Anda di halaman 1dari 39

ASPEK LEGAL KEPERAWATAN

GERONTIK

By Agung Riyadi
Etika dan Hukum
• Dalam bidang geriatri,  masalah etika
(termasuk hukum) sangat penting, bahkan
diantara berbagai cabang kedokteran.
• Kane (1994) dkk menyatakan : ”…. ethic is
fundamental part of geriatrics. While it is
central to the practice of medicine it self, the
dependent nature of geriatric patients, makes
it a special concern………….”
Hal yg Perlu Diperhatikan
-Keputusan tentang mati hidup penderita.
-Apakah pengobatan diteruskan atau dihentikan.
-Apakah perlu tindakan resusitasi.
-Apakah makanan tambahan per infuse tetap diberikan
pada penderita kondisi yang sudah jelas akan
meninggal?
Aspek etika ini erat dengan aspek hokum,.
Aspek hukum penderita dgn kemampuan kognitif
yang sudah sangat rendah seperti pada penderita
dementia sangat erat kaitannya dengan segi etik.
Pengurusan harta benda penderita lansia yang tidak
mempunyai anak dan lain sebagainya
PRINSIP ETIKA PERAWATAN PADA LANSIA
(Kane et al, 1994, Reuben et al, 1996)

• Empati : ”simpati atas dasar pengertian yang


dalam”. kasih sayang dan memahami rasa
penderitaan yang dialami oleh penderita
tersebut. empati harus wajar, tidak
berlebihan, sehingga tidak memberi kesan
over-protective dan belas-kasihan. Perawat
geriatrik harus memahami proses fisiologis
dan patologik dari penderita lansia
PRINSIP ETIKA PERAWATAN PADA LANSIA
(Kane et al, 1994, Reuben et al, 1996)
• Yang harus dan yang ”jangan” : Perawatan
geriatri didasarkan pada keharusan untuk
mngerjakan yang baik untuk pnderita dan
menghindari tindakan yang menambah
penderita (harm) bagi penderita.
• Mis : upaya  pemberian posisi baring yang
tepat untuk menghindari rasa nyeri,
pemberian analgesik (kalau perlu dengan
derivat morfina) yang cukup, pengucapan
kata-kata hiburan
PRINSIP ETIKA PERAWATAN PADA LANSIA
(Kane et al, 1994, Reuben et al, 1996)

• Otonomi : yaitu seorang inidividu mempunyai


hak untuk menentukan nasibnya, dan
mengemukakan keinginannya sendiri.
• Geriatri , Dapat membuat putusan secara
mandiri dan bebas. Di Indonesia dibantu oleh
pendapat keluarga dekat. Jadi secara hakiki,
prinsip otonomi berupaya untuk melindungi
penderita yang fungsional masih kapabel.
PRINSIP ETIKA PERAWATAN PADA LANSIA
(Kane et al, 1994, Reuben et al, 1996)

• Keadilan : Perawatan geriatri harus


memberikan perlakuan yang sama bagi semua
penderita.
• Kesungguhan Hati : yaitu suatu prinsip untuk
selalu memenuhi semua janji yang diberikan
pada seorang penderita.
Prinsip Otonomi
• Penderita harus berpartisipasi dalam proses
pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan
harus bersifat sukarela.
• Keputusan harus telah mendapat penjelasan cukup
tentang tindakan atau keputusan yang akan diambil
secara lengkap dan jelas.
• Keputusan yang diambil hanya dianggap sah bila
penderita secara mental dianggap kapabel.
•  Bentuk hukum sebagai persetujuan tindakan
medik atau informed consent
ASPEK HUKUM DAN ETIKA
• Undang-undang nomor 4 tahun 1965 tentang Pemberian
bantuan bagi Orang Jompo (Lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 1965 nomor 32 dan tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia nomor 2747).
• Undang-undang Nomor 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun.
• Undang-undang Nomor 23 tentang Kesehatan.
• Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan
Lanjut Usia (Tambahan lembaran Negara nomor 3796),
sebagai pengganti undang-Undang nomor 4 tahun 1965
tentang Pemberian bantuan bagi Orang jompo
Undang-undang Nomor 13 tahun 1998
– Hak, kewajiban, tugas dan tanggung jawab
pemerintah, masyarakat dan kelembagaan.
– Upaya pemberdayaan.
– Uaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia
potensial dan tidak potensial.
– Pelayanan terhadap Lanjut Usia.
– Perlindungan sosial.
– Bantuan sosial.
– Koordinasi.
– Ketentuan pidana dan sanksi administrasi.
– Ketentuan peralihan.
Isu hukum dan etika yang sering terjadi pada hubungan
Lanjut Usia dengan keluarganya

• Pelecehan dan ditelantarkan (abuse and


neglect)
• Tindak kejahatan (crime)
• Pelayanan perlindungan (protective services)
• Persetujuan tertulis (informed consent)
• Kualitas kehidupan dan isu etika (quality of life
and related ethical issues)
Kesimpulan
• Hukum perundang-undangan terhadap lanjut usia di
Indonesia masih memiliki banyak kekurangan, mis :
• Undang-undang tentang lanjut usia (Senior Citizen’s
Act),
• Pelayanan berkelanjutan bagi lanjut usai (Continuum
of Care),
• Tunjangan pelayanan dan perawatan terhadap lanjut
usia (Medicare),
• Hak penghuni panti (Charter of Resident’s Right) dan
pelayanan lanjut usia di masyarakat.
PELAYANAN KESEHATAN LANSIA

Prinsip Pelayanan Kesehatan Lansia :

•Holistik
•Tata kerja dan tata laksana secara tim
Holistik
• Lansia harus dipandang sebagai manusia seutuhnya
(Biopsikososiospiritual)
• Vertikal : pemberi pelayanan mulai dari masyarakat
s/d tingkat tertinggi (posbindu s/d RS)
• Horizontal : pelayanan kesejahteraan secara
menyeluruh dengan lintas sektoral (dinas sosial,
agama, pendidikan dan kebudayaan)
• Harus mencakup preventif, promotif, kuratif, dan
rehabilitatif
Tata kerja dan tata laksana secara
tim
• Multidisiplin ilmu (dokter, perawat, sosio
medik) ditambah dengan rehabilitasi medik
(fisiotherapi, terapi okupasi, terapi wicara,
psikolog/psikiater, farmasi dan ahli gizi)
Pelayanan Kesehatan Dan Penyuluhan
Kesehatan Masyarakat Usia Lanjut
1.Upaya promotif, yaitu menggairahkan semangat hidup bagi
usia lanjut agar mereka tetap dihargai dan tetap berguna baik
bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat.
Upaya promotif dapat berupa kegiatan penyuluhan, dimana
penyuluhan masyarakat usia lanjut merupakan hal yang
penting sebagai penunjang program pembinaan kesehatan usia
lanjut yang antara lain adalah :
Kesehatan dan pemeliharaan kebersihan diri serta deteksi
dini penurunan kondisi kesehatannya, teratur dan
berkesinambungan memeriksakan kesehatannya ke puskesmas
atau instansi pelayanan kesehatan lainnya.
Latihan fisik yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan
dengan kemampuan usia lanjut agar tetap merasa sehat dan
segar.
Lanjutan
• Diet seimbang atau makanan dengan menu yang mengandung
gizi seimbang.
• Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa
• Membina ketrampilan agar dapat mengembangkan kegemaran
atau hobinya secara teratur dan sesuai dengan kemampuannya.
• Meningkatkan kegiatan sosial di masyarakat atau mengadakan
kelompok sosial.
• Hidup menghindarkan kebiasaan yang tidak baik seperti
merokok, alkhohol, kopi, kelelahan fisik dan mental.
• Penanggulangan masalah kesehatannya sendiri secara benar
2.Upaya preventif yaitu upaya pencegahan terhadap
kemungkinan terjadinya penyakit maupun kompilikasi penyakit
yang disebabkan oleh proses ketuaan.
Upaya preventif dapat berupa kegiatan :
Pemeriksaan kesehatan secara berkala dan teratur untuk
menemukan secara dini penyakit-penyakit usia lanjut
Kesegaran jasmani yang dilakukan secara teratur dan
disesuaikan dengan kemampuan usia lanjut serta tetap merasa
sehat dan bugar.
Penyuluhan tentang penggunaan berbagai alat bantu misalnya
kacamata, alat bantu pendengaran agar usia lanjut tetap dapat
memberikan karya dan tetap merasa berguna
Penyuluhan untuk pencegahan terhadap kemungkinan
terjadinya kecelakaan pada usia lanjut.
Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa
3.Upaya kuratif yaitu upaya pengobatan pada usia lanjut dan dapat
berupa kegiatan:
Pelayanan kesehatan dasar
Pelayanan kesehatan spesifikasi melalui sistem rujukan

4.Upaya rehabilitatif yaitu upaya mengembalikan fungsi organ yang


telah menurun. Yang dapat berupa kegiatan :
Memberikan informasi, pengetahuan dan pelayanan tentang
penggunaan berbagai alat bantu misalnya alat pendengaran dan lain
-lain agar usia lanjut dapat memberikan karya dan tetap merasa
berguna sesuai kebutuhan dan kemampuan. .
Mengembalikan kepercayaan pada diri sendiri dan memperkuat
mental penderita
Pembinaan usia dan hal pemenuhan kebutuhan pribadi , aktifitas di
dalam maupun diluar rumah.
Nasihat cara hidup yang sesuai dengan penyakit yang diderita.
Perawatan fisio terapi.
Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia
• Panti (Balai Perlindungan Sosial Tresna
Werdha)
• RS Lansia
• Posbindu
PANTI KHUSUS LANSAI (JOMPO)
• Tempat merawat dan menampung lansia
(perda, 2002)
• Tempat tinggal yg dirancang khusus untuk lanjut
usia, yg didalamnya disediakan fasilitas lengkap
yg dibutuhkan orang lanjut usia (Hurlock, 1996)
• Panti Sosial Tresna Werdha berganti menjadi
Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha (perda
no 15 th 2000)
• Panti merupakan UPT yg memberikan pelayanan
sosial bagi lanjut usia supaya mereka dapat
menikmati hari tuanya dengan cara memberikan :
– Tempat tinggal
– Makanan dan pakaian
– Pemeliharaan kesehatan
– Pengisian waktu luang (rekreasi)
– Bimbingan sosial, mental serta agama
(Depsos RI, 2003)
Keuntungan Tinggal di Panti
• Perawatan dan perbaikan wisma oleh lembaga
• Semua makanan mudah didapat dgn biaya memadai
• Perabotan dibuat untuk rekreasi dan hiburan
• Trdpt kemungkinan dgn teman seusia nya
• Menghilangkan kesepian
• Perayaan hari besar bagi yg tdk mempunyai keluarga
(Hurlock, 1996)
Kerugian Tinggal di Panti
• Biaya hidup lebih mahal
• Makanan yg kurang menarik
• Memungkinkan tidak menyenangkan karena
tinggal dengan sesama secara intens
• Letaknya seringkali jauh dari perkotaan
• Tempat tinggalnya cenderung lebih kecil dari
rumahnya
RS Lansia
• Pelayanan kesehatan lansia di masyarakat
berbasis rumah sakit
• Layanan kesehatan lansia berbasis rumah sakit
Pelayanan kesehatan lansia di
masyarakat berbasis rumah sakit
• RS membina lansia baik langsung maupun
tidak langsung melalui pembinaan puskesmas
di wilayah kerjanya “transfer of knowledge”
(lokakarya, simposium, dll)
• Sebagai sistem rujukan dari layanan kesehatan
yg ada di masyarakat
Layanan kesehatan lansia berbasis
rumah sakit
• Tingkat sederhana : hanya menyediakan
layanan poliklinik lansia
• Tingkat sedang : layanan diberikan selain
poliklinik jg siang terpadu (day hospital)
• Tingkat lengkap : ditambah bangsal lansia
dengan penyakit akut
• Tingkat paripurna : ditambah bangsal dengan
penyakit kronis
Prinsip penanganan rehabilitasi
medik pada lansia
• Penanganan berdasarkan penyakit yg
mendasari
• Hindari komplikasi immobilisasi
• Memperlihatkan dan meningkatkan motivasi
dan faktor psikologis
• Berikan dorongan untuk mobilisasi
• Cegah isolasi sosial
POSBINDU
Pos Bindu = merupakan suatu wadah mandiri
dalam pembinaan usia lanjut untuk
memudahkan usia lanjut dalam mendapatkan
pelayanan kesehatan dasar dan rujukan.

