Anda di halaman 1dari 18

ASKEP

GANGGUAN
MENTAL

KELOMPOK 1 :
-Muhamad Pajar
-Marco Leonardho
-Enih Al-Alawiyah
-Tiara Sandia
-Ayu Rosita
-Lusiana Hotmaria Sitopu
-Linda Ayu Endangsari
-Rohayati
-Mumun Maemunah
Definisi
Gangguan mental dimaknakan sebagai tidak adanya atau
kekurangannya dalam hal kesehatan mental. Pengertian ini
sejalan dengan yang dikemukakan oleh Kaplan dan Sadock,
1994 yang menyatakan gangguan mental itu “as any
significant deviation from an ideal state of positive mental
health” artinya penyimpangan dari keadaan ideal dari suatu
kesehatan mental merupakan indikasi adanya gangguan
mental.

Pengertian lain gangguan mental dimaknakan sebagai


adanya penyimpangan dari norma-norma perilaku, yang
mencakup pikiran, perasaan, dan tindakan. Gangguan mental
atau penyakit kejiwaan adalah pola psikologis atau perilaku
yang pada umumnya terkait dengan stres atau kelainan
mental yang tidak dianggap sebagai bagian dari
perkembangan normal manusia.
Etiologi
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit mental, diantaranya:
● Faktor genetik (keturunan): di dalam keluarga yang mempunyai sejarah penyakit mental berisiko
lebih tinggi dibanding populasi yang tidak ada sejarah penyakit mental.
● Gangguan bahan kimia dalam otak: bila bahan kimia dalam otak yang dikenali sebagai
neurotransmitter tidak berfungsi dengan baik gejala penyakit mental akan muncul. Sebagai
contohnya:
Schizophrenia: Penghasilan dopamin secara berlebihan.
Kemurungan: Paras serotonin terlalu rendah.
Mania: Paras serotonin meningkat secara melampau.
Kebimbangan: terdapat gangguan di dalam pengeluaran dan fungsi noradrenalin.
● Serangan virus: dalam penelitian ada penyakit akibat virus telah dikaitkan dengan kemunculan
penyakit mental.
● Sejarah hidup yang getir. Misalnya kehilangan orang tua semasa kecil, terlalu banyak ejekan dari
teman-teman, dibully secara keterlaluan, dll.
● Keadaan sosio-ekonomi yang rendah: Faktor kemiskinan, dll.
Patofisiologi
Penderita yang mengalami gangguan jiwa
memiliki ciri-ciri mbiologis yang khas terutama
pada susunan dan struktur saraf pusat, dimana
penderita biasanya mengalami pembesaran
ventrikel ke III bagian kiri. Ciri lainnya pada
penderita yakni memiliki lobu frontalis yang
lebih kecil dari rata-rata orang yang normal.

Penderita yang mengalami gangguan jiwa dengan


gejala takut serta paranoid (curiga) memiliki lesi
pada daerah Amigdala sedangkan pada penderita
skizofrenia memiliki lesi pada area Wernick’s dan
area Brocha bahkan terkadang disertai dengan
Aphasia serta disorganisasi dalam proses
berbicara.
Lanjutan….

Kelainan pada struktur otak atau kelainan yang


terjadi pada sistem kerja bagian tertentu dari otak
juga dapat menimbulkan gangguan pada
kejiwaan. Sebagai contoh, masalah komunikasi di
salah satu bagian kecil dari otak dapat
mengakibatkan terjadinya disfungsi secara luas.

Hal ini akan diikuti oleh kontrol kognitif, tingkah


laku, dan fungsi emosional yang diketahui
memiliki keterkaitan erat dengan masalah
gangguan kejiwaan. Beberapa jenis gangguan
pada struktur otak yang berakibat pada gangguan
jiwa.
Beberapa jenis gangguan pada struktur otak yang
berakibat pada gangguan jiwa, antara lain:

Gangguan pada cortex cerebral


yang memiliki peranan penting
dalam pengambilan keputusan,
pemikiran tinggi, dan penalaran
dapat dilihat pada penderita waham.

Gangguan pada sistem limbik yang


berfungsi mengatur perilaku
emosional, daya ingat, dan proses
dalam belajar terlihat pada penderita
perilaku kekerasan dan depresi.

Gangguan pada hipotalamus yang


berperan dalam mengatur hormon
dalam tubuh dan perilaku seperti
makan, minum, dan seks dapat
terlihat pada penderita bulimia,
anoreksia, dan disfungsi seksual.
Kerusakan-kerusakan yang terjadi pada bagian otak
tertentu juga dapat mengakibatkan gangguan jiwa.
Kerusakan tersebut, antara lain:
Kerusakan pada lobus frontalis yang
menyebabkan kesulitan dalam proses
pemecahan masalah dan perilaku yang
mengarah pada tujuan, berfikir abstrak,
perhatian dengan manifestasi gangguan
psikomotorik.

Kerusakan pada Basal Gangglia


dapat menyebabkan distonia dan
tremor.

Gangguan pada lobus temporal


limbic akan meningkatkan
kewaspadaan, distractibility,
gangguan memori (short time).
ASUHAN
KEPERAWATAN
A. Skenario Kasus
Sdr. A berusia 25 tahun datang ke RSJ bersama ibunya. Ibu Sdr. A
mengatakan ingin anaknya cepat sembuh. Klien adalah seorang
mahasiswa yang senang sekali dengan karate. Namun semenjak dia
sering kalah dalam lomba besar sekitar 5 tahun yang lalu saat masih
kuliah, klien begitu frustasi, selalu murung dan tidak berinteraksi
dengan teman-temannya hingga keadaannya memburuk sampai saat
ini.

Klien sudah 3x keluar masuk RSJ dan yang sekarang adalah yang
keempat kalinya. Klien datang dalam keadaan marah-marah,
mengamuk dan selalu ingin melempar barang-barang yang ada
disekitarnya, namun klien tampak malu-malu saat bercerita,
frekuensi bicaranya cepat seraya menggerak-gerakkan tangannya.

Ibu klien mengatakan kadang-kadang klien kembali normal seperti


biasa namun kadang-kadang suka berbicara, tertawa sendiri dan
menggerak-gerakkan tangannya sendiri sambil mengoceh yang
tidak jelas. Pengobatan sebelumnya tidak berhasil karena klien tidak
mau meminum setiap obat yang diberikan. Klien didiagnosa
Skizofrenia oleh dokter nya yang pertama dahulu. Setelah dilakukan
pemeriksaan fisik, hasilnya TD 110/80mmHg, Suhu 36oC, nadi
82x/menit, RR 21x/menit, BB 60 kg, TB 166 cm, kesadaran compos
mentis.
B. Pengkajian

1. Data Demografi
a. Biodata
● Nama : Tn. A
● Usia : 25 thn
● Jenis kelamin :L
● Alamat : Bekasi
● Suku : Betawi
● Agama : Islam
● Status Perkawinan : Belum menikah
● Pendidikan : S1
● Pekerjaan : Tidak ada
● No RM : 012
● Tanggal Masuk : 13-02-2021
● Tanggal Pengkajian : 13-02-2021

b. Penanggung jawab
● Nama : Ny.N
● Usia : 50 thn
● Jenis Kelamin :P
● Pekerjaan : PNS
● Hubungan dengan klien : Ibu Kandung
2. Keluhan Utama
● Saat MRS : Klien marah-marah, mengamuk dan selalu ingin
melempar barang-barang yang ada disekitarnya.
● Saat dikaji :
-Klien mengatakan mendengar suara atau bisikan yang
mendorongnya untuk latihan karate namun terkadang suara itu
mengejeknya.
-Klien banyak bicara, suka tertawa dan berbicara sendiri serta
bercerita dengan menggerak-gerakkan tangannya sendiri.

3. Riwayat Kesehatan
● Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu klien mengatakan kadang-kadang klien suka berbicara,
tertawa sendiri dan terkadang menggerak-gerakkan tangannya
sendiri sambil mengoceh yang tidak jelas.
● Riwayat Penyakit Dahulu
Klien pernah frustasi 5 tahun yang lalu dan selalu murung hingga
keadaannya memburuk sampai saat ini.Klien sudah 3x keluar
masuk RSJ dan yang sekarang adalah yang keempat kalinya.
● Riwayat Penyakit Keluarga
Anggota keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat seperti
yang dialami oleh klien.
4. Riwayat Psikososial
● Sebelum sakit : Klien sangat dekat dengan orang
sekitar rumah untuk berinteraksi.
● Saat di Kaji : setelah sakit pasien jarang sekali
berinteraksi dengan orang-orang sekitarnya.

5. Riwayat Spiritual
● Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien
beragama islam, pasien melakukan sholat 5 waktu
di masjid dan terkadang mengikuti pengajian.
● Saat Dikaji: Keluarga mengatakan pasien tidak
melakukan sholat 5 waktu setelah masuk RS
6. Pola Pemenuhan Kesehatan
● Aktivitas/kesehatan
Pasien terlihat sering tertawa sendiri dan perilakunya tidak stabil. Klien tidak mampu diajak
berkomunikasi secara baik dan perhatiannya menurun dalam melakukan aktivitas. Keluarga
klien mengatakan klien sering melakukan aktivitas yang membahayakan dengan melempar
barang-barang disekitarnya.
● Makanan/cairan
Keluarga pasien mengatakan pasien makan sehari 2x-3x sehari, dengan bantuan keluarga
pasien.
● Konsep diri
-Citra tubuh
Klien mengatakan menyukai semua bagian tubuhnya, saat ditanya bagian tubuh yang
disukai adalah tangan.
-Identitas
Klien dapat menyebutkan identitas dirinya, klien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang
laki-laki.
-Peran
Sebelum sakit dirumah klien mempunyai tanggung jawab sebagai anak dan mahasiswa,
klien dapat melakukan pekerjaan dirumah. Klien rajin mengikuti kegiatan ibadah. Tetapi
setelah sakit klien dirawat dirumah sakit jiwa. Klien mengatakan bahwa dirumah sakit klien
adalah seorang pasien yang mendapat pengobatan.
-Ideal diri
Klien berharap dapat segera pulang dirumah,membantu org tua dan latihan karate
-Harga diri
Klien mengatakan jika sudah pulang ke rumah klien ingin bergaul dengan teman-temannya.
● Hubungan social
-Orang terdekat : ibu kandung klien
-Peran serta dalam masyarakat : Sebelum sakit klien sering mengikuti kegiatan masyarakat
seperti kerja bakti dan kegiatan pemuda. Setelah di rumah sakit, klien jarang mengikuti
kegitan dalam masyarakat.klien hanya mengikuti kegiatan dalam rumah sakit dan itu pun
jika klien suka.
● Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Setelah sakit klien banyak bicara, frekuensi bicara cepat.saat dirumah sakit. Klien suka
menyendiri dan tidak mau berbicara dengan teman-teman diruangan.
7. Pemeriksaan Fisik
● Keadaan umum : Baik
● Tingkat kesadaran : compos mentis
● Tanda-tanda vital :
-Tekanan Darah : 110/80 mmHg
-Nadi : 82 x/menit
-Respirasi Rate : 21 x/menit
-Suhu : 36 oC
-BB : 60 kg
-TB : 166 cm
● Kepala
-Inspeksi : Bentuk Normochepal, tidak terdapat lesi, tidak adanya hiperpigmentasi,
rambut bersih.
-Palpasi : Tidak ada benjolan
● Mulut dan gigi
Mokusa bibir lembab tidak pucat,lidah tampak sedikit kotor, dan gigi lengkap.
● Leher
Inspeksi : tidak ada benjolan
Palpasi : tidak adanya pembesaran kelenjar getah bening dan tiroid
● Jantung
Inspeksi : normal, ictus cordis tidak tampak
● Paru
Bentuk toraks normal, frekuensi pernapasan normal
● Abdomen
Bentuk abdomen datar, tidak terdapat benjolan, bising usus normal
● Muskuloskeletal
Normal, tidak ada keterbatasan gerak
● Kulit
Tugor kulit bersih dan elastis
 
C. Data Fokus
Nama Pasien : Tn.A

RM : 012
Data Subjektif Data Objektif

1. Keluarga mengatakan klien suka 1. Klien bicara cepat.


marah-marah, melempar barang 2. Saat bercerita klien suka menggerak-
disekitarnya gerakkan tangan
2. Keluarga mengatakan klien suka 3. Ekspresi wajah serius saat bercerita
mengurung diri dirumah dan bicara 4. Klien suka berdiam diri dalam kamar
sendiri 5. Klien tidak suka berbicara dengan
3. Klien mengatakan mendengar suara teman-temannya dalam ruangan
atau bisikan yang mendorongnya 6. Klien tampak malu-malu saat bercerita
untuk latihan karate namun dengan perawat
terkadang suara itu mengejeknya. 7. Klien suka bicara sendiri, tertawa dan
4. Ibu klien mengatakan kadang-kadang senyum sendiri
klien kembali normal seperti biasa 8. Klien banyak bicara
namun kadang-kadang suka
berbicara, tertawa sendiri dan
menggerak-gerakkan tangannya
sendiri sambil mengoceh yang tidak
jelas.
D. Analisis Data
No. Data Etiologi Problem
1. Ds : Halusinasi Gangguan persepsi
- Klien mengatakan mendengar pendengaran
suara atau bisikan yang
mendorongnya untuk latihan
karate namun terkadang suara
itu mengejeknya.
- Ibu klien mengatakan kadang-
kadang klien kembali normal
seperti biasa namun kadang-
kadang suka berbicara, tertawa
sendiri dan menggerak-gerakkan
tangannya sendiri sambil
mengoceh yang tidak jelas.
Do :
- Klien suka bicara sendiri,
tertawa dan senyum sendiri
- Klien banyak bicara

2. Ds : Sikap Resiko mencederai


Keluarga mengatakan klien suka membahayakan orang lain
marah-marah, melempar barang orang lain
disekitarnya
Do :
- Klien bicara cepat.
- Saat bercerita klien suka
menggerak-gerakkan tangan
- Ekspresi wajah serius saat
bercerita
3. Ds : Menarik Diri Isolasi Sosial
Keluarga mengatakan klien suka
mengurung diri dirumah dan bicara sendiri
Do :
- Klien suka berdiam diri dalam kamar
- Klien tidak suka berbicara dengan
teman-temannya dalam ruangan
- Klien tampak malu-malu saat
bercerita dengan perawat

E. Diagnosa Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan

Gangguan presepsi b.d Halusinasi1.pendengaran


 

Resiko Mencederai orang lain b.d 1.


sikap
  membahayakan orang lain

Isolasi Sosial b.d menarik diri 1.  


F. Intervensi Perawatan
No. Dx Tujuan dan Intervensi Rasional
Kriteria hasil
1. Gangguan Setelah diberikan 1. Kembangkan 1. Untuk mengurangi
presepsi tindakan Lingkungan yang kecemasan dan
b.d keperawatan mendukung dan emosional, seperti
Halusinas diharapkan klien hubungan klien- kemarahan,
i mampu mengenali perawat yang meningkatkan
pendenga perubahan dalam terapeutik pengembangan evaluasi
ran berpikir dengan 2. Kaji derajat gangguan diri yang positif dan
kriteria hasil : kognitif, seperti mengurangi konflik
1. Mampu perubahan orientasi, psikologis
memperlihatka rentang perhatian, 2. Untuk memberikan
n kemampuan kemampuan berpikir. dasar dan pebandingan
kognitif untuk Bicarakan dengan yang akan datang dan
menjalani keluarga mengenai memengaruhi rencana
konsekuensi perubahan perilaku intervensi.
kejadian yang 3. Pertahankan 3. Agar klien bisa tenang
menegangkan lingkungan yang karena kebisingan
terhadap emosi menyenangkan dan merupakan sensori
dan pikiran tenang berlebih yang
tentang diri 4. Lakukan pendekatan meningkatkan gangguan
2. Mampu dengan cara perlahan neuron
mengembangka dan tenang 4. Agar klien tidak
n strategi untuk 5. Panggil klien dengan merasakan terancam,
mengatasi namanya dan tatap karena jika pendekatan
anggapan diri wajahnya ketika terburu-buru
yang negative berbicara menyebabkan klien
3. Mampu 6. Gunakan suara yang bingung, kesalahan
mengenali agak rendah dan presepsi dan terancam
perubahan berbicara dengan 5. Untuk menimbulkan
dalam berpikir perlahan pada klien perhatian terutama
atau tingkah 7. Gunakan kata-kata bentuk identitas diri dan
laku dan factor pendek, kalimat dan menimbulkan

Anda mungkin juga menyukai