Anda di halaman 1dari 29

SA 705 dan SA 706

ARTHUR FERNANDO ( 023151900002)


Modifikasi Terhadap Opini dalam
Laporan Auditor Independen

STANDAR AUDIT (“SA”) 705


RUANG LINGKUP

• Standar Audit (“SA”) ini mengatur tanggung jawab auditor untuk


menerbitkan suatu laporan yang tepat dalam kondisi ketika, dalam
merumuskan suatu opini berdasarkan SA 700,1 auditor menyimpulkan
bahwa modifikasi terhadap opini auditor atas laporan keuangan
diperlukan.
TUJUAN

Tujuan auditor adalah untuk menyatakan dengan jelas suatu opini yang
dimodifikasi dengan tepat atas laporan keuangan yang diperlukan ketika:
a. Auditor menyimpulkan, berdasarkan bukti audit yang diperoleh, bahwa
laporan keuangan secara keseluruhan tidak bebas dari kesalahan penyajian
material; atau
b. Auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk
menyimpulkan bahwa laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari
kesalahan penyajian material.
DEFINISI
Untuk tujuan SA ini, istilah-istilah di bawah ini memiliki makna sebagai berikut:
a. Pervasif: Suatu istilah yang digunakan dalam konteks kesalahan penyajian
untuk menggambarkan dampak kesalahan penyajian terhadap laporan
keuangan atau kemungkinan dampak kesalahan penyajian terhadap laporan
keuangan, jika ada, yang tidak dapat terdeteksi karena ketidakmampuan untuk
memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat. Dampak yang pervasif terhadap
laporan keuangan adalah dampak yang menurut pertimbangan auditor:
(i) Tidak terbatas pada unsur, akun, atau pos tertentu laporan keuangan
(ii) Jika dibatasi, merupakan atau dapat merupakan suatu proporsi yang
substansial dari laporan keuangan; atau
(iii) Dalam hubungannya dengan pengungkapan, bersifat fundamental bagi
pemahaman pengguna laporan keuangan.
b. Opini modifikasian: Suatu opini wajar dengan pengecualian, suatu opini tidak
wajar, atau suatu opini tidak menyatakan pendapat
KETENTUAN

Kondisi yang mengharuskan dilakukannya Modifikasi terhadap Opini auditor


• Auditor harus memodifikasi opini dalam laporan auditor ketika:
a. Auditor menyimpulkan bahwa, berdasarkan bukti audit yang
diperoleh, laporan keuangan secara keseluruhan tidak bebas dari
kesalahan penyajian material; atau (Ref: Para. A2–A7)
b. Auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat
untuk menyimpulkan bahwa laporan keuangan secara keseluruhan
bebas dari kesalahan penyajian material. (Ref: Para. A8–A12)
Penentuan Tipe Modifikasi Terhadap Opini Auditor

• Opini Wajar dengan Pengecualian


Auditor harus menyatakan opini wajar dengan pengecualian ketika:
(a) Auditor, setelah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat,
menyimpulkan bahwa kesalahan penyajian, baik secara individual
maupun secara agregasi, adalah material, tetapi tidak pervasif,
terhadap laporan keuangan; atau
(b) Auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat
yang mendasari opini, tetapi auditor menyimpulkan bahwa
kemungkinan dampak kesalahan penyajian yang tidak terdeteksi
terhadap laporan keuangan, jika ada, dapat bersifat material, tetapi
tidak pervasif.
Penentuan Tipe Modifikasi Terhadap Opini Auditor

• Opini Tidak Wajar


Auditor harus menyatakan suatu opini tidak wajar ketika auditor,
setelah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat, menyimpulkan
bahwa kesalahan penyajian, baik secara individual maupun secara
agregasi, adalah material dan pervasif terhadap laporan keuangan.
Penentuan Tipe Modifikasi Terhadap Opini Auditor
• Opini Tidak Menyatakan Pendapat
Auditor tidak boleh menyatakan pendapat ketika auditor tidak dapat
memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat yang mendasari opini, dan
auditor menyimpulkan bahwa kemungkinan dampak kesalahan penyajian yang
tidak terdeteksi terhadap laporan keuangan, jika ada, dapat bersifat material dan
pervasif.
Auditor tidak boleh menyatakan pendapat ketika, dalam kondisi yang sangat
jarang yang melibatkan banyak ketidakpastian, auditor menyimpulkan bahwa,
meskipun telah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang setiap
ketidakpastian tersebut, auditor tidak dapat merumuskan suatu opini atas laporan
keuangan karena interaksi yang potensial dari ketidakpastian tersebut dan
kemungkinan dampak kumulatif dari ketidakpastian tersebut terhadap laporan
keuangan.
Ketidakmampuan Auditor memperoleh bukti yang cukup
dan tepat (pembatasan ruang lingkup audit)

• Ketidakmampuan auditor untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan


tepat (juga disebut sebagai pembatasan ruang lingkup audit) dapat timbul
dari:
a. Kondisi di luar pengendalian entitas;
b. Kondisi yang berkaitan dengan sifat atau waktu dari pekerjaan
auditor; atau
c. Pembatasan yang dilakukan oleh manajemen.
Contoh kondisi di luar pengendalian entitas
mencakup sebagai berikut:
• Catatan akuntansi entitas telah musnah.
• Catatan akuntansi suatu komponen signifikan disita oleh otoritas
pemerintah hingga waktu yang tidak dapat ditentukan

Contoh Pembatasan yang dilakukan oleh manajemen.


mencakup :
• Manajemen mencegah auditor untuk mengobservasi perhitungan fisik
persediaan
• Manajemen mencegah auditor untuk melakukan konformasi eksternal atas
saldo akun tertentu
Contoh kondisi yang berkaitan dengan sifat atau
waktu pekerjaan auditor mencakup:

• Auditor tidak dapat memperolah informasi keuangan


perusahaan terasosiasi untuk mengevaluasi apakah metode
ekuitas yang diterapkan entitas telah tepat
• Waktu penunjukkan auditor yang menyebabkan tidak dapat
melakukan observasi perhitungan fisik
• Auditor menentukan bahwa prosedur substantif saja tidak cukup,
namun pengendalian entitas tidak efektif
BENTUK DAN ISI LAPORAN AUDITOR KETIKA
OPINI DIMODIFIKASI

• Adanya tambahan Paragraf: Basis untuk opini Wajar dengan pengecualian / tidak
wajar / tidak menyatakan pendapat
• Paragraf opini harus diberi subjudul:
• “Opini wajar dengan pengecualian”
• “Opini tidak wajar”
• “Opini tidak menyatakan pendapat”

• Untuk opini tidak menyatakan pendapat, dalam paragraf Tanggung Jawab


Auditor, ditambahkan kalimat:
• Tanggung jawab kami adalah untuk menyatakan suatu opini atas laporan keuangan
tersebut berdasarkan pelaksanaan audit yang sesuai dengan Standar Audit yang ditetapkan
oleh Institut Akuntan Publik Indonesia. Namun, karena hal yang dijelaskan dalam paragraf
Basis untuk Opini Tidak Menyatakan Pendapat, kami tidak dapat memperoleh bukti audit
yang cukup dan tepat untuk menyediakan suatu basis bagi opini audit”.
Contoh Opini wajar dengan pengecualian
Contoh Opini tidak Wajar
Contoh Opini tidak Menyatakan Pendapat
Paragraf Penekanan suatu Hal dan Paragraf
Hal Lain dalam Laporan Auditor Independen

STANDAR AUDIT (“SA”) 706


RUANG LINGKUP
SA ini mengatur komunikasi tambahan dalam laporan auditor ketika auditor
menganggap perlu untuk:
• Menarik perhatian pengguna LK pada suatu hal yang disajikan atau
diungkapkan dalam LK yang sedemikian penting bahwa hal tersebut adalah
fundamental bagi pemahaman pengguna LK
• Menarik perhatian pengguna LK pada suatu hal atau beberapa hal selain
yang disajikan atau diungkapkan dalam LK yang relevan bagi pengguna atas
audit, tanggung jawab auditor atau laporan auditor
TUJUAN

Tujuan auditor, setelah merumuskan suatu opini atas laporan keuangan,


adalah untuk menarik perhatian pengguna laporan keuangan, ketika
menurut auditor hal tersebut perlu dilakukan, melalui komunikasi tambahan
yang jelas dalam laporan auditor, atas:
a. Suatu hal, meskipun telah disajikan atau diungkapkan dalam laporan
keuangan dengan tepat, yang sedemikian penting bahwa hal tersebut
adalah fundamental bagi pemahaman pengguna laporan keuangan atas
laporan keuangan; atau
b. Jika relevan, hal-hal lain yang relevan bagi pemahaman pengguna laporan
keuangan atas audit, tanggung jawab auditor, atau laporan auditor.
DEFINISI
Untuk tujuan SA ini, istilah-istilah di bawah ini memiliki makna sebagai berikut:
a. Paragraf Penekanan Suatu Hal: Suatu paragraf yang Opini modifikasian:
Suatu opini wajar dengan pengecualian, suatu opini tidak wajar, atau
suatu opini tidak menyatakan pendapat tercantum dalam laporan auditor
yang mengacu pada suatu hal yang telah disajikan atau diungkapkan
dengan tepat dalam laporan keuangan yang, menurut pertimbangan
auditor, sedemikian penting bahwa hal tersebut adalah fundamental bagi
pemahaman pengguna laporan keuangan atas laporan keuangan.
b. Paragraf Hal Lain: Suatu paragraf yang tercantum dalam laporan auditor
yang mengacu pada suatu hal selain yang telah disajikan atau
diungkapkan dalam laporan keuangan yang, menurut pertimbangan
auditor, relevan bagi pemahaman pengguna laporan keuangan atas
audit, tanggung jawab auditor, atau laporan auditor.
KETENTUAN

Paragraf penekanan Suatu hal dalam Laporan Auditor


Ketika auditor mencantumkan paragraf Penekanan Suatu Hal dalam
laporannya, auditor harus:
a. Meletakkan paragraf tersebut segera setelah paragraf opini dalam laporan
auditor;
b. Menggunakan judul “Penekanan Suatu Hal” atau judul lain yang tepat;
c. Mencantumkan dalam paragraf tersebut suatu pengacuan yang jelas tentang
hal yang ditekankan dan acuan pada catatan atas laporan keuangan yang
relevan tempat hal tersebut diungkapkan dalam laporan keuangan; dan
d. Mengindikasikan bahwa opini auditor tidak dimodifikasi sehubungan
dengan hal yang ditekankan tersebut. (Ref: Para. A3-A4)
Paragraf penekanan Suatu hal dalam Laporan Auditor
Contoh kondisi diperlukannya paragraf penekanan suatu hal:
 Suatu ketidakpastian hasil di masa depan atas perkara litigasi atau tindakan yang akan
dilakukan oleh regulator
 Penerapan dini atas SAK baru yang berdampak pervasive
 Bencana alam besar yang mempunyai dampak signifikan terhadap posisi keuangan
entitas

• Pencantuman paragraf penekanan suatu hal dalam laporan auditor,


tidak mempengaruhi opini auditor
• Paragraf Penekanan Suatu Hal, bukan merupakan pengganti bagi hal-
hal sebagai berikut:
• Auditor menyatakan opini wajar dengan pengecualian atau opini tidak wajar, atau
opini tidak menyatakan pendapat
• Pengungkapan dalam Laporan Keuangan yang diharuskan untuk dibuat oleh
manajemen menurut kerangka pelaporan keuangan yang berlaku
KETENTUAN

Paragraf Hal Lain dalam Laporan Auditor


Jika menurut auditor perlu untuk mengomunikasikan suatu hal lain selain yang
telah disajikan atau diungkapkan dalam laporan keuangan yang, menurut
pertimbangan auditor, relevan bagi pemahaman pengguna laporan keuangan
atas audit, tanggung jawab auditor, atau laporan auditor, dan hal ini tidak
dilarang oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka auditor harus
mencantumkan suatu paragraf dalam laporan auditor dengan judul “Hal
Lain” atau judul lain yang tepat. Auditor harus mencantumkan paragraf
tersebut segera setelah paragraf Opini dan paragraf Penekanan Suatu Hal,
atau di tempat lain dalam laporan auditor jika isi paragraf Hal Lain
tersebut relevan dengan paragraf Tanggung Jawab Pelaporan Lain. (Ref:
Para. A5-A11)
Kondisi yang Memerlukan Paragraf Hal Lain dalam Laporan Auditor

• Relevan bagi pemahaman pengguna Laporan Keuangan atas Audit (misal: ketika auditor
tidak dapat menarik diri dari perikatan meskipun ada pembatasan ruang lingkup audit)
• Relevan bagi pemahaman pengguna Laporan Keuangan atas Tanggung Jawab Auditor
atas laporan auditor, ketika:
• adanya tambahan tanggung jawab auditor berdasar SA (lihat seksi Tanggung Jawab Pelaporan
Lain dalam SA 700 )
• Auditor diminta melakukan prosedur tambahan tertentu, atau menyatakan opini atas hal-hal
tertentu
• Pelaporan atas lebih dari satu Set Laporan Keuangan, Contoh: saat entitas harus
menyusun Laporan Keuangan berdasar SAK di Indonesia dan IFRS
• Pembatasan atas Distribusi atau Penggunaan Laporan Auditor, laporan auditor hanya
ditujukan bagi pengguna yang dituju, dan laporan tersebut tidak diperkenankan untuk
didistribusikan kepada atau digunakan oleh pihak-pihak lain.
Contoh ilustrasi Penekanan Hal lain

Anda mungkin juga menyukai