Anda di halaman 1dari 21

Nama Kelompok :

Rizka Octaviana P07120218022


Purwanti Nur Indah Sari P07120218027
KELOMP Nuha Vermarina P07120218005
OK 2 Titalia Aurelie Nur Cahyani
P07120218025
Paschana Kurnia An-Nafisati
P07120218041
Vira Zahra Alkharis P07120218006
Nur Rahma Heranti P07120218047

Reformasi Kesehatan
Bidang Sarana dan
Prasarana
A
Kebijakan Pemerintah
Republik Indonesia terkait
penyediaan Sarana dan
Prasarana penanganan
COVID-19
Merespons pernyataan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
yang telah menetapkan virus corona sebagai pandemi dunia,
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan telah
bergerak dan berupaya menangani virus corona dengan
menyediakan sarana dan prasarana yang dapat menunjang
penanganan virus corona ini seperti stok alat uji laboratorium
sebanyak 10.000 kit untuk pemeriksaan spesimen
virus corona baik untuk pasien dalam pengawasan (PDP) maupun
untuk pasien positif corona, 15 juta masker, alat pelindung diri
(APD) dan goggle untuk petugas medis.
Kementerian Keuangan telah menambah anggaran Rp 1 triliun
untuk Kementerian Kesehatan dalam rangka menghadapi
penyebaran virus corona. Dana tersebut akan digunakan unruk
menyiapkan kebutuhan-kebutuhan termasuk sarana prasarana
logistik alat pelindung diri di Rumah Sakit, bandara, pelabuhan,
penanganan pasien, serta pengadaan sarana dan prasarana Rumah
Sakit rujukan.
Pemerintah pun telah menjadikan Wisma Atlet Kemayoran,
Jakarta Pusat, sebagai rumah sakit darurat untuk pasien Covid 19.
Peresmian dilakukan langsung oleh Presiden Jokowi, Senin 23
Maret 2020. Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet
Kemayoran digadang-gadang siap menampung 3.000 pasien virus
corona
Dari 7 tower Wisma Atlet, 4 tower akan digunakan untuk
menangani pasien corona, yakni tower 1, 3, 6 dan tower 7. Tower
1 lantai 1 sampai 24 digunakan untuk dokter dan petugas medis.
Kapasitas 650 unit dan dapat menampung maksimum 1.750
orang.
Tower 3, lantai 1 sampai 24 direncanakan untuk Posko Gugus
Tugas Penanganan COVID-19. Jumlah unit yang tersedia
sebanyak 650 unit dan menampung maksimal 1.750 orang.
Tower 6 secara utuh dari lantai 1 hingga 24 akan digunakan
sebagai ruang rawat inap pasien. Kapasitas yang tersedia adalah
650 unit dan menampung 1.750 orang. Satu kamar diperkirakan
Sedangkan Tower 7 akan dibagi menjadi beberapa
fungsi. Di lantai 1 akan digunakan sebagai Instalasi
Gawat Darurat (IGD), lantai 2 untuk Insentive Care
Unit (ICU), lantai 3 untuk ruang refreshing. Sementara
itu, lantai 4 sampai 24 akan digunakan sebagai ruang
rawat inap pasien. Kapasitas Tower 7 adalah 886 unit
yang mencakup ruang rawat maksimum 2.458 pasien.
Rencananya akan didirikan lebih banyak Rumah Sakit
Darurat COVID-19 ini, Kementerian BUMN akan
menjalin kerja sama dengan Kementerian Agama untuk
memanfaatkan asrama haji sebagai rumah sakit darurat
corona.
B Realitas Atau Potret
Hingga saat ini pemerintah masih Perkembangan Sarana Dan
memberlakukan langkah pembatasan sosial atau Prasarana Untuk Menghadapi
social distancing dalam meredam penyebaran  Covid-19
virus corona yang telah mewabah. Sementara
untuk meredam dampak dari kebijakan yang
telah diberlakukan, pemerintah telah menyiapkan
sejumlah insentif demi menjaga daya beli
masyarakat. Kebijakan-kebijakan tersebut di
antaranya insentif perpajakan untuk sektor-sektor
terdampak, relaksasi kredit untuk masyarakat
terdampak, dan banyak lagi.
1. Pendapat Sutrisno Iwantono tentang
stimulus pemerintah yang disampaikan
pemerintah 31 Maret 2020 untuk
mengatasi wabah corona
Menurut Sutrisno Iwantono yang merupakan pengamat Ekonomi sekaligus peneliti
senior pada Institute of Developing Entrepreneurship, langkah yang diambil pemerintah
sudah benar dan banyak yang berterima kasih. Tetapi alangkah baiknya jika pemerintah
bisa memfokuskanya untuk menghentikan penyebaran corona. Dalam situasi yang
dihadapi sekarang, pemerintah sebaiknya fokus pada akar masalah yaitu wabah virus
corona. Jika virus corona bisa dihentikan, maka berbagai persoalan ekonomi akan
berhenti dengan sendirinya. Dengan dana tambahan yang didapat dari pembiayaan
APBN sebesar Rp 405,1 sebaiknya difokuskan untuk menghentikan penyebaran virus
corona.
Pengeluaran untuk yang lain-lain seperti perpajakan, KUR, stimulus ekonomi dan lain-
lain bisa belakangan waktu pemulihan ekonomi. Sebab ekonomi dan persoalan sosial
lain, tidak akan tertolong selama virus corona tidak dapat dihentikan. Para ahli statistik
kesehatan memperkirakan angka terinfeksi corona akan mencapai 70.000 orang bahkan
mungkin lebih. Kalau itu terjadi banyak yang meragukan jumlah rumah sakit, fasilitas
2. Pendapat Sutrisno Iswanto
tentang kebijakan moneter
Inti masalah bukan pada semata-mata faktor permintaan (demand side),
bukan karena orang nggak punya uang tidak beli tiket pesawat, bukan karena
tidak ada uang orang tidak pergi ke mal, bukan karena terlalu miskin sehingga
wisatawan anjlok, tetapi semata-mata karena orang tidak berani keluar rumah
karena taruhannya adalah nyawa terserang virus corona. Beda dengan krisis
ekonomi tahun 2008, pada waktu itu memang terjadi kekeringan likuiditas akibat
skandal mortgage di AS, sehingga sektor keuangan kita sakit. Maka obatnya
adalah ekspansi moneter maupun fiskal. Sekarang ini faktor penawaran (supply
side) menjadi faktor yang sangat krusial. Produksi berhenti karena karyawan
tidak bekerja akibat ancaman corona. Bayangkan moneter yang terlalu longgar,
uang beredar banyak tetapi barang tidak ada karena produksi terhenti, yang
terjadi adalah hiperinflasi, yang diuntungkan adalah para penimbun.
Lanjutan…
Untuk itu sisi produksi harus dijaga, jangan sampai semua buruh
dirumahkan nanti barang yang dibutuhkan masyarakat tidak tersedia,
hal tersebut juga berbahaya. Tidak bisa dibayangkan kalau dalam
kondisi seperti sekarang kebutuhan bahan pokok tidak tersedia, maka
hal tersebut juga akan menyulitkan. Untuk itu proses produksi
pabrik-pabrik harus dijaga. Pemerintah bisa membantu keamanan
para buruh yang bekerja, dilengkapi dengan Alat Pelindung Diri
(APD) yang memadai. Jadi yang memerlukan APD bukan hanya
tenaga medis, tetapi mereka yang tetap bekerja untuk menjaga
ekonomi produksi juga dipikirkan, meskipun dengan standar yang
lebih rendah sesuai kebutuhan.
3. Antisipasi COVID-
19 di Daerah
Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk penanganan COVID-19, Pemkab
melalui Dinas Kesehatan setempat telah mengusulkan ke pemprov dan
Kementerian Kesehatan di Jakarta. Untuk barang yang diusulkan diantaranya
baju cover all (baju APD), masker N95, masker bedah, sepatu boot, sarung
tangan steril dan non steril, sarung tangan panjang dan kacamata google.
Bupati Barito Timur berharap warga Bartim bisa menerapkan surat edaran
yang telah dibuat terkait kesiapsiagaan penyebaran COVID-19. Warga Bartim
diminta menerapkan pola hidup sehat dan bersih, berolahraga dan
memeriksaan kesehatan Puskesmas terdekat.
