b. Akhlak suami istri; c. Akhlak orangtua terhadap anak ; d. Akhlak anak terhadap orangtua; e. Membangun keluarga sakinah; f. Larangan kekerasan dalam rumah tangga A. Urgensi Keluarga dalam Hidup Manusia •Secara sosiologis keluarga merupakan golongan masyarakat terkecil yang terdiri atas suami-isteri- anak. Pengertian demikian mengandung dimensi hubungan darah dan juga hubungan sosial. Dalam hubungan darah keluarga bisa dibedakan menjadi keluarga besar dan keluarga inti, sedangkan dalam dimensi sosial, keluarga merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat oleh saling berhubungan atau interaksi dan saling mempengaruhi, sekalipun antara satu dengan lainnya tidak terdapat hubungan darah. •Pengertian keluarga dapat ditinjau dari perspektif psikologis dan sosiologis. Secara Psikologis, keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling menyerahkan diri. Sedangkan pengertian secara sosiologis, keluarga adalah satu persekutuan hidup yang dijalin oleh kasih sayang antara pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan pernikahan, dengan maksud untuk saling menyempurnakan diri, saling melengkapi satu dengan yang lainnya. •Dalam suatu keluarga keutuhan sangat diharapkan oleh seorang anak, saling membutuhkan, saling membantu dan lain-lain, dapat mengembangkan potensi diri dan kepercayaan pada diri anak. Dengan demikian diharapkan upaya orang tua untuk membantu anak menginternalisasi nilai-nilai moral dapat terwujud dengan baik. B. Akhlak suami istri; • a. Menjadikan Pasangan sebagai pusat perhatian (sejak awal tidur – bangun tidur yang lihat hanya pasangan) • b. Menempatkan kepribadian sebagai seorang suami atau isteri (isteri pakaian untuk suami dan begitu juga sebaliknya) • c. Jangan menabur benih keraguan/kecurigaan • d. Merasakan tanggung jawab bersama baik suami maupun isteri (saling mengingatkan dan jangan selalu menuntut) • e. Selalu bermusyawarah (berdialog), lakukan komunikasi dengan baik, instospeksi masing-masing • f. Menyiapkan diri untuk melakukan peranan sebagai suami atau isteri • g. Nampakkan cinta dan kebanggaan dengan pasangannya/jangan kikir memberi pujian • h. Adanya keseimbangan ekonomi dalam mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan • i. Jangan melupakan dengan keluarga besar masing-masing (ortu) • j. Menjaga hubungan dengan pihak lain. • Hal-hal yang harus diperhatikan oleh Suami • a. Memberi nafkah zahir dan batin, Suami hendaknya menyadari bahwa istri adalah suatu ujian dalam menjalankan agama. (At-Taubah: 24) • b. Seorang istri bisa menjadi musuh bagi suami dalam mentaati Allah dan Rasul- Nya. (At-Taghabun: 14) • c. Hendaknya senantiasa berdo’a kepada Allah meminta istri yang sholehah. (Al Furqan : 74) • d. Diantara kewajiban suami terhadap istri, ialah: Membayar mahar, Memberi • e. Nafkah (makan, pakaian, tempat tinggal), Menggaulinya dengan baik, ( AI-Ghazali) • f. Jika istri berbuat ‘Nusyuz’, maka dianjurkan melakukan tindakan berikut ini secara berurutan: (1) Memberi nasehat, (2) Pisah kamar, (3) Memukul dengan (4). pukulan yang tidak menyakitkan. (An-Nisa’: 34) … ‘Nusyuz’ adalah: Kedurhakaan istri kepada suami dalam hal ketaatan kepada Allah. • g. Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah, yang paling baik akhlaknya dan paling ramah terhadap istrinya/keluarganya. (Tirmudzi) • h. Suami tidak boleh kikir dalam menafkahkan hartanya untuk istri dan anaknya.(Ath-Thalaq: 7) • i. Suami wajib selalu memberikan pengertian, bimbingan agama kepada istrinya, dan menyuruhnya untuk selalu taat kepada Allah dan Rasul-Nya. (AI-Ahzab: 34, At- Tahrim : 6, Muttafaqun Alaih) • j. Suami wajib mengajarkan istrinya ilmu-ilmu yang berkaitan dengan wanita (hukum-hukum haidh, istihadhah, dll.). (AI-Ghazali) • k. Suami wajib berlaku adil dan bijaksana terhadap istri. (An-Nisa’: 3) • l. Suami tidak boleh membuka aib istri kepada siapapun. (Nasa’i) • m. Apabila istri tidak mentaati suami (durhaka kepada suami), maka suami wajib mendidiknya dan membawanya kepada ketaatan, walaupun secara paksa. (AIGhazali) LANJUTAN ... • Hak dan Kewajiban Suami Isteri dalam Islam • Hak Bersama Suami Istri. • Suami istri, hendaknya saling menumbuhkan suasana mawaddah dan rahmah. (Ar-Rum: 21). • · Hendaknya saling mempercayai dan memahami sifat masing-masing pasangannya. (An-Nisa’: 19 - Al- Hujuraat: 10) • · Hendaknya menghiasi dengan pergaulan yang harmonis. (An-Nisa’: 19) • · Hendaknya saling menasehati dalam kebaikan. • • Hal-hal yang harus diperhatikan oleh Istri • a. Berbakti kepada suami baik dikala suka maupun duka, diwaktu kaya maupun miskin • b. Patuh dan taat pada suami, menghormatinya dalam batas-batas tertentu sesuai dengan ajaran Islam • c. Selalu menyenangkan hati dan perasaan suami, serta dapat menentramkan pikirannya • d. Menghargai usaha atau jerih payah suami dan bahkan membantu suami dalam menyelesaikan kesulitan yang dihadapinya • e. Isteri menyadari dan menerima dengan ikhlas bahwa kaum laki-laki adalah pemimpin kaum wanita. (An-Nisa’: 34) • f. Isteri menyadari bahwa hak (kedudukan) suami setingkat lebih tinggi daripada istri. (Al-Baqarah: 228) • g. Isteri wajib mentaati suaminya selama bukan kemaksiatan. (An-Nisa’: 39) • h. Isteri menyerahkan dirinya, mentaati suami, tidak keluar rumah, kecuali dengan ijinnya, tinggal di tempat kediaman yang disediakan suami, menggauli suami dengan baik, dan bersifat jujur (Al-Ghazali). C. Akhlak orangtua terhadap anak • Ada beberapa langkah yang dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam peranannya mendidik anak, antara lain: • a. Orang tua sebagai panutan • b. Orang tua sebagai motivator anak • c. Orang tua sebagai cermin utama anak • d. Orang tua sebagai fasilitator anak D. Akhlak anak terhadap orangtua • Orang tua adalah perantara perwujudan kita. Kalaulah mereka itu tidak ada, kitapun tidak akan pernah ada. Kita tahu bahwa perwujudan itu disertai dengan kebaikan dan kenikmatan yang tak terhingga banyaknya., berbagai rizki yang kita peroleh dan kedudukan yang kita raih. Orang tua sering kali mengerahkan segenap jerih paya mereka untuk menghindarkan bahaya dari diri kita. Mereka bersedia kurang tidur agar kita bisa beristirahat. Mereka memberikan kesenangan- kesenangan kepada kita yang tidak bisa kita raih sendiri. Mereka memikul berbagai penderitaan dan mesti berkorban dalam bentuk yang sulit kita bayangkan. • Menghardik kedua orang tua dan berbuat buruk kepada mereka tidak mungkin terjadi kecuali dari jiwa yang bengis dan kotor, berkurang dosa, dan tidak bisa diharap menjadi baik. Sebab, seandainya seseorang tahu bahwa kebaikan dan petunjuk Allah SWT mempunyai peranan yang sangat besar, berbuat baik kepada orang adalah kewajiban dan semestinya mereka diperlakukan dengan baik, bersikap mulia terhadap orang yang telah membimbing, berterima kasih kepada orang yang telah memberikan kenikmatan sebelum dia sendiri bisa mendapatkannya, dan yang telah melimpahinya dengan berbagai kebaikan yang tak mungkin bisa di balas. Orang tua adalah orang-orang yang bersedia berkorban demi anaknya, tanpa memperdulikan apa balasan yang akan diterimanya. E. Membangun keluarga sakinah • Apa itu keluarga Sakinah ? Keluarga sakinah adalah keluarga yang bahagia sejahtera, penuh dengan cinta kasih, sekalipun perkawinan sudah berjalan puluhan tahun namun aroma cinta kasihnya masih tetap terasa dalam hubungan suami isteri. Allah berfirman dalam surah Ar- Rum ayat : 21 “Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya Dia menciptakan untuk kalian isteri dari species kalian agar kalian merasakan sakinah dengannya; Dia juga menjadikan di antara kalian rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya dalam hal itu terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berpikir.” (Ar-Rûm: 21)”. • Dalam ayat ini ada kalimat “Litaskunû”, supaya kalian memperoleh atau merasakan sakinah. Jadi sakinah itu ada pada diri dan pribadi perempuan. Laki-laki harus mencarinya di dalam diri dan pribadi perempuan. Tapi perlu diingat laki-laki harus menjaga sumber sakinah, tidak mengotori dan menodainya. Agar sumber sakinah itu tetap terjaga, jernih dan suci, dan mengalir tidak hanya pada kaum bapak tetapi juga anak-anak sebagai anggota rumah tangga, dan gerasi penerus. • Dalam bahasa Arab “Sakinah” sendiri memiliki arti tenang, aman, damai, serta penuh kasih sayang. Pastinya konteks Keluarga Sakinah ini adalah idaman bagi setiap Muslim. “Mawaddah” sendiri berarti Cinta, kasih sayang yang tulus kepada pasangan dan keluarganya. Dengan sifat ini diharapkan keluarga Muslim dapat bertahan sekalipun harus mendapatkan cobaan dalam dinamika rumah tangganya. “Wa Rahmah” terdiri dari dua kata, yaitu “Wa” yang berarti dan, dan “Rahmah” yang berarti Rahmat, karunia, berkah, dan anugerah. Tentunya hal ini diharapkan agar keluarga senantiasa berada di jalan yang benar dan mendapatkan segala Rahmat disisi Allah SWT • Bagaimana agar pernikahan tetap romantis ? Ada 3 faktor yang harus diperhatikan; • a. Selesaikan kejengkelan- kekesalan, dalam interaksi suami isteri baik masa lalu maupun saat sekarang • b. Hubungan romantis suami isteri sangat prioritas dalam kehidupan (sediakan waktu untuk berdua-duaan) saling bercerita, ungkapkan perasaan menyenangkan/kemesraan ketika baru menikah • c. Buat kegiatan baru yang menyenangkan atau bervariasi F. Larangan kekerasan dalam rumah tangga • Agama adalah ketentuan-ketentuan Tuhan yang membimbing dan mengarahkan manusia menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Tidak ada perbedaan dari segi asal kejadian baik laki-laki maupun perempuan, artinya adanya kesetaraan/kebersamaan/kemintraan dan tidak akan sempurna laki-laki kalau belum mempunyai pasangan hidup (suami-isteri) begitu juga sebaliknya. • Al Qur’an sebagai rujukan prinsip masyarakat Islam, pada dasarnya mengakui bahwa kedudukan laki-laki dan perempuan adalah sama, dengan kata lain laki-laki memiliki hak dan kewajiban terhadap perempuan dan sebaliknya perempuan juga memiliki hak dan kewajiban terhadap laiki-laki. • Pada dasarnya inti ajaran setiap agama, khususnya dalam hal ini Islam, sangat menganjurkan dan menegakkan prinsip keadilan dan bahkan menghormati terhadap perempuan, bahkan prinsip yang utama adalah menciptakan rasa aman dan tentram dalam keluarga, sehingga tercipta rasa saling asih, saling cinta, saling melindungi dan saling menyangi. • Al Qur’an menggaris bawahi bahwa suami maupun isteri adalah pakaian untuk pasangannya, hal ini di sebutkan Allah dalam Firmannya surah Al Baqarah ayat 187 “ Mereka (isteri-isteri kamu) adalah pakaian bagi kamu (wahai para suami) dan kamupun adalah pakaian bagi mereka”. • Dalam kehidupan berumah tangga, prinsip menghindari adanya kekerasan baik fisik maupun psikis sangat diutamakan, jangan sampai ada pihak dalam rumah tangga yang merasa berhak memukul atau melakukan tindak kekerasan dalam bentuk apapun dengan dalih atau alasan apapun baik terhadap suami-isteri ataupun anak. Hal ini senada dengan UU PKDRT No 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, pasal 1 “Kekerasan dalam Rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang, terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaaan atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. • Islam agama yang dengan visinya Rahmatan Lil ‘Alamin, sangat menghargai kepada semua manusia, khususnya kepada perempuan. Hadirnya Islam sebagai agama pembebas dari ketertindasan dan penistaan kemanusiaan yang membawa misi untuk mengikis habis praktik-praktik tersebut. Dalam Islam manusia baik laki-laki dan perempuan adalah sebagai makhluk Tuhan yang bermartabat (human dignity di mana parameter kemuliaan seorang manusia tidak diukur dengan parameter biologis sebagai laki-laki atau perempuan, tetapi kualitas dan nilai seseorang diukur dengan kualitas taqwanya kepada Allah. (Lihat surah Al Hujurat ayat 13).