Anda di halaman 1dari 25

Infeksi saluran pernapasan aTAS

KELOMPOK 3

Siti Holisoh 20344155


Junaidi Fatrizal 20344156
Prawita Sari 20344158
Klasifikasi

 Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi (Depkes


RI, 2005), sebagai berikut :
Infeksi Saluran Pernapasan atas Akut (ISPaA)
Infeksi yang menyerang hidung sampai bagian
faring, seperti pilek, otitis media, faringitis.
Otitis Media
 Otitis media merupakan inflamasi pada telinga bagian tengah
 banyak menyerang bayi dan anak-anak
 Otitis media terbagi menjadi :
 Otitis media akut  nyeri, hilang pendengaran,demam,
leukositosis
 Otitis media efusi adanya cairan di rongga telinga bagian
tengah tanpa disertai tanda peradangan
 Otitis media kronik  dijumainya cairan (othorrhea0 yang
pirulen sehingga diperlukan drainase
• Obstruksi (oedema) tuba Eustachius karena infeksi
Patofisiol virus atau bakteri (Streptococcus pneumonia,
ogi Haemophillus influenzae, Moraxella catarrhalis)
tidak (S berfungsi berkaitan dengan adanya infeksi
saluran napas atas dan alergi
• Sebab sekunder karena menurunnya imunokompetensi

• Melihat membran timpani  otoscope


• Mengukur kelenturan membran timpani  Tympanometer
Diagnosis • X-ray
• CT-scan
Tujuan Terapi

• Mengurangi nyeri
• Eradikasi infeksi
Terapi
• Mencegah komplikasi

Penunjang Pokok

Kortikosteroid
Analgetik
(pada Otitis Antibiotik
Antipiretik
media kronik)
Antibiotik
 Lama terapi :
 5 hari utk pasien resiko rendah (usia> 2 th dan tidak
memiliki riwayat otitis ulangan atau otitis kronik)
 10 hari utk pasien resiko tinggi
 Regimen antibiotik :
 Lini pertama
 Lini kedua diindikasikan bila
 Antibiotik pilihan pertama gagal
 Respon kurang thdp antibiotik lini pertama
 Hipersensitivitas
 Organisme resisten thdp antibiotk lini pertama
 Penyakit penyerta yang menghruskan pemilihan
antibiotik lini kedua
Terapi Antibiotik

 Pasien dengan sekret telinga (otorrhea), menambahkan terapi tetes telinga ciprofloxacin atau
ofloxacin.
 Pilihan terapi untuk otitis media akut yang persisten yaitu otitis yang menetap 6 hari setelah
menggunakan antibiotika, adalah memulai kembali antibiotika dengan memilih antibiotika
yang berbeda dengan terapi pertama.
 Profilaksis bagi pasien dengan riwayat otitis media ulangan  amoksisilin 20mg/kg satu kali
Antibiotik untuk Terapi Otitis Media
Terapi Non Farmakologi

 Salah satu terapi non farmakologis untuk mengatasi nyeri Otitis


Media Akut adalah melakukan terapi kompres
dingin. Terapi kompres dingin/es dapat menurunkan
prostaglandin, yang memperkuat sensitivitas reseptor nyeri dan
subkutan lain pada tempat cedera dengan menghambat proses
inflamasi (Andarmoyo, 2013: 86).
Sinusitis
Definis Peradangan pada mukosa sinus paranasal, biasanya
i didahului oleh infeksi saluran napas atas.
• Tanda lokal :
• Hidung tersumbat
• Sekret hidung yang kental berwarna hijau kekuningan
atau jernih dapat disertai bau
Gejala • Nyeri tekan pada wajah di area pipi, diantara kedua
mata dan dahi
• Tanda Umum :
• Batuk, demam tinggi (39oC), Malaise,
• Sakit kepala/migraen,Napsu makan menurun,

• Virus  warna sekret hidung jernih dan cair


Patofisiol • Infeksi sekunder bakteri (Streptococcus pneumonia,
Haemophillus influenzae, Moraxella catarrhalis,
ogi Stafilococcus aureus)
Sinusitis
• Pemeriksaan klinis THT
Diagno • Aspirasi sinus  kultur dijumpai > 104 /ml koloni
sis bakteri
• Pemeriksaan X-ray dan CT-scan

• Sinusitis akut infeksi pada sinus paranasal sampai


30 hari, dengan gejala menetap maupun berat10-14
hari, selama 3-4 hari.
Klasifik • Sinusitis subakut   gejala menetap 30-90 hari.
asi • Sinusitis berulang sinusitis yang terjadi minimal
sebanyak 3 episode dalam kurun waktu 6 bulan atau 4
episode dalam 12 bulan.
• Sinusitis kronik  terus berlanjut hingga lebih dari
6 minggu.
Sinusitis
Pemberian antibiotika dengan lama terapi 10-14 hari, kecuali bila menggunakan
azitromisin
Terapi pendukung :
• Analgetik
• Antihistamin pada sinus alergi  waspadai pengentalan sekret
• Dekongestan topikal utk mempermudah pengeluaran sekret  waspadai
pemakain > 5 hari menyebabkan penyumbatan berulang
Terapi Non Farmakologi
 Menghindari konsumsi produk susu yang berlebihan
Seperti yogurt, es krim, keju dan masih banyak lagi, karena hal ini akan membuat
penimbunan lendir dalam sinus menjadi lebih banyak dan semakin parah.

  Menjaga Kebersihan Lingkungan


 Jangan mengkonsumsi makanan penyebab lendir menjadi banyak seperti es, makanan yang
terlau pedas, makanan yang terlalu asin dan masih banyak lagi, karena hal tersebut akan
memicu lendir menjadi banyak dan menyebabkan pengendapan yang lebih besar.

 Konsumsi Makanan Higienis

 Membersihkan Gigi Secara Rutin


Bersihkan gigi secara rutin, lendir yang terdapat pada gigi juga akan ikut menyokong
pengendapan yang terjadi pada tulang sinus, untuk menghindari hal tersebut terjadi, rutinlah
membersihkan gigi dengan cara gosok gigi ataupun berkumur dengan cairan pembersih gigi.
Faringitis
Peradangan pada mukosa faring dan sering meluas ke
Definis jaringan sekitarnya. Faringitis biasanya timbul bersama-sama
dengan tonsilitis, rhinitis dan laryngitis
i
• Faringitis Non Sterptococcus :
• Demam yang tiba-tiba, nyeri tenggorokan, nyeri telan,
adenopati servikal, malaise dan mual.
• Faring, palatum, tonsil berwarna kemerahan dan tampak
adanya pembengkakan.
Gejala • Eksudat yang purulen mungkin menyertai peradangan
• Faringitis Streptococcus :
• Demam tiba-tiba yang disertai nyeri tenggorokan, tonsillitis
eksudatif, adenopati servikal anterior, sakit kepala, nyeri
abdomen, muntah, malaise, anoreksia, dan rash atau
urtikaria
Diagno • Pemeriksaan tenggorokan
sis • Kultur swab tenggorokan
• Bakteri :
Faringitis • Bakteri Streptococcus pyogenes merupakan Streptocci
Grup A hemolitik.
• Bakteri lain adalah Streptocci Grup C, Corynebacterium
Patofisiol diphteriae, Neisseria Gonorrhoeaenon,
ogi • Virus :
• Virus saluran pernapasan : adenovirus, influenza,
parainfluenza, rhinovirus dan respiratory syncytial virus
(RSV).
• Virus lain echovirus, coxsackievirus, herpes simplex virus
(HSV). Epstein barr virus (EBV) sering menjadi penyebab
faringitis akut yang menyertai penyakit infeksi lain.

• Riwayat demam rematik


• Pasien Immunosuppressed : HIV positif, Pasien kemoterapi,
Faktor • Diabetes Mellitus
Resiko • Kehamilan
• Pasien yang sudah memulai antibiotik sebelum didiagnosis
• Nyeri tenggorokan untuk selama lebih dari 5 hari
Tujuan Terapi

• Mengatasi gejala secepat mungkin,


• membatasi penyebaran infeksi serta membatasi komplikasi.

Terapi suportif (parasetamol/Ibuprofen)

Non Gargarisma larutan garam hangat


Streptococcus
Terap
i Tablet hisap yang mengandung antibiotik

Streptococcus Antibiotik Penunjang


• Faringitis oleh Streptococcus grup A biasanya sembuh dengan sendirinya, demam
dan gejala lain biasanya menghilang setelah 3-4 hari meskipun tanpa antibiotika.

• Terapi dapat ditunda sampai dengan 9 hari sejak tanda pertama kali muncul dan
tetap dapat mencegah komplikasi
Faringitis
Antibiotik untuk Faringitis yang disebabkan oleh Streptokokus
Pilihan Antibiotik pada terapi Faringitis yang Gagal

Lama terapi dengan antibiotika oral rata-rata selama 10 hari untuk


memastikan eradikasi Streptococcus, kecuali pada azitromisin hanya 5 hari.
Terapi Non Farmakologi
 Perbanyak minum air putih
 Kurangi makanan berminyak
 Hindari juga makanan yang memiliki rasa pedas, karena akan membuat rasa
nyeri tenggorokan semakin terasa.
Common cold/ Salesma

 Devinisi
Common cold atau salesma merupakan penyakit infeksi saluran
nafas atas yang menular melalui droplet diudara, yang dapat
sembuh sendiri dan dapat disebabkan oleh lebih dari 100 virus
 Etiologi
Rhinovirus dan coronavirus merupakan penyebab utama dari
infeksi ini mencapai 50-70% dari seluruh kasus, dengan masa
inkubasi 3-4 hari dan berakir dalam 2-3 minggu
Penderita common cold ini biasanya merasakan panas di
belakang hidung lalu diikuti hidung tersumbat, rinore dan
bersin yang berulang.
Kejadian kasus ini dapat dipengaruhi oleh paparan
debu dan penurunan daya tahan tubuh.
Pemeriksaan
 Periksaan fisik
Diagnosis dapat ditegakkan jika ada pemeriksaan fisik
ditemukannya deman dan rongga hidung tampak sempit,
mengeluarkan sekret serta mukosa udem dan hiperemis.
 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penujang Tidak diperlukan. Yang Perlu
dipertimbangkan diagosis lainnya, apakah ini merupakan
influensa, rhinitis alergi atau vasomotor yang merupakan
diagnosis bandingannya.
 Perbedaan common cold dengan influenza
onset influensa bersifat tibatiba dan dalam beberapa jam saja
dan coomon cold lebih sering terjadi bila musim dingin.
Tata laksana terapi Empiris
 Tatalaksana terapi
Obat yang diberikan bersifat simptomatik, yaitu obat
dekongestan dan jika pasien disertai demam
diberikan antipiretik.
N Penyakit Terapi yang diberikan Anak Usia Regimen
o tahun
1 Common cold Dekongestan
1. Pseudoefedrine HCL 2-5 3 x sehari
2,5ml
2. Brompenimaleat 3 x sehari

2 Common cold 1. Dekongestan 3 x sehari


disertai deman 2. Parasetamol 120mg 3 x sehari
Terapi Non Farmakologi

 Menjaga daya tahantubuh


 Mengatur pola hidu sehat dan istirahat cukup
 Menutup mulut sewaktu bersin
 Mengkonsumsi makanan bergizi.

 Daftar Pustaka:
Safira priviny at al. 2019. Variasi Kasus Faring-laring Di Poliklinik
Tht-kl Rsud Undata Palu Periode Januari – Desember 2016.
jurnal Medical Profession Program Vol.3 No.3
Awaludin muhammad Azmi. 2016. Pola penerapan Antibiotik Pada
Pasien Infeksi Pernafasan Akut (ISPA) Bagian Atas Pada Usia
Anak Di Puskesmas Ciputat Timur 2015. laporan penelitian
sarjana kedokteran.
terimakasih

Anda mungkin juga menyukai