya Air Hitam
Yang berasal dari bahasa asing dengan pengucapan
gaya bahasa Indonesia:
Singerland menjadi Sangerlang; Glen More menjadi
Glemor; Malborough menjadi Malioboro; Zandvoort
menjadi Sanpur, Sampur;
LAYOUT PETA

Layout peta merupakan tahap terakhir dalam


pembuatan peta. Layout peta berarti menyusun
penempatan-penempatan dari pada peta judul, legenda,
skala, sumber data, penerbit, no sheet, macam-macam
proyeksi dan lain-lainnya (Sutiah, 2011).
a. Judul peta
Setiap peta tentu harus
memiliki judul. Judul ini
menunjukkan tentang lokasi
peta dan keterangan utama
lain, misal jenis peta. Judul peta
umumnya ditulis besar dan jelas
serta diletakkan di bagian atas
peta, sehingga mudah terlihat.
b. Legenda
Legenda dalam peta
merupakan keterangan
dari lambang – lambang
yang terdapat pada peta
supaya lebih mudah
dibaca.

c. Simbol peta
Simbol peta merupakan tanda – tanda
khusus yang umumnya digunakan pada
semua peta. Simbol dalam peta dapat
diklasifikasikan dalam beberapa bentuk,
yakni:
Titik, dalam berbagai ukuran dan bentuk
Garis, misalnya dalam bentuk tebal, tipis,
sejajar, dan terputus – pitis
Warna, misalnya merah, hijau, kuning,
biru dan coklatDaerah, misalnya untuk
menunjukkan daerah pertanian, dan
daerah rawa, dan lain – lain.
d. Penunjuk arah mata angin
Penunjuk arah mata angin ini snagat
penting artinya untuk dapat membaca
peta. Dengan adanya penunjuk arah
tersebut, maka pembaca dapat
mengetahui arah timur, tenggara,
selatan, barat daya, barat, barat laut,
utara, dan timur laut.

E.Skala Peta
Skala peta adalah angka yang
menyatakan perbandingan jarak di
dalam peta dengan jarak sebenarnya
di lapangan. Penulisan skala peta
biasanya diletakkan di bawah peta
atau judul peta.
f. Lettering
Lettering merupakan
semua tulisan dan angka
yang berfungsi untuk
memperjelas arti dari
lambang atau simbol yang
ada. Sebagai contoh, judul
ditulis dengan huruf capital
tegak semua.

g. Inset
Inset adalah peta kecil yang terdapat
di dalam peta yang fungsinya untuk
penunjuk lokasi daerah yang
dipetakan pada kedudukannya
dengan daerah sekitar yang lebih
luas lagi.
h. Garis astronomis
Garis astronomis adalah
garis yang digunakan untuk
menentukan lokasi dari
suatu tempat di muka
bumi ini. Biasanya, garis
astronomis ini berupa garis
lintang dan garis bujur
yang dilengkapi dengan
angka derajat di tepi peta.

i. Sumber peta
Sumber peta, komponen peta
yang satu ini gunanya hanya
untuk meyakinkan pengguna /
pembaca, bahwa peta yang ia
gunakan berasal dari instansi
atau lembaga yang
berkompeten serta peta yang
ia baca memiliki hak dalam
pembuatan peta.
J.Tahun pembuatan peta
tahun pembuatan peta yang biasanya akan
di tempatkan di sebelah kanan bawah pada
peta,gunanya yaitu untuk mengetahui
kapan peta itu dibuat.
k. GARIS LINTANG
Garis lintang/latitude
adalah garis virtual atau
garis imajiner yang
mengelilingi bumi dari
barat ke timur dan
digunakan untuk Pembagian
menentukan posisi bumi Garis Lintang Utara adalah garis di belahan
relatif terhadap garis bumi utara yang ukurannya berkisar dari 0
khatulistiwa. derajat hingga 90 derajat LU. Selalu ke utara,
Garis ini digunakan semakin kecil, bahkan pada 90 derajat LU
untuk menentukan posisi hanya satu titik, titik Kutub Utara.
di bumi sehubungan Garis Lintang Selatan adalah garis di belahan
dengan ekuator (utara bumi selatan, ukuran 0 derajat hingga 90
atau selatan). derajat LS. Lebih jauh ke selatan lebih kecil
dan lebih kecil, bahkan pada 90 derajat LS,
hanya satu titik, titik Kutub Selatan.
Selain fungsi menentukan titik
lokasi dan panjang, telah

Fungsi garis lintang ditemukan bahwa ada fungsi garis


ini yang dapat digunakan sebagai
indikator pembagian zona iklim di
permukaan bumi.
Jika daerah tropis terus-menerus
terpapar sinar matahari pada
siang hari, mereka diketahui
memiliki rentang garis tersebut
antara 23 1/2 derajat LU dan 23
1/2 derajat LS.
Karena itu, hanya ada 2 musim
untuk daerah tropis, yaitu:
1. Musim panas
2. Musim hujan
Sementara itu, area antara 23 1/2
derajat LU dan 66 1/2 derajat LU
dan antara 23 1/2 derajat LS dan
66 1/2 derajat LS disebut sebagai
daerah subtropis, dan daerah ini
memiliki hingga 4 musim:
1. Musim panas
2. Musim dingin
3. Musim gugur
4. Musim semi
l. GARIS BUJUR
Garis bujur merupakan
garis khayal yang ditarik
dari kutub utara ke
kutub selatan maupun
sebaliknya.
Garis bujur akan Garis bujur yang berada di sebelah barat kota
membagi bumi menjadi Greenwich disebut dengan Bujur Barat, sedangkan
dua bagian yaitu garis bujur yang berada di sebelah timur kota
belahan bumi timur dan Greenwich disebut dengan Bujur Timur. Antara garis
belahan bumi bagian bujur barat dan bujur timur dibatasi hingga 180
barat. Ttempat yang derajat dari kota Greenwich.
dianggap sebagai nol Sebenarnya tidak ada patokan utama yang
derajat pada penetapan menjelaskan mengenai dasar ditetapkannya bujur
garis bujur adalah garis barat dan bujur timur. Namun, berdasarkan pada
dari kutub utara ke Konferensi Meridian Internasional yang dilaksanakan
kutub selatan yang pada tahun 1884, kota Grrenwich di Inggris ditetapkan
tepat melintasi kota sebagai meridian utama universal atau disebut juga
Greenwich di Inggris. sebagai titik nol bujur.
Fungsi garis bujur
• Bersama dengan garis lintang, garis bujur akan
menentukan sebuah lokasi tertentu. Kombinasi antara
garis bujur dan juga garis lintang akan menentukan di
mana suatu lokasi berada. Keduanya akan
menentukan lokasi absolut dari sebuah tempat,
daerah, atau objek geografi tertentu.
• Garis bujur dijadikan sebagai dasar penentuan
pembagian waktu di seluruh bumi. Setiap jarak 15
derajat ke arah bujur timur atau ke arah bujur barat
akan menunjukkan selisih waktu sebanyak 1 jam (60
menit).
• Garis bujur bisa dijadikan sebagai alat peraga siang
dan malam. Siang dan malam muncul sebagai akibat
adanya rotasi bumi dan penyinaran matahari. Melalui
pengertian terhadap adanya rotasi bumi beserta
pembagian bumi menjadi bujur timur dan bujur barat
kita akan mengetahui bagaimana proses siang dan
malam itu terjadi

Anda mungkin juga menyukai