Anda di halaman 1dari 19

AKUNTANSI MANAJEMEN DAN BIAYA

“SISTEM PERHITUNGAN BIAYA UNTUK


PRODUK GABUNGAN DAN SAMPINGAN”

KELOMPOK 4:
• AMAR ABDILLAH
• EXY NADIA DINDA PUTRI
• FAISAL CANIAGO
• LASTRI WIRANDANI
• NINA DESWITA
• SAMUEL SITOHANG
• SETIONO
DEFINISI PRODUK GABUNGAN DAN
SAAMPINGAN

Sebelum membahas produk gabungan dan produk sampingan maka


harus membahas biaya bersama terlebih dahulu karena pembagian
produk menjadi produk bersama dan produk sampingan bersumber dari
biaya bersama.
Biaya bersama dapat diartikan sebagai biaya overhead bersama yang
harus dialokasikan ke berbagai departemen, baik dalam perusahaan yang
kegiatan produksinya berdasarkan pesanan ataupun secara massa.
Biaya Produk bersama juga bisa diartikan sebagai biaya yang
dikeluarkan sejak saat mula-mula bahan baku diolah sampai dengan saat
berbagai macam produk dapat dipisahkan identitasnya. Biaya produk
bersama ini terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya
overhead pabrik.
Biaya produk bersama muncul dari produksi secara simultan atas
berbagai produk dalam proses yang sama. Ketika dua atau tiga produk
di produksi dari sumber daya yang sama maka akan terbentuk biaya
gabungan. Biaya gabungan terjadi sebelum titik pisah (split-off). Titik
pisah adalah saat dihasilkannya dua atau lebih produk bersama,
dimana pada saat itu produk bersama bisa langsung dijual atau
diproses lebih lanjut.
PRODUK GABUNGAN

Suatu produk yang di produksi secara bersamaan


melalui suatu proses atau serentetan proses umum,
dimana setiap produk yang dihasilkan memiliki lebih dari
nilai nominal, dalam bentuk sesuai dengan hasil proses
tersebut.
KARAKTERISTIK PRODUK GABUNGAN

• Produk utama yang dihasilkan dari produk gabungan


merupakan tujuan utama pengolahan produk
• Harga jual produk utama lebih tinggi
• Produk gabungan tidak dapat dihindari untuk tidak
menghasilkan produk tertentu.
MANFAAT MENGHITUNG ALOKASI BIAYA
DALAM PRODUK GABUNGAN

• Menghitung harga pokok dan menentukan nilai persediaan untuk


tujuan pelaporan keuangan internal dan eksternal.
• Menilai persediaan untuk tujuan asuransi.
• Menentukan nilai persediaan jika terjadi kerusakan terhadap nilai
barang yang rusak.
• Biaya bahan yang hancur.
• Menetukan biaya departemen atau divisi untuk tujuan pengukuran
kinerja eksekutif.
• Pengaturan tarif karena adanya sebagian produk atau jasa yang
diproduksi dikenakan peraturan harga.
• Mengetahui besarnya kontribusi masing-masing produk bersama
terhadap total pendapatan perusahaan.
• Mengetahui seluruh biaya produksi yang dibebankan ke masing-
masing produk bersama
SISTEM PERHITUNGAN BIAYA UNTUK
PRODUK GABUNGAN
Dalam perusahaan manufaktur diperlukan alokasi
biaya dalam proses produksi untuk menentukan nilai
persediaan dan besarnya laba serta laporan keuangan
serta laba dan evaluasi kinerja.

Perhitungan Job Order Costing


Penentuan Biaya (berdasarkan pesanan)
Produk Gabungan Proces Costing
(berdasarkan proses)
Contoh 1 :

PT TRIRASA SUKSES sebagai perusahaan yang bergerak dalam


bidang pengolahan daging sapi. Perusahaan memproduksi tiga jenis
produk utama, yaitu bakso,sosis, dan burger kemasan. Dalam
rangkaian aktivitas untuk memproses produk-produk tersebut,
perusahaan mengeluarkan biaya gabungan sebesar Rp. 16.000.000.
harga jual per unit kemasan untuk bakso Rp. 1.000, sosis Rp. 1.500,
dan burger Rp. 1.750. Jumlah unit kemasan yang dihasilkan untuk
bakso sebanyak 5.000 kemasan, sosis sebanyak 7.000 kemasan, dan
burger sebanyak 6.000 kemasan.
Penyelesaian :

Nilai Penjualan
Harga
Produk Jumlah
jual per Alokasi Biaya
Gabung Unit
unit (satuan rupiah) % Gabungan
an Kemasan
kemasan

(1) (2) (3) (4)=(2)x(3) (5) = % x biaya gab.


Bakso 5.000 unit Rp. 1.000 Rp. 5.000.000 19% Rp. 3.040.000
Sosis 7.500 unit Rp. 1.500 Rp. 11.250.000 42% Rp. 6.720.000
Burger 6.000 unit Rp. 1.750 Rp. 10.500.000 39% Rp. 6.240.000

18.500 unit Rp. 26.750.000 100% Rp. 16.000.000


Contoh 2 :

PT BUMI SUKSES PERTIWI sebagai perusahaan tambang minyak


yang menghasilkan beberapa jenis produk utama, yakni gasolin,
bensin, kerosin, minyak pelumas, dan minyak bakar. Oleh karena
produk-produk yang dihasilkan memiliki satuan unit yang berbeda,
maka perlu adanya konversi menjadi satuan unit yang sama, yaitu
barel. Jumlah barel dari gasolin, bensin, kerosin, minyak pelumas,
dan minyak bakar yang dihasilkan adalah 8.700, 1.400, 3.200, 900,
dan 15.600, dengan total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp.
25.000.000.
Penyelesaian :

Jumlah Produk
Produk Alokasi Biaya Gabungan
Barel %
(1) (2) (4) = (3) x Biaya Gabungan
Gasolin 8.700 29,2 % Rp. 7.300.000
Bensin 1.400 4,7 % Rp. 1.175.000
Kerosin 3.200 10,7 % Rp. 2.675.000
Minyak Pelumas 900 3% Rp. 750.000
Minyak Bakar 15.600 52,4 % Rp. 13.100.000
29.800 100 % Rp. 25.000.000
Produk Bakso
(Rp. 3.040.000)

Harga
Biaya Gabungan Produk Sosis Jual
(Rp. 16.000.000) (Rp. 6.720.000) Pasar

Produk Burger
(Rp. 6.240.000)
PRODUK SAMPINGAN
Salah satu atau beberapa jenis produk yang dihasilkan
dari proses secara simultan tetapi nilainya relatif kecil jika
dibandingkan dengan produk utama

Produk sampingan dikategorikan sebagai produk laku juala


apabila :
• Siap dijual setelah dilakukan pemisahan dengan produk
utama tanpa proses lebih lanjut.
• Yang memerlukan proses lebih lanjut setelah dilakukan
pemisahan dengan produk utama sebelum siap dijual.
• Yang siap dijual setelah dilakukan pemisahan dengan
produk utama namun memerlukan proses lebih lanjut agar
dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi.
KARAKTERISTIK PRODUK SAMPINGAN

• Produksi sampingan yang dapat dijual setelah terpisah dari produk


utama, tanpa memerlukan pengolahan lebih lanjut.
• Produk sampingan yang memerlukan proses pengolahan lebih
lanjut setelah terpisah dari produk utama
Asal mula produk sampingan:
• Muncul dari pembersihan produk utama (bisa bernilai, atau bisa
menjadi sampah). Contoh gas dan tar dalam produksi arang, serbuk
gergaji di tempat penggergajian.
• Muncul dari proses persiapan bahan baku sebelum digunakan
dalam proses produksi produk utama. Contoh pemisahan biji kapas
dari kapas, pemisahan kulit dari biji coklat.
Klasifikasi produk sampingan menurut dapat dipasarkannya produk
pada titik pisah batas:
• Dijual dalam bentuk asalnya tanpa diproses lebih lanjut.
• Butuh proses lebih lanjut agar dapat dijual.
• Perlakuan produk sampingan dengan metode ini
:
+ Pendapatan non operasional
+ Pedapatan penjualan
- Beban pokok penjualan
- Biaya Produksi
Contoh:
1. Penjualan produk sampingan sebagai penambah pendapatan
non operasional :
Penjualan :
Penjualan produk utama 15.000 unit x 3.000 Rp. 45.000.000

Beban pokok penjualan :


Biaya Produksi 20.000 unit x 2.000 Rp. 40.000.000
Persediaan akhir 5.000 unit x 2.000 (Rp. 10.000.000)(Rp.30.000.000)
Laba Kotor (Rp. 15.000.000)

Beban Operasional
Beban adm dan pemasaran (Rp. 4.250.000)
Laba operasional (Rp. 10.750.000)

Pendapatan/beban non operasional


Penjualan produk sampingan (Rp. 3.500.000)
Laba bersih (Rp. 14.250.000)
2. Penjualan produk sampingan sebagai penambah
pendapatan penjualan :

Penjualan :
Penjualan produk utama 15.000 unit x 3.000 Rp. 45.000.000
Penjualan produk sampingan Rp. 3.500.000

Penjualan bersih
Beban pokok penjualan
Biaya produksi 20.000 unit x 3.000 Rp. 40.000.000
Laba kotor 5.000 unit x 3.000 (Rp.10.000.000) (Rp.30.000.000)
Laba kotor (Rp. 18.500.000)

Beban operasional
Beban adm dan pemasaran (Rp. 4.250.000)
Laba bersih (Rp. 14.250.0000
3. Penjualan produk sampingan sebagai pengurangan beban
pokok penjualan :

Penjualan:
Penjualan produk utama 15.000 unit x 3,000 Rp. 45.000.000

Beban pokok penjualan :


Biaya produksi 20.000 unit x 2.000 Rp. 40.000.000
Persediaan akhir 5,000 unit x 2.000 Rp. 10.000.000
Penjualan produk sapingan Rp. 3.500.000
Beban pokok penjualan (bersih) Rp. 26.500.000
Laba kotor Rp. 18.500.000

Beban operasional
Beban adm dan pemasaran Rp. 4.250.000
Laba bersih Rp. 14.250.000

Anda mungkin juga menyukai