Anda di halaman 1dari 38

Shieren Nathania W

CASE BASED DISCUSSION 1815115


PSORIASIS VULGARIS Pembimbing: dr. R Amir
Hamzah, Sp.KK, M.Kes
DEFINISI
Psoriasis adalah peradangan kulit yang kronik dan
residif, penyakit sistemik mempunyai
autoimunologik & genetik, dengan karakteristik
gangguan pertumbuhan dan diferensiasi epidermis
dan sendi, serta terkait sindrom metabolik.
Timbul pada semua usia, terutama 15-30 tahun.
Pengobatan hanya menghilangkan gejala sementara
(remisi), sehingga psoriasis sering disebut seumur
hidup dan dapat menurunkan kualitas hidup.

PERDOSKI. Panduan Praktik Klinis. D10-PSORIASIS. 2017. Jakarta.


EPIDEMIOLOGI
•Psoriasis menyebar di seluruh dunia tetapi prevalensi usia psoriasis bercariasi di setiap
wilayah.
•Prevalensi anak berkisar dari 0% di Taiwan – 21% di Italy.
•Pada dewasa dari 0.98% di Amerika Serikat – 8% di Norwegia.
•Di Indonesia pencatatan pernah dilakukan oleh 10 RS besar dengan angka prevalensi tahun
1996, 1997, 1998 berturut-turut 0.62%, 0.59%, dan 0.92%.
•Psoriasis terus mengalami peningkatan jumlah kunjungan ke layanan kesehatan di banyak
daerah di Indonesia.
•Remisi dialami oleh 17-55% kasus, dengan beragam tenggang waktu.

Sri Linuwih, dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed7. PSORIASIS. 2019. BP FK UI: Jakarta.
ETIOLOGI
Sampai saat ini tidak ada pengertian yang kuat mengenai pathogenesis psoriasis,
tetapi peranan autoimun dan genetik dapat merupakan akar yang dipakai dalam
prinsip terapi.
Mekanisme peradangan kulit psoriasis cukup kompleks, melibatkan berbagai sitokin
kemokin maupun faktor pertumbuhan yang mengakibatkan gangguan regulasi
keratinosit, sel radang dan pembuluh darah, sehingga lesi tampak menebal dan
berskuama tebal berlapis.

Sri Linuwih, dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed7. PSORIASIS. 2019. BP FK UI: Jakarta.
FAKTOR PENCETUS
•Faktor lingkungan jelas berpengaruh pada pasien dengan predisposisi genetik.
•Beberapa faktor pencetus kimiawi, mekanis, dan termal memicu psoriasis melaluli
makanisme Koebner, misalnya garukan, aberasi superfisial, reaksi fototoksik/pembedahan.
•Ketegangan emosional (melalui neuroimunologis)
•Beberapa macam obat: beta blocker, ACE I, anti malaria, litium, OAINS, gemfibrozil, dan
beberapa antibiotik.
•Infeksi bakteri, virus, jamur serta hipersensitivitas terhadap obat dan imunisasi dapat
meningkatkan aktivitas limfosit T, makrofag, sel Langerhans, dan keratinosit.
•Merokok
•Sindroma metabolik dapat memperparah kondisi psoriasis.
Sri Linuwih, dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed7. PSORIASIS. 2019. BP FK UI: Jakarta.
PATO
FISIOL
OGI

https://calgaryguide.uca
lgary.ca/Psoriasis:-
Pathogenesis-and-
clinical-findings/
GEJALA KLINIS
Umumnya berupa plak eritematosa, berskuama berlapis warna
putih keperakan, batas tegas, berukuran dari seujung jarum sampai
dengan plakat menutupi sebagian besar area tubuh dan bersifat
simetris
Predileksi tersering: ekstensor dan kulit kepala, dan dapat generalisata
(eritroderma). Eritema bervariasi merah cerah “hot psoriasis”- merah
pucat “cold psoriasis”. Disertai rasa gatal.
Psoriasis dapat menyerang kulit, kuku, mukosa, dan sendi.
Pada lidah dijumpai plak putih berkonfigurasi mirip peta disebut juga
lidah geografik.

PERDOSKI. Panduan Praktik Klinis. D10-PSORIASIS. 2017. Jakarta.


Sri Linuwih, dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed7. PSORIASIS. 2019. BP FK UI: Jakarta.
TANDA PATOGNOMONIS
FENOMENA TETESAN FENOMENA AUSPITZ:
FENOMENA KOEBNER :
skuama putih akan
LILIN: skuama yang meninggalkan bintik
trauma atau iritasi (misalnya
warnanya menjadi putih garukan) dapat menyebabkan
perdarahan ketika digores
setelah digores dikarenakan kelainan yang sama dengan
karena papilomatosis. Bila
adanya perubahan indeks bias psoriasis kira-kira setelah 3
kerokan terus dilakukan 
minggu
perdarahan merata.
KLASIFIKASI

https://www.colleyvilledermatology.com/dermatology-
services/medical-dermatology/psoriasis/

1. Psoriasis tipe Plak


2. Psoriasis Gutata
3. Psoriasis Pustulosa Generalisata & Lokalisata
4. Psoriasis Inversa
5. Eritroderma Psoriatika
6. Psoriasis Arthritis
7. Psoriasis Kuku
PERDOSKI. Panduan Praktik Klinis. D10-PSORIASIS. 2017. Jakarta.
1. Psoriasis tipe Plak 2. Psoriasis Gutata
Bentuk psoriasis yang paling banyak. Onset mendadak, biasanya setelah
infeksi saluran napas atas Streptococcal.
Plak eritematosa berbatas tegas dengan
skuama berwarna keperakan. Bentuk seperti tetesan air, papul eruptif
ukuran 1-10mm, warna merah salmon,
Predileksi tersering: siku, lutut, kepala, menyebar diskret sentripetal.
celah intergluteal, punggung, lumbal,
palmar, dan plantar. Predileksi sering: badan, ekstremitas,
dan kepala.
Kadang genitalia juga terkena.

PERDOSKI. Panduan Praktik Klinis. D10-PSORIASIS. 2017. Jakarta.


3. Psoriasis Pustulosa Generalisata Psoriasis Pustulosa Lokalisata
Psoriasis von Zumbusch Dapat terjadi di palmo plantar, akral,
Ditandai oleh pustul steril dasar eritematosa, dan kuku. Mengganggu aktivitas.
mengenai sebagian besar area tubuh dan Pustul dapat berada di atas plak.
ekstremitas. Dapat bergabung membentuk
“lake of pustules”.
Fungsi perlindungan kulit hilang, rentan
terhadap infeksi, hilangnya cairan dan
nutrient. Dapat membahayakan.
Sering disertai gejala sistemik demam dan
malaise.
PERDOSKI. Panduan Praktik Klinis. D10-PSORIASIS. 2017. Jakarta.
4. Psoriasis Inversa 5. Eritroderma Psoriatika
Lesi terdapat di daerah intertriginosa, Eritema yang luas dengan skuama yang
seperti axilla, fose antecubital, popliteal, dapat mengenai sampai 100% luas
lipat inguinal, inframammae, dan permukaan tubuh.
perineum.
Fungsi perlindungan kulit hilang dan
pasien rentan terhadao infeksi,
temperatur, hilang cairan dan nutrient.
Dapat membahayakan.
Sering disertai gejala sistemik demam
dan malaise.

PERDOSKI. Panduan Praktik Klinis. D10-PSORIASIS. 2017. Jakarta.


6. Psoriasis Arthritis 7. Psoriasis Kuku
Segmen kuku yang terlibat Gejala klinis
Keluhan sering ditemui: artritis
Matriks proksimal Pitting, onychorrhexis, beau lines
perifer, entesitis, tenosinovitis,
Matriks intermediet Leukonikia
nyeri tulang belakang, athralgia non
Matriks distal Onikolisis fokal, penipisan lempeng
spesifik, kaku pagi hari, nyeri kuku, eritema pada lunula
persistenm atau nyeri fluktuatif. Nail bed Tanda “oil drop”/”salmon patch”,
hiperkeratosis sibungual, onikolisis,
Biasanya menyerang banyak sendi splinter hemorrhages
kecil/ sendi besar, terutama di distal Hiponikum Hiperkeratosis subungual, onikolisis
inter falang, proksimal falang, Lempeng kuku Pecah dan destruksi serta perubahan
metacarpal. sekunder pada lokasi spesifik
Lipat kuku proksimal dan lateral Psoriasis kutan
PERDOSKI. Panduan Praktik Klinis. D10-PSORIASIS. 2017. Jakarta.
DIAGNOSIS BANDING
Dematitis numularis Lupus eritematous kutan
Psoriasis likenoides Neurodermatitis
Mikosis fungioides Pitiriasis rubra pilaris
Penyakit Bowen Kandidiosis intertriginosa
Dermatitis seboroik Intertrigo
Sifilis psoriasidormis Onikomikosis
Eritroderma karena penyebab lain
(penyakit kulit lain, alergi obat, penyakit
sistemik)
PERDOSKI. Panduan Praktik Klinis. D10-PSORIASIS. 2017. Jakarta.
Diagnosis Diagnosis Banding
Plakat Dermatitis numularis/neurodermatitis, tinea korporis, liken planus, LE, parapsoriasis, CTCL
Fleksural Dermatitis seboroik, dermatitis popok, tinea kruris, kandidosis
Gutata Pitiriasis rosea, dermatitis numularis, erupsi obat, parapsoriasis, CTCL
Eritroderma Dermatitis atopic, dermatitis seboroik, DKA< erupsi obat, PRP, pityriasis rosea, fotosensitivitas,
CTCL, limfoma kutis
Kuku Tinea ingium, kandidosis, traumatic onikolisis, liken planus, 20 nail dystrophy, penyakit Darier
Skalp Dermatitis seboroik, titnea kapitis, PRP, eritroderma, LE, karsinoma Bowen
Palmoplantar Dermatitis tangan, DKA, tinea, scabies, limfoma kutis
PPG Imppetigo herpetiformis, pustular dermatosis subkorneal, erupsi obat pustulosa, acrodermatitis
enteropatika (anak)

Sri Linuwih, dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed7. PSORIASIS. 2019. BP FK UI: Jakarta.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis psoriasis dapat ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
khas. Bila terdapat keraguan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang histopatologi kulit
atau kuku.
Histopatologi:
 Penebalan (akantolisis) keratinosit (hiperkeratosit/parakeratosis)
 Pembuluh darah di papilla dermis yang membegnkak tampak memanjang, melebar, dan berkelok-kelok.
 Infiltrat sel radang limfosit, makrofag, sel dendrit, dan sel mast.

Pemeriksaan lainnya: ASTO, rheumatoid factor, foto rontgent tulang dan sendi.

PERDOSKI. Panduan Praktik Klinis. D10-PSORIASIS. 2017. Jakarta.


Sri Linuwih, dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed7. PSORIASIS. 2019. BP FK UI: Jakarta.
PENATALAKSANAAN
NON MEDIKAMENTOSA
1. Tentukan tipe, luas area terkena, PASI (Psoriasis Area Severity Index).
2. Pengukuran Quality of Life pasien penggunakan instrumen Dermatology Life
Quality Index.
3. Pemilihan pengobatan sesuai keadaan pasien.
4. Identifikasi dan penghindaran faktor pencetus.
5. Identifikasi penyakit penyerta.
6. Bila perlu, konsultasi:
 Poliklinik psikiatri untuk pasien emosional labil.
 Poliklinik rematologi untuk psoriasis artritis.
 Poliklinik gigi mulut, THT, radiologi untuk mencari fokus infeksi.

PERDOSKI. Panduan Praktik Klinis. D10-PSORIASIS. 2017. Jakarta.


PASI SCORE
1. INTENSITY

PASI score | DermNet NZ


PASI SCORE
2. AREA

nil (0)
1-9% (1)
10-29% (2)
30-49% (3)
50-69% (4)
70-89% (5)
90-100% (6)
PASI score | DermNet NZ
DLQI

https://www.e-ijd.org/article.asp?issn=0019-5154;year=2020;volume=65;issue=1;spage=42;epage=46;aulast=Das
PENATALAKSANAAN
EDUKASI
1. Penjelasan bahwa psoriasis adalah penyakit kronik dan reisdif dan pengobatan
yang diberikan hanya bersifat menekan keluhan bukan menyembuhkan.
2. Menghindari faktor pencetus (infeksi, obat-obatan, stress, merokok).
3. Kontrol secara teratur dan patuh terhadap pengobatan.

PERDOSKI. Panduan Praktik Klinis. D10-PSORIASIS. 2017. Jakarta.


PENATALAKSANAAN
MEDIKAMENTOSA
Prinsip: tidak perlu rawat inap, kecuali psoriasis pustulosa/ erithroderma.
Langkah pengobatan: Ringan: BSA <3%
Berat: BSA>10%
Langkah 1: Pengobatan Topikal

Langkah 2: Fototerapi/ Fotokemoterapi

Langkah 3 : Pengobatan Sistemik

PERDOSKI. Panduan Praktik Klinis. D10-PSORIASIS. 2017. Jakarta.


1. TERAPI TOPIKAL
Emolien: misalnya urea, petrolatum, parafin cair, Kalsipotriol/ kalsipotrien (Analog vitamin D):
minyak mineral, gliserin, asam glikolat. Antiproliferasi keratinosit, menghambat proliferasi
sel, dan meningkatkan diferensiasi juga
Kortikosteroid topikal antiinflamasi, menghambat produksi sitokin yang berasal dari
antiproliferasi, dan vasokontriktor: keratinosit&limfosit.
• Skalp: lotion, spray, solusio, gel. Acetylenic Retinoid (retinoid topikal):
• Wajah: potensi rendah, hindari poten menormalkan proliferasi dan diferensiasi
superpoten. keratinosit, serta menurunkan jumlah sel radang.
• Lipatan tubuh: potensi rendah bentuk krim/gel. Contoh: Tazarotene 0.05%-0.1%
• Palmar/plantar: steroid potensi sangat poten.
Ter dan antralin: sifat anti mitotik dan
Keratolitik: asam salisilat (dapat mengurangi menghambat enzim proliferasi
efikasi UVB).

Sri Linuwih, dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed7. PSORIASIS. 2019. BP FK UI: Jakarta.
PERDOSKI. Panduan Praktik Klinis. D10-PSORIASIS. 2017. Jakarta.
2. FOTOTERAPI/
FOTOKEMOTERAPI
Terdiri dari: UV B, broadband (BB)
1. Ultraviolet B, broadband (BB) Efek: penyembuhan awal terlihat setelah
4 minggu terapi, kulit bersih dapat
2. Ultraviolet B, narrowband (NB) terlihat 20-30x terapi. Maintainance
3. PUVA dapat memperpanjang masa remisi.
Fototerapi memiliki kemampuan Dosis awal: 20-60mJ/cm2 atau 50%
menginduksi apoptosis imunosupresan minimal erythemal dose (MED),
dan mengubah profil sitokin. dinaikkan 5-30mJ/cm2 atau ≤25% MED
awal.
Penyinaran 3-5x/minggu.

PERDOSKI. Panduan Praktik Klinis. D10-PSORIASIS. 2017. Jakarta.


UV B, narrowband (NB) PUVA
Efek: penyembuhan awal terlihat setelah Efek: penyembuhan awal terlihat dalam 1 bulan
8-10x terapi, kulit bersih tercapai 15- terapi, 89% pasien mendapat perbaikan plak
dalam 20-25x terapi selama 5.3-11.6 minggu.
20x terapi, maintainance dapat Terapi maintainance tidak ditetapkan, masa
memperpanjang masa remisi. Laju remisi 3-12 bulan.
remisi 38%/tahun.
Dosis:
Dosis awal: 130-400 mJ/cm2 atau 50% •8-metoxi sporalen 0.4-0.6 mg/kgBB peroral 60-
MED. Dinaikkan 15-65 mJ/cm2 atau 120menit sebelum disinar UV A. kacamata bertabir UV
≤10% MED awal. perlindungan di luar rumah 12 jam pasca psoralen.
•0.5-3.0 J/cm2 dinaikkan 0.5-1.5 J/cm2. Penyinaran 2-
Penyinaran 3-5x/minggu. 3x/minggu.

