Sri Linuwih, dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed7. PSORIASIS. 2019. BP FK UI: Jakarta.
ETIOLOGI
Sampai saat ini tidak ada pengertian yang kuat mengenai pathogenesis psoriasis,
tetapi peranan autoimun dan genetik dapat merupakan akar yang dipakai dalam
prinsip terapi.
Mekanisme peradangan kulit psoriasis cukup kompleks, melibatkan berbagai sitokin
kemokin maupun faktor pertumbuhan yang mengakibatkan gangguan regulasi
keratinosit, sel radang dan pembuluh darah, sehingga lesi tampak menebal dan
berskuama tebal berlapis.
Sri Linuwih, dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed7. PSORIASIS. 2019. BP FK UI: Jakarta.
FAKTOR PENCETUS
•Faktor lingkungan jelas berpengaruh pada pasien dengan predisposisi genetik.
•Beberapa faktor pencetus kimiawi, mekanis, dan termal memicu psoriasis melaluli
makanisme Koebner, misalnya garukan, aberasi superfisial, reaksi fototoksik/pembedahan.
•Ketegangan emosional (melalui neuroimunologis)
•Beberapa macam obat: beta blocker, ACE I, anti malaria, litium, OAINS, gemfibrozil, dan
beberapa antibiotik.
•Infeksi bakteri, virus, jamur serta hipersensitivitas terhadap obat dan imunisasi dapat
meningkatkan aktivitas limfosit T, makrofag, sel Langerhans, dan keratinosit.
•Merokok
•Sindroma metabolik dapat memperparah kondisi psoriasis.
Sri Linuwih, dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed7. PSORIASIS. 2019. BP FK UI: Jakarta.
PATO
FISIOL
OGI
https://calgaryguide.uca
lgary.ca/Psoriasis:-
Pathogenesis-and-
clinical-findings/
GEJALA KLINIS
Umumnya berupa plak eritematosa, berskuama berlapis warna
putih keperakan, batas tegas, berukuran dari seujung jarum sampai
dengan plakat menutupi sebagian besar area tubuh dan bersifat
simetris
Predileksi tersering: ekstensor dan kulit kepala, dan dapat generalisata
(eritroderma). Eritema bervariasi merah cerah “hot psoriasis”- merah
pucat “cold psoriasis”. Disertai rasa gatal.
Psoriasis dapat menyerang kulit, kuku, mukosa, dan sendi.
Pada lidah dijumpai plak putih berkonfigurasi mirip peta disebut juga
lidah geografik.
https://www.colleyvilledermatology.com/dermatology-
services/medical-dermatology/psoriasis/
Sri Linuwih, dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed7. PSORIASIS. 2019. BP FK UI: Jakarta.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis psoriasis dapat ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
khas. Bila terdapat keraguan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang histopatologi kulit
atau kuku.
Histopatologi:
Penebalan (akantolisis) keratinosit (hiperkeratosit/parakeratosis)
Pembuluh darah di papilla dermis yang membegnkak tampak memanjang, melebar, dan berkelok-kelok.
Infiltrat sel radang limfosit, makrofag, sel dendrit, dan sel mast.
Pemeriksaan lainnya: ASTO, rheumatoid factor, foto rontgent tulang dan sendi.
nil (0)
1-9% (1)
10-29% (2)
30-49% (3)
50-69% (4)
70-89% (5)
90-100% (6)
PASI score | DermNet NZ
DLQI
https://www.e-ijd.org/article.asp?issn=0019-5154;year=2020;volume=65;issue=1;spage=42;epage=46;aulast=Das
PENATALAKSANAAN
EDUKASI
1. Penjelasan bahwa psoriasis adalah penyakit kronik dan reisdif dan pengobatan
yang diberikan hanya bersifat menekan keluhan bukan menyembuhkan.
2. Menghindari faktor pencetus (infeksi, obat-obatan, stress, merokok).
3. Kontrol secara teratur dan patuh terhadap pengobatan.
Sri Linuwih, dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed7. PSORIASIS. 2019. BP FK UI: Jakarta.
PERDOSKI. Panduan Praktik Klinis. D10-PSORIASIS. 2017. Jakarta.
2. FOTOTERAPI/
FOTOKEMOTERAPI
Terdiri dari: UV B, broadband (BB)
1. Ultraviolet B, broadband (BB) Efek: penyembuhan awal terlihat setelah
4 minggu terapi, kulit bersih dapat
2. Ultraviolet B, narrowband (NB) terlihat 20-30x terapi. Maintainance
3. PUVA dapat memperpanjang masa remisi.
Fototerapi memiliki kemampuan Dosis awal: 20-60mJ/cm2 atau 50%
menginduksi apoptosis imunosupresan minimal erythemal dose (MED),
dan mengubah profil sitokin. dinaikkan 5-30mJ/cm2 atau ≤25% MED
awal.
Penyinaran 3-5x/minggu.
Dosis: 2.5-5mg selang 12 jam (maks 25mg/minggu) + asam folat 1mg/hari atau 5mg/minggu
Dosis: 2.5-4 mg/kgBB/hari dosis terbagi. Dosis dikurangi 0.5-1 mg/kgBB/hari bila sudah berhasil/efek
samping. Dosis dapat diulang maksimal 1 tahun.
Dosis:10-50mg/hari.
•Toksitas: keilitis, alopesia, xerotic, pruritus, mulut kering, paronikia, parastesia, sakit kepala,
pseudomotor serebri, nausea, nyeri perut, nyeri sendi, myalgia, hipertrigliserida, fungsi hati abnormal.
•Retinoid bersifat teratogenik.
•KI: perempuan reproduksi, gangguan fungsi hati dan ginjal.
Dosis inisial: 500-750mg 2x/hari, dapat naik dosis hingga 1-1.5 gram 2x/hari.
•Toksisitas: diare, mual muntah, perdarahan, myelosuppression, leukopenia, sakit kepala, hipertensi,
edema perifer, penyakit infeksi, limfoma.
•KI: infeksi berat dan keganasan.
•Toksisitas: sakit kepala, mual, muntah, ruam, pruritus, anemia hemolitik (berhubungan dengan
defisiensi enzim G6PD).
•KI: hipersensitivitas, obstruksi saluran cerna dan urin, porphyria. Perhatian khusus pada pasien
defisiensi enzim G6PD)
•Ibu hamil: kategori B.
Sri Linuwih, dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed7. PSORIASIS. 2019. BP FK UI: Jakarta.
PERDOSKI. Panduan Praktik Klinis. D10-PSORIASIS. 2017. Jakarta.
INDIKASI
Psoriasis derajat parah/keadaan khusus, yaitu:
Body surface area ≥10% dan/atau
Dermatology Life Quality Index (DLQI) >10
Psoriasis Area Severity Index (PASI) > 10
Sri Linuwih, dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed7. PSORIASIS. 2019. BP FK UI: Jakarta.
PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad malam
TERIMAKASIH