Anda di halaman 1dari 34

Komunikasi

Bahaya
Ageng Aprisandi 181000016
Ikbal Maulana 181000068
Royyan Qosthalani 181000113
Latar Belakang
Identifikasi
Bahaya Bahaya

Komunikasi
.
Pengendalian
.

Bahaya Bahaya
Mind Map Komunikasi Bahaya

Modern Portfolio
Presentation
Determinasi bahaya
Tujuan, Cakupan dan Manfaat
Komunikasi Hazard
Label dan Bentuk Peringatan
Lainnya
Manajemen Lembar Data Keselamatan Bahan
(LDKB)
Material safety data sheet (MSDS) atau dalam SK Menteri
Perindustrian No 23/M-IND/PER/4/2013 dinamakan Lembar Data
Keselamatan (LDK) adalah lembar petunjuk yang berisi informasi
bahan kimia meliputi sifat fisika, kimia, jenis bahaya yang
ditimbulkan, cara penanganan, tindakan khusus dalam keadaan
darurat, dan informasi lain yang diperlukan.

Setiap pengusaha atau manajemen K3 di perusahaan bertanggung


jawab untuk memastikan MSDS tersedia di area kerja yang
mengandung bahan kimia berbahaya dan memastikan MSDS yang
tersedia merupakan MSDS terbaru.
Tujuan MSDS
Tujuan MSDS atau LDKB menurut Canadian Center for
Occupational Health and Safety (CCOHS) terdiri dari 4 hal:
1. Identifikasi terhadap produk dan pembuat
2. Bahaya terkait dengan bahaya fisik (kebakaran dan reaktivitas)
dan kesehatan
3. Pencegahan terkait dengan hal-hal yang harus dilakukan untuk
berkerja dengan aman, mengurangi atau mencegah pajanan atau
hal yang dilakukan dalam sebuah keadaan darurat.
4. Respons yang sesuai untuk dilakukan dalam berbagai situasi
(misalnya kecelakaan, kebakaran dan situasi yang memerlukan
pertolongan pertama)
Manfaat MSDS
Dengan MSDS dapat diketahui cara yang aman untuk
penanganan bahan, dan dapat melakukan tindakan
yang dapat mencegah kecelakan di tempat kerja akibat
penggunaan bahan kimia tersebut (Cecep Dani
Sucipto, 2014).
Dasar Hukum
• Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001
Dalam pasal 11 yang berbunyi setiap orang yang memproduksi
bahan berbahaya dan beracun wajib menyediakan Material
Safety Data Sheet (MSDS). Pada pasal 12 yang berbunyi setiap
penanggung jawab pengangkutan, penyimpanan, dan
pengedaran bahan berbahaya dan beracun wajib menyertakan
Lembar Data Keselamatan Bahan (Material Safety Data Sheet).
• Dalam Hazard Communication Standard 29 CFR 1910.1200,
Occupational Safety and Health Administration (OSHA)
menyatakan bahwa yang bertanggung jawab membuat MSDS
adalah pihak manufaktur yang memproduksi bahan kimia
berbahaya. Semua pihak-pihak yang berkaitan dengan aliran
distribusi bahan kimia tersebut juga bertanggung jawab
menyampaikan MSDS sampai pada pengguna.
Dasar Hukum (Lanjutan)
• Keputusan Menteri Kesehatan No. 472 Tahun 1996
Pada pasal 4 ayat 1 menyatakan bahwa setiap badan usaha atau
perorangan yang mengelola bahan berbahaya harus membuat,
menyusun, dan memiliki Lembar Data Pengaman. Ayat 2 menyatakan
bahwa Lembar Data Pengaman harus diletakan pada tempat yang
mudah terlihat dan dibaca untuk memudahkan tindakan pengamanan
apabila diperlukan.
• Keputusan Menteri Tenaga kerja no. 187 tahun 1999
Pengusaha atau pengurus yang menggunakan, menyimpan, memakai,
memproduksi, dan mengangkut bahan berbahaya ditempat kerja wajib
mengendalikan bahan kimia berbahaya untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Pengendaliaan bahan kimia
berbahaya meliputi: penyediaan Lembar Data Keselamatan Bahan
(MSDS) dan label, penunjukan petugas Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) Kimia.
Dasar Hukum (Lanjutan)
• Perarturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001
Setiap penanggungjawab pengangkutan, penyimpanan dan pengedaran
bahan berbahaya dan beracun wajib menyertakan Lembar Data
Keselamatan Bahan (Material Safety Data Sheet).
Pihak Harus Menggunakan dan
Menerapkan LDKB

Berdasarkan penjelasan sebelumnya maka dapat diketahui yg berhak


menggunakan dan menerapkan LDKB, yaitu:
•Produsen bahan
•Pihak pengangkut bahan
•Penyimpan dan pemasok bahan
•Pengguna bahan (industri, laboratorium dan institusi akademik)
•Pengolah bahan buangan
Ketentuan Penggunaan dan
Penyimpanan LDKB

1. Wajib menggunakan bahasa Indonesia, dan boleh disertai dengan bahasa


internasional yang resmi digunakan PBB (Permenperin no. 23 2013) dan
menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
2. Setiap pekerja yang berhubungan dengan bahan kimia berbahaya harus
mendapatkan pelatihan cara menggunakan, membaca, memahami dan
menerapkan MSDS untuk menghindari adanya kesalahan dalam penanganan
bahan kimia.
3. MSDS harus dipasang dengan jelas di lokasi di mana bahan kimia yang
bersangkutan disimpan atau digunakan.
4. MSDS yang digunakan harus MSDS yang terbaru.
5. MSDS juga harus digunakan saat proses pengiriman. Pengiriman MSDS dapat
melalui email, fax atau sistem database berbasis internet.
6. Semua dokumen MSDS harus didokumentasikan dengan baik. Pilihlah media
yang mudah diakses, baik dalam bentuk hard copy atau soft copy.
Isi LDKB
Isi dari sebuah MSDS menurut Menteri Perindustrian No 23/M-IND/PER/4/2013
tentang Sistem Harmonisasi Global Klasifikasi dan Label pada Bahan Kimia
yaitu ;
1. Identitas bahan dan nama perusahaan;
2. Komposisi bahan;
3. Identifikasi bahaya
4. Tindakan P3K
5. Tindakan penanggulangan kebakaran
6. Tindakan mengatasi tumpahan dan kebocoran
7. Penyimpanan dan penanganan bahan
8. Pengendalian pemajanan dan alat pelindung diri
9. Sifat fisika dan kimia
10. Stabiliatas dan reaktifitas bahan
11. Informasi toksikologi
12. Informasi ekologi
13. Pembuangan limbah
14. Pengangkutan bahan
15. Informasi peraturan perundangan yang berlaku
16. Informasi lain yang diperlukan
Contoh LDKB
Pelatihan Tenaga kerja
Pelatihan mengenai penaganan bahaya kimia kepada pekerja
merupakan satu hal yang perlu dilakukan sebagai bentuk pencegahan.
Program pelatihan yang secara teratur diberikan kepada tenaga kerja
betujuan agar pekerja mampu mengidentifikasi bahaya dan risiko bahan
kimia, bekerja dengan selamat dan menggunakan bahan kimia secara
bijaksana tanpa menciderai dirinya, rekan kerjanya maupun tidak
mempengaruhi perubahan lingkungan.

Hal-hal yang perlu ditekankan dalam pelatihan komunikasi bahaya


adalah :
• Peraturan perundang-undangan tentang bahan kimia berbahaya/b3
• Informasi tentang proses bahan kimia tersebut dipergunajkan pada unit
kerja
• Penjelasan secara mendasar tentang standart bahan kimia. Termasuk
didalamnya label yang harus ada di setiap bahan kimia, dokumen-
dokumen yang diperlukan dalam penggunaan bahan kimia.
• Tempat/lokasi kerja dimana bahaya risiko tersebut
berada, misalnya: pada perpipaan, tangki penyimpanan
dll.
• Tempat/lokasi di mana pekerja dapat mengakses
LDKB/MSDS
• Pengetahuan mengenai bahaya fisik dan kesehatan
bahan kimia yang ditangani.
• Cara atau metode untuk mengetahui atau
mengindentifikasi adanya bahaya bahan kimia.
• Tata cara P3K, penanganan tumpahan/kebocoran,
penanganan apabila terjadi kebakaran
• Tersedianya metode perlindungan dari bahaya bahan
kimi amulai dari pengendalian bahaya, cara kerja
selamat, alat pelindung diri, dan pelaporan keadaan
gawat darurat.
PELAKSANAAN HAZARD COMMUNICATION BAHAN KIMIA PADA PERUSAHAAN PENGECATAN
MOBIL KOTA MAKASSAR
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa karyawan di perusahaan
pengecatan mobil di kota makassar yang pernah mengikuti pelatihan K3 selama bekerja sebanyak 12
orang (24%) dan responden yang tidak pernah mengikuti pelatihan K3 sebanyak 38 orang (76%).
Karyawan dengan pengetahuan komunikasi bahaya bahan kimia yang cukup sebanyak yaitu 27 orang
(54%), sedangkan yang berpengetahuan kurang yaitu 23 orang (46%). Karyawan dengan sikap positif
mengenai komunikasi bahaya bahan kimia sebanyak yaitu 28 orang (56%), sedangkan yang memiliki
sikap negatif yaitu 22 orang (44%). Karyawan dengan tindakan yang sesuai prosedur kerja sebanyak
47 orang (94%), sedangkan tindakan yang tidak sesuai yaitu 3 orang (6%). Perusahaan pengecatan
yang mengadakan pelaksanaan hazard communication melalui pelatihan K3, ketersediaan MSDS,
simbol/ tanda bahaya dan pelabelan bahan kimia sebanyak 20%, sedangkan yang tidak mengadakan
pelaksanaan hazard communication sebanyak 80%.
Disarankan bagi pekerja pengecatan mobil agar lebih memperhatikan potensi bahaya bahan kimia
di kerjanya dan menambah pengetahuan tentang bahaya dan cara pengendaliannya. Kepada
pimpinan perusahaan agar memfasilitasi karyawan untuk menyiapkan sumber-sumber informasi
mengenai bahan kimia yang digunakan melaui pelatihan, pemasangan label kemasan, penyediaan
lembar data keselamatan bahan, pemasangan simbol-simbol bahya dan peringatan serta
ketersediaan alat pelindung diri yang memadai. Kepada peneliti berikutnya sebaiknya lebih mengkaji
kembali masalah yang dapat terjadi dan memasukkan faktor penyebab lain yang belum diteliti.
Kesimpulan
• Komunikasi bahaya saat penting untuk diperhatikan agar pesan yang sampai kepada penerima dapat dipahami
sesuai yang diinginkan oleh pihak yang menyampaikan.
• Komunikasi bahaya dapat disampaikan melalui 3 cara, yaitu:a. Lisan: pelatihan kerjab. Tulisan: MSDS/LDKBc.
Visual: label, simbol bahaya, rambu Keselamatan.
• Komunikasi bahaya bertujuan agar pengusaha, pekerja dan masyarakat yang berada di lingkungan kerja
mengetahui bahaya yang ada di lingkungan kerja dan cara melindungi diri, sehingga dapat
menghindari/mengurangi insiden dan cidera akibat bahaya di lingkungan kerja.

Saran
• Bagi pemerintah
Diharapkan pemerintah melakukan pengawasan lebih aktif di setiap perusahaan, terkait penerapan komunikasi
bahaya, serta memberikan sanksi tegas bagi pengusaha yang tidak atau kurang dalam penerapannya.
• Bagi pengusaha
Untuk pengusaha diharapkan memfasilitasi dan mendukung program yang berkaitan dengan komunikasi bahaya di
tempat kerja, misalnya pembuatan label, pemberian pelatihan kerja, dan fasilitas penempatan MSDS di tempat yang
mudah didapat. Serta, memberikan sanksi tegas bagi pekerja yang tidak menerapkan komunikasi bahaya.
• