Anda di halaman 1dari 17

ANTI-VEGF TREATMENT IS THE KEY STRATEGY FOR

NEOVASCULAR GLAUCOMA MANAGEMENT IN THE SHORT


TERM

PENGOBATAN ANTI-VEGF ADALAH STRATEGI UTAMA UNTUK


MANAJEMEN GLAUKOMA NEOVASKULAR DIJANGKA
PENDEK

PEMBIMBING:
DR. RINANTO PRABOWO, SP.M, M.SC

DISUSUN OLEH:
FIKRANAYA SALIM (112017138)
MARIA ROSARIO ANGELINA MELLA (112017246)
RESUME
• Tujuan: untuk mempertahankan fungsi visual dan melengkapi fotokagulasi pan-
retina (PRP) dengan pengobatan faktor pertumbuhan endotel anti-vaskular (anti-
VEGF) dan operasi anti-glaukoma .
• Metode: Penelitian ini mencakup serangkaian kasus prospektif dan intervensi.
Diagram alur proses dirancang untuk manajemen NVG. Total 50 pasien (51 mata)
dengan NVG. Dari jumlah tersebut, 43 pasien (44 mata) menyelesaikan proses
perawatan. Pasien dibagi menjadi kelompok oklusi vena sentral (CRVO) dan
kelompok retinopati diabetik proliferatif (PDR) sesuai dengan diagnosis aslinya.
Tekanan intraokular (TIO), fungsi visual, status iris dan neovaskularisasi sudut
dicatat sebelum dan sesudah perawatan.
RESUME
• Hasil: Pasien di follow up selama 6-30 bulan (rata-rata 12,2 bulan). TIO 44 pasien secara
efektif dikontrol dan menurun secara signifikan setelah perawatan (16,68 ± 4,69 mmHg)
dibandingkan sebelum pengobatan (42,59 ± 9.44 mmHg, P <0,05). 39 mata menunjukkan TIO
terkontrol (≤21 mmHg) setelah perawatan. Ketajaman visual meningkat, sampai batas
tertentu, di 32 mata (72,9%), dan 12 mata (27,3%) memiliki ketajaman visual yang lebih baik
dari 0,1. Tidak ada perbedaan TIO yang signifikan antara kelompok PDR dan CRVO pada akhir
masa pengobatan (P = 0,8657), tetapi ketajaman visual pada kelompok PDR jauh lebih baik
daripada kelompok CRVO (P = 0,0079).
• Kesimpulan: Terapi komprehensif untuk NVG dapat secara efektif mengontrol TIO dan
mempertahankan fungsi visual pada pasien dengan injeksi anti-VEGF dan operasi anti-
glaukoma.
PENDAHULUAN (GLAUKOMA
NEOVASKULAR)

Retinopati DM & merangsang terbentuk


Oklusi Vena Retina Iskemia retina VEGF pembuluh darah yang
Sentral (CRVO) rapuh (neovaskularisasi).

TIO meningkat dan


Aliran akuos Menutup sudut bilik
bisa terjadi Bila mencapai iris
terganggu mata
kebutaan
METODE

Desain penelitian Penelitian prospektif

Tempat dan Waktu • 1 Januari 2010 – 31 desember 2012


• Departemen oftalmologis, Rumah Sakit Rakyat
Universitas Peking

• Kriteria inklusi untuk pasien


o NVG disebabkan oleh penyakit pembuluh darah retina,
• TIO ≥ 24 mmHg,
• Iris dan neovaskularisasi sudut, sudut terbuka atau tertutup.
METODE
Total 43 pasien (44 mata)
• Pasien Laki-laki 29 (30 mata) &
• Penurunan TIO Perempuan 14 (14 mata)

• Injeksi anti VEGF intraokular


• Operasi anti glaukoma
dengan/tanpa fakoemulsi
atau vitrektomi 19 pasien CRVO (19 mata) 24 pasien PDR (25 mata)
• Fotokoagulasi pan retina
HASIL
HASIL
KOMPLIKASI PEMBEDAHAN DAN
TATALAKSANA
• Perdarahan terjadi pada semua pasien yang sebelumnya mendapat trabekulektomi dan
dilakukan iridoktomi.
• Perdarahan masif tidak terjadi pada hasil pengobatan anti VEGF sebelum operasi.
• 7 mata (17.9% dari 39 mata yang mendapat trabekulektomi didapatkan COA dangkal dan
terlepasnya koroid) kondisi ini pulih 7-10 hari setelah operasi dengan steroid topikal dan
siklopegik. Dilakukan pemijatan 7-10 hari post operasi ketika KOA terbentuk dan pelepasan
koroid sudah pulih.
• 7 mata terdapat perdarahan KOA yang berkurang perlahan-lahan dalam 1 minggu setelah operasi
KOMPLIKASI PEMBEDAHAN DAN
TATALAKSANA
• Pada pasien dengan implantasi katup glaukoma terdapat 1 kasus hifema pulih dalam 2 minggu
• Pemijatan bola mata dilakukan pada 5 kasus dalam hari pertama setelah dilakukan
trabekulektomi (akibat peningkatan TIO) karena terdapat perdarahan kecil pada jalur filtrasi
• Bleb filtrasi tidak terlihat pada 19 (48.7%) mata setelah 3 bulan operasi dan 7 (17.9%) mata
dengan peningkatan TIO yang tidak terkontrol mendapatkan implantasi katup untuk kedua
kalinya.
PERBANDINGAN KELOMPOK CRVO DAN
KELOMPOK PDR
CRVO PDR
• TIO awal 45,58 ± 8,15 mmHg • TIO awal 41,04 ± 8,95 mmHg
• TIO setelah tindak lanjut terakhir 17,53 ± 5,21 • TIO setelah tindak lanjut terakhir 16,04 ± 4,25
mmHg mmHg
• Pem. Visus : • Pem. Visus :
• NLP– CF : 10 mata • NLP– CF : 8 mata
• 0.01 – 0.09 : 8 mata • 0.01 – 0.09 : 12 mata
• > 0.1 : 1 mata • > 0.1 : 5 mata

• Pem. Visus setelah tindak lanjut akhir • Pem. Visus setelah tindak lanjut akhir
• NLP– CF : 3 mata • NLP– CF : 3 mata
• 0.01 – 0.09 : 15 mata • 0.01 – 0.09 : 10 mata
• > 0.1 : 1 mata • > 0.1 : 12 mata

Pada kelompok PDR, ketajaman visual setelah perawatan lebih baik daripada ketajaman visual pada kelompok
CRVO, dan ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara kedua kelompok (uji chi-squared, x2 = 9,669, P
<0,05).
Pria 53 tahun dengan penglihatan kabur pada mata kanan selama 6 bulan dan rasa sakit selama
12 hari.
PF : visus OD (gerakan tangan), TIO 36 mmHg, edema kornea OD & neovaskularisari iris. Refleks
Kasus cahaya lambat. Pemeriksaan fundus : Perdarahan vitreus dan retina.
Diagnosa : CRVO dengan NVG OD
1 Terapi : injeksi avastin intraokular 1.25 mg pada mata kanan, namun TIO 42 mmHg, dilakukan
trabekulektomi 13 hari kemudian dan PRP dilakukan mulai hari ke 10 setelah operasi sampai 6
minggu setelah operasi.
Pada follow up 24 bulan setelah pasien pulang visus OD 0.03 dan TIO OD 18 mmHg. Pengobatan
penurun TIO tidak diberikan setelah 24 bulan.
Wanita 46 tahun dengan riwayat diabetes selama 2 bulan mengalami penurunan ketajaman penglihatan
selama 1 bulan
Kasus PF : visus OS 0.03, TIO 45 mmHg, tampak edema kornea dan neovaskularisasi iris. Refleks pupil lambat.
Pemeriksaan fundus : tampak eksudat dan bintik-bintik perdarahan pada retina.
2 Diagnosis : PDR dengan NVG OS
Terapi : injeksi avastin intraokular 1.25 mg pada mata kiri, TIO 38 mmHg, dilakukan trabekulektomi 4 hari
kemudian, setelah itu kornea kembali jernih. PRP dilakukan 3 kali dengan total 3000 titik. Pada akhir
follow up 10 bulan setelah pemulangan pasien ketajaman penglihatan OS 0.05 dan TIO OS 20mmHg.
Tidak diberikan pengobatan penurun TIO
DISKUSI

• Tujuan utama pengobatan ini untuk menurunkan TIO dan menjaga fungsi penglihatan pasien
• Pengobatan anti VEGF menekan neovaskularisasi pada sudut iris dan KOA yang memberikan kondisi
optimal untuk pembedahan intraokular
• Pembedahan anti glaukoma dengan atau tanpa fakoemulsifikasi atau vitrektomi berkontribusi untuk
membuat kondisi yang dibutuhkan untuk penyelesaian PRP
• Pada studi ini, 93.2% pasien mencapai penglihatan yang stabil atau membaik.
DISKUSI

• 3 mata diantaranya mengalami penurunan visus.


• 12 mata memiliki ketajaman penglihatan ≥ 0.1 setelah pengobatan. Hasil ini signifikan pula pada pasien
dengan ketajaman penglihatan ≤ 0.1 dan pasien dengan salah satu mata yang buta.
• Terdapat 5 mata yang NLP pada saat didiagnosis, tetapi 3 dari 5 mata mencapai ketajaman penglihatan
yang membaik setelah pengobatan
• TIO terkontrol dengan baik pada semua pasien di studi ini
KESIMPULAN

• Regimen terapi komprehensif untuk NVG yang bertujuan untuk memelihara fungsi visual,
Complete PRP sebagai tujuannya, dan terapi anti-VEGF dan pembedahan anti-glaukoma
sebagai sarana utama dapat secara efektif mengontrol TIO dan mempertahankan sebagian
dari fungsi penglihatan pasien.
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai