Anda di halaman 1dari 28

FARMAKOLOGI SISTEM INTEGUMEN

ANDI SUBANDI
BAGIAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN MEDIKAL BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
PENDAHULUAN
• Kulit dapat memberikan masalah
khusus. Terapi topikal cocok
digunakan dalam masalah2 kulit,
meskipun kadang2 pemberian
sistemik perlu dilakukan
• Kulit merupakan suatu sawar
kompleks. Jumlah aliran obat dan
vehikulumnya merupakan faktor
yang berpengaruh pada
penyembuhan penyakit kulit

Variabel utama yang menentukan ialah: 1. variasi regional, 2. derajat


konsentrasi, 3. jadwal dosis, dan 4. vehikulum dan oklusi
PENDAHULUAN (2)
• Secara vehikulum, preparat kulit digolongkan dalam tinktura,
kompres, cairan, gel, aerosol, bubuk, pasta krim dan salep.
Kemampuan vehikulum memperlambat penguapan terkecil pada
tinktura, terbesar pada salep
• Secara umum inflamasi akut dengan lembab, vesikulasi, dan kulit
berkerak sangat baik diobati dengan preparat kering seperti tinktura,
kompres dan cairan, sedang inflamasi kronik dengan xerosis, krustasi
dan likenifikasi sangat baik ditangani dengan preparat lubrikans
seperti krim dan salep.
• Preparat kulit diklasdifikasikan pada: 1. obat antibakteri, 2.obat
antijamur, 3. obat antivirus,4. ekto parasitida, 5. obat pigmentasi,6.
tabir surya, 7. akne, 8. obat antiinflamasi, 9. keratolitik, dan 10. obat
antiseboroika
SYARAT OBAT

Syarat dikatakan sebagai Obat :


• Mempunyai aktifitas biologik
• Aman
• Mempunyai Karakteristik, seperti dosis, sifat fisika dan kimia,
parameter farmakokinetik, dll
PRINSIP FARMAKOKINETIKA

Farmakokinetik: Setiap proses yang dilakukan tubuh terhadap


obat, yaitu absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi.
Tahapan obat hingga mencapai Efek:

Sediaan Obat, C/ Absorpsi


Tablet pecah Interaksi dengan
Tablet
Metabolisme reseptor di
Dengan zat aktif Distribusi tempat kerja
Granul pecah zat aktif Ekskresi
terlepas dan larut Efek
Farmakokinetik Farmakodinamik
Fasa Biofarmasi/
Farmasetik

Absorpsi : Penyerapan obat


dari usus ke dalam sirkulasi
Berkaitan dengan rute Pemberian Obat dan mempengaruhi
bioavaibilitas obat dalam tubuh
PHARMACOKINETICS:
ABSORPTION
Faktor yang mempengaruhi absorpsi Obat:
 Administration route of the drug (rute pemberian obat)
 Food or fluids administered with the drug (ada tidaknya makanan dan
minuman yang diberikan bersamaan obat)
 Dosage formulation (Formulasi sedian obat)
 Status of the absorptive surface ( Keberadaan permukaan absorpsi)
 Rate of blood flow to the small intestine (kecepatan Aliran darah di USUS
Halus)
 Acidity of the stomach (Keasaman lambung)
 Status of GI motility ( Keadaan motilitas GI)
Gangguan dermatologis >>>

pengobatan topikal
sistemik
intralesi
sinar
ZAT PEMBAWA

•Obat topikal dimasukkan ke dalam zat


pembawa yang membawa obat agar
berkontak dengan kulit.
•Zat pembawa ini sangat mempengaruhi
absorpsi obat, dan memiliki efek yang
menguntungkan pada kulit jika dipilih
dengan tepat.
Sifat ideal zat pembawa :
- mudah dioles
- mudah dibersihkan
- tidak mengiritasi
- menyenangkan secara kosmetik
- zat aktif harus stabil di dalamnya
- zat aktif harus mudah dilepaskan
- bisa menghidrasi korneum
Faktor fisiologis yang mempengaruhi
absorpsi perkutan adalah
• hidrasi
• oklusi
• usia
• kulit utuh vs kulit rusak
• suhu
• lokasi anatomis
DERIVAT AZOLE
Imidazol :
- clotrimazole
- econazol
- ketoconazol dermatofita
- miconazol Candida albicans
- oxiconazol Pityosporum
- sulconazol
DERIVAT AZOLE (2)
Kombinasi tetap anti jamur-corticosteroid topikal
memberikan perbaikan simptomatis yang cepat
daripada pemberian anti jamur secara tunggal.
Cth : lotrisone (clotrimazole+bethametason
dipropionat)
pemberian 1-2x sehari , baik dlm 2-3mg

Efek samping: - pedih


- pruritus
- eritema
- iritasi lokal
DERIVAT AZOLE (3)
 Flukonazol (derivat azole terbaru) diserap dengan
baik dengan waktu paruh plasma 30 jam, maka
dosis 100 mg per hari cukup untuk mengobati
kandidiasis mukokutan.

 Itrakonazol 200 mg per hari efektif untuk


onimikosis.

 Efek samping: - mual


- pruritus
- ginekomastia
- hepatitis
DERIVAT AZOLE (4)

Ketokonazol efektif terhadap : - epidermatofita


- mikrosporum
- trikophyton

200 mg sekali sehari selama 2-3 minggu


GRISEOFULVIN
 Anti jamur oral (dermatofita)
 Menghambat sintesis dinding
sel jamur
 Setelah pemberian oral, obat
ini dimikronisasi.
 Maka dengan mengurangi
Efek samping griseofulvin:
ukuran partikel dapat
-sakit kepala
meningkatkan absorpsi obat.
-mual
-muntah
-diare
-fotosensitif
-neuritis perifer
AGEN ANTIVIRUS TOPIKAL

 Acyclovir efek samping :


 Valacyclovir - pruritus
 Penciclovir - nyeri ringan
 Famciclovir - rasa pedih
 Imikuimod - rasa terbakar
BENZOIL PEROKSIDA
 Benzoil peroksida  antimikroba topikal untuk
pengobatan akne vulgaris.

 Mekanisme kerjanya berhubungan dengan aktivitas


antimikroba terhadap P.acnes , efek pengelupasan
dan komedolitik.

 Kurang dari 5% dosis diserap dari kulit dalam waktu


8 jam.
BENZOIL PEROKSIDA (2)
 Untuk mengurangi iritasi,
 konsentrasi rendah (2,5%) 1xsehari untuk awal minggu I
 dapat ditingkatkan frekuensi dan konsentrasinya bila
dapat ditoleransi.

 Obat ini juga tersedia dalam kombinasi yang lebih efektif;


benzoil peroksida 5% dengan eritromisin 3% atau
klindamisin 1%.

 Efek samping iritasi terjadi pada 1% pasien. Hindari kontak


dengan mata dan mukosa.
ANTI PERADANGAN
TOPIKAL KORTIKOSTEROID

 Hidrokortison efektif untuk pengobatan dermatitis


inflamasi.
 Efek teraupetik kortikosteroid didasarkan pada
aktivitas antiinflamasinya.
 Derivat prednisolon dan metilprednisolon sama
aktifnya dengan hidrokortison.
 Deksametason dan betametason tidak lebih
bermanfaat dari hidrokortison.
ANTI PERADANGAN
TOPIKAL KORTIKOSTEROID (2)

 Kortikosteroid hanya diserap minimal bila


diaplikasikan pada kulit yang normal ; sekitar 1 %
dosis hidrokortison yang diserap pada pengolesan
di tangan.

 Penetrasi meningkat beberapa puluh kali lipat


pada inflamasi kulit seperti dermatitis atopi, dan
penyakit eksfoliatif seperti psoriasis eritroderma.
ANTI PERADANGAN
TOPIKAL KORTIKOSTEROID (3)
 Steroid yang akan digunakan dipilih berdasarkan
 potensinya
 tempat penggunaan
 keparahan penyakit

 Kortikosteroid lemah-sedang :
 dermatitis atopi, dermatitis seboroik,
 Lichen simplex chronicus, Pruritus ani,
 dermatitis kontak alergi fase lanjut, dermatitis iritan
fase lanjut, dermatitis ekzem numular, dermatitis stasis,
 psoriasis muka dan genital.
ANTI PERADANGAN
TOPIKAL KORTIKOSTEROID (4)
Prinsip Penggunaan Kortikosteroid

• Gunakan potensi terendah yang dapat mengatasi radang, dapat dinaikkan bila perlu.
• Hindari pemakaian jangka panjang steroid topikal potensi rendah yang kurang adekuat.
• Hindari potensi kuat untuk daerah kulit dengan permeabilitas tinggi (muka, intertriginosa, bayi)
• Potensi kuat dapat digunakan pada keadaan gatal dan atau peradangan yang sangat berat.
• Gunakan potensi kuat dalam jangka waktu pendek (≤ 2 minggu). Bila lesi awal sudah teratasi , segera ganti
dengan potensi lebih rendah.
• Penggunaan 2x sehari sudah cukup, penggunaan yang lebih sering tidak memperbaiki respon.
• Efek samping >>Toksisitas sitemik : supresi sumbu hipotalamus-pituitari-adrenal : sindroma iatrogenik Cushing
dan hambatan pertumbuhan, terutama pada anak-anak.
• Kortikosteroid intralesi bisa menyebabkan atrofi kulit dan hipopigmentasi.
ANTIPRURITUS
 Pengobatan pruritus tergantung pada penyakit
yang menyebabkan pruritus itu muncul.

 Tindakan umum yang tidak spesifik dapat


membantu pengobatan sebagian besar kasus
pruritus, seperti ;
 mandi air hangat, sabun lembut tanpa
pewangi, pelembab, krim, dll.

 Obat-obatan yang dipakai sebagai antipruritus


antara lain :
 antihistamin, pramoksin, doksepin, steroid,
kolestiramin, dll.
ANTIHISTAMIN
 Terdapat 2 golongan :
 Antihistamin sedatif ; difenhidramin, prometazin,
siproheptadin, dan hidroksizin hidroklorida.
 Antihistamin nonsedatif ; cetirizin, loratadin, feksofenadin
hidroklorida.
 Efek samping berupa mengantuk (gol sedatif), gelisah, kejang,
hipotensi postural, vertigo, diplopia, reaksi alergi, dll.
 Antihistamin oral berguna untuk mengendalikan pruritus.
 Antihistamin dipakai juga untuk reaksi-reaksi alergi ; urtikaria,
angioedema, dermatitis atopi.
 Pemakaiannya 3 kali sehari.
AGEN ANTISEBOREA
 Untuk pengobatan dermatitis seborea (ketombe).
 Formulasi ini memerlukan efikasi yang berbeda-beda
dan memerlukan pengobatan yang bersamaan
dengan kortikosteroid topikal untuk kasus yang
parah.
 Formulasi :
 Betamethasone valerat foam
 Cloroxine sampo
 Coal tar sampo
 Ketokonazole sampo
 Selenium sulfida sampo
 Zinc pyrithion sampo
FAKTOR YANG MEMPERSULIT
PENGOBATAN
• Daya tahan hospes (manusia) terhadap mikobakterium kurang
• Daya bakterisid (daya bunuh kuman) obat yang ada kurang
• Timbul resistensi kuman terhadap obat
• Efek samping obat+ AIDS !!!

• RESISTENSI Pemakaian obat tunggal


• Panduan obat tidak adekuat (jenis/ lingkungan sudah resisten)
• Pemberian tidak teratur
• Penyediaan ke daerah tidak regular
• Pemakaian cukup lama
• Pengetahuan pasien kurang
PUSTAKA

1. Godman G, The Pahmarmacological Basic of Therapy, Ninth


Edition, McGraw Hill
2. Sherwood, L , Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, EGC, 2001
3. ……., AHFS Drug Information, ASHP, 1999
4. Lippincott’s, Illustrated Reviews pharmacology, 2nd edition
(terjemahan)
5. Betram G. Katzung, Farmakologi Dasar dan Klinik, Ed IV
(terjemahan)
6. Farmakologi dan Terapi, Bagian Farmakologi Fakultas
Kedokteran UI, 1995, Edisi 4.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai