Anda di halaman 1dari 19

HO-9

REFLEKSI FILSAFAT DAN


REFLEKSI PANCASILA
I. REFLEKSI FILSAFATI

Kata REFLEKSI dalam ungkapan refleksi filsafati adalah dalam


kualifikasinya sebagai ”kata kerja”, yang dimaksud dengan
ungkapan tersebut adalah refleksi suatu objek yang berupa
pengetahuan (knowledge) tertentu, dengan mengikuti kaidah-
kaidah filsafat, untuk mengetahui
konsep ontologik yang merupakan sumber-generik
dari tiap sila dari Pancasila, dan inter-relasinya
konsep antarsila.
PANCASILA
Pancasila adalah Fondamen Negara Indonesia Merdeka
Digali oleh Bung Karno dengan menggunakan
pendekatan Historis Materialisme;
1. “Kebangsaan Indonesia” (Nasionalisme), sebagai antitesis dari
imperialisme;
2. “Internasionalisme”, sebagai antitesis dari chaovinisme (yang melekat
pada Nasionalisme dalam alam kapitalisme);
3. “Dasar perwakilan dan permufakatan” (demokrasi), karena dasar
tersebut bartahan sebagai tesis yang masih berlangsung;
4. “Kesejahteraan Umum atau Keadilan Sosial”, sebagai antitesis dari
kapitalisme;
5. “Ketuhanan”, karena merupakan tesis yang masih terus berlangsung, dan
tidak akan terkena imbas dari kolonialisme penjajah.
REFLEKSI FILSAFATI
Ketuhanan yang Maha Esa;

1. Faham mengenai relasi vertikal antara manusia


dan Tuhan.
2. Realitas warganegara Indonesia memeluk
berbagai agama, maka pada tempatnyalah
Pancasila sebagai dasar didirikan- nya negara
mencukupkan diri dengan menunjuk pada predikat
“Yang Maha Esa” sebagai hakikat “Tuhan”;
3. Mantikan (berfikir logik) Eksistensi Alam Semesta,
disingkat - MEAS; Ada 3 Tesis Ontologik yang
terkandung dalam MEAS, yakni;

Tesis I: Teori tentang Eksistensi;


Dalam alam semesta, tidak ada satu fenomenapun yang
mandiri berdiri sendiri, terlepas dari fenomena lain;

Tesis II: Teori tentang “ada”;


Ada itu memberi: sama benarnyaq dengan pernyataan
“tidak ada itu tidak memberi”; memang sesuatu yang
tidak ada, tidak mungkin memberi. Jadi “ada itu
memberi” adalah evidensi;
Tesis III: Teori tentang kebenaran;
Suatu pendapat adalah benar, hanya apabila ia
bersesuaian dengan segenap relasi yang berkaitan
dengannya; apabila tidak, maka ia nir-benar.
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab;
Menunjukkan karakter yang ideal dari manusia, dengan makna
ontologik bahwa antar manusia terjalin relasi saling tergantung;
meniscayakan interaksi yang berkualifikasi tipikal, “saling
memberi”;

Persatuan Indonesia;
Persatuan yang terbentuk dari rakitan organik pada tiap jenjang dari
keorganisasian manusia dalam kebersamaan hidupnya; Berpadanan
dengan loyalitas manusia pada lingkup lingkungan dari tiap
jenjang.
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah
Kebijaksanaan dalam Permusyaratan
Perwakilan;
Faham Demokrasi sekaligus Prosedur Demokratik Pengambilan
Keputusan menunjuk pada faham sistem pemerintahan dari, oleh, untuk
rakyat dengan tujuan terwujudnya keinsyafan keadilan rakyat, melalui
proses yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan-
perwakilan.

Faham Demokrasi terdiri dari;


Memuat secara eksplisit sistem pemerintahan demokratis;
Pencapaian tujuan termaksud dipersyaratkan melalui prosedur
permusyawaratan perwakilan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan.
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia;

Keseimbangan antara kewajiban dan hak antar subjek-jamak


yang berinteraksi secara berpasangan (dalam tiap interaksi
terjadi tindak memberi dari manusia yang satu kepada
manusia yang lain
yang berinteraksi dengannya).
INTEGRASI LIMA SILA
DALAM PANCASILA
Kemanusiaan yang Adil
dan Beradab
Ketuhanan Yang 2
Maha Esa 1

Kerakyatan yang Dipimpin


Persatuan Oleh Hikmat Kebijaksana-an
Indonesia 3 4
dalam Permusyawara-tan
Perwakilan

Keadilan Sosial bagi Seluruh


Rakyat Indonesia.
II. REFLEKSI PANCASILA
Refleksi Sila Pertama
“KETUHANAN YANG MAHA ESA”

1. Yang dipersoalkan bukan “Siapa itu Tuhan”, tapi lebih


melihat kepada “Atribut” Yang Maha Esa;
2. Bahwa Individu, Keluarga, Masyarakat (agraris dan
lainnya) sangat bergantung kepada kekuatan di kluar
dirinya;
3. Indonesia bukan negara agama, dan negara sekuler,
melainkan negara berdasarkan Ketuahanan Yang Maha
Esa;
4. Para pendiri negara telah menciptakan konsep negara
ketiga, selain negara agama dan sekuler, ada negara
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Lanjutan
Teridentifikasi konsep:
1. Mantikan (berfikir logik) tentang Eksistensi Alam
Semesta (the logic of the exintence of the universe),
disingkat dengan MEAS;
2. Tiga tesis-0ntologik yang terkandung di dalam MEAS;
a. Tesis I: Teori tentang Eksistensi;
b. Tesis II: Teori tentang “ada”;
c. Tesis III: Teori tentang kebenaran.
Refleksi Sila Kedua
“KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB”

1. Bandingkan konsep hak asasi manusia yang bermuara pada


gagasan “manusia bebas sempurna (John Locke)” atau
“manusia pekerja (Karl Mark)”;
2. Menurut John Locke, manusia lahir bebas sempurna,
sehingga tidak ada satu orangpun berkuasa atas diri orang
lain, kecuali yang nyata-nyata mendapat petunjuk dan yang
Maha Kuasa;
3. Terindikasi konsep “siapa manusia itu” ; Manusia adalah
manusia individu sekaligus makhluk sosial;
Lanjutan

Dari konsep manusia ini secara deduktif teralir


beberapa konsep;
1. Interelasi antar manusia, dan antara manusia dengan
lingkungannya; Saling bergantung;
2. Interaksi antar manusia, dan antara manusia dengan
lingkungannya; Saling membri (dalam tataran budaya,
dikenal dengan faham; “kekeluargaan”;
3. Tugas hidup manusia; peduli memberi kepada
lingkungan.
Refleksi Sila Ketiga
“PERSATUAN INDONESIA”
Terindikasi konsep;
1. Interelasi antara manusia dan fenomena lain, berwujud
loyalitas menusia kepada lingkungannya;
2. “Kebangsaan Indonesia” yang tersusun oleh loyalitas
manusia secara berjenjang; dimulai dari loyal kepada
Keluarga, Sukubangsa, Bangsa,Ummat manusia, dan yang
paling Utama loyal kepada Tuhan;
3. Tiap jenjang loyalitas berkualifikasi sebagai persatuan.
Refleksi Sila Keempat
“KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAH KEBIJAK-
SASAAN DALAM PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN”

Terindikasi konsep;
1. “Masyarakat”; relasi saling bergantung antara masyarakat dan
warganya; melahirkan relasi saling memelihara eksistensi pihak
lain;
2. “Musyawarah untuk mufakat”; bentuk saling memberi informasi
antara warga dan masyarakat, melalui proses integrasi dua
tingkat, yang oleh para pujangga leluhur dirumuskan menjadi;
kemasyarakat yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan;
3. Saling memberi informasi antara negara dan rakyat tersebut,
sekaligus mengungkapkan bahwa hal dimaksud merupakan
faham demokrasi.
Refleksi Sila Kelima
“KEADILAN BAGI SELURUH RAKYAT
INDONESIA”
Terindikasi konsep;
1. Kewajiban dan Hak Manusia (KHM);
2. Secara alami dan original adalah “kewajiban” sedangkan
“hak” adalah derivasi dari “kewajiban”;
3. Hakikat dari hak adalah “relasi”, bukan barang jadi;
4. Baik kewajiban maupun hak tidak bersifat asasi.
Lanjutan
Keadilan yang bercirikan “empat”;
1. Subjek-jamak, berinteraksi serentak (simultan);
2. Bahan baku dari keadilan adalah; hasil tuaian kewajiban
dari para subjek;
3. Sifat keadilan adalah fungsional;
4. Melalui relasi satu – banyak; keadilan sosial tiap saat
terwujud;
Interelasi antar konsep yang terkandung di dalam kelima sila
“terkerangkai” oleh tiga tesis ontologik yang terkandung di
dalam MEAS (Mantikan tentang Eksistensi Alam Semesta)
dengan seluruh isinya; membentuk sistem Filsafat
Pancasila.
BERSAMBUNG

Anda mungkin juga menyukai