Kepala Dinas Kesehatan Bartim dr Simon Biring mengatakan, “Persediaan
masker saat ini hanya sekitar 500 lembar tersimpan pada Kantor Dinkes.
Masker terbatas hanya bisa digunakan untuk pelayan atau petugas kesehatan.
Untuk kebutuhan medis habis pakai sudah kami usulkan. Masker kami
usulkan ke Kemenkes sebanyak 10 ribu lembar dan ke Dinkes Kalteng
sebanyak 3.600 lembar.”
Tak hanya itu, beberapa Rumah Sakit Daerah di seluruh Indonesia
mengeluhkan bahwa stok Alat Pelindung Diri (APD) mulai menipis.
Beberapa Rumah Sakit tersebut diantaranya RS UNAIR, RSUD Muko-Muko,
Penerapan Pancasila
pada Kebijakan
Pemerintah di Bidang
Sarana dan Prasarana
Sila ke 1, yaitu ketuhanan yang maha esa. Dalam
sila ini menunjukkan bahwa semua bangsa Indonesia
adalah masyarakat yang beragama, baik Islam,Katolik,
Protestan, Hindu, Budha dan Kongwuchu. Semua
masyarakat indonesia mengakui adanya Tuhan Yang
Maha Esa, tentu kita mengakui kebesarannya, dan
apabila kita menghadapi masalah, selain kita berupaya
melakukan usaha-usaha mengatasinya, dengan
kesadaran kita akan meminta tolong kepada Tuhan
YME, supaya wabah virus Covid-19 ini segera diatasi
dan tidak ada dampak yang ditimbulkan terutama pada
bidang sarana prasarana.
Sila ke 2, yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab.
Dalam sila ini, masyarakat tidak melihat strata
pendidikan dan tidak melihat agama yang dianut. Pada
bidang sarana prasarana dalam mewujudkan
kemanusiaan yang adil dan beradab adalah Kelangkaan
obat-obatan, alat kesehatan, dan APD (Alat Pelindung
Diri) menjadi permasalahan utama di kalangan tenaga
medis yang berjuang di garda terdepan melawan Covid-
19. Akibat tidak tepat penggunaan oleh masyarakat
awam menyebabkan kelangkaan dan kenaikan harga
alat kesehatan yang tidak wajar. Solusi yang akan
dilakukan Pemerintah untuk menyikapi hal ini yaitu
dengan menganggarkan dana sebesar Rp 65,8 T untuk
Belanja Penanganan Kesehatan melawan Covid-19
(salah satunya dengan mempersiapkan APD, alat rapid
test yang akan disebarkan ke rumah sakit di Indonesia).
Fokus pemerintah saat ini yaitu Jakarta sebagai
episentrum persebaran Covid-19 di Indonesia serta
Sila ke 4 Pancasila, yaitu sila kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan. Dalam sila ini, sangat
menjunjung sekali kebijaksanaan dalam mengeluarkan
kebijakan yang mengutamakan rakyat. Orientasi
kebijakan yang dikeluarkan pemerintah pada saat
pandemi Covid-19 sudah seharusnya bersifat
melindungi rakyat. Kebijakan pemerintah terkait
penanggulangan Covid-19 di Indonesia :
1. Keringanan biaya listrik
Sebagai wujud bantuan kepada masyarakat,
pemerintah
menggratiskan beban listrik bagi konsumen PLN
dengan daya
450 VA selama 3 bulan kedepan, yaitu bulan
April,Mei dan Juni.
2. Pembatasan social berskala besar (PSBB)
Sebelumnya pemerintah sudah memberikan instruksi
untuk
social distancing dan physical distancing, sekarang
Presiden
Jokowi merasa pemberlakuan imbauan tersebut harus
diperluas
dan dipertegas (30/3/2020). Presiden meminta untuk
dilakukan
PSBB dengan didampingi dengan kebijakan darurat
sipil.
3. Larangan Mudik
Kebijakan ini belum secara resmi dikeluarkan oleh
pemerintah,
masih dalam pembahasan lebih lanjut. Kegiatan
mudik tahun
2020 ini memang dikhawatirkan dapat memperluas
Sila ke-5 Pancasila, yaitu keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Dalam sila ini, sangat menjunjung nilai
keadilan yang seadil-adilnya. Sikap pemerintah yang
masih maju-mundur dalam rangka memutuskan lockdown/
karantina wilayah menyebabkan persebaran covid-19 tidak
terkendali. Pada bidang sarana prasarana, yaitu :
1. Kelangkaan obat-obatan, alat kesehatan, dan APD
(Alat Pelindung Diri)
menjadi permasalahan utama di kalangan tenaga
medis yang
berjuang di garda terdepan melawan Covid-19. Akibat
tidak
tepat penggunaan oleh masyarakat awam
menyebabkan
kelangkaan dan kenaikan harga alat kesehatan yang
tidak
wajar. Solusi yang akan dilakukan Pemerintah untuk
menyikapi hal ini yaitu dengan menganggarkan dana
2. Pembatasan social berskala besar (PSBB)
Pembatasan ini, hanya baru berlaku di Jakarta sebagai titik
episentrum Covid-19 di Indonesia. Dengan dilakukan
PSBB ini, pemerintah sudah harus siap dengan kebutuhan
logistic yang dibutuhkan masyarakat Jakarta untuk
melakukan karantina di rumah sendiri. Banyak influencer
yang bekerjasama menggalang dana untuk membantu
meringankan beban pandemic Covid-19 ini. Ada yang
menggalang dana focus untuk APD para tenaga medis dan
ada juga yang untuk sembako-sembako yang akan
dibagikan kepada pekerja harian.
3. Menggerakan para pekerja penjahit di Indonesia untuk
turut membantu mengurangi kelangkaan masker bedah,
dan Hazmet paramedis. Beberapa juga sudah mulai
memproduksi masker kain yang sesuai standar WHO
secara besar-besaran untuk digunakan para penduduk di
Indonesia yang tidak sakit. Diikuti dengan himbauan dari
presiden Jokowi untuk wajib menggunakan masker bila
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Pemerintah Republik Indonesia telah melakukan kebijakannya
terkait penyediaan sarana dan prasarana penanganan COVID-19
seperti:
-Penyediaan stok alat uji laboratorium sebanyak 10.000 kit untuk
pemeriksaan spesimen virus corona baik untuk pasien dalam
pengawasan (PDP) maupun untuk pasien positif corona, 15 juta
masker, alat pelindung diri (APD) dan goggle untuk petugas
medis.
-Pihak Kementerian Keuangan telah menambah anggaran Rp 1
triliun untuk Kementerian Kesehatan dalam rangka menghadapi
penyebaran virus corona.
2. Realitas atau potret perkembangan sarana dan prasarana untuk menghadapi
Covid-19, adalah:
-Pemerintah memberlakukan langkah pembatasan sosial atau social distancing
dalam meredam penyebaran virus corona yang telah mewabah. Sementara untuk
meredam dampak dari kebijakan yang telah diberlakukan, pemerintah telah
menyiapkan sejumlah insentif demi menjaga daya beli masyarakat.
-Stimulus pemerintah yang disampaikan pada 31 Maret 2020 untuk mengatasi
wabah corona berdasarkan pernyataan Sutrisno Iwantono yang merupakan
pengamat Ekonomi sekaligus peneliti senior pada Institute of Developing
Entrepreneurship, langkah yang diambil pemerintah sudah benar dan banyak
yang berterima kasih. Tetapi alangkah baiknya jika pemerintah bisa
memfokuskanya untuk menghentikan penyebaran corona.
3.Penerapan Pancasila pada kebijakan pemerintah di bidang sarana dan
prasarana sudah sesuai dengan poin-poin pada sila Pancasila.
 
Saran
Pemerintah Indonesia telah melakukan kebijakannya dengan baik
dan benar sesuai dengan yang tertera pada sila Pancasila. Alangkah
baiknya, pemerintah tetap mempertahankan pelaksanaan kebijakan
tersebut atau melakukan yang lebih baik lagi dilain waktu.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai