Anda di halaman 1dari 36

PENGEMBANGAN PRODUK &

PENGENDALIAN KUALITAS

AKBAR SADEWA - 141180186


ANGGA SEPTIAN - 141180221
ALIF FAHMI - 141180245
RAHMA USWATUN H. - 141180259
Kelompok 5
Definisi Kualitas Suatu Produk

Heizer (2001) Produsen

01 02 03 04

Schroeder The American


( 2000) Society for
Quality
Dimensi Kualitas

01 02
Quality of design Quality of conformance

1. Ditentukan saat produk dirancang. 1. Menghasilkan produk yang sesuai dengan


2. Tanggung jawab product designer
3. Market research – Customer needs – spesifikasinya.
Design concept 2. Dilakukan oleh bagian produksi

03
1. Kemampuan suatu 1. Merupakan customer

Abilities
produk selama
digunakan oleh
konsumen
04 service atau seles service
2. Meliputi : keramahan,
kecekatan dan kosapan
2. 3 hal yang terkandung Field service dalam melayani
dalam availability : konsumen, keterampilan
a. Keandalan dalam memperbaiki
b. Mudah rawat kerusakan
c. Ketersediaan
Hal Penting dalam Mengendalikan dan
Meningkatkan Kualitas:
Cara melakukan pemeriksaan produk

Teknik yang digunakan dalam pemeriksaan

Pentingnya pemeriksaan kualitas


Menjamin kualitas bahan yang diterima dari supplier atau yang juga
akan dikirim ke konsumen.

Menentukan tingkat resiko yang akan ditanggung baik oleh supplier atau
: pun konsumen.
KEGIATAN PEMERIKSAAN KUALITAS

CONVERTION
INPUT OUTPUT
PROCESS

CONTROL CHART

ACCEPTANCE SAMPLING
Kegiatan Penciptaan Nilai Tambah Ini Terjadi:

1. 1. Di sisi supplier, saat sedang mengolah produk


yang sedang di pesan.
2. Pada saat produk diterima dari supplier.
3. Pada saat produk akan digunakan.
4. Pada tahapan – tahapan proses pengolahan
5. Pada akhir tahapan pengolahan
6. Sebelum produk diserahkan ke konsumen
7. Pada saat penyerahan kepada konsumen
Teknik Pemeriksaan
Teknik untuk mengendalikan kualitas adalah dengan cara tradisional dan
menggunakan metode stastistik.

Cara tradisional dilakukan dengan merasakan, mendengarkan, dan melihat


secara langsung obyek yang sedang diperiksa.

Teknik statistik termasuk cara yang modern yang digunakan dalam


pemeriksaan kualitas. Teknik ini di sebut Statistical Process Control (SPC).
Ada 4 (empat) jenis diagram yang dapat digunakan, yaitu:
(1) c-chart
(2) p-chart
(3) x-chart
(4) R-chart
BAGAN PENDALIAN KUALITAS
E. Kesempurnaan
Kualitas
Kesempurnaan ini digambarkan dengan kualitas produk yang memiliki cacat nol atau lebih
dikenal dengan

zero defect.
Kualitas yang memiliki cacat nol itu berada pada grafik terlihat suatu grafik yang naik turun.

Titik-titiknya ada yang di dalam batas-batas kendali atas (UCL) atau batas kendali bawah (LCL), tetapi
ada juga yang berada di luar batas-batas kendali.
Turun naik grafik tersebut menunjukan turun naiknya kualitas produk yang diperiksa yang bisa
dikelompokkan:
(1) Titik-titik yang berada diluar batas (out of control).
(2) Titik-titik yang berada didalam batas-batas kontrol (in control).
(3) Titik-titik yang berada dalam garis standar.
Risiko Produsen dan
Konsumen

1) Resiko Produsen (Producer’s Risk)


=> Produsen harus mengganti sebagian atau bahkan keseluruhan produk
yang dikirim kepada konsumen, ini disebut  producer’s  risk.

2) Resiko Konsumen (Consumer Risk)


=> Konsumen harus menerima resiko produk karena berdasarkan
pengujian kualitas hasilnya bagus padahal produk yang lainnya jelek ini
disebut consumer’s risk.
Dalam pemeriksaan berdasarkan sampling, bisa terjadi produsen menerima klaim dari
konsumen karena uji kualitas oleh konsumen hasilnya jelek.  Karena itu produsen akan
berusaha agar Resiko yang akan terjadi dalam tingkat rendah yaitu antara 1 sampai 5
persen. Dalam statistik disebut  Resiko alpha ( α) atau error tipe I, yaitu besarnya probability
produk bagus akan ditolak karena pemeriksaan sampel menunjukkan produk yang jelek lebih
besar.

Konsumen akan berusaha agar Resiko yang dihadapinya tetap rendah yaitu tidak lebih besar
dari 10%. Ia berusaha agar  kualitas produk keseluruhan minimal sama  kualitas produk dalam
sampel. Dalam statistik kondisi ini disebut Resiko beta (β) atau error tipe II  yaitu besarnya
probability produk jelek yang akan diterima konsumen karena pemeriksaan sampel
menunjukkan produk yang jelek lebih kecil dari populasi.
CURVE PENERIMAAN & PENOLAKAN KUALITAS PROODUK
G. Manajemen Kualitas Terpadu
Menurut Kume (1989), produk tercipta
karena empat faktor :
1. Bahan-bahan
2. Manusia
3. Peralatan
4. Metode

Meningkatkan kualitas semua faktor yang terkait dalam perusahaan harus dikoordinir untuk
menciptakan sinergi mulai dari supplier hinga kekonsumen. Pengelolaan ini disebut TQM (total quality
management)
Tokoh-tokohnya adalah W.Erwad Deming, J.M.Juran, Philip
B.Crosby. Untuk mengefektifkan konsep deming itu, heizer
(2000) membagi upaya peningkatan kualitas itu menjadi 6 cara
dalam TQM. Keenam program itu adalah:

Perbaikan yang terus menerus (continuous


improvement)

Berdayakan karyawan (employee empowerment)

Meniru dan memodifikasi (benchmarking)

Terapkan konsep just-in-time

Terapkan konsep taguchi

Terapkan dan kaji 7 alat-alat TQM


Perbaikan Terus Menerus
Perbaikan terus menerus merupakan salah satu kegiatan untuk meningkatkan
kualitas produk. Sasaran dari upaya ini adalah kesempurnaan. Upaya untuk
mencapai kesempurnaan hasil ini menurut walter shewhart harus dilakukan melalui
konsep PDCA (plan, do, check, action).
Konsep ini kemudian oleh deming diterapkan dijepang seltelah perang dunia ke II dan telah
berhasil dengan baik dalam memperbaiki kualitas produk yang dihasilkan masyarakat jepang.

Jepang kemudian mengadopsinya dan mengubah menjadi istilah “kaizen” untuk


mempopulerkan pada masyarakatnya yang waktu itu tidak mengerti bahasa inggris. Istilah

“zero defect”
lain adalah cacat nol atau dalam setiap penggolongan yaitu
satu sasaran yang harus dicapai dalam kegiatan perbaikan terus menerus. Sasaran ini
merupakan konsep relatif yang upayanya merupakan kegiatan tanpa akhir untuk
menggambarkan perbaikan terus menerus.

Dalam perkembangan selanjutnya perusahaan-perusahaan Amerika seperti Motorolla,


Honeywell, dan General Electric memperkenalkan “six sigma” untuk program TQM dengan
sasaran 99,99% akurat pada setiap kegiatan pengolahan. Namun apakah PDCA, Kaizen, Zero
Defect, atau six sigma yang akan menentukan pencapaian sasaran perbaikan terus menerus,
pada akhirnya tergantung pada manajer operasi dalam membangun budaya kerja dalam
perusahaan.
Pemberdayaan Karyawan
Employee empowerment berarti memberdayakan karywan dalam setiap tahapan
kegiatan produksi.
Keterlibatan orang-orang yang memahami cara-cara pengelolaan produk sangat
diperlukan.

Sebuah kajian menenjukan bahwa program TQM akan lebih berhasil apa bila
karyawan bawah diberi wewenang dan tanggung jawab untuk memperbaiki
kualitas produk, karena karyawan secara langsung terlibat dalam proses
pembuatan produk.
Teknik Untuk Mengembangkan Keterlibatan Karyawan

Bangun jaringan komunikasi yang melibatkan karyawan

Kembangkan keterbukaan dan sportifitas dalam bekerja

Berikan tanggung jawab kepada karyawan dalam pekerjaannya

Kembangkan moral organisasi

Ciptakan kelompok kerja untuk mendiskusikan kegiatan kerjanya

Kelompok ini disebut “quality control circle” atau terkenal dengan gugus kendali
mutu. Masing-masing angota akan saling berkomunikasi untuk berbagi
pengetahuan dalam kelompoknya masing-masing.
Meniru dan Memodifikasi
Langkah-langkah untuk mengembangkan
benchmarking:
1. Tentukan apa yang akan di benchmark
2. Bentuk suatu team untuk melakukan pengamatan
3. ldentifikasi siapa-siapa yang akan menjadi partner benchmarking
4. Kumpulkan dan analisa informasi
5. Ambil tindakan untuk menghasilkan benchmark
K. Konsep Taguchi
Kosep taguchi menyatakan bahwa masalah kualitas paling banyak timbul
karena rancangan produk (product design) dan rancangan proses (process
design) yang buruk. Untuk memperbaikinya harus dilakukan dengan 3 (tiga)
cara:

Quality Quality loss Target oriented


robustness function quality
Quality loss function (fungsi kerugian kualitas) mengidentifikasi biaya-biaya yang diakibatkan oleh kualitas
produk yang buruk dan memperlihatkan bagaimana biaya-biaya ini terus meningkat karena kualitas produk menjauh dari
harapan harapan konsumen. Biaya ini meliputi tidak hanya biaya external saja seperti kehilangan konsumen tapi juga biaya
internal seperti :
1. Biaya pemeriksaan (inspection cost)
2. Biaya pengerjaan ulang (rework)
3. Biaya perbaikan mesin dan peralatan (repair cost)
4. Biaya kerusakan (scrap cost) dan
5. Biaya sosial (social cost)
L. Tujuh Alat TQM

1. Check Sheet 2. Scatter Diagrams 3. Cause and Effect Diagram

4. Pareto Chart 5. Flow Process Chart 6. Histogram 7. Statistical Process


Control Chart
Standar Internasional
• ISO 9000 adalah pedekatan yang dilakukan perusahaan untuk memasuki pasar luar negeri dan merupakan
langkah awal untuk menuju kepada standar tunggal yang dikehendaki oleh konsumen seluruh dunia .
• Standar kualitas tunggal ini diawasi oleh “ International Standar Organization(ISO)” .
• Standar internasional ini tidak lepas dari upaya tokoh-tokoh kualitas seperti W.Edward Deming , Joseph
Juran dan Philip Crosby.
• Deming menekankan adanya peran pihak
manajemen dalam upaya meningkatkan
kualitas produk . Ia menekankan dua hal ,
kestabilan system dan upaya yang terus
menerus untuk mencapai kepuasan konsumen.
• Juran seorang pionir dalam mengajar oran
Jepang dalam meningkatkan kualitas .
• Phillip Crosby terkenal dengan ideo zero
defectnya.
ISO 9000
adalah suatu cara perusahaan untuk:

Mendapatkan pengakuan internasional bahwa kuaitas produknya


telah sesuai degan ketentua internasional.

Untuk meyakinkan bahwa perusahaan telah diaudit dan telah


dinyatakan sebagai yang memiliki “ sistem kualitas yang telah
terdokumentasi dengan baik”

Mendapatkan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk


memasuki pasar global .
Manajemen Lingkungan
ISO 9000 ini sekarang telah diperluas dengan ISO 14000
yang mengaitkan produk yang dihasilkan perusahaan
dengan lingkungan

ISO 14000
merupakan standar manajemen lingkungan yang berisi 5 elemen inti:
1.Manajemen lingkungan
2.Auditing
3.Performance evaluation
4.Labelling dan
5..Life cycle assessment.
Reach
Reach adalah peraturan untuk
registrasi, evaluasi, otorisasi, dan
pembatasan (restriction) dari produk-
produk kimia.

Pemerintah Uni Eropa menetapkan


standar REACH (registration,
Evaluation, and Authorisation of
Chemical ) sejak Juni 2008 lalu.

Sasaran dari REACH adalah untuk


meningkatkan perlindungan kesehatan
manusia dan lingkungan dari Resiko
yang terjadi akibat zat kimia.
JURNAL

Hubungan antara Integrasi Rantai Pasokan,


Just-In-Time dan Kinerja Logistik:
Perspektif Pemasok tentang Industri
Otomotif di Malaysia.
Akmal Aini Othman
Veera Pandiyan Kaliani Sundram
Nazura Mohamed Sayuti
Atikah Shamsul Bahrin
Pendahuluan
Industri otomotif di Malaysia berkembang pesat, menangkap pasar lokal dan luar negeri.
Oleh karena itu, sektor ini dianggap sebagai sektor penting dalam perekonomian Malaysia.
Kontribusi ekonomi dari sektor ini sangat besar, dengan kontribusi yang signifikan
terhadap lapangan kerja, investasi dan pendapatan nasional.

Sayangnya, dalam beberapa tahun terakhir industri otomotif menghadapi tantangan yang
cukup signifikan terutama dari liberalisasi perdagangan dan persaingan yang semakin
ketat. Dengan demikian, fenomena ini telah mengakibatkan banyak tekanan pada pabrikan
Malaysia untuk meningkatkan produktivitas dan kinerja secara total agar lebih kompetitif
secara lokal dan global. Untuk mencapai tujuan tersebut, peningkatan kinerja logistik
tampaknya menjadi suatu kebutuhan.
Tinjauan Literatur
 Integrasi Rantai Pasokan – integrasi sistem manajemen rantai pasokan telah menjadi subyek perdebatan dan
diskusi yang signifikan [17]. Bagian ini mencakup masalah yang berkaitan dengan integrasi proses inti
melintasi batas-batas organisasi melalui peningkatan komunikasi, kemitraan, aliansi dan kerjasama [23]. Ini
juga mencakup penerapan teknologi baru untuk meningkatkan arus informasi dan mengkoordinasikan arus
barang fisik antara mitra dagang [33].
 JIT Purchasing–Just-in-time (JIT) adalah inisiatif penting untuk memenuhi permintaan pelanggan pada harga,
kualitas dan waktu tunggu [29]. Karena biaya menjadi semakin penting dalam pasar internasional yang sangat
kompetitif saat ini, hal ini memungkinkan beberapa dari perusahaan ini untuk bersaing hanya berdasarkan
harga [12]. Agar berhasil, perusahaan-perusahaan ini juga harus mencapai kualitas tingkat tinggi dan tanggap
terhadap perubahan kebutuhan pasar

 Hubungan jangka panjang dengan pemasok mendorong loyalitas dan mengurangi risiko
gangguan pasokan [1,13,21]. Pemasok membantu pelanggan untuk tumbuh dan sukses di
pasar agar semua anggota rantai pasokan (termasuk mereka) mendapatkan keuntungan.
Pembelian JIT adalah bagian penting dari program JIT secara keseluruhan dan dapat
menghasilkan manfaat berupa pengurangan waktu tunggu, pengurangan inventaris,
peningkatan kualitas, peningkatan keandalan waktu tunggu, pengurangan biaya material, dan
peningkatan fleksibilitas [9].
Tinjauan Literatur
 JIT Manufacturing - Just-in-time (JIT) system telah menjadi kekuatan besar di dunia manufaktur sejak awal
1980-an. Manufaktur Just-in-time (JIT) telah menjadi identik dengan keunggulan dalam banyak diskusi
manufaktur [18]. Kadang-kadang disebut produksi ramping, ini digunakan di berbagai industri seperti mobil,
elektronik konsumen, peralatan kantor, dan peralatan listrik. Beberapa manfaat utama JIT seperti pengurangan
inventaris, pengiriman cepat, dan pengurangan biaya telah didokumentasikan dengan baik [6,20]. Studi telah
menemukan bahwa manufaktur JIT dapat membantu mengurangi waktu produksi, biaya persediaan, waktu
pengiriman, biaya tenaga kerja, dan biaya kualitas [35]. Pentingnya manufaktur JIT dihipotesiskan sebagai fungsi
kompleksitas logistik karena pentingnya teknik JIT yang dijelaskan di atas adalah fungsi kompleksitas logistik
produk [27].
 Kinerja Logistik - Logistik mengacu pada pengelolaan aliran material yang efektif dan
efisien di dalam dan di antara perusahaan [25,36,37]. Penentu utama kinerja bisnis adalah
peran fungsi logistik dalam memastikan kelancaran arus material, produk dan informasi di
seluruh rantai pasokan perusahaan [15,26]. Kinerja logistik dapat berupa lead time,
pengiriman tepat waktu, dan tingkat layanan [8]. Mengukur kinerja logistik memindahkan
fokus dari strategis, kinerja keuangan ke kinerja operasional yang dimungkinkan oleh
berbagi informasi antara pelaku rantai pasokan [22]. Untuk menyelesaikan secara efektif,
perusahaan harus menyadari kepentingan strategis dari fungsi logistik.
Kerangka Konseptual dan Hipotesis
Metodologi
 Instrumen survei dirancang berdasarkan konstruksi model penelitian. Responden diminta untuk menunjukkan
kinerja perusahaan mereka dibandingkan dengan pesaing mereka, tingkat interaksi dengan pemasok, sejauh mana
mereka menggunakan proses internal untuk inovasi proses, dan tingkat hubungan dengan pelanggan. Kuesioner
dirancang menggunakan skala linkert 5 poin , dari 1 sangat setuju hingga 5 sangat tidak setuju dan menyertakan
informasi demografis khas perusahaan.
 Instrumen ini pra-diuji pada pertemuan dengan 20 manajer dari pemasok utama untuk mengurangi kesalahan
pengukurans. Di akhir tes awal, kuesioner dimodifikasi untuk meningkatkan kejelasan.
 Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner surat yang didistribusikan ke pemasok produsen
otomotif Malaysia. Sebanyak 1000 kuesioner dengan surat pengantar didistribusikan di wilayah utara, tengah dan
selatan melalui surat biasa, email, dan faks. Survei tersebut dilakukan pada tingkat manajemen yang diidentifikasi
dari daftar personel eksekutif dan kepada mereka yang sebenarnya bertanggung jawab atas operasi logistik.
 Di antara seratus responden, 91 dianggap valid dari mereka yang mempraktikkan integrasi rantai pasokan untuk
operasi bisnis mereka. Tabel 1 merangkum variabel dan jumlah item pengukuran.
Analisis Data Hasil penelitian
 Tujuan umum analisis komponen utama adalah reduksi dan interpretasi data , Oleh karena itu,
data survei diaplikasikan pada analisis komponen utama untuk mengurangi jumlah variabel
dan berkonsentrasi pada dimensi penelitian tertentu.
 Analisis reliabilitas -Koefisien reliabilitas total α adalah 0,840 dan semua nilai α pada masing-
masing dimensi lebih tinggi dari 0,7. Dengan demikian, data survei opini ini memiliki tingkat
konsistensi internal yang tinggi .
 Analisis korelasi - koefisien korelasi Pearson digunakan untuk memeriksa korelasi dari setiap
set pasangan dimensi. Koefisien korelasi merupakan ukuran kedekatan hubungan atau
hubungan antara variabel independen dan dependen . Hasilnya menunjukkan koefisien
korelasi dari dimensi berpasangan berikut lebih besar dari 0,6.
 Analisis regresi - Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengukur semua dimensi dan untuk
menguji akumulasi daya penjelas (R²) terhadap dimensi kinerja logistik. Hasil analisis regresi
berganda menunjukkan bahwa integrasi rantai pasokan, pembelian JIT dan manufaktur JIT
berkontribusi signifikan terhadap kinerja logistik.
Analisis Data Hasil penelitian
 Dengan demikian, dimensi penting untuk membangun kinerja logistik adalah integrasi rantai pasokan, JIT
Manufacturing dan JIT Purchasing. Kekuatan penjelas untuk pembelian JIT dimensi untuk manufaktur JIT adalah
38,5% dan kekuatan penjelas terakumulasi untuk pembelian JIT dan integrasi rantai pasokan untuk manufaktur JIT
adalah 40,1%. Kekuatan penjelas integrasi rantai pasokan untuk kinerja logistik adalah 72,2%; kekuatan penjelas
terakumulasi untuk integrasi rantai pasokan dan manufaktur JIT untuk kinerja logistik 82,9% dan kekuatan penjelas
yang terakumulasi untuk integrasi rantai pasokan, manufaktur JIT dan pembelian JIT untuk kinerja logistik adalah
85,4%.
 Analisis jalur - Model yang menggambarkan analisis jalur dibangun untuk tujuan menggambarkan hubungan antara
semua variabel berkorelasi yang signifikan dan pengaruhnya, Analisis jalur menunjukkan bahwa integrasi rantai
pasokan adalah faktor penting yang mempengaruhi pembelian JIT. Selain itu, integrasi rantai pasokan dan
pembelian JIT berpengaruh signifikan terhadap manufaktur JIT. Dengan demikian, Hipotesis H2, H3 dan H5
semuanya didukung, dan pembelian JIT memiliki kekuatan penjelas yang lebih besar (Adj R= 0,385) dan
mempengaruhi (β = 0,332) bahwa integrasi rantai pasokan (Adj R=0,026; β = 0,311) pada manufaktur JIT.
 Selain itu, integrasi rantai pasokan, pembelian JIT, dan manufaktur JIT merupakan faktor penting dalam
mempengaruhi kinerja logistik di industri otomotif di Malaysia. Oleh karena itu, Hipotesis H4, H6 dan H7
semuanya didukung. Yang penting, integrasi rantai pasokan dibandingkan dengan pembelian JIT dan manufaktur
JIT, kekuatan penjelas tertinggi (Adj R= 0,722) dan pengaruh (β = 0,444) pada kinerja logistik.
Kesimpulan
Industri mobil lokal telah menjadi usaha yang sukses karena telah memenuhi tujuan
yang ditetapkan. Jelas bahwa Proyek Mobil Nasional telah sukses. Namun, industri
lokal membutuhkan periode pengembangan setidaknya dalam beberapa tahun
mendatang jika ingin terus sukses di pasar global yang ingin dimasuki dengan
pembangunan pabrik baru.

Sebuah studi empiris dilakukan di Industri Otomotif Malaysia dan model teoritis
diuji menggunakan analisis regresi. Temuan tersebut mengungkapkan integrasi rantai
pasokan, pembelian JIT, dan manufaktur JIT memiliki manfaat langsung dan
signifikan terhadap kinerja logistik.

Penggunaan JIT sebagai alat strategi nasional sangat mengesankan. Mungkin intinya adalah industri
otomotif lokal memiliki fleksibilitas untuk menggunakan pembelian JIT untuk mencapai kebijakan
nasional yang diinginkan - baik itu meningkatkan jumlah produsen dan pemasok komponen,
meningkatkan partisipasi Bumiputera, mengurangi biaya, melakukan transfer teknologi, bersaing
secara global, dan sebagainya. . Jelas dari studi kasus ini bahwa berbagai tujuan ini telah terpenuhi
dan masih dapat diperdebatkan apakah tujuan tersebut akan tercapai dengan menggunakan JIT
strategis.
THANK
S!
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik.
Please keep this slide for attribution.

Anda mungkin juga menyukai