Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

Kebudayaan atau disebut juga kultur merupakan


keseluruhan cara hidup sebagai warisan sosial yang diperoleh
individu dari kelompoknya. Dalam tiap kebudayaan terdapat
berbagai kepercayaan yang berkaitan dengan kesehatan.
Terdapat kebudayaan yang bertentangan dengan kesehatan
mun, di sisi lain ada kebudayaan yang sejalan dengan aspek
kesehatan. Dalam hal ini petugas kesehatan harus mendukung
kebudayaan tersebut. Tetapi kadangkala rasionalisasinya tidak
tepat sehingga peran petugas kesehatan adalah meluruskan
anggapan tersebut.
Sebuah kebudayaan besar biasanya memiliki
kebudayaan yang memiliki sedikit perbedaan dalam hal
perilaku dan kepercayaan dari kebudayaan induknya.
Munculnya subkultur disebabkan oleh beberapa hal,
diantaranya karena perbedaan umur, ras, etnisitas, kelas,
estetik, agama, pekerjaaan, pandangan politik dan gender.
Ada beberapa cara yang dilakukan masyarakat ketika
berhadapan dengan imigran dan kebudayaan yang berbeda
dengan kebudayaan asli. Cara yang dipilih masyarakat
tergantung minoritas, seberapa banyak imigran yang
datang, watak dari penduduk asli, keefektifan dan
keintesifan komunikasi antar budaya, dan tipe
pemerintahan yang berkuasa.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

Dalam tiap kebudayaan terdapat berbagai macam


kepercayaan yang berkaitan dengan kesehatan. Di
orpedesaan masyarakat jawa, ibu nifas tidak boleh makan
yang amis-amis (misalnya ikan) karebna menurut
kepercayaan akan membuat jahitan pirenium sulit sembuh
dan darah nifas tidak berhenti. Menurut ilim gizi hal
tersebut tidak dibenarkan karena justru ikan dikonsumsi
karena mengandung protein sehingga mempercepat
pemulihan ibu nifas. Disinilah peran petugas kesehatan
untuk meluruskan anggapan tersebut.
Didaerah Langkat, Sumatera Utara ada kebudayaan
yang melarang ibu nifas untuk melakukan mobilisasi selama
satu minggu sejak persalinan. Ibu nifas harus bedrest total
selama seminggu karena dianggap masih lemah dan belum
mampu beraktivitas sehingga harus istirahat ditempat tidur.
Mereka juga menganggap bahwa dengan ilmu pengetahuan
saat ini bahwa dengan beraktivitas maka proses
penyembuhan setelah persalinan akan terhambat. Hal ini
bertentangan dengan ilmu pengetahuan saat ini bahwa ibu
nifas harus melakukan mobilisasi dini agar cepat pulih
kondisinya. Dengan mengetahui kebudayaan didaerah
tersebut, petugas kesehatan dapat masuk perlahan-lahan
untuk memberi pengertian yang benar kepada masyarakat.
Disisi lain ada kebudayaan yang sejalan dengan aspek
kesehatan. Dalam arti kebudayaan yang berlaku tersebut tidak
bertentangan bahkan saling mendukung dengan aspek kesehatan.
Dalam hal ini petugas kesehatan harus mendukung kebudayaan
tersebut. Tetapi kadangkala rasionalisasinya tidak tepat sehingga
peran petugas kesehatan adalah meluruskan anggapan tersebut.
Sebagai contoh, ada kebudayaan yang menganjurkan ibu hamil
minum air kacang hijau agar rambut bayinya lebat. Kacang hijau
sangat baik bagi kesehatan karena banyak mengandung vitamin B
yang berguna bagi metabolisme tubuh. Petugasan kesehatan
mendukung kebiasaan air kacang hijau tetapi meluruskan anggapan
bahwa bukan membuat rammbut bayi lebat tetapi karena memang air
kacang hijau banyak vitaminnya. Ada juga kebudayaan yang
menganjurkan ibu menyusui untuk memakan jagung goring ( di Jawa
disebut “marning” ) untuk melancarkan air susu. Hal ini tidak
bertentangan dengan kesehatan. Bila ibu makan jagung goring maka
dia akan mudah haus. Karena haus dia akan minum banyak. Banyak
minum ninilah yang dapat melancarkan air susu.
MITOS DAN FAKTA MERAWAT BAYI BARU LAHIR

Mitos- mitos yang lahir dimasyarakat ini kebenaranya


kadang tidak masuk akal dan bahkan dapat berbahaya bagi
ibu dan bayi. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang merawat bayi baru lahir.

