Anda di halaman 1dari 8

Akhlak dalam keluarga :*

* http://siskapuspitadefi.blogspot.com/2016/10/makalah-akhlak-dalam-keluarga.html

a. Urgensi keluaraga dalam hidup manusia ;


b. Akhlak suami istri;
c. Akhlak orangtua terhadap anak ;
d. Akhlak anak terhadap orangtua;
e. Membangun keluarga sakinah;
f. Larangan kekerasan dalam rumah tangga
A.    Urgensi  Keluarga dalam Hidup Manusia
•Secara sosiologis keluarga merupakan golongan masyarakat terkecil yang terdiri atas suami-isteri-
anak. Pengertian demikian mengandung dimensi hubungan darah dan juga hubungan sosial.
Dalam hubungan darah keluarga bisa dibedakan menjadi keluarga besar dan keluarga inti,
sedangkan dalam dimensi sosial, keluarga merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat oleh
saling berhubungan atau interaksi dan saling mempengaruhi, sekalipun antara satu dengan
lainnya tidak terdapat hubungan darah.
•Pengertian keluarga dapat ditinjau dari perspektif psikologis dan sosiologis. Secara Psikologis,
keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan
masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling
mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling menyerahkan diri. Sedangkan pengertian
secara sosiologis, keluarga adalah satu persekutuan hidup yang dijalin oleh kasih sayang antara
pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan pernikahan, dengan maksud untuk saling
menyempurnakan diri, saling melengkapi satu dengan yang lainnya.
•Dalam suatu keluarga keutuhan sangat diharapkan oleh seorang anak, saling membutuhkan,
saling membantu dan lain-lain, dapat mengembangkan potensi diri dan kepercayaan pada diri
anak. Dengan demikian diharapkan upaya orang tua untuk membantu anak menginternalisasi
nilai-nilai moral dapat terwujud dengan baik.
B. Akhlak suami istri;
• a.       Menjadikan Pasangan sebagai pusat perhatian (sejak awal tidur – bangun tidur yang   lihat hanya pasangan)
• b.      Menempatkan kepribadian sebagai seorang suami atau isteri (isteri pakaian untuk suami dan begitu juga sebaliknya)
• c.       Jangan menabur benih keraguan/kecurigaan
• d.      Merasakan tanggung jawab bersama baik suami maupun isteri (saling mengingatkan dan jangan selalu menuntut)
• e.       Selalu bermusyawarah (berdialog), lakukan komunikasi dengan baik, instospeksi masing-masing
• f.       Menyiapkan diri untuk melakukan peranan sebagai suami atau isteri
• g.      Nampakkan cinta dan kebanggaan dengan pasangannya/jangan kikir memberi pujian
• h.      Adanya keseimbangan ekonomi dalam mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan
• i.        Jangan melupakan dengan keluarga besar masing-masing (ortu)
• j.        Menjaga hubungan dengan pihak lain.
• Hal-hal yang  harus diperhatikan  oleh Suami
• a.       Memberi nafkah zahir dan batin, Suami hendaknya menyadari bahwa istri adalah   suatu ujian dalam menjalankan    agama. (At-Taubah: 24)
• b.      Seorang istri bisa menjadi musuh bagi suami dalam mentaati Allah dan Rasul-   Nya. (At-Taghabun: 14)
• c.       Hendaknya senantiasa berdo’a kepada Allah meminta istri yang sholehah. (Al  Furqan : 74)
• d.      Diantara kewajiban suami terhadap istri, ialah: Membayar mahar, Memberi
• e.       Nafkah (makan, pakaian, tempat tinggal), Menggaulinya dengan baik,  ( AI-Ghazali)
• f.        Jika istri berbuat ‘Nusyuz’, maka dianjurkan melakukan tindakan berikut ini   secara berurutan: (1) Memberi nasehat, (2) Pisah kamar, (3) Memukul
dengan  (4).  pukulan yang tidak menyakitkan. (An-Nisa’: 34) … ‘Nusyuz’ adalah: Kedurhakaan istri kepada suami dalam hal ketaatan kepada Allah.
• g.         Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah, yang paling baik  akhlaknya  dan paling ramah terhadap istrinya/keluarganya. (Tirmudzi)
• h.       Suami tidak boleh kikir dalam menafkahkan hartanya untuk istri dan     anaknya.(Ath-Thalaq: 7)
• i.        Suami wajib selalu memberikan pengertian, bimbingan agama kepada istrinya, dan menyuruhnya untuk selalu taat kepada Allah dan Rasul-Nya. (AI-Ahzab: 34,   At-
Tahrim : 6,  Muttafaqun Alaih)
• j.        Suami wajib mengajarkan istrinya ilmu-ilmu yang berkaitan dengan wanita (hukum-hukum haidh, istihadhah, dll.). (AI-Ghazali)
• k.      Suami wajib berlaku adil dan bijaksana terhadap istri. (An-Nisa’: 3)
• l.          Suami tidak boleh membuka aib istri kepada siapapun. (Nasa’i)
• m.     Apabila istri tidak mentaati suami (durhaka kepada suami), maka suami wajib mendidiknya dan membawanya kepada ketaatan, walaupun secara paksa.
(AIGhazali)
LANJUTAN ...
• Hak dan Kewajiban Suami Isteri dalam Islam
• Hak Bersama Suami Istri.
• Suami istri, hendaknya saling menumbuhkan suasana       mawaddah dan rahmah. (Ar-Rum: 21).
• ·         Hendaknya saling mempercayai dan memahami sifat masing-masing pasangannya. (An-Nisa’: 19 - Al-
Hujuraat: 10)
• ·         Hendaknya menghiasi dengan pergaulan yang harmonis. (An-Nisa’: 19)
• ·         Hendaknya saling menasehati dalam kebaikan.
•  
• Hal-hal yang harus diperhatikan oleh Istri
• a.       Berbakti kepada suami  baik dikala suka maupun duka, diwaktu kaya maupun miskin
• b.      Patuh dan taat pada suami, menghormatinya dalam batas-batas tertentu sesuai dengan ajaran Islam
• c.       Selalu menyenangkan hati dan perasaan suami, serta dapat menentramkan pikirannya
• d.      Menghargai usaha atau jerih payah suami dan bahkan membantu suami dalam menyelesaikan
kesulitan yang dihadapinya
• e.       Isteri menyadari dan menerima dengan ikhlas bahwa kaum laki-laki adalah   pemimpin kaum wanita.
(An-Nisa’: 34)
• f.       Isteri menyadari bahwa hak (kedudukan) suami setingkat lebih tinggi daripada istri. (Al-Baqarah: 228)
• g.      Isteri wajib mentaati suaminya selama bukan kemaksiatan. (An-Nisa’: 39)
• h.      Isteri menyerahkan dirinya, mentaati suami, tidak keluar rumah, kecuali dengan ijinnya, tinggal di
tempat kediaman yang disediakan suami, menggauli suami dengan baik,  dan bersifat  jujur (Al-Ghazali).
C. Akhlak orangtua terhadap anak
• Ada beberapa langkah yang dapat
dilaksanakan oleh orang tua dalam
peranannya mendidik anak, antara lain:
• a.       Orang tua sebagai panutan
• b.      Orang tua sebagai motivator anak
• c.       Orang tua sebagai cermin utama anak
• d.      Orang tua sebagai fasilitator anak
D. Akhlak anak terhadap orangtua
• Orang tua adalah perantara perwujudan kita. Kalaulah mereka itu tidak ada,
kitapun tidak akan pernah ada. Kita tahu bahwa perwujudan itu disertai dengan
kebaikan dan kenikmatan yang tak terhingga banyaknya., berbagai rizki yang kita
peroleh dan kedudukan yang kita raih. Orang tua sering kali mengerahkan segenap
jerih paya mereka untuk menghindarkan bahaya dari diri kita. Mereka bersedia
kurang tidur agar kita bisa beristirahat. Mereka memberikan kesenangan-
kesenangan kepada kita yang tidak bisa kita raih sendiri. Mereka memikul berbagai
penderitaan dan mesti berkorban dalam bentuk yang sulit kita bayangkan.
• Menghardik kedua orang tua dan berbuat buruk kepada mereka tidak mungkin
terjadi kecuali dari jiwa yang bengis dan kotor, berkurang dosa, dan tidak bisa
diharap menjadi baik. Sebab, seandainya seseorang tahu bahwa kebaikan dan
petunjuk Allah SWT mempunyai peranan yang sangat besar,  berbuat baik kepada
orang adalah kewajiban dan semestinya  mereka diperlakukan dengan baik,
bersikap mulia terhadap orang yang telah membimbing, berterima kasih kepada
orang yang telah memberikan kenikmatan sebelum dia sendiri bisa
mendapatkannya, dan yang telah melimpahinya dengan berbagai kebaikan yang
tak mungkin bisa di balas. Orang tua adalah orang-orang yang bersedia berkorban
demi anaknya, tanpa memperdulikan apa balasan yang akan diterimanya.
E. Membangun keluarga sakinah
• Apa itu keluarga Sakinah ? Keluarga sakinah adalah keluarga yang bahagia sejahtera, penuh dengan cinta kasih, sekalipun
perkawinan sudah berjalan puluhan tahun namun aroma cinta kasihnya masih tetap terasa dalam hubungan suami
isteri.  Allah berfirman dalam surah Ar- Rum ayat : 21 “Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya Dia menciptakan untuk
kalian isteri dari species kalian agar kalian merasakan sakinah dengannya; Dia juga menjadikan di antara kalian rasa cinta
dan kasih sayang. Sesungguhnya dalam hal itu terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berpikir.” (Ar-Rûm: 21)”.
• Dalam ayat ini ada kalimat “Litaskunû”, supaya kalian memperoleh atau merasakan sakinah. Jadi sakinah itu ada pada
