Anda di halaman 1dari 25

PENGOLAHAN

DATA DAN DEBIT


RANCANGAN

KELOMPOK 3
• Devi Naning (181910301007)
• Annisaa Trihita K (181910301131)
• Mohammad Yusroni (181910301143)
• Dicky Akbar W. (181910301119)
• M. Zakaria Al Ansori (171910301009)
• Fajar Rizki Hidaya T (191910301167)
Pengolahan
Data Hidrologi
• Iklim
Temperatur Udara, Kelembaban Udara,
Pengukuran Penguapan, Temperatur Air,
Kecepatan Angin
• Presipitasi
• Pengolahan Data Hujan
• Pengolahan Data Debit Aliran
• Pengumpulan Data Tinggi Air Muka
Sumber : K. M. Arsyad, 2017, Modul Perhitungan
Hidrologi, Bandung. (Hal = ii)
1.Temperatur Udara Rata-Rata Harian

2. Kelembaban Udara

Kelembaban udara (Relatif Humidity) didapatkan


dari selisih antara bola kering dan bola basah
(depresi) kemudian dilihat pada daftar table Relatif
Humidity (RH) maka hasilnya sudah dapat
diketahui.
Sumber : K. M. Arsyad, 2017, Modul
Perhitungan Hidrologi, Bandung. (Hal = 7)

A. IKLIM
3. Pengukuran Penguapan
Pengukuran penguapan dilakukan dengan melakukan penambahan

IKLIM air .Contoh : Tanggal 10 -4 -2010, air ditambah 3.0 mm berarti


penguapan = 3.0 mm.
4. Temperatur Tangki

5. Kecepatan Angin
Dengan menggunakan alat Anemometer untuk mendapatkan data kecepatan
angin adalah tanggal pencatatan dikurang tanggal sebelumnya.
Sumber : K. M. Arsyad, 2017,
Modul Perhitungan Hidrologi, Pembacaan tgl, 2 -11 -2009 = 104128
Bandung. (Hal = 11) Pembacaan tgl, 1 -11 -2009 = 103072
Selisih 1056 x 100 = 104600 = 105.6 km/hari.
B. Presipitasi
Untuk kajian ini presipitasi yang dimaksud adalah berkaitan dengan
curah hujan. Derajat atau besaran curahhujan dinyatakan dengan
jumlah curah hujan dalam suatu satuan waktu, satuan yang
digunakan mm/jam dan disebut intensitas curah hujan (Sosrodarsono
dan Takeda 1978), tabel berikut menyajikan keadaan curah hujan
berkaitan dengan intensitasnya.

Sumber : K. M. Arsyad, 2017,


Modul Perhitungan Hidrologi,
Bandung. (Hal = 11)
C. Pengolahan Data Hujan

1. Cara rata-rata aritmatika


Cara ini dapat dilakukan jika perbedaan hujan tahunan normal pada berbagai
stasiun sekitar maksimum 10 % dari hujan tahunan normal pada stasiun x.
Persamaannya sebagai berikut:

Px= 1/N [P1+ P2+ ... + PN]

dimana: Px = hujan yang diperkirakan pada stasiun


XP1, P2, PN = hujan pada stasiun 1, 2, dan
NN = jumlah stasiun di sekitar stasiun X

Sumber = SI-2231 Pencatatan Dan


Pengolahan Data Hujan
Contoh Perhitungan Rata- Rata Al Jabar

1. untuk mengukur rata-rata curah hujan yang mewakili daerah X. diperlukan 4 penakar hujan yaitu
pada stasiun A, B, C, . Tercatat selama waktu tertentu di stasiun A= 6 cm, B= 10 cm, C= 8 cm, D= 11
cm.
maka rata-rata curah hujan = (6+10+8+11)/4= 8,75 cm
• 2. Normal ratio method
Cara ini digunakan jika variasi ruang hujan tidak terlalu besar.Linsley, etc (1958)
memberikan bentuk persamaan sbb:

dimana:
px= Hujan yang hilang di stasiun x
p1,p2...pn= Data hujan di stasiun sekitarnya pada periode yang sama
Nx= Hujan tahunan di stasiun x
N1,N2...Nn= Hujan tahunan di stasiun sekitar x
n= Jumlah stasiun hujan disekitar x
Sumber = SI-2231 Pencatatan
Dan Pengolahan Data Hujan
Contoh Perhitungan Normal Ratio Method