Mitos- mitos merawat bayi baru lahir yang bekembang di


masyarakat.
ASPEK BUDAYA

1. Dibendong agar kaki tidak bengkok.


Hampir setiap bayi memiliki kaki yang tampak bengkok,
begitulah fisiologis kaki bayi. Ini disebabkan karena ia masih
terbiasa dengan posisi meringkuk ketika masih berada didalam
rahim. Seiring berjalannya waktu, kakinya akan lurus dengan
sendirinya. Pada kenyataannya, dibedong dapat mengganggu
peredaran darah bayi. Jantungnya akan terpaksa bekerja lebih
berat untuk memompa darah karena tubuhnya dibebat terlalu
berat. Bahkan, ini beresiko membahayakan tulang panggul,
dapat menyebabkan diskolasi panggul dan paha. Beberapa ibu
membendong bayi untuk melindungi dari dingin, baik karena
factor cuaca atau setelah mandi. Sebenarnya baju lengan
panjang dan celana panjang pun sudah cukup untuk
menghangatkan tubuh sikecil.
2. Hidung ditarik-tarik agar mancung
Tidak hubungannya menarik hidung dengan mancung,
semua tergantung dari bentuk tulang hidungnya dan itu
sudah bawaan.
3. Pemakaian gurita agar tidak kembung
Bayi bernapas dengan otot-otot perutnya. Jadi,
memasangkan gurita justru menghambat pernapasannya.
Perutnya yang kembung sudah bentuk alamiah. Jika
memang harus memakaikan gurita jangan mengikat terlalu
kencang terutama dibagian dada agar jantung dan paru-
parunya bisa berkembang dengan baik. Dan jika tujuannya
supaya pusar tidak bodong sebaiknya dipakaikan hanya
dipusar dan ikatannya pun tidak kencang.
4. Menggunting bulu mata agar lentik
Bulu mata berfungsi melindungi mata dari gangguan benda-
benda asing. Jika dipotong, fungsinya tidak lagi dapat
bekerja secara optimal. Panjang pendeknya bulu mata sudah
menjadi bawaan dari bayi itu sendiri.
5. Beri setetes kopi agar bayi tidak step (kejang)
Belum ada penelitian ilmiah yang membuktikan hal ini.
Bahkan pemberian kopi pada bayi jelas berbahaya karena
mengandung kafein yang memacu denyut jantungnya lebih
cepat.
6. Jangan memeras kencang-kencang saat mencuci baju bayi,
bayi akan gelisah tidurnya. Jika dipikirkan secara logika
jelas tidak masuk akal, mungkin bayi gelisah saat tidur
karena dia pipis, buang air besar, gerah, atau ada faktor lain,
jadi bukan karena saat memeras pakaiannya.
7. Jangan menyusui bayi jika bunda sedang sakit
Penyakit yang diderita ibu menyusui tidak dapat ditularkan
melalui ASI. Sebaliknya, saat ibu sedang sakit tubuh si ibu
akan menghasilkan sistem kekebalan tubuh yang lebih
banyak dan akan ikut kedalam ASI yang jika diminum
sibayi, akan meningkatkan sitem kekebalan tubunhya. Yang
tidak boleh adalah menyusui bayi saat sakit tanpa ada
pelindung untuk ibu, contonya pakai masker penutup mulut
dan hidung saat flu karena memularkan penyakit, jadi bukan
karena ASI.
8. Popok kain lebih baik dari pada diapers
Popok kain mampu diapers memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing. Disatu sisi, popok kain
memang lebih murah karena dapat digunakan berulang kali.
Namun, agak merepotkan karena harus selalu diganti setiap
sikecil buang air besar. Disisi lain, diapers lebih mahal,
tetapi memiliki daya serap yang lebih tinggi, sehingga
hanya perlu diganti kalau popok sudah penuh atau buang air
besar. Untuk menjaga kulit sikecil, pastikan ukuran diapers
sesuai dengan tubuhnya.
9. Apakah bayi perlu dipakaikan bedak setelah mandi atau
sehabis ganti popok?
Lebih baik, oleskan baby cream. Karena penggunaan bedak
didaerah lipatan seperti tangan, kaki atau selangkangan dapat
menggumpal. Jika gumpalan itu bercampur dengan keringat
akan menjadi sarang berkembangnya kuman dan bisa
menyebabkan iritasi. Partikel bedak yang terhirup bisa
mengganggu pernapasannya.
10. Bayi yang mengalami kuning beberapa hari pasca
kelahirannya harus dijemur diruangan terbuka. Penyakit
kuning yang diderita bayi merupakan proses alamiah dari
pemecahan sel darah ibunya. Proses ini memang dapat
terbantu oleh sinar matahari. Tapi kini, kontak langsung sudah
tidak disarankan. Sebaiknya, jemur dibalik kaca selama kira-
kira 15 menit untuk masing-masing bagian depan dan
punggung bayi.
11. Ketika bayi demam harus dikompres air dingin.
Setelah dikompres, tubuh yang awalnya panas mungkin
akan terasa dingin begitu diraba. Akan tetapi, ini bukan
pertanda bahwa sikecil membaik. Sebaliknya, suhu dingin
dari kompresan tersebut akan mengirim sinyal yang salah
kepada tubuh anak. Tubuh mungilnya akan menganggap
bahwa cuaca sedang dingin dan akhirnya merasa perlu
memproduksi panas lagi. Jadi, lebih baik kompres dengan
air hangat agar tubuhnya berhenti memproduksi panas.
12. ASI pertama berwarna kekuningan merupakan ASI yang sudah
basi dan tidak baik dikonsumsi bayi. ASI pertama adalah
kolostrum yang mengandung zat kekebalan tubuh dan kaya akan
protein. Warna dan penampilan ASI putih keruh serta encer
sering pula di asumsikan sebagai ASI kualitas jelek. Warna dan
kejernihan ASI dan sangat tergantung bahan nutrien yang
terkandung didalamnya. Tak ada ibu yang mempunyai ASI
seputih dan seindah penampilan susu formula. Namun begitu,
kualitas ASI tak dapat ditandingi oleh susu formula manapun.
13. Bayi harus tidur dengan botol susu.
Penggunaan alat ini memang membantu bayi tidur lebih cepat.
Akan tetapi, penggunaan botol susu dapat meningkatkan resiko
sikecil terkena infeksi telinga karena susu yang seharusnya
diminum justru mengalir kesaluran ( eusthacius ( penghubung
antara tenggorokan bagian belakang dan telinga bagian
belakang).
Jadi, jika ingin memberi sikecil susu melalui botol,
sebaiknya angkat dulu si kecil dan pastikan kepalanya lebih
tinggi dari badan. Dalam menghadapi mitos-mitos yang
telah berkembang di masyarakat, kita harus mengadakan
adanya suatu promosi kesehatan, salah satunya berupa
penyuluhan. Bidan berperan untuk menjelaskan apa yang
sebenarnya harus dilakukan oleh masyarakat terkhusus bagi
para ibu nifas agar dapat memberikan yang terbaik untuk
sang bayi. Materi penyuluhan ialah yang berkaitan dengan
mitos-mitos yang merugikan sedangkan kita memberikan
bimbingan kepada masyarakat tentang mitos baik yang tetap
diyakini agar tak ada kesalahpahaman dalam mengartikan
mitos yang ada. Karena kebudayaan antara suatu daerah
dengan daerah lainnya berbeda-beda.
Ada baiknya bagi para ibu nifas untuk melakukan konsultasi
kepada para bidan agar dapat menentukan yang terbaik untuk
kesehatan dan tumbuh kembang sang bayi.
Nilai-nilai sosial budaya banyak ditemukan pada tradisi-
tradisi yang turun-temurun mempengaruhi pola pikir dan cara
pandang kita dalam melakukan sesuatu, begitu juga
pengaruhnya dengan kesehatan masyarakat. Berikut beberapa
contoh yang dapat dijadikan pembanding seberapa besar
pengaruh sosial budaya dalam praktik kesehatan masyarakat.
a. Pengaruh social budaya pada saat kehamilan
1. Enggannya ibu hamil memeriksakan kehamilannya pada bidan
dipuskesmas atau sarana kesehatan lainnya. Mereka lebih
senang memeriksakan kehamilannya dengan dukun kampung
karena dianggap sudah terpercaya dan turun-temurun
dilakukan. Padahal, dukun kampung tersebut tidak memiliki
pengetahuan standar dalam pelayanan kehamilan yang normal.
2. Pada saat hamil, ibu hamil dilarang makan ikan, telur atau
makanan bergizi lainnya karena dipercaya akan
menimbulkan bau amis saat melahirkan. Hal ini sebenarnya
tidak perlu dilakukan karena berbahaya bagi kesehatan ibu
dan dapat mengakibatkan ibu kekurangan asupan gizi akan
protein yang terkandung pada ikan.

b. Pengaruh sosial pada masa kelahiran

1. Pemberian kunyit atau bahan dapur lain pada tali pusar yang
sudah dipercaya turun-temurun. Kemudian, menekan tali
pusar tersebut dengan logam. Hal ini tidak boleh dilakukan
karena sebenarnya akan mengakibatkan iritasi dan infeksi
kuman pada tali pusar bayi baru lahir.
2. Apabila proses persalinan yang ditolong dukun kampung
menyebabkan kematian ibu atau anak. Maka hal itu
dianggap wajar karena dipercaya ibu hamil telah melanggar
pantangan yang diberikan oleh si dukun.
3. Plsenta bayi baru lahir, setelah dicuci hendaknya diinjak
dulu oleh kakaknya jika bayi tesebut memiliki kakak. Jika
mempercayai mitos tersebut jika tidak terpenuhi malah akan
timbul beban pada keluarga, Jadi sebaiknya tidak dilakukan.
4. Plasenta bayi diberi sisir, gula merah, kelapa, pensil, kertas,
dan kembang tujuh rupa kemudian dimasukkan kedalam
kendi baru dikubur. Jika mempercayai mitos tersebut jika
tidak terpenuhi malah akan timbul beban pada keluarga.
Jadi sebaiknya tidak dilakukan.
5. Pusar bayi yang puput disimpan dan jika bayi sudah besar,
pusar tersebut bisa jadi obat untuk bayi, caranya tali pusar
direndam dan diminum kan kepada si bayi. Mitos seperti ini
malah merugikan karena jika sampai terminum oleh bayi
maka akan membiarkan mikroorganisme yang ada di plasenta
akan masuk ke tubuh bayi.
6. Wanita-wanita hausa yang tinggal di sekitar Zaria Nigeria
Utara, secara tradisi memakan garam kurang selama periode
nifas, untuk meningkatkan produksi air susunya. Mereka juga
menganggap bahwa hawa dingin adalah penyebab penyakit.
Oleh karena itu mereka memanasi tubuhnya paling kurang 40
hari setelah melahirkan. Diet garam yang berlebihan dan
hawa panas, merupakan penyebab timbulnya kegagalan
jantung. Faktor budaya disini adalah kebiasaan makan garam
yang berlebihan dan memanasi tubuh adalah factor pencetus
terjadinya kegagalan jantung.
Kebudayaan pada bayi lahir ini menyebabkan banyaknya
mitos mengenai bayi baru lahir. Mitos-mitos yang lahir
dimasyarakat ini kebenarannya datang tidak masuk akal dan
bahkan dapat berbahaya bagi ibu dan bayi. Hal ini
dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
merawat bayi baru lahir. Bayi baru lahir normal adalah bayi
baru lahir dari kehamilan yang normal.
Bayi berat lahir rendah dipengaruhi dari bebeerapa faktor :
A) Faktor-faktor yuang berkaitan dengan ibu seperti : umur
ibu, umur kehamilan, paritos, badan dan tinggi badan,
status gizi (nutrisi) anemia, kebiasaan minum alkohol dan
merokok.penyakit-penyakit keadaan tertentu waktu hamil (
misalnya anemia, pendarahan dan lain-lain), jarak
kehamilan, kehamilan ganda, riwayat abortus.
B) Pelayanan Kesehatan ( Antenatal cores )
C) Faktor janin meliputi kehamilan kembar dan kelainan
bawaan.
D) Faktor lingkungan seperti pendidikan dan pengetahuan ibu,
pekerjaan, dan status sosial, ekonomi dan budaya.
BAB III
PENUTUP
Masing-masing kebudayaan memiliki berbagai pengobatan untuk
penyembuhan anggota masyarakatnya yang sakit. Berbeda dengan ilmu
kedokteran yanbg menganggap bahwa penyebab penyakit adalah kuman,
kemudian diberi obat antibiotika dan obat tersebut dapat mematikan
kuman penyebab penyakit. Pada msayarakat tradisional, tidak semua
penyakit itu disebabkan oleh penyebab biologis. Kadangkala mereka
menghubung-hubungkan dengan sesuatu yang gaib, sihir, roh jahat atau
iblis yang mengganggu manusia dan menyebabkan sakit.
Banyak suku di Indonesia menganggap bahwa penyakit itu timbul
akibat guna-guna. Orang yang terkena guna-guna akan mendatangi
dukun untuk meminta pertolongan. Masing-masing suku di Indonesia
memiliki dukun atau tetua adat sebagai penyembuh orang yang terkena
guna-guna tersebut. Cara yang digunakan juga berbeda-beda masing-
masing suku.begitu pula suku-suku di dunia, mereka mengguanakan
pengobatan tradisional masing-masing untuk menyembuhkan anggota
sukunya yang sakit.

Anda mungkin juga menyukai