diri dan pribadi perempuan. Laki-laki harus mencarinya di dalam diri dan pribadi perempuan. Tapi perlu diingat laki-laki
harus menjaga sumber sakinah, tidak mengotori dan menodainya. Agar sumber sakinah itu tetap terjaga, jernih dan suci,
dan mengalir tidak hanya pada kaum bapak tetapi juga anak-anak sebagai anggota rumah tangga, dan gerasi penerus.
• Dalam bahasa Arab “Sakinah” sendiri memiliki arti tenang, aman, damai, serta penuh kasih sayang. Pastinya konteks
Keluarga Sakinah ini adalah idaman bagi setiap Muslim. “Mawaddah” sendiri berarti Cinta, kasih sayang yang tulus
kepada pasangan dan keluarganya. Dengan sifat ini diharapkan keluarga Muslim dapat bertahan sekalipun harus
mendapatkan cobaan dalam dinamika rumah tangganya. “Wa Rahmah” terdiri dari dua kata, yaitu “Wa” yang berarti
dan, dan “Rahmah” yang berarti Rahmat, karunia, berkah, dan anugerah. Tentunya hal ini diharapkan agar keluarga
senantiasa berada di jalan yang benar dan mendapatkan segala Rahmat disisi Allah SWT
• Bagaimana  agar pernikahan tetap romantis ? Ada 3 faktor yang harus diperhatikan;
• a.       Selesaikan kejengkelan- kekesalan,  dalam interaksi suami isteri baik masa lalu maupun saat sekarang
• b.      Hubungan romantis suami isteri sangat prioritas dalam kehidupan (sediakan waktu untuk berdua-duaan) saling
bercerita, ungkapkan perasaan menyenangkan/kemesraan ketika baru menikah
• c.       Buat kegiatan baru yang menyenangkan atau bervariasi
F. Larangan kekerasan dalam rumah tangga
• Agama adalah ketentuan-ketentuan Tuhan yang membimbing dan mengarahkan manusia menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Tidak
ada perbedaan dari segi asal kejadian baik laki-laki maupun perempuan, artinya adanya kesetaraan/kebersamaan/kemintraan dan tidak
akan sempurna laki-laki  kalau belum mempunyai pasangan hidup (suami-isteri) begitu juga sebaliknya.
• Al Qur’an sebagai rujukan prinsip masyarakat Islam, pada dasarnya mengakui bahwa kedudukan laki-laki dan perempuan adalah sama,
dengan kata lain laki-laki memiliki hak dan kewajiban terhadap perempuan dan sebaliknya perempuan juga memiliki hak dan kewajiban
terhadap laiki-laki.
• Pada dasarnya inti ajaran setiap agama, khususnya dalam hal ini Islam, sangat menganjurkan dan menegakkan prinsip keadilan dan bahkan
menghormati terhadap perempuan, bahkan prinsip yang utama adalah menciptakan rasa aman dan tentram dalam keluarga, sehingga
tercipta rasa saling asih, saling cinta, saling melindungi dan saling menyangi.
• Al Qur’an menggaris bawahi bahwa suami maupun isteri adalah pakaian untuk pasangannya, hal ini di sebutkan Allah dalam Firmannya
surah   Al Baqarah ayat 187 “ Mereka (isteri-isteri kamu) adalah pakaian bagi kamu (wahai para suami) dan kamupun adalah pakaian bagi
mereka”.
• Dalam kehidupan berumah tangga, prinsip menghindari adanya kekerasan baik fisik maupun psikis sangat diutamakan, jangan sampai ada
pihak dalam rumah tangga yang merasa berhak memukul atau melakukan tindak kekerasan dalam bentuk apapun dengan dalih atau
alasan apapun baik terhadap suami-isteri ataupun anak. Hal ini senada dengan UU PKDRT No 23 tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga, pasal 1 “Kekerasan dalam Rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang, terutama
perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan atau penelantaran rumah tangga
termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaaan atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup
rumah tangga.
• Islam agama yang dengan visinya  Rahmatan Lil ‘Alamin, sangat menghargai kepada semua manusia, khususnya kepada perempuan.
Hadirnya Islam sebagai agama pembebas dari ketertindasan dan penistaan kemanusiaan yang membawa misi untuk mengikis habis
praktik-praktik tersebut. Dalam Islam manusia baik laki-laki dan perempuan adalah sebagai makhluk Tuhan yang bermartabat (human
dignity di mana parameter kemuliaan seorang manusia tidak diukur dengan parameter biologis sebagai laki-laki atau perempuan, tetapi
kualitas dan nilai seseorang diukur dengan kualitas taqwanya kepada Allah. (Lihat surah Al Hujurat ayat 13).

Anda mungkin juga menyukai