Diketahui data curah hujan yang hilang pada stasiun Lasusua adalah pada tahun 2007 dengan
sebanyak 3 data curah hujan yang hilang masing-masing pada tanggal 5 dan 24 September 2007
dan pada tanggal 4 November 2007. (untuk data-data ada di excel)

Adapun contoh analisa perhitungan pada tanggal 5 September 2007 pada stasiun Lasusua dengan
melihat perbandingan curah hujan yang terjadi di stasiun Moramo dan Balandete :

Dik :
P1 Stasiun Moramo = 0 mm (Curah hujan sta. Moramo 5 September 2007)
n1 Stasiun Moramo = 42 mm (Curah hujan tahunan sta. Moramo 2007)
P2 Stasiun Balandete = 0 mm (Curah hujan sta. Balandete 5 September 2007)
n2 Stasiun Balandete = 70 mm (Curah hujan tahunan sta. Balandete 2007)
nx Stasiun Lasusua = 95 mm (Curah hujan tahunan sta. Lasusua 2007)

Dit : Px Stasiun Lasusua= ...?


Penyelesaian :
PENGOLAHAN DEBIT ALIRAN

Analisis hidrologi pada ujungnya akan memghasikan besar


aliran persatuan waktu, hanya saja jumlah dan letak pos debit
tidak sebanyak pos hujan, karena itu selalu diperlukan data
hujan karena tidak semua wilayah dapat terwakili oleh
pengamatan duga air.

Sub-bab berikut ini akan menjelaskan bagaimana data debit


aliran ari suatu Pos Duga Air (PDA) yang terpasang. Untuk
mendapatkan data debit sungai pada suatu lokasi pos duga air
diperlukan lima tahap pelaksanaan pekerjaan, yaitu:

a)Pengumpulan data tinggi muka air


b)Pengukuran debit sungai,
c)Perhitungan debit sungai
d)Pembuatan lengkung debit
e)Perhitungan dan evaluasi data debit. Sumber : K. M. Arsyad, 2017,
Modul Perhitungan Hidrologi,
Bandung. (Hal = 18)
PENGUMPULAN DATA TINGGI AIR MUKA

Tinggi muka air sungai adalah tinggi permukaan air yang


diukur dari titik tertentu yang telah ditetapkan. Tinggi muka air
dinyatakan dalam satuan meter (m) atau centimeter (cm).

Pengamatan tinggi muka air dilakukan dengan dua jenis alat,


yaitu :

a)Alat duga air biasa, berupa papan pencatatan tinggi muka


air yang dibaca sebanyak tiga kali sehari pada pukul 07.00,
pukul 12.00 dan pukul 17.00. Disamping itu dibaca setiap jam
pada tinggi muka air tertentu seperti pada saat banjir.
b)Alat duga air otomatik berupa alat yang dapat melakukan
pencatatan fluktuasi tinggi muka air secara otomatis. Hasil
pencatatan berupa hidrograf muka air yang menggambarkan
hubungan antara muka air dan waktu.
Sumber : K. M. Arsyad, 2017,
Modul Perhitungan Hidrologi,
Bandung. (Hal = 18)
Debit Rencana

A. Pengertian
Debit dengan periode ulang tertentu
(T) ulang di perkirakan akan melalui
suatu sungai atau bangunan air.
- periode ulang tertentu (T)
- peluang terjadinya
• Pemilihan metode Debit Rencana
Sumber : Kamiana,I.M. (2011). Teknik Perhitungan
Debit Rencana Bangunan Air. Yogyakarta: Graha • Analisa Frekuensi
Media
PERHITUNGAN DEBIT RENCANA

Sumber : K. M. Arsyad, 2017,


Modul Perhitungan Hidrologi,
Bandung. (Hal = 18)
Contoh perhiyungan Debit Rencana Metode Rasional
Ul ang
e ri o de
1. P
Waktu hipotetik dimana suatu kejadian dengan
nilai tertentu, debit rencana misalnya, akan di
samai atau di lampaui 1 kali dalam jangka waktu
hipotetik tersebut. Hal ini tidak bearti bahwa
kejadian tersebut akan ber ulang secara teratur
setiap periode ulang.