PERDOSKI. Panduan Praktik Klinis. D10-PSORIASIS. 2017. Jakarta.


3. TERAPI SISTEMIK
Terdiri dari:
1. Metotreksat: menekan proliferasi limfosit dan produksi sitokin (dengan kompetisi
antafonis dari enzim dehidrofolat reductase).
2. Siklosporin: penghambat enzim kalsineurin, sehingga tidak terbentuk gen IL2
dan inflamasi lainnya.
3. Retinoid
4. Mofetil mikofenolat
5. Sulfasalazin

PERDOSKI. Panduan Praktik Klinis. D10-PSORIASIS. 2017. Jakarta.


1. Metotrexat

Dosis: 2.5-5mg selang 12 jam (maks 25mg/minggu) + asam folat 1mg/hari atau 5mg/minggu

• Toksisisitas: peningkatan SGOT SGPT, anemia aplastik, leukopenia, trombositopenia, pneumositis


interstisial, stomatitis ulserativa, mual, muntah, diare, lemah, cepat lelah, menggigil, demam, pusing,
perdarahan lambung, mudah terkena infeksi, fotosensitif, alopesia.
• KI: hamil, menyusui, alcohol, penyakit hati kronis, sindrom imunodefisiensi, hipoplasia sumsum tulang
belakang, leukopenia, trombositopenia, anemia, hipersensitivitas.
• KI relatif: abnormal fungsi renal, hepar, infeksi aktif, obesitas, DM.

PERDOSKI. Panduan Praktik Klinis. D10-PSORIASIS. 2017. Jakarta.


2. Siklosporin

Dosis: 2.5-4 mg/kgBB/hari dosis terbagi. Dosis dikurangi 0.5-1 mg/kgBB/hari bila sudah berhasil/efek
samping. Dosis dapat diulang maksimal 1 tahun.

• Pemakaian jangka panjang menyebabkan nefrotoksisitas dan kemungkinan keganasan.


• Toksisitas: gangguan fungsi ginjal, hipertensi, keganasan, nyeri kepala, hipertrikosis, hiperplasia
gingiva, akne memburuk, mual, muntah, diare, myalgia, flu like syndrome, letargia, hipertrigliserida,
hipoMg, hiperK, hyperbilirubinemia, meningkat risiko infeksi dan keganasan.
• KI: bersamaan dengan imunosupresan lain, fungsi renal terganggu, keganasan, hipersensitivitas,
infeksi berat, DM tidak terkontrol. Ibu hamil kategori C, Ibu menyusui KI, anak jika berat.

PERDOSKI. Panduan Praktik Klinis. D10-PSORIASIS. 2017. Jakarta.


3. Retinoid
•Asitretin oral: monoterapi psoriasis pustular dan eritroderma. Dosis rendah
kombinasi dengan PUVA dan UVB pada psoriasis plak dan gutata.

Dosis:10-50mg/hari.

•Toksitas: keilitis, alopesia, xerotic, pruritus, mulut kering, paronikia, parastesia, sakit kepala,
pseudomotor serebri, nausea, nyeri perut, nyeri sendi, myalgia, hipertrigliserida, fungsi hati abnormal.
•Retinoid bersifat teratogenik.
•KI: perempuan reproduksi, gangguan fungsi hati dan ginjal.

PERDOSKI. Panduan Praktik Klinis. D10-PSORIASIS. 2017. Jakarta.


4. Mofetil mikofenolat
•Mekanisme kerja: inhibitor non kompetitif inosin monofosfat dehydrogenase,
mencegah biosintesis purin de novo. Secara selektif bersifat sistotoksik terhadap sel-
sel yang bergantung pada sintesis purin de novo (limfosit).

Dosis inisial: 500-750mg 2x/hari, dapat naik dosis hingga 1-1.5 gram 2x/hari.

•Toksisitas: diare, mual muntah, perdarahan, myelosuppression, leukopenia, sakit kepala, hipertensi,
edema perifer, penyakit infeksi, limfoma.
•KI: infeksi berat dan keganasan.

PERDOSKI. Panduan Praktik Klinis. D10-PSORIASIS. 2017. Jakarta.


5. Sulfasalazin
•Mekanisme kerja: agen antiingflamasi, menghambat 5-lipooksigenase.

•Dosis awal: 500mg 3x/hari, dapat dinaikkan sampai 1g 3x/hari.

•Toksisitas: sakit kepala, mual, muntah, ruam, pruritus, anemia hemolitik (berhubungan dengan
defisiensi enzim G6PD).
•KI: hipersensitivitas, obstruksi saluran cerna dan urin, porphyria. Perhatian khusus pada pasien
defisiensi enzim G6PD)
•Ibu hamil: kategori B.

PERDOSKI. Panduan Praktik Klinis. D10-PSORIASIS. 2017. Jakarta.


4. AGEN BIOLOGIK
Terdiri dari 3 tipe obat yang beredar di pasaran: recombinant human cytokine, fusi
protein, dan monoklonal antibodi.
Contoh yang beredar di Indonesia: Etamecept, Ustekinumab, Adalinumab,
Infliximab, dan Secukinumab.
Indikasi: kasus berat atau yang tidak berhasil dengan pengobatan sistemik klasik..
Efek samping: infeksi, karena agen ini bersifat imunosupresif.

Sri Linuwih, dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed7. PSORIASIS. 2019. BP FK UI: Jakarta.
PERDOSKI. Panduan Praktik Klinis. D10-PSORIASIS. 2017. Jakarta.
INDIKASI
Psoriasis derajat parah/keadaan khusus, yaitu:
 Body surface area ≥10% dan/atau
 Dermatology Life Quality Index (DLQI) >10
 Psoriasis Area Severity Index (PASI) > 10

Disertai salah satu dari 4 kriteria:


 Pasien tidak memberikan respon baik minimal 2 terapi sistemik standar seperti: CsA,
etretinate/asitresin, MTX, termasuk fototerapi (PUVA, UVB).
 Riwayat efek samping/ hipersensitivitas pengobatan sistemik.
 Kontraindikasi terhadap terapi sistemik konvensional.
 Pada pasien psoriasis artritis karena potensi terjadinya kerusakan sendi.

PERDOSKI. Panduan Praktik Klinis. D10-PSORIASIS. 2017. Jakarta.


Keadaan khusus: Kontraindikasi:
- Keterlibatan area luas pada kulit kepala yang 1. Kehamilan
tidak respon dengan obat topikal.
2. Laktasi
- Keterlibatan daerah yang tampak, seperti tangan
(palmo plantar) dan wajah. 3. Usia < 18tahun, kecuali ada pertimbangan
khusus
- Keterlibatan area yang resisten terhadap
pengobatan topical. 4. Infeksi sistemik, terutama TB, hepatitis, HIV
5. Penyakit gagal jantung (NYHA III/IV)
6. Keganasan
7. Kelainan neurologis

PERDOSKI. Panduan Praktik Klinis. D10-PSORIASIS. 2017. Jakarta.


KRITERIA PENYEMBUHAN
•Pengobatan dikatakan berhasil jika tercapai PASI 75 (berkurang sebanyak 75% dari
PASI awal).
•Dikatakan gagal jika tidak mencapai PASI 50.
•PASI 50-75 dengan DLQI<5 dianggap berhasil, DLQI>5 dinyatakan gagal.

PERDOSKI. Panduan Praktik Klinis. D10-PSORIASIS. 2017. Jakarta.


KOMPLIKASI
•Gangguan kardiovaskular dan risiko infark myokard
•Limfoma maligna
•Gangguan emosional dan depresi
•Pada pasien eritroderma: hipotermia dan hipoalbuminemia, gagal jantung dan
pneumonia
•Pada 10-17% pasien psoriasis pustulosa generalisata: athralgia, myalgia, dan lesi
mukosa

Sri Linuwih, dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed7. PSORIASIS. 2019. BP FK UI: Jakarta.
PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad malam

PERDOSKI. Panduan Praktik Klinis. D10-PSORIASIS. 2017. Jakarta.


Click icon to add picture

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai