Derajat Ionisasi
Ukuran Molekul
Ikatan Protein
ABSORBSI
Saluran Cerna Paru-paru
Pada saat kehamilan terjadi penurunan Pada kehamilan terjadii peningkatan
sekresi asam lambung sebanyak 40% dari curah jantung, tidal volume, ventilasi
wanita tidak hamil, disertai dengan dan aliran darah paru. Perubahan-
peningkatan sekresi mukus, kombinasi perubahan ini mengakibatkan
kedua hal tersebut akan menyebabkan peningkatan absorbsi alveolar,
peningkatan pH lambung, dan kapasitas sehingga perlu dipertimbangkan dalam
buffer. Secara klinik hal ini akan pemberian obat inhalan
mempengaruhi ionisasi asam-basa yang
berakibat pada absorbsinya
DISTRIBUSI
Plasenta sendiri memiliki barrier yang dapat menyaring obat atau
zat zat yang akan akan masuk. Volume distribusi obat akan
mengalami perubahan selama kehamilan akibat peningkatan
jumlah volume plasma hingga 50%. Peningkatan curah jantung
akan berakibat peningkatan aliran darah ginjal sampai 50% pada
akhir trimester I, dan peningkatan aliran darah uterus yang
mencapai puncaknya pada aterm (36-42L/jam), 80% akan
menuju ke plasenta dan 20% akan mendarahi myometrium.
Akibat peningkatan jumlah volume ini, terjadi penurunan kadar
puncak obat (Cmax) dalam serum.
Metabolisme Obat di Plasenta dan Janin
Ada 2 mekanisme yang ikut melindungi janin dari obat disirkulasi ibu, yaitu:
1) Plasenta yang berperan sebagai penghalang semipermeable juga sebagai
tempat metabolisme beberapa obat yang melewatinya.
2) Obat-obat yang melewati plasenta akan memasuki sirkulasi janin lewat
vena umbilikal. Sekitar 40-60% darah yang masuk tersebut akan masuk
hati janin, sisanya akan masuk ke sirkulasi umum janin.
ELIMINASI
Eliminasi oleh hati
Fungsi hati dalam kehamilan dipengaruhi oleh kadar estrogen
dan progesteron yang tinggi. Pada beberapa obat tertentu seperti
phenytoin, metabolisme dihati meningkat yang diakibatkan
rangsangan pada aktivitas enzim mikrosom hati yang disebabkan
oleh hormon progesteron
Eliminasi oleh ginjal
(Laju filtrasi glomeruler meningkat sampai 50%
pada saat kehamilan sampai kelahiran. Shingga
klirens obat yang diekskresikan melalui ginjal
dalam bentuk tak berubah akan meningkat)
Indeks keamanan obat pada kehamilan
Indeks keamanan kehamilan merupakan panduan untuk meresepkan obat
yang aman pada ibu hamil berdasarkan kategori menurut Badan Pengawas Obat
dan Makanan Amerika Serikat (United States Food and Drug Administration
atau US FDA).
FDA menggolongkan tingkat keamanan penggunaan obat berdasarkan
berdasarkan risiko terhadap sistem reproduksi dan perkembangan janin dan
besarnya perbandingan antara risiko dan manfaat obat terdapat 5 kategori yaitu :
A= Tidak berisiko
B=Tidak berisiko pada beberapa penelitian
C= Mungkin berisiko
D= Ada bukti positif dari risiko
X= Kontraindikasi
KATEGORI A
Studi kontrol pada wanita tidak memperlihatkan adanya resiko terhadap
janin pada kehamilan trimester I (dan tidak ada bukti mengenai resiko
pada trimester selanjutnya), dan sangat rendah kemungkinannya untuk
membahayakan janin. Contoh : Vitamin C, asam folat, vitamin B6, zinc.
Kategori B
Studi pada sistem reproduksi binatang percobaan tidak memperlihatkan
adanya resiko terhadap janin, tetapi studi terkontrol terhadap wanita hamil
belum pernah dilakukan. Contoh : acarbose, acyclovir, amiloride,
amoxicillin, ampicillin, azithromycine, bisacodyl, buspirone, caffeine,
cefaclor, cefadroxil
Kategori C
Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping pada janin
(teratogenik atau embriosidal atau efek samping lainnya) dan belum ada studi
terkontrol pada wanita, atau studi terhadap wanita dan binatang percobaan tidak
dapat dilakukan. Obat hanya dapat diberikan jika manfaat yang diperoleh melebihi
besarnya resiko yang mungkin timbul pada janin. Contoh : acetazolamide,
albendazole, albumin,
Kategori D
Terbukti menimbulkan resiko terhadap janin manusia, tetapi besarnya manfaat
yang diperoleh jika digunakan pada wanita hamil dapat dipertimbangkan
(misalnya jika obat diperlukan untuk mengatasi situasi yang mengancam jiwa
atau penyakit serius dimana obat yang lebih aman tidak efektif atau tidak dapat
diberikan). Contoh: alprazolam, amikacin, amiodarone
Kategori X
terbukti mempunyai resiko tinggi terjadinya pengaruh buruk yang
menetap (irreversibel) pada janin jika diminum pada masa
kehamilan. Obat dalam kategori ini merupakan kontraindikasi
mutlak selama kehamilan. Contoh: Isotretionin dan
Dietilstilbestrol.
Pengaruh obat pada janin
Pengaruh obat pada janin tergantung pada tingkat perkembangan janin, dosis dan kekuatan obat.
Paracetamol Ibuprofen
Loratadine
Klasifikasi keamanan obat pada laktasi
L2: aman
Contohnya :
Guaifenesin Dimenhidrinat
Cetirizine
Klasifikasi keamanan obat pada laktasi
L3: cukup aman
Contohnya :
Pseudoefedrin Lorazepam
Aspirin
Klasifikasi keamanan obat pada laktasi
L4: Kemungkinan
Contohnya : berbahaya
Kloramfenikol
Sibutramin
Klasifikasi keamanan obat pada laktasi
L5: Kontraindikasi
Contohnya :
Amiodaron Siklofosfamid
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERPINDAHAN OBAT MELALUI ASI
Kelarutan Lemak Pada umumnya kadar puncak obat di
ASI adalah sekitar 1- 3 jam sesudah
ibu meminum obat. Hal ini mungkin
dapat membantu mempertimbangkan
Derajat Ionisasi untuk tidak memberikan ASI pada kadar
puncak. Bila ibu menyusui tetap harus
meminum obat yang potensial toksik
Ukuran Molekul terhadap bayinya maka untuk sementara
ASI tidak diberikan tetapi tetap harus di
pompa. ASI dapat diberikan kembali
Ikatan Protein setelah dapat dikatakan tubuh bersih dari
obat dan ini dapat diperhitungkan
setelah 5 kali waktu paruh obat
EFEK OBAT TERHADAP NEONATUS
Neonatus merupakan sebutan kepada bayi baru lahir yang memiliki usia
dibawah 28 hari, atau empat minggu pertama setelah kelahiran. Selama 28 hari
pertama kehidupan tersebut bayi memiliki risiko kematian paling tinggi
dibandingkan kondisi umur lainnya. Neonatus yang memiliki risiko kematian tinggi
adalah bayi dengan kelahiran prematur, asfiksia, sepsis/ infeksi, hipoglikemia,
polisitemia akibat hipoksia intrauterin, dan hipotermia. Laporan WHO tahun 2006
memperkirakan bahwa lebih dari 7,5 juta kematian neonatal di dunia terjadi pada
empat minggu pertama kehidupan. Sekitar 98% kematian neonatal berasal dari
negara berkembang, dan kurang lebih 28% di negara miskin.
Pemberian obat kepada pasien neonatus dengan risiko kematian tinggi menjadi
salah satu faktor utama penunjang keselamatan pasien. Hal lain yang perlu menjadi
perhatian adalah interaksi yang ditimbulkan karena pemberian obat yang berbeda
dalam waktu yang bersamaan. Seperti pemberian antibiotik yang satu dengan
antibiotik yang lain pada waktu yang sama, atau interaksi yang timbul antara obat
dengan makanan
OBAT YANG DI ANJURKAN UNTUK TIDAK
DIBERIKAN KEPADA IBU YANG
MENYUSUI
Nama obat Alasan
Bromocriptine Menekan laktasi, dapat berbahaya bagi ibu
Cocaine Intoksikasi
Heroin Tremor, gelisah, muntah, kesulitan minum
Nicotine (merokok) Muntah, diare, gelisah, menekan produksi ASI
Amphetamine Gelisah, sukar tidur
Cyclophosphamide Neutropenia, menekan daya tahan
Cyclosporine Menekan daya tahan
Methotrexate Menekan daya tahan
Ergotamine Muntah, diare, kejang
Phenindione Meningkatkan masa protrombin
Phencyclidine Halusinasi
Lithium Kadar tinggi di dalam ASI
ZAT RADIOAKTIF YANG MEMERLUKAN
PENGHENTIAN PEMBERIAN ASI UNTUK
SEMENTARA
Waktu penghentian pemberian ASI yang
Nama zat
dianjurkan
Radioaktivitas masih terdapat di dalam ASI setelah 50
Cuprum
jam
Radioaktivitas masih terdapat di dalam ASI setelah 2
Gallium
minggu
Indium Pada 20 jam terdapat sangat sedikit di dalam ASI
Radioaktivitas masih terdapat di dalam ASI sampai 36
Iodine
jam
Radioaktivitasnya terdapat di dalam ASI selama 12
Iodine
hari