Contoh
Misalnya debit rencana dengan Periode ulang 5 tahun (Qr) : 10 m3/detik,
tidak berarti debit sebesar 10 m3/detik akan terjadi secara periodik 1 kali
setiap 5 tahun, melainkan setiap tahunnya ada kemungkinan terjadi 1/5
kali terjadi debit yang besarnya sama atau lebih dari 10 m3/detik.

Artinya dalam 5 tahun ada kemungkinan 1 kali terjadi debit yang


besarnya sama atau lebih dari 10 m3/detik. Dalam 10 tahun ada
Sumber : Kamiana,I.M. (2011). Teknik Perhitungan kemungkinan 2 kali terjadi debit yang besarnya sama atau lebih dari 10
Debit Rencana Bangunan Air. Yogyakarta: Graha
m3/detik.
Media
  Sumber : Kamiana,I.M. (2011). Teknik Perhitungan
Q ≥ QT setiap tahun dapat di rumuskan sebagai berikut : Debit Rencana Bangunan Air. Yogyakarta: Graha
Media

Dengan :
P = peluang (%)
T = Periode ulang (tahun)
Q = debut ( m3/detik)
QT = debit rencana dengan periode ulang T ( m3/detik)
Q ≤ QT setiap tahun dapat di rumuskan sebagai berikut :

Resiko atau peluang Q ≥ QT paling tidak satu kali dalam rentang waktu n tahun
berurutan.
metode debit rencana bergantung pada
ketersediaan data. Data yang di maksud antara lain, PEMILIHAN METODE PERHITUNGAN
data hujan, karakteristik daerah aliran, dan data DEBIT RENCANA
debit. Maka terdapat 6 kelompok metode
perhitungan debit rencana, yaitu :

1.Metode Analisis Probabilitas Frekuensi Debit


Banjir.

Digunakan jika data debit lebih dari 20


tahun, dapat di lakukan secara analisis dan grafis.
Contoh distribusi probabilitas adalah:

 Distribusi Probabilitas Gumbel a. Distribusi Probabilitas Gumbel


Distribusi Probabilitas Log Pearson
Jika data hujan yang digunakan merupakan
sempel populasi terbatas.
Distribusi Probabilitas normal

Metode Analisis Regional


Sumber :
- Kamiana,I.M. (2011). Teknik Perhitungan Debit Rencana
Bangunan Air. Yogyakarta: Graha Media
- JJeffier Andrew Robot Tiny Mananoma, E. W. (2014). ANALISIS DEBIT
BANJIR SUNGAI RANOYAPO MENGGUNAKAN METODE HSS GAMA-I
DAN HSS LIMANTARA . Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.1, Januari 2014 (1-12)
ISSN: 2337-6732, 1-11.
2. Distribusi Normal
Data yang di gunakan berupa sampel,

ANALISA FREKUENSI
3. Distribusi Log Normal Analisis frekuensi bukan untuk menentukan besarnya debit
Data yang di gunakan berupa sampel aliran sungai pada suatu saat, tetapi lebih tepat untuk
memperkirakan apakah debit aliran sungai tersebut akan
melampaui atau menyamai suatu nilai tertentu misalnya untuk
10 tahun, 20 tahun, dst yang akan datang. Dalam hidrologi,
3. Distribusi Log Pearson III analisis tersebut dipakai untuk menentukan besarnya hujan dan
Data yang di gunakan berupa sampel
debit banjir rancangan (design flood) dengan kala ulang
tertentu.
a) Data hujan DAS diperoleh dengan menghitung hujan rata-
rata setiap hari sepanjang data yang tersedia. Bila tersedia
data 20 tahun, berarti hitungan rata-rata diulang sebanyak
20x365=7300 kali. Cara ini yang terbaik, akan tetapi
Sumber : K. M. Arsyad, 2017, Modul Perhitungan
Hidrologi, Bandung. (Hal = ii) memelukan waktu penyiapan data yang cukup panjang.
a) Analisis frekuensi dilakukan terhadap data hujan harian
maksimum tahunan pada setiap stasiun hujan (point
rainfall) sepanjang data yang tersedia. Hasil analisis
frekuensi kemudian dirata-ratakan sehingga mendapatkan
curah hujan rata-rata rencana untuk berbagai perioda
ulang
Contoh Soal perhitungan Distribusi gumbel
Contoh Soal perhitungan Distribusi normal
Contoh Soal perhitungan Distribusi log normal
Contoh Soal perhitungan Distribusi Log Pearson III
SEKIAN, TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai