Anda di halaman 1dari 34

Laporan Kasus

“Bilateral Peritonsillar
Abcess”
A case study and literature review

Rahmi Zamzami Istikharah


13 17 777 14 211

Pembimbing :
dr. Bastiana, Sp.THT-KL., M.Kes
Identitas Pasien

Nama: Ny. X
Usia: 35 Tahun
Jenis kelamin: Perempuan
ANAMNESIS
KU : Nyeri menelan

Anamnesis :

Seorang perempuan, usia 35 tahun dari wilayah selatan


Arab Saudi datang ke Institusi kami. Pasien datang
dengan keluhan nyeri menelan yang disertai dengan
susah menelan, perubahan suara, air liur keluar terus
menerus, penurunan nafsu makan dan demam selama 3
3
Anamnesis :

Pasien mempunyai riwayat tonsillitis akut selama 2


minggu dan diberikan antibiotik oral dan intravena
selama 4 hari namun tidak ada perbaikan.

4
ANAMNESI
S
Riw Penyakit :
o Riw Tonsilitis Akut

Riw Konsumsi Obat :


o Antibiotik oral dan intravena

5
Pemeriksaan Fisik
• Keadaan umum : Sakit sedang
• Kesadaran : Compos mentis
• Tanda vital
o TD : - mmHG
o Nadi : 138 x/menit
o Pernapasan : - x/menit
o Suhu Axilla : 37,8 ⁰C
• Status Generalis : Regio chepal, thoraks, abdomen, cardio dan
ekstremitas Dalam Batas Normal 6
Pemeriksaan
FISIK
THT-KL

7
Pemeriksaan
Telinga
DAUN TELINGA Kanan Kiri
Bentuk Normotia Normotia
Ukuran Normal Normal
Sikatrix Tidak ada Tidak ada
Infeksi Tidak ada Tidak ada
Tumor Tidak ada Tidak ada

DEPAN TELINGA Kanan Kiri


Abses/fistel Tidak ada Tidak ada
Sikatrix Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Pemeriksaan
Telinga
BELAKANG TELINGA Kanan Kiri
Abses/fistel Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Tumor Tidak ada Tidak ada

LIANG TELINGA LUAR Kanan Kiri


Sama dengan Sama dengan
Warna
daerah sekitar daerah sekitar
Edem Tidak ada Tidak ada
Sekret (sifat) Tidak ada Tidak ada
Serumen Minimal Minimal

9
Pemeriksaan
Telinga
SELAPUT GENDANG Kanan Kiri
Permukaan Intak Intak
Warna Putih Keabuan Putih Keabuan
Perforasi Tidak ada Tidak ada
Cahaya Arah jam 5 Arah jam 7

TELINGAN TENGAH (bila ada perforasi) Kanan Kiri


Mukosa Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi
Promontorium Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi
Sekret (sifat) Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi

1
0
Pemeriksaan
Hidung
Kanan Kiri
Bentuk Normal Normal
Bagian
Kelainan Kulit Tidak ada Tidak ada
Luar
Kolumella Normal Normal
Hidung
Nares anterior Normal Normal
Fossa kanina Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Dinding media Normal Normal
Bagian Kanan Kiri
Dalam Vestibulum Normal Normal
Hidung Dasar Rongga Hidung
Sekret Tidak ada Tidak ada
Edema Tidak ada Tidak ada 1
1
Pemeriksaan Hidung (Dinding
Lateral)
Meatus Nasi Kanan Kiri
Inferior Polip Tidak ada Tidak ada
Edema Tidak ada Tidak ada
Sekret Tidak ada Tidak ada

Konka Kanan Kiri


Inferior Warna Normal Normal
Sekret (sifat) Tidak ada Tidak ada
Permukaan Licin Licin
Ukuran Normal Normal

1
2
Pemeriksaan Hidung (Dinding
Lateral)
Meatus Kanan Kiri
Nasi Edema Tidak ada Tidak ada
Media Sekret Tidak Ada Tidak ada
Polip TidAk ada Tidak ada

Konka Kanan Kiri


Media Permukaan Licin Licin
Warna Normal Normal
Sekret Tidak ada Tidak ada
Ukuran Normal Normal

1
3
Pemeriksaan
Dinding Belakang
Hidung (Rhinoskopi Posterior)
Dinding Media Rongga Hidung
Hasil
Hasil Koana Tidak dievaluasi
Warna Hiperemis (-) Palatum Molle Tidak dievaluasi
Permukaan Tidak ada Ujung Post. Konka Tidak dievaluasi
(deviasi) inferior
Edema Tidak ada Ujung post. Konka Tidak dievaluasi
Ekskoriasis (-) media
Perforasi Tidak ada Meatus nasi media Tidak dievaluasi
Ostium tubae Tidak dievaluasi
Torus tubarius Tidak dievaluasi
Fossa rosenmuler Tidak dievaluasi
Tonsil tubaria Tidak dievaluasi
1
Adenoid Tidak dievaluasi
4
Pemeriksaan
Hidung

Sinus
Paranasalis
Kanan Kiri
Nyeri tekanan Tidak ada Tidak ada
Transiluminasi Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi

1
5
Pemeriksaan Gigi
dan Mulut
PEMERIKSAAN GIGI Hasil
Karies Tidak ada
Abses Tidak ada
Gusi Normal

PEMERIKSAAN MULUT Hasil


Abses / Fistel Tidak ada
Sikatriks Tidak ada
Nyeri Tekan Tidak ada

*Pasien susah untuk membuka mulut (terbatas)  Trismus +

1
6
Pemeriksaan Kerongkongan
(Orofaring)
Kanan Kiri
Dinding Dorsal Mukosa Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Granula Tidak ada Tidak ada
Deformitas Tidak ada Tidak ada
Post Nasal Drips Tidak ada Tidak ada

Kanan Kiri
Dinding Lateral
Lateral Band Normal Normal
Deformitas Tidak ada Tidak ada

1
7
Pemeriksaan Kerongkongan
Kanan Kiri
Isthmus fauleum Normal Normal
Arcus anterior Normal Normal
Arcus posterior Normal Normal

Kanan Kiri
Warna Hiperemis (+) Hiperemis (+)
Tonsil
Pembesaran Membesar (T4) Membesar (T4)
Detritus Tidak ada Tidak ada
Kripte Tidak ada Tidak ada
perlengketan Tidak ada Tidak ada

Hasil
Fossa piriformis Tidak dievaluasi
Hipofaring Vallekula Tidak dievaluasi
Radiks lingua Tidak dievaluasi 1
8
Pemeriksaan
Tenggorokan

TENGGOROKAN Hasil
Epiglotis Tidak dievaluasi
Aritenoid Tidak dievaluasi
Plika vicalis Tidak dievaluasi
Subglotis Tidak dievaluasi
Trakea Tidak dievaluasi
Kelainan motorik Tidak dievaluasi

1
9
Pemeriksaan Lainnya
Hasil
Kelenjar limfe regional Ada pembesaran
Kelainan lain Tidak ada

2
0
Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan CT Scan
CT Scan pada lehernya dengan kontras intravena menunjukkan perifer hipodens bilateral
rongga yang disempurnakan berisi cairan di ruang peritonsillar, dengan tampilan multilokuler kiri

 Pemeriksaan:
Leukosit 9,59
Protein C-reaktif 270
Laju sedimentasi eritrosit 55
2
1
Gambar CT Scan
pada pasien

CT scan dengan kontras IV,


tampilan aksial yang menunjukkan
abses peritonsillar bilateral

2
2
Resume

Seorang perempuan, usia 35 tahun dari wilayah selatan Arab Saudi datang ke
Institusi kami. Pasien datang dengan keluhan odynophagia yang disertai dengan
dysphagia, perubahan suara, air liur keluar terus menerus, penurunan nafsu makan dan
demam selama 3 hari. Pasien mempunyai riwayat tonsillitis akut selama 2 minggu dan
diberikan antibiotik oral dan intravena selama 4 hari namun tidak ada perbaikan.
Resume
Pada pemeriksaan fisik didapatkan, N: 138 x/menit, S: 37,8 c, dan SpO2: 95%.
Pasien tampak sakit sedang dan pucat. Trismus(+), Tidak ada stridor dan gangguan
pernapasan lain, Pembesara KGB (+) bilateral, Pada periksaan peritonsil dan tonsil
didapatkan membesar dengan T4/T4.
Pada pemeriksaan penunjang di dapatkan leukosit 9,59, protein C-reaktif 270 dan
laju sedimentasi eritrosit 55. Pada pemeriksaan CT Scan: CT Scan pada lehernya
dengan kontras intravena menunjukkan perifer hipodens bilateral rongga yang
disempurnakan berisi cairan di ruang peritonsillar
DIAGNOSIS

Abses Peritonsilar
Bilateral DIAGNOSIS
BANDING

Abcess Retrofaring
Abses Parafaring

2
5
Penatalaksanaan

■ Antibiotik Sistemik

■ Insisi dan drainase

■ Tonsilektomi quinsy  Biasanya dilakukan 6 minggu paska akut

26
Dokumentasi pemeriksaan
CT Scan

CT scan dengan kontras IV,


tampilan aksial yang menunjukkan
abses peritonsillar bilateral

2
7
Dokumentasi

Tonsiloktomi interval
6 minggu paska akut

28
Diskusi

■ Abses peritonsillar atau quinsy adalah akumulasi nanah di dalam ruang


peritonsillar sebagai komplikasi dari tonsilitis akut. Abses peritonsillar
bilateral jarang terjadi meskipun abses peritonsillar unilateral menjadi
komplikasi paling umum .

■ abses peritonsillar bilateral merupakan komplikasi langka dari tonsilitis


akut yang memerlukan kecurigaan klinis yang tinggi karena pasien dapat
mengalami obstruksi jalan nafas yang menyebabkan potensi kematian.

29
Diskusi

■ Gejala umum pada Abses peritonsilar adalah:

– Demam

– Odynophagia

– Produksi air liar meningkat

– Trismus

30
Diskusi
 Antibiotik

 Tidak banyak perbedaan antara penanganan abses unilateral dan bilateral,

 Tujuan utamanya adalah untuk menghindari komplikasi yang bisa menjadi lebih buruk dengan
presentasi bilateral.

 Aspirasi Jarum  Untuk meredakan gejalan dan sebagai tes diagnostic

 Insisi dan drainase sebagai pengobatan optimal untuk sebagian besar abses.

 Tonsiloktomi quisy

 Tonsilektomi quinsy adalah prosedur yang andal dan aman, disarankan untuk kasus bilateral,
pasien dengan gangguan sistem imun ataupun jika tidak ada perbaikan sebagai respons
terhadap antibiotik atau insisi drainase abses.

31
Diskusi
■ Tonsilektomi 6 minggu setelah munculnya abses bersifat kuratif untuk pasien dan
mengurangi kekambuhan penyakit.

■ Para peneliti mengatakan bahwa insisi dan drainase ataupun tonsilektomi quinsy dapat
dipertimbangkan ketika aspirasi jarum tidak memberikan perbaikan [9].

■ Pasien immunocompromised membutuhkan lebih banyak perhatian ketika datang dengan


penyakit “Abses peritonsillar” karena mungkin memerlukan tonsilektomi quinsy sebagai
jalur pengobatan pertama untuk menghindari komplikasi.

32
Terima Kasih
REFERENCES

Hemail M Alsubaie dkk. Bilateral


Peritonsillar Abcess: A Case study and
literature review.

3
4

Anda mungkin juga menyukai