Pelayanan kesehatan di Pos Bindu meliputi 1.


pemeriksaan kesehatan fisik
2. Pemeriksaan mental emosional
KMS
Suatu alat untuk mencatat kondisi kesehatan
pribadi usia lanjut baik fisik maupun mental
emosional.

TUJUAN
Sebagai alat pencatat dan pemantau untuk
mengetahui lebih awal penyakit yang diderita
(deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan
yang dihadapi.
Komponen Posbindu :
1. Adanya proses kepemimpinan
2. Terjadinya proses pengorganisasian
3. Adanya anggota kelompok (lansia) dan
kader
4. Pendanaan
Jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan
kepada usia lanjut yaitu sbg brkt :

1. Pemeriksaan aktifitas sehari-hari


2. Pemeriksaan status mental
3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan BB &
TB
4. Pengukuran TD
5. Pemeriksaan Hb
6. Pemeriksaan gula darah
7. Pemeriksaan adanya protein dalam air seni
8. Pelaksanaan rujukan ke puskesmas bila ada
kelainan pada point 1-7
10. Penyuluhan bisa dilakukan di dalam
maupun di luar kelompok dalam rangka kunjungan
rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dgn
masalah kesehatan lansia

11. Kunjungan rumah oleh kader

12. PMT penyuluhan, contoh : menu makanan yang


cocok bagi lansia

13. Kegiatan olah raga antara lain senam usia lanjut,


gerak jalan santai, dll.
SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN
POSBINDU

1. Tempat kegiatan (gedung, ruangan,atau tempat


terbuka)
2. Meja dan kursi
3. Alat tulis
4. Buku pencatatan kegiatan (buku register bantu)
5. Kit usia lanjut, yang berisi : timbangan dewasa,
meteran pengukur tinggi badan, stetoskop, tensi
meter, peralatan laboratorium sederhana,
termometer.
6. Kartu Menuju Sehat (KMS) Usia Lanjut
7. Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan (BPPK) Usia
Lanjut
Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan Posbindu :
Sistem 5 Meja

1. Meja Pertama : pendaftaran anggota Pos


Bindu sebelum pelaksanaan pelayanan

2. Meja Kedua : pencatatan kegiatan sehari-hari


yang dilakukan usila, serta penimbangan
berat badan dan pengukuran tinggi badan
3. Meja Ketiga : pengukuran tekanan
darah, pemeriksaan kesehatan, dan
pemeriksaan status mental.

4. Meja Keempat : pemeriksaan

5. Meja Kelima : pemberian penyuluhan dan


konseling
Bahan untuk mengevaluasi keberhasilan tingkat
perkembangan kegiatan Pos Bindu:

1. Frekuensi pertemuan atau pelaksanaan


kegiatan selama satu tahun

2. Kehadiran kader

3. Cakupan pelayanan kesehatan:


-Cakupan penimbangan (BB & TB)
-Cakupan pemeriksaan laboratorium sederhana (urin
dan darah/Hb)
-Cakupan hasil pemeriksaan kesehatan
-Cakupan anggota yang ikut penyuluhan/konseling
4. Kegiatan penunjang antara lain :
- Senam lanjut usia
- Pengajian/pendalaman agama untuk
kelompok usila
- Diskusi atau pertemuan ceramah
- Rekreasi, dll.

5. Tersedianya dana untuk penyelenggaraan


kegiatan kelompok usia lanjut
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai