Anda di halaman 1dari 37

GANGGUAN HEMATOLOGI

DIAH K ARTATI
KULIAH PATOFISIOLOGI
Anemia

Klasifikasi Anemia
Diklasifikasikan menurut

1. morfologi sel darah merah dan


indeks indeksnya, atau
2. etiologi
Anemia
Klasifikasi anemia menurut morfologi

 mikro dan makro menunjukkan ukuran eritrosit ,


kromik menunjukkan warnanya.
 Dikenal tiga klasifikasi besar :
a. normositik normokrom, yaitu ukuran dan
bentuk sel-sel darah merah normal serta
mengadung hemoglobin dalam jumlah yang
normal.
b. makrositik normokrom. Makrositik berarti
ukuran sel-sel darah merah lebih besar dari
normal tetapi normokrom karena
konsentrasihemoglobinnya normal.
c. mikrositik hipokrom. Mikrositik berarti kecil,
hipokrom berarti mengandung hemoglobin
dalam jumlah yang kurang dari normal (MCV
kurang; MCHC kurang).
Anemia
Menurut etiologinya.

1. meningkatnya kehilangan sel darah merah


2. penurunan atau gangguan pembentukan
sel.

 Meningkatnya kehilangan sel darah merah


dapat disebabkan oleh perdarahan atau oleh
penghancuran sel.
 Perdarahan : trauma , perdarahan kronik
karena polip pada kolon, penyakit-penyakit
keganasan, hemoroid atau menstruasi.
 Penghancuran sel darah merah dalam sirkulasi
(hemolisis) : gangguan sel darah merah itu
yang memperpendek hidupnya atau karena
perubahan lingkungan yang mengakibatkan
penghancuran sel darah merah.
Anemia
 Klasifikasi etiologik utama yang ke dua adalah
pembentukan sel darah merah yang berkurang
atau terganggu (diseritropoiesis).
 Setiap keadaan yang mempengaruhi fungsi
sumsum tulang dimasukkan dalam kategori ini.
 Termasuk dalam kelompok ini adalah
1. keganasan yang tersebar seperti kanker
payudara, leukemia dan meltipel mieloma;
obat dan zat kimia toksik; dan penyinaran
dengan radiasi
2. penyakit menahun yang melibatkan ginjal dan
hati, penyakit-penyakit infeksi dan defisiensi
endokrin. Kekurangan vitamin B12, asam
folat, vitamin C dan besi, dapat
mengakibatkan pembentukan sel darah merah
tidak efektif sehingga menimbulkan anemia.
Anemia
Anemia Aplastik
 suatu gangguan pada sel-sel induk di sumsum
tulang yang dapat menimbulkan kematian
 Terjadi pansitopenia yaitu kekurangan sel darah
merah, sel darah putih clan trombosit.
 Secara morfologis sel-sel darah merah terlihat
normositik dan normokrom, hitung retikulosit
rendah atau hilang.

Penyebab
1. Agen antineoplastik atau sitotoksik
2. Terapi radiasi
3. Antibiotika tertentu
4. Berbagai obat seperti antikonvulsan,
pengobatan tiroid, senyawa emas dan
fenilbutazon
5. Benzen
6. Infeksi virus (khususnya virus hepatitis).
Anemia
 Kompleks gejala anemia aplastik berkaitan
dengan pansitopenia.
 Gejala-gejala lain yang berkaitan : defisiensi
trombosit dan sel darah putih.

Defisiensi trombosit mengakibatkan


1. ekimosis dan petekie
2. epistaksis (perdarahan hidung
3. perdarahan saluran cerna
4. perdarahan saluran kemih
5. perdarahan susunan saraf pusat.

 Defisiensi leukosit --> lebih mudah infeksi.


 Aplasia berat dapat mengakibatkan kematian
karena infeksi dan/atau perdarahan dalam
beberapa minggu atau beberapa bulan.
Anemia defisiensi Besi

 Secara morfologis keadaan ini diklasifikasikan


sebagai anemia mikrositik hipokrom
 Defisiensi besi merupakan penyebab utama
anemia di dunia.
 Khususnya terdapat pada wanita usia subur,
sekunder karena kehilangan darah sewaktu
menstruasi dan peningkatan kebutuhan besi
selama hamil.

Penyebab lain defisiensi besi adalah:


1. asupan besi yang tidak cukup
2. gangguan absorpsi, seperti setelah gastrektomi
3. kehilangan darah yang menetap seperti pada
perdarahan saluran cerna yang lambat karena
polip, neoplasms, gastritis, varises esofagus,
makan aspirin, dan hemoroid.
Anemia defisiensi Besi

Tanda dan gejala

a. Seperti anemia pada umumnya


b. Penderita defisiensi besi yang berat
menunjukkan tanda dan gejala:
 Rambut yang rapuh dan halus serta
 Kuku tipis, rata, mudah patah dan sebenarnya
berbentuk seperti sendok (koilonikia).
 Atropi papila lidah, tampak pucat, licin,
mengkilat, merah daging, meradang dan
sakit.
 Stomatitis angularis, sudut-sudut mulut
pecah-pecah, kemerahan, rasa sakit
Anemia defisiensi Besi
Anemia defisiensi Besi

Pemeriksaan darah

 Jumlah sel darah merah normal atau hampir


normal
 Kadar hemoglobin berkurang.
 Sediaan hapus darah perifer, eritrosit
mikrositik dan hipokrom (MCV, MCHC dan
MCH berkurang) disertai poikilositosis dan
anisositosis.
 Jumlah retikulosit mungkin normal atau
berkurang.
 Kadar besi berkurang walaupun kapasitas
mengikat besi serum total meningkat.
Anemia defisiensi Besi
Anemia Megaloblastik

 Anemia megaloblastik diklasifikasikan menurut


morfologinya sebagai anemia makrositik
normokrom.
 Anemia megaloblastik sering disebabkan oleh
defisiensi vitamin B12 dan asam folat yang
mengakibatkan sintesis DNA terganggu.
 Defisiensi mungkin sekunder karena malnutrisi,
malabsorpsi, kekurangan faktor intrinsik (seperti
terlihat pada anemia pernisiosa dan
postgastrektomi), infestasi parasit, penyakit
usus dan keganasan, serta agen kemoterapeutik.
 Individu dengan infeksi cacing pita (dengan,
Diphyllobothrium latum) akibat makan ikan
segar yang terinfeksi, cacing pita berkompetisi
dengan hospes dalam mendapatkan vitamin B12
dari makanan, yang mengakibatkan anemia
megaloblastik
Anemia Megaloblastik
 Anemia megaloblastik seringkali terlihat pada
orang tua dengan malnutrisi, pecandu alkohol,
pada remaja dan pada kehamilan di mana terjadi
peningkatan kebutuhan untuk memenuhi
kebutuhan fetus dan laktasi.
 Kebutuhan juga meningkat pada anemia
hemolitik, keganasan, dan hipertiroidisme.
 Penyakit Celiac dan sariawan tropik juga
menyebabkan malabsorpsi, dan penggunaan
obat-obat yang bekerja sebagai antagonis asam
folat juga mempengaruhi.
 Kebutuhan minimal folat setiap hari kira-kira 50
mg, mudah diperoleh dari diet rata-rata.
 Sumber yang paling melimpah adalah daging
merah (misalnya, hati dan ginjal) dan sayuran
berdaun hijau yang segar.
 Cara menyiapkan makanan yang benar juga
diperlukan untuk menjamin jumlah gizi yang
adekuat.
Anemia Megaloblastik

 Folat diabsorpsi dari duodenum dan jejunum


bagian atas, terikat pada protein plasma secara
lemah, dan disimpan dalam hati.
 Persediaan folat biasanya akan habis kira-kira
dalam waktu 4 bulan.
 Selain gejala-gejala anemia penderita anemia
megaloblastik sekunder karena defisiensi folat
tampak seperti malnutrisi dan mengalami glositis
berat (radang lidah disertai rasa sakit), diare dan
kehilangan nafsu makan. Kadar folat serum juga
menurun (<4 mg/ml).
Anemia Megaloblastik
Pemeriksaan darah
 Hitung retikulosit biasanya berkurang disertai
penurunan hematokrit dan hemoglobin.
 Apusan darah tepi : netrofil hipersegmen
Penyakit Sel Sabit

 Penyakit sel sabit adalah salah satu dari


hemoglobinopati sekunder karena kelainan
struktur homoglobin.
 Gangguan struktur terjadi pada fraksi globin dari
molekul hemoglobin, globin disusun dari dua
pasang rantai polipeptida.
 Terdapat banyak hemoglobin abnormal dengan
berbagai derajat gejala, variasinya dapat dari
tidak ada sampai sangat berat.
 Penyakit sel sabit bersifat herediter
 Keadaan heterozigot (gen abnormal diterima
hanya dari salah satu orang tua) disebut sebagai
pembawa penyakit sel sabit.
Penyakit Sel Sabit
Tanda dan gejala
 Tanda dan gejala yang timbul akibat
penyumbatan pembuluh  infark berbagai organ
 Bayi biasanya tidak menunjukkan gejala-gejala
selama 5 sampai 6 bulan, gagal menjadi besar
secara normal, gangguan pertumbuhan dan
perkembangan, sering terserang infeksi bakteri
 Limpa membesar, limpa menjadi atrofi dan tidak
berfungsi sebelum anak mencapai usia 8 tahun 
otosplenektomi.
 Kepekaan terhadap infeksi menetap selama
hidup.
 Tangan dan kaki bengkak, terasa sakit,
meradang  daktilitis
 Krisis yang menyakitkan, rekuren, melemahkan
 paling sering terserang abdomen, punggung,
dada dan sendi.
 Krisis yang diperburuk oleh infeksi atau
dehidrasi..
Penyakit Sel Sabit

 Dapat juga terjadi krisis aplastik.


 Tanda-tanda pada jantung akibat anemia, seperti
takikardia atau bising, pembesaran jantung dan
payah jantung kongestif.
 Gangguan kemampuan pemekatan urin, dan
infark berulang  nekrosis papila dan hematuria.
 Infeksi paru yang berulang dan/atau infark yang
mengganggu fungsi paru-paru.
 Infark susunan saraf pusat ('`stroke), walaupun
jarang dapat meng-akibatkan berbagai derajat
hemiplegia.
 Dijumpai tukak tungkai kronik di atas mata kaki
dan sepanjang permukaan medial tibia.
 Karena peningkatan pemecahan sel darah merah,
penderita sering ikterus dan menimbulkan
kolelitiasis (batu empedu) sekunder karena
peningkatan bilirubin.
Penyakit Sel Sabit
Penyakit Sel Sabit
Polisitemia
 Terdapat bentuk polisitemia relatif dan absolut.
 Polisitemia relatif timbul jika volume plasma
dalam pembuluh darah berkurang tetapi volume
total sel darah merah dalam sirkulasi normal,
hematokrit pada pria meningkat sampai 53% dan
pada wanita meningkat sampai 46%.
 Penyebab utamanya adalah dehidrasi :
a. peningkatan kehilangan, pemberian diuretik,
muntah yang berlebihan, luka bakar dan
demam,
b. penurunan asupan cairan
c. redistribusi cairan dari plasma ke jaringan
akibat suafu cedera.
 Bentuk lain dari polisitemia relatif adalah
pseudopolisitemia atau polisitemia akibat stres.
 Merokok sigaret dapat memperburuk
 Polisitemia absolut : keadaan massa sel darah
merah yang bersirkulasi benar-benar meningkat.
Polisitemia

Gejala-gejalanya tidak spesifik :


a. rasa "penuh di kepala" sampai sakit kepala
b. Pusing
c. sukar memusatkan pikiran
d. pandangan kabur dan pruritus (gatal-gatal)
setelah mandi.
e. Peningkatan volume dan viskositas darah
(aliran darah lambat) bersama-sama dengan
peningkatan jumlah trombosit dan fungsi
trombosit abnormal mempermudah individu
menderita trombosis maupun perdarahan.
f. Penyakit berkembang dalam masa 10 sampai
15 tahun dengan berbagai komplikasi seperti
sumsum tulang tambah fibrosis, hepatomegali
dan splenomegali; penyakit berakhir pada
keadaan di mana sumsum tulang nonproduktif
karena "kehabisan tenaga".
Polisitemia

Pemeriksaan Darah
 Pemeriksaan laboratorium menunjukkan
peningkatan hemoglobin (>18 mg), hematokrit,
dan volume darah. Hitung sel darah putih dan
hitung trombosit juga meningkat.
 Hitung retikulosit normal atau sedikit meningkat.
Polisitemia
Kelainan Leukosist

a. Gangguan sel darah putih dapat mengenai setiap


lapisan sel atau semua lapisan
b. Umumnya berkaitan dengan gangguan
pembentukan atau penghancuran dini.
c. Leukositosis menyatakan peningkatan leukosit
yang umumnya melebihi 10.000/mm3.
d. Granulositosis menyatakan peningkatan
granulosit, netrofilia merupakan istilah yang lebih
tepat
e. Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis
untuk melindungi tubuh dari serangan
mikroorganisme.
f. Bila infeksinya mereda, maka netrofil berkurang
dan monosit meningkat (monositosis).
g. Pada resolusi yang progresif, monosit berkurang
dan terjadi limfositosis (limfosit bertambah)
ringan, eosinofilia (eosinofil bertambah).
Kelainan Leukosist

h. Reaksi leukemoid menyatakan keadaan leukosit


yang meningkat disertai peningkatan bentuk
imatur yang mencapai 100.000/mm3.
i. Ini akibat respon terhadap infeksi, toksik, dan
peradangan dan juga terjadi pada keganasan,
khususnya payudara, ginjal, paru-paru, clan
karsinoma metastatik
j. Gangguan di mana terjadi peningkatan umum
dalam sel-sel pembentuk darah dinamakan
gangguan mieloproliferatif.
Kelainan Leukosist

 Netrofilia juga terjadi sesudah keadaan stres


seperti kerja fisik berat atau penyuntikan
epinefrin  "pseudoleukositosis" karena leukosit
diredistribusi, dilepaskan dari kelompok marginal
ke dalam sirkulasi, dan dapat dihitung.
 Granulopoiesis tidak dimulai di dalam sumsum
tulang  jumlahnya tidak bertambah.
 Kortikosteroid diduga meningkatkan pelepasan
granulosit dari cadangan sumsum serta
menghalangi marginasi granulosit 
mengakibatkan leukosit yang bersirkulasi
bertambah.
 Eosinofilia terjadi pada gangguan kulit seperti
mikosis fungoides dan eksema; keadaan alergi
seperti asma dan hay fever, reaksi obat dan
infestasi parasit. Eosinofilia juga ditemukan pada
keganasan dan gangguan mieloproliferatif,
seperti pada basofilia.
Kelainan Leukosist
 Monositosis ditemukan pada fase penyembuhan
infeksi dan pada penyakit granuloma kronik seperti
tuberkulosis dan sarkoidosis.
 Limfositosis menyatakanjumlah limfosit yang
meningkat. Limfosit yang diaktifkan oleh rangsang
virus atau antigen diubah bentuknya menjadi
limfosit atipik yang lebih besar. Sel-sel ini terdapat
dalam jumlah besar pada mononukleosis
infeksiosa, hepatitis infeksiosa, toksoplasmosis,
campak, parotitis, beberapa reaksi alergi seperti
penyakit serum, kepekaan obat dan limfoma
malignum
 Leukopenia menyatakan jumlah leukosit yang
menurun,
 Netropenia menyatakan penurunan jumlah absolut
netrofil.
 Netropenia dapat diakibatkan oleh pembentukan
netrofil yang tidak efektif dan gangguan
pembentukan netrofil.
Kelainan Leukosist

 Agranulositosis adalah keadaan yang serius,


ditandai oleh jumlah leukosit yang sangat rendah
dan tidak adanya netrofil.
 Obat-obat yang dikaitkan adalah mielosupresif
(menekan sumsum tulang), kemoterapeutik
 Obat yang makin banyak dan sering digunakan
seperti analgetik, antibiotika, antihistamin) mampu
menyebabkan netropenia atau agranulositosis
berat.
 Respon terhadap obat-obat berkaitan dengan dosis
atau reaksi idiosinkrasi.
 Gejala agranulositosis yang sering ; infeksi,
malaise umum (rasa tidak enak, kelemahan,
pusing, sakit otot) diikuti tukak pada membrana
mukosa, demam, dan takikardia.
 Jika tidak diobati, terjadi sepsis dan kematian.
 Menghilangkan agen penyebab sering menghambat
dan menyembuhkan
LEUKEMIA

Klasifikasi leukemia akut menurut French-American-


British (FAB)

Leukemia limfoblastik akut

 L-1  Leukemia limfositik akut pada masa kanak-


kanak: populasi sel homogen
 L-2  Leukemia limfositik akut tampak pada
orang dewasa: populasi set hete(ogen
 L-3  Limfoma Burkitt-tipe leukemia: sel-sel
besar, populast sel homogen.
LEUKEMIA

Leukemia mieloblastik akut


 M-1  Diferensiasi granulositik tanpa
pematangan
 M-2  Diferensiasi granulosilik disertai
pematangan menjadi stadium promielositik
 M-3  Diferensiasi granulositik disertai
promielosit hipergranuiar yang dikaitkan dengan
pembekuan intravaskular tersebar (Disseminated
intravascular coagulation).
 M-4  Leukemia mielomonositik akut: kedua
garis sel granulosit dan monosit
 M-5a  Leukemia monositik akut: kurang
berdiferensiasi
M-5b  Leukemia monositik akut: berdiferensiasi
baik
 M-6  Eritroblas predominan disertai
diseritropoiesis berat
 M-7  Leukemia megakariositik
LEUKEMIA

Insidens

 Pria terserang sedikit lebih banyak dibanding


wanita.
 Leukemia granulositik atau mielositik ditemukan
pada orang dewasa semua umur
 Leukemia limfositik akut lebih menyolok pada
anak-anak di bawah umur 15 tahun, dengan
puncaknya antara umur2 dan 4tahun.
 Leukemia granulositik atau mielositik kronik
paling sering terlihat pada orang berusia
pertengahan
 Leukemia limfositik kronik ditemukan pada
individu yang lebih tua.
LEUKEMIA

Etiologi
 Pengaruh genetik maupun lingkungan.
 Jarang ditemukan leukemia familial terdapat
insidens leukemia lebih tinggi dari saudara
kandung anak-anak yang terserang, insidens
meningkat sampai 20% pada kembar monozigot
(identik).
 Kelainan kromosom, seperti sindrom Down
 Faktor-faktor lingkungan kontak dengan radiasi
ionisasi disertai manifestasi leukemia yang
timbul bertahun-tahun kemudian.
 Zat zat kimia (misalnya, benzen, arsen,
kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen
antineoplastik). dikaitkan dengan frekuensi yang
meningkat, khususnya agen-agen alkil.
Kemungkinan leukemia meningkat pada
penderita yang diobati baik dengan radiasi atau
kemoterapi.
LEUKEMIA

Etiologi
 Setiap keadaan sumsum tulang hipopastik
kelihatannya merupakan predisposisi terhadap
leukemia. Agenagen virus sudah agak lama
diidentifikasikan sebagai penyebab leukemia
pada hewan. Pada awal 1980, diisolasi virus
HTLV-1 dari leukemia sel T manusia pada
limfosit seorang penderita limforna kulit dan
sejak itu diisolasi dari sampel serum penderita
leukemia sel.
Acute myeloid Leukemia (AML)
Chronic myeloid Leukemia (CML)

Anda mungkin juga menyukai