(Coleoptera =Kumbang)
ORDO COLEOPTERA
TAKSONOMI
kingdom animalia
filum Arthropoda
subfilum Hexapoda
class Insecta
subclass Pterygota
ordo Pterygota
Nama “Coleoptera” berasal dari bahasa Yunani yang diberikan oleh Aristotle yaitu κολεός,
koleos, "kelopak"; dan πτερόν, pteron, "sayap", (coleo = perisai + ptera = sayap). Sehingga
Coleoptera berarti "bersarung sayap" atau perisai sayap. Ilmu tentang Coleoptera disebut
Coleopterologi.
Terdapat lebih dari 350.000 spesies,143 famili dan memiliki 4 subordo yaitu Archostemata,
Myxophaga, Adephaga, Polyphaga. Superfamilinya yaitu Bostrichoidea - Buprestoidea -
Byrrhoidea - Chrysomeloidea - Cleroidea - Cucujoidea - Curculionoidea - Dascilloidea -
Derodontoidea - Elateroidea - Histeroidea - Hydrophiloidea - Lymexyloidea -
Scarabaeoidea - Scirtoidea - Staphylinoidea – Tenebrionoidea
Mereka tinggal di seluruh dunia (kecuali Antartika), tetapi yang paling sering ditemukan di
daerah tropis.
Morfologi Kumbang
tubuh kumbang terbagi menjadi tiga bagian utama: kepala (caput), dada (thorax) dan perut
(abdomen) seperti tampak pada Gambar
Bagian mulut kumbang
Kaki kumbang
tubuh kumbang memiliki segmen dalam tiga bagian utama yaitu : (caput), dada dan perut.
organ organ indra yang melekat pada kepala, yaitu mata (oculi), antena dan mulut. di
belakang kepala adalah pronotum, yang merupakan sclerite atas prothorax tersebut. pusat
pronotum yang juga disebut dorsum. di dasar pronotum, di antara elitra yang
mesoscutellum segitiga kecil dapat dilihat. perut biasanya ditutupi oleh elitra tersebut.
elitra sangat penting dalam identifikasi kumbang, karena kumbang sering memperlihatkan
karakteristik elitranya. dilihat dari bagian ventral, thorax yang terdiri dari tiga segmen
yaitu prothorax, mesothorax dan metathorax
Coleoptera memiliki berbagai strategi untuk menghindari serangan predator atau
parasitoids yaitu dengan berkamuflase, racun (famili Meloidae), dan pertahanan aktif.
Kamuflasenya melibatkan penggunaan pewarnaan atau bentuk yang campuran ke dalam
lingkungan sekitarnya, sehingga tidak mudah terlihat oleh pemangsa
Spesies Coleoptera yang memakan tanaman atau tumbuhan menggunakan rahangnya untuk
menggigit dan mengunyah makanan, bentuk mulut Coleoptera jenis predator biasanya
rahang termodifikasi lebih runcing dan tajam yang berfungsi untuk menangkap dan
mempertahankan magsanya. Pada beberapa spesies, rahang tidak berfungsi sebagai asupan
makanan, misalnya pada kumbang jantan dari kumbang rusa (Lucanus cervus). Rahang
termodifikasi menyerupai tanduk, yang digunakan untuk berkelahi atau bertarung antara
lawannya. Letak rahang tersebut di sisi depan bawah kepala dimana maksila berada. Pada
sisi rahang ada bagian yang tersegmentasi terpasang berupa bagian palps (palpus
maxillaris)
Siklus Hidup Coleoptera
Siklus hidup Coleoptera adalah holometabola atau metamorphosis sempurna.
Coleoptera mengalami metamorfosis sempurna, atau holometabola. Holometabola yaitu
serangga yang mengalami metamorfosis sempurna. Tahapan dari daur serangga yang
mengalami metamorfosis sempurna adalah telur – larva – pupa – imago. Larva adalah
hewan muda yang bentuk dan sifatnya berbeda dengan dewasa. Pupa adalah kepompong
dimana pada saat itu serangga tidak melakukan kegiatan, pada saat itu pula terjadi
penyempurnaan dan pembentukan organ. Imago adalah fase dewasa atau fase
perkembangbiakan.
Telur
Telur berwarna putih dengan bentuk seperti sosis dan berukuran sangat kecil, bergerombol,
dan sering ditemukan pada luka terbuka lubang yang ada pada tubuh maupun pada pakaian
yang menempel pada tubuh mayat. Telur-telur ini akan berkembang menjadi larva yang
berkembang dengan cara memakan bagian tubuh mayat
Larva
Larva muncul dari telur yang menetas. Berwarna sangat putih namun berbentuk
menyerupai kerucut. Terdapat mulut pada puncak kerucut dengan sepasang kait yang
digunakan oleh larva untuk melekatkan dirinya
pada jenazah ketika ia memakannya. Larva tidak dapat bergerak terlalu jauh dan berubah
menjadi dewasa dengan melalui fase intermediate yang disebut pupa
Pupa
Pupa terbentuk setelah larva mengalami tiga kali pengelupasan kulit. Kulitakan memendek
sehingga memberi kesan bentuk seperti kapsul, yang semakin lama akan semakin keras
namun rapuh. Kulit ini sebenarnya tidak benar
benar terlepas, namun hanya berganti menjadi lapisan baru yang menutupi serangga di
bagian dalamnya
Dewasa
Serangga pada fase dewasa memiliki mobilitas yang tinggi sehingga mereka hanya
berguna untuk membantu menetapkan spesies serangga apa yang berada pada tubuh mayat
walaupun kita tidak dapat menentukan dengan pasti apakah serangga tersebut benar berasal
dari mayat tersebut atau merupakan serangga yang datang dari luar untuk meletakkan
telurnya
Kumbang
Kumbang bergerak dan berpindah dengan cepat serta sering ditemukan di bawah tubuh
atau di bawah pakaian. Serangga ini dapat ditempatkan pada sebuah botol dengan sedikit
udara. Mereka membutuhkan makanan jika disimpan lebih dari dua puluh empat jam
sebelum diberikan kepada ahli entomologi forensik. Kumbang adalah kanibal sehingga
tidak boleh ditempatkan dalam botol yang sama
ENTOMOLOGI FORENSIK
Serangga yang dikumpulkan dari suatu bagian tubuh harus dipisahkandari bagian tubuh
yang lain. Spesies yang berbeda juga dipisahkan. Setiap botol sebaiknya diberi label yang
terdiri dari :
Area tubuh
Tanggal dan waktu pengumpulan
Tempat ditemukan tubuh
Nama kolektor
Fase hidup serangga
Deskripsi hasil juga meliputi:
Daerah geografi: kota, desa, alamat jika ada, dsb.
Tipe Habitat: gurun, hutan, di dalam apartemen, daerah kumuh, padang rumput dsb.
Area : berbatu, pegunungan, atau dataran rendah.
Tipe vegetasi: tanaman yang ada., jika spesifik dikirim ke botanis.
Tipe tanah: berpasir, berkerikil, berlumpur, atau artificial (semen, batu-batuan dsb)
Deskripsi tentang mayat termasuk:
Jenis kelamin, berat badan, tinggi badan.
Ada atau tidaknya pakaian dan deskripsi tentang pakaian.
Postur mayat: duduk, berbaring, tengkurap dsb.
Benda-benda di sekitar mayat: terbungkus, tertutup dengan tanaman.
Kerusakan fisik: luka terbuka, memar dan daerah kerusakan.
Penyebab kematian.
Stadium pembusukan.
Serangga yang ditemukan, jika memungkinkan termasuk fotografi lengkap
Dicatat juga data tentang iklim yang lengkap tiap jam. Perkembangan
serangga berupa aktivitas dewasa, termasuk penetasan telur dan perkembangan imatur. Jug
a dicatat hal-
hal yang aneh ditemukan pada TKP. Jika terdapat konsentrasi belatung, temperatur pada se
tiap
konsentrasi harus dihitung dengan cara meletakkan termometer secara perlahan diatas kons
entrasi
belatung, kemudian tekan dengan lembut pada permukaan. Hal ini akan mengakibatkan bel
atung-belatung bergerak disekitar termometer sehingga mengurangi kemungkinan
kerusakan pada jasad.
b.Pengambilan Spesimen
1)Serangga yang terbang Lebih kurang 10-15 menit daerah sekitar mayat harus
dikosongkan, agar dapat menangkap serangga menggunakan net. Serangga yang sudah
ditangkap dimasukkan ke dalam gelas yang berisi 70-80% etil alcohol atau isopropyl
alkohol. Perbandingan isopropyl alkohol dan air adalah1:1, Jika tidak serangga akan
mengeras dan susah diidentifikasi.Sebaiknya tidak menggunakan formalin, kecuali jika
terdesak. Perlu
untuk diketahui tempat di mana lalat ditemukan, diberi label, bagaimana cara mengumpulk
an, siapa yang mengumpulkan dan waktu pengumpulan
2)Serangga yang merayap Serangga dikumpulkan harus dilabel berdasarkan tempat
ditemukannya. Serangga diambil menggunakan forcep atau tangan.Harus menggunakan
sarung tangan setiap waktu. Serangga yangditangkap ada 2 jenis: serangga dengan badan
yang keras, seperti kumbang dan serangga dengan badan lunak. Tindakan
terhadapserangga yang berbadan keras dilakukan sama halnya denganserangga yang
terbang. Untuk yang berbadan lunak
perlu perlakuan khusus, karena lebih susah diidentifikasi.
3)Pengemasan spesimenSerangga sebaiknya dibawa ke ahli entomologi forensik sesegera
mungkin untuk mempertahankan kontinuitasnya. Serangga ini dikemas dalam sebuah
kotak yang mempunyai banyak udara dan berada dalam posisi tegak. Sampel yang
dikumpulkan mencakup semua stadium serangga dan diambil dari area tubuh berbeda,
antara lain diambil dari pakaian dandari tanah atau karpet. Serangga lebih sering
berkumpul di luka dan diarea orifisium natural
4)Pengawetan Spesimen
Pengawetan yang dilakukan dengan cara membunuh larva dengan air panas dan disimpan
dalam etanol 80% lebih baik disbanding kan dengan metode yang lainnya. Keuntungan
membunuh larva dengan
air panas adalah otot larva menjadi kontraksi sehingga didapatkan larva yang lurus dan
tidak melengkung
Post Mortem Interval (PMI)
Post Mortem Interval (PMI) adalah salah satu tujuan yang berusaha diungkap oleh ahli
entomologi forensik sehingga dapat merekontruksi waktu danlama kematiansuatu korban.
Beberapa spesies lalat bangkai (Blow Files) sangat sensitif terhadap bautubuh yang mulai
membusuk dan sering datang beberapa menit dari kematian. Selainitu, spesies lain dari
serangga mungkin tiba. Namun, beberapa spesies tidak
tertarik pada mayat ketika tubuh segar, tetapi hanya tertarik ke mayat pada bentuk yang ber
ada seperti Piophilidae, atau keju skippers yang tiba setelah terjadi prosesfermentasi
protein. Sedangkan serangga lain tidak tertarik pada tubuh secara langsung tetapi datang
untuk memangsa serangga lainnya ditempat kejadian
Telur yang diletakkan oleh serangga awalnya tiba (paling sering lalat) sertalarva yang
kemudian menetas melekat dan berkembang dimayat dan digunakan untuk memberikan
gambaran PMI minimum. Misalnya, jika peneliti menemukan larva maka setidaknya
serangga tersebut telah tiga hari berkembang, sehingga dapat disimpulkan bahwa korban
telah mati selama setidaknya tiga hari.
Untuk menentukan tanggal kematian, ahli entomologi forensik menggunakan usia
perkembangan belatung. Belatung adalah larva dalam tahap matang dari Diptera,atau lalat
bersayap dua. Penentuan kematian lalu dihitung sesuai dengan siklus hidupserangga
tersebut.
Cara Menghitung PMI
Ahli entomologi forensik sering memeriksa bukti serangga pada mayat manusia dan
menetukan berapa lama serangga tersebut berada di mayat. Periodewaktu tersebut di
interpretasikan dalampostmortem interval (PMI) atau waktu sejak kematian. Analsis PMI
terbagi menjadi dua. Periode kolonisasi dan aktivitas
serangga pada mayat sehingga terjadi perubahan perubahan pada mayat manusia setelah
mengalami kematian siklus hidup serangga juga digunakan untuk mengukur waktu
kematian dapat digunakan suhu yang dibutuhkan oleh serangga untuk hidup
Hubungan Serangga Dengan DNA Manusia
Seringkali ditemukan tubuh mayat sudah tak berbentuk, sulit dikenal atautanpa petunjuk
identitas yang jelas. Sebagai contoh : mayat yang harus digali dari kuburan untuk sebuah
visum. Untuk memastikan identitas mayat tersebut, belatungsangat berperan, Caranya :
kebisaan belatung yang mencerna jaringan tubuh mayat,maka saluran cerna belatung
diperiksa melalui tes DNA untuk proses identifikasi.Selain itu belatung juga memakan
cairan sperma atau cairan vagina, sehingga selain identifikasi korban belatung dapat juga
digunakan untuk mencari identitas pelakudalam kasus kekerasan seksual
Belatung dapat mengungkap penyebab kematian seseorang yaitu Ahli forensic memeriksa
bagian tubuh mayat yang banyak terdapat belatung. Umumnya belatung menyukai hidup
dibagian mata, hidung, telinga atau mulut. Apabila belatung ditemukan dibagian tubuh
yang lain, ahli forensik akan mengambil kesimpulan tertentu. Jika bagian tubuh luka
mengeluarkan darah, maka belatung menyukai darahdan berkumpul dibagian luka tersebut.
Begitu pula dikemaluan dan anus, belatung tidak menyukai bagian tersebut. Namun, juka
ada bau khusus yang menarik seperti cairan sperma dan vagina maka belatung banyak
ditemukan di daerah tersebut dan halitu dapat diidentifikasi adanya kekerasan seksual
sebelum kematian.Bahkan kecurigaan kematian akibat racun, ahli forensik akan
mengekstraksi belatung yangterdapat pada mayat dan melakukan uji racun (toksikologi).
Kepentingan Forensik Lain Dari Serangga En
tomotoksikologi
Spesies-spesies yang ada pada mayat, beberapa diantaranya menghasilkan senyawa racun
yang berasal dari serangga (entomotoksin). Toksin tersebut juga dapatdigunakan untuk
mengestimasi waktu kematian. Berdasarkan adanya racun pada serangga tersebut, maka
muncullah kajian entomotoksikologi yang mempelajari sampel toksin yang terdapat pada
serangga selama proses dekomposisi dan digunakan untuk mendeteksi adanya obat dan
berbagai macam toksin pada jaringan tubuhmayat.
Serangga yang berkolonisasi pada jasad memakan jaringan jasad sehinggasecara tidak
langsung mengkonsumsi substansi yang terdapat pada jasad. Zat – zat tersebut dapat
berupa alkohol, racun dan obat. Alkohol adalah produk normal yangdihasilkan dari proses
dekomposisi, sehingga serangga umumnya tidakdipengaruhi oleh adanya substansi
alkohol. Apabila kematian disebabkan olehracun atau obat, baik dalam maksud terapeutik
atau pembunuhan, maka akan mengakibatkan perkembangan dari serangga
Pada kasus pembunuhan dan keracunan jaringan tubuh hampir seluruhnya dimakan oleh
belatung. Belatung mempunyai kemampuan untuk
menyimpan jaringan berupa cairan toksik sehingga dapat digunakan untuk analisa toksikol
ogi.Walaupun tidak seluruh mayat dimakan oleh belatung, tetapi masih lebih baik
melakukan tes pada belatung daripada pada sisa pembusukan manusia, karena jaringan
hidup akan lebih mudah untuk di analisa toksikologinya daripada tubuh yang sudah
membusuk. Analisis serangga untuk menentukan racun atau obat dapat dilakukan pada
larva dan diptera dan coleoptera dewasa dancoleoptera exuviae.Obat
dapat mempengaruhi perkembangan dari serangga, yaitu mempercepat ataumemperlambat
perkembangan, karena itu entomologis harus memperhatikan pernyataan dari ahli
toksikologi.
TERIMAH KASIH
Daftar pustaka
file:///C:/Users/ROG/Downloads/MELOIDAE_ppt_Entomologi.pdf
file:///C:/Users/ROG/Downloads/Documents/BAB%20II_9.pdf
https://
www.academia.edu/37889753/ENTOMOLOGI_FORENSIK_DAN_ANALISIS_TANAH
http://ranselputih.blogspot.com/2014/05/entomologi-forensik.html