Anda di halaman 1dari 30

Bank Dan Lembaga

Keuangan Syariah

14
Modul ke:

BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT)

Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Mariyam Chairunisa, SE, M.Ak

Program Studi
Akuntansi
Pengertian
• Baitul Maal Wat Tamwil adalah kependekan kata Balai
Usaha Mandiri Terpadu atau Baitul Maal wat Tamwil,
yaitu lembaga keuangan mikro (LKM) yang beroperasi
berdasarkan prinsip-prinsip syari’ah. 
• BMT sesuai namanya terdiri dari dua fungsi utama, yaitu ;

Baitul Tamwil (Rumah


pengembangan Baitul maal (Rumah
harta) Harta)
•pengembangan •zakat,
usaha-usaha •Infak, dan
produktif •Sedekah
•investasi
Pengertian
• BMT selain berfungsi sebagai lembaga keuangan, juga
berfungsi sebagai lembaga ekonomi.
• Sebagai lembaga keuangan BMT bertugas menghimpun
dana dari masyarakat (Anggota BMT) yang memercayakan
dananya disimpan di BMT dan menyalurkan dana kepada
masyarakat (Anggota BMT) yang diberikan pinjaman oleh
BMT.
• Sebagai lembaga ekonomi, BMT Berhak melakukan
kegiatan ekonomi, seperti mengelola kegiatan kegiatan
perdagangan, industry dan pertanian.
Profil BMT

• Tujuan BMT yaitu meningkatkan kualitas usaha


ekonomi untuk kesejahteraan anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya.
• Sifat BMT yaitu memiliki usaha bisnis yang bersifat
mandiri, ditumbuhkembangkan dengan swadaya dan
dikelola secara professional serta berorientasi pada
kesejahteraan anggota dan masyarakat
lingkungannya.
Profil BMT
• Visi BMT :
“menjadi lembaga keuangan yang mandiri, sehat dan
kuat, yang kualitas ibadah anggotanya meningkat
sedemikian rupa sehingga mampu berperan menjadi
wakil  pengabdi Allah memakmurkan kehidupan
anggota pada khususnya dan umat manusia pada
umumnya”
Profil BMT
• Misi BMT :
“mewujudkan gerakan pembebasan anggota dan
masyarakat dari belenggu rentenir, jerat kemiskinan
dan ekonomi ribawi, gerakan pemberdayaan
meningkatkan kapasitas dalam kegiatan ekonomi riil
dan kelembagaanya menuju tatanan perekonomian
yang makmur dan maju dan gerakan keadilan
membangun struktur masyarakat madani yang adil dan
berkemakmuran berkemajuan, serta makmur maju
berkeadilan berlandaskan syari’ah dan rida Allah SWT”.
Profil BMT
• Fungsi BMT yaitu :
a. mengidentifikasi, memobilisasi, mengorganisir,
mendorong dan mengembangkan potensi serta
kemampuan ekonomi anggota, kelompok usaha anggota
mu’amalat (Pokusma) dan kerjanya.
b. mempertinggi kualitas SDM anggota dan Pokusma
menjadi lebih professional dan islami sehingga semakin
utuh dan tangguh menghadapi tantangan global
c. menggalang dan mengorganisir potensi masyarakat
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan anggota
Profil BMT
• Prinsip-prinsip utama BMT, yaitu ;
a. keimanan dan ketakwaan pada Allah SWT dengan
mengimplementasikan prinsip-prinsip syari’ah dan muamalah islam
kedalam kehidupan nyata.
b. keterpaduan dimana nilai-nilai spiritual berfungsi mengarahkan dan
menggerakkan etika dan moral yang dinamis, proaktif , adil dan
berakhlaq mulia.
c. Kekeluargaan
d. Kebersamaan
e. Kemandirian
f. Profesionalisme
g. Istiqomah, konsisten, kontinuitas tanpa henti & tanpa pernah putus asa.
Profil BMT
•  Ciri-ciri utama BMT :
a. Berorientai bisnis, mencari laba bersama, meningkatkan pemanfaatan
ekonomi paling banyak untuk anggota dan lingkungannya.
b. Bukan lembaga sosial tetapi dapat dimanfaatkan untuk mengefektifkan
penggunaan zakat, infak, sedekah, wakaf dan dana-dana sosial lainnya
bagi kesejahteraan orang banyak serta dapat menyelenggarakan
kegiatan pendidikan untuk memberdayakan anggotanya dalam rangka
menunjang kegiatan ekonomi.
c. Ditumbuhkan dari bawah berlandaskan peran serta masyarakat
disekitarnya.
d. Milik bersama masyarakat kecil dan bawah dari lingkungan BMT itu
sendiri, bukan milik orang seorang atau orang dari luar masyarakat itu.
Sejarah BMT di Indonesia
• Th. 1984 dikembangkan oleh mahasiswa ITB di Masjid Salman yang
mencoba menggulirkan lembaga pembiayaan berdasarkan syari’ah bagi
usaha kecil dengan nama Bait at Tamwil SALMAN.
• Selanjutnya di Jakarta didirikan Koperasi Ridho Gusti.
• Perkembangan BMT di Indonesia berawal dari berdirinya Bank Muamalat
Indonesia (BMI) pada tahun 1992, yang mana pada prakteknya BMI
dalam kegiatan operasionalnya berlandaskan nilai-nilai syariah.
• Setelah berdirinya BMI timbul peluang untuk mendirikan bank-bank yang
berprinsip syariah, namun operasionalisasi BMI kurang menjangkau
usaha masyarakat kecil dan menengah.
• Maka muncul usaha mendirikan bank dan lembaga keuangan mikro,
seperti Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dan BMT yang bertujuan
untuk mengatasi hambatan operasionalisasi di daerah.
Sejarah BMT di Indonesia
• Pengembangan BMT sendiri merupakan hasil
prakarsa dari Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil dan
Menengah (PINBUK), yang merupakan badan pekerja
yang dibentuk oleh Yayasan Inkubasi Usaha Kecil dan
Menengah (YINBUK). YINBUK sendiri dibentuk oleh
Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ketua
Umum Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia
(ICMI) dan Direktur Utama Bank Muamalat Indonesia
(BMI).
Payung Hukum BMT
Evolusi Kelembagaan
BMT

Lembaga Keuangan semi


Lembaga Keuangan
formal (Koperasi Jasa
Informal
Keuangan Syariah)

Lembaga
Keuangan Mikro
KJKS (LKM)

UU No.1 Th. 2013


(Lembaga keuangan
Mikro)
Payung Hukum BMT
Peraturan yang berkaitan dengan LKM :
UU No.1 Th. 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro.
PP No. 89 Th. 2014 tentang Suku Bungan Pinjaman
atau Imbal Hasil Pembiayaan dan Luas Cakupan Wilayah
Usaha Lembaga Keuangan Mikro.
POJK No. 13 Th. 2014 tentang Penyelenggaraan Usaha
Lembaga Keuangan Mikro.
POJK No. 14 Th. 2014 tentang Pembinaan &
Pengawasan Lembaga Keuangan Mikro.
Prosedur Pendirian
1. Perlu ada pemrakarsa, motivator yang telah mengetahui BMT.
pemrakarsa mencoba meluaskan jaringan para sahabat
dengan menjelaskan tentang BMT dan peranannya dalam
mengangkat harkat dan martabat rakyat. jika dukungan cukup
ada, maka perlu berkonsultasi dengan tokoh-tokoh
masyarakat setempat yang berpengaruh, baik yang formal
maupun yang informal.
2. Diantara pemrakarsa membentuk Panitia Penyiapan Pendirian
BMT dilokasi jamaah masjid, pesantren, desa miskin,
kelurahan, kecamatan atau yang lainnya. Jika dalam satu
kecamatan terdapat beberapa P3B, maka P3B kecamatan
menjadi koordinator P3B yang ada.
Prosedur Pendirian
3. P3B mencari modal awal atau modal perangsang sebesar Rp.
10.000.000,- sampai dengan Rp. 30.000.000,- agar BMT
memulai operasi dengan syarat modal itu. modal awal ini
dapat berasal dari perorangan, lembaga, yayasan, BAZIS,
pemda dan sumber lainnya.
4. P3B bisa juga mencari modal-modal pendiri (Simpanan pokok
Khusus/SPK semacam saham) dari sekitar 20-40 orang
dikawasan tersebut untuk mendapatkan dana urunan. Untuk
kawasan perkotaan mencapai jumlah Rp. 20 - Rp. 35 Juta,
sedangkan untuk kawasan pedesaan SPK antara 10-20 juta.
masing-masing para pendiri perlu membuat komitmen
tentang peranan masing-masing.
Prosedur Pendirian
5. Jika calon pemodal-pemodal pendiri telah ada, maka dipilih
pengurus yang ramping (3 orang, maksimal 5 orang) yang
akan mewakili pendiri dalam mengarahkan kebijakan BMT.
pengurus mewakili para pemilik modal BMT.
6. P3B atau pengurus jika telah ada mencari dan memilih calon
pengelola BMT.
7. Mempersiapkan legalitas hukum untuk usaha sebagai ;
a. KSM atau LKM dengan mengirim surat ke PINBUK
b. Koperasi simpan pinjam (KSP) syari’ah atau Koperasi serba
Usaha (KSU) unit syari’ah dengan menghubungi kepala kantor
atau dinas atau badan koperasi dan pembinaan pengusaha
kecil di ibu kota kabupaten atau kota.
Prosedur Pendirian
8. Melatih calon pengelola sebaiknya juga diikuti oleh satu orang
pengurus dengan menghubungi kantor PINBUK terdekat.
9. Melaksanakan persiapan-persiapan sarana kantor dan  berkas
administrasi yang diperlukan
10. Melaksanakan bisnis operasi BMT
Struktur Organisasi BMT
Terdiri dari :

Badan Pendiri Anggota BMT

Badan Pengawas

Badan Pengelola
Administrasi
Distribusi
Bagian

Distribusi
Pembukuan &
pengembangan
Divisi Baitul Maal

Mustahik
Pelaporan
Bagian
Struktur Organisasi Pengelola

Administrasi
Perizinan
Pemungutan
Bagian
Direktur

Pelayanan Muzaki
Operasional Layanan Nasabah
Akuntansi
Bagian
Divisi Tamwil
Pembukuan
Kasir/Teller
Administrasi

Pemasaran
Pembiayaan

Bagian
Analisis
Pembiayaan
Kegiatan Usaha BMT
Kegiatan Usaha BMT
A. Kegiatan BMT yang berhubungan dengan keuangan  dapat
berupa :
1. Setelah mendapatkan modal awal berupa simpanan pokok khusus,
simpanan pokok dan simpanan wajib sebagai modal dasar BMT,
selanjutnya BMT memobolisasi dana dengan mengembangkannya
dalam aneka simpanan sukarela dengan berasaskan akad Mudarabah
dari anggota berbentuk :
a. Simpanan biasa g. Simpanan walimah
b. Simpanan  pendidikan h. Simpanan akikah
c. Simpanan haji i.  Simpanan perumahan (pembangunan & perbaikan)
d. Simpanan umrah j. Simpanan kunjungan wisata
e. Simpanan qurban k. Simpanan Mudarabah berjangka
f. simpanan idul fitri
Kegiatan Usaha BMT
Dengan akad Wadi’ah, diantaranya :
a.Simpanan yad al-amanah, titipan dana zakat, infak dan sedekah untuk
disampaikan kepada yang berhak.
b.Simpanan yad damanah , giro yang sewaktu-waktu dapat diambil oleh
penyimpan
2. Kegiatan pembiayaan atau kredit usaha kecil bawah (Mikro) dan kecil
antara lain dapat berbentuk ;
a. Pembiayaan mudarabah, yaitu pembiayaan total dengan menggunakan
mekanisme bagi hasil
b. Pembiayaan musyarakah, yaitu pembiayaan bersama dengan menggunakan
mekanisme bagi hasil
c. Pembiayaan murabahah, yaitu pemilikan suatu barang tertentu yang dibayar
saat jatuh tempo.
d. Pembiayaan bay’ bi saman ajil, yaitu pemilikan suatu barang tertentu dengan
mekanisme pembayaran cicilan.
e. Pembiayaan qard al-hasan, yaitu pinjaman tanpa adanya tambahan
pengembalian kecuali sebatas biaya administrasi.
Kegiatan Usaha BMT
B. Kegiatan Non Keuangan BMT
Prioritas utama dari BMT adalah melakukan kegiatan bidang
keuangan, namun bila ada kesempatan dan peluang tidak ada
halangan bagi BMT untuk bergerak dalam sektor Riil. Kegiatan
tersebut antara lain :
1) Membuka usaha dagang;
2) Menyediakan jasa konsultasi bisnis, dll.
Kegiatan Usaha BMT
Berdasarkan fungsi dan jenis dana yang dikelola oleh BMT, maka
terdapat dua tugas penting BMT, yakni :
1.Penghimpunan Dana
Penghimpunan dana adalah kegiatan usaha BMT yang
dilakukan dengan kegiatan usaha penyimpanan. Simpanan merupakan
dana yang dipercayakan oleh anggota, calon anggota, atau BMT lain
dalam bentuk simpanan dan simpanan berjangka. 
Yang dimaksud simpanan adalah merupakan simpanan
anggota kepada BMT yang penyetoran dan pengambilannya dapat
dilakukan sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhannya. 
Kegiatan Usaha BMT
1. Penghimpunan Dana
Dalam PINBUK simpanan tersebut dapat digolongkan:
a) Simpanan pokok khusus Adalah simpanan pendiri kehormatan yaitu anggota
yang membayar simpanan pokok khusus minimal 20% dari jumlah modal BMT.
b) Simpanan pokok Adalah simpanan yang harus dibayar oleh anggota pendiri
dan anggota biasa ketika ia menjadi anggota. Besarnya ditentukan dalam
Anggaran Dasar BMT.
c) Simpanan wajib adalah simpanan yang harus dibayar oleh anggota pendiri dan
anggota biasa secara berkala. Besar dan waktu pembayarannya ditentukan
dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
d) Simpanan Sukarela adalah simpanan anggota selain simpanan pokok khusus,
simpanan pokok dan simpanan wajib. Simpanan sukarela dapat disetor dan
ditarik sesuai dengan perjanjian yang diatur dalam Anggaran Rumah Tangga
dan aturan khusus BMT. 
Kegiatan Usaha BMT
1. Penghimpunan Dana
Simpanan sukarela terdiri dari 2 macam akad :
1) Simpanan Sukarela dengan akad dhomanah yaitu simpanan dengan
berupa titipan wadi’ah anggota pada BMT.
2) Akad Mudarabah yaitu simpanan bagi hasil di mana si penyimpan
mendapat bagi hasil dari keuntungan yang diperoleh BMT sesuai
kesepakatan nisbah bagi hasil dan ikut menanggung kerugian bila BMT
mengalami kerugian.
Simpanan sukarela dibedakan menjadi :
1. Simpanan sukarela biasa yaitu simpanan yang bisa ditarik sewaktu-
waktu sesuai aturan yang ditetapkan.
2. Simpanan sukarela berjangka yaitu simpanan yang hanya bisa ditarik
pada waktu yang telah disepakati.
Kegiatan Usaha BMT
2. Penyaluran Dana
 Dana yang dikumpulkan dari anggota harus disalurkan dalam bentuk
pinjaman kepada anggotanya.
 Terdapat berbagai jenis pembiayaan yang dikembangkan oleh BMT,
yang semuanya itu mengacu pada dua jenis akad, yakni: akad tijarah
dan akad syirkah.
 Penggalangan dana BMT disalurkan untuk sektor perdagangan,
industri rumah tangga, pertanian, peternakan, perikanan, konveksi,
kontruksi, percetakan, dan jasa.
 Sedangkan pola angsuran dapat berdasarkan pada angsuran harian,
mingguan, dua mingguan, bulanan, serta pada saat jatuh tempo.
Prinsip-Prinsip dalam BMT
1. Prinsip Bagi Hasil
yakni dengan konsep Al-Mudharabah, Al-Musyarakah, Al-Muzara’ah, dan Al-Musaqah.
2. Sistem Balas Jasa
Sistem ini merupakan suatu tata cara jual beli yang dalam pelaksanaannya BMT
mengangkat nasabah sebagai agen yang diberi kuasa melakukan pembeli barang
atas nama BMT, dan kemudian bertindak sebagai penjual, dengan menjual barang
yang telah dibelinya dengan ditambah markup. Sistem balas jasa yang dipakai
antara lain berprinsip pada Ba’Al-Murabahah, Ba’As-Salam, Ba’Al-Istishna, dan
Ba’bitstaman Ajil.
3. Prinsip non Profit
Prinsip ini disebut juga dengan pembiayaan kebajikan, prinsip ini lebih bersifat sosial
dan tidak profit oriented. Sumber dana untuk pembiayaan ini tidak membutuhkan
biaya (non cost of money) tidak seperti bentuk-bentuk pembiayaan tersebut di
atas. Bentuk produk prinsip ini adalah pembiayaan Qardhul Hasan.
Strategi Pengembangan BMT

1. Optimalisasi SDM yang ada di BMT


2. Strategi pemasaran yang lebih meluas
3. Inovasi produk sesuai dengan kebutuhan
masayarakat
4. Fungsi partner BMT perlu digalakkan,
bukannya menjadi lawan
5. Evaluasi bersama BMT
Terima Kasih
Mariyam Chairunisa, SE, M.Ak

Anda mungkin juga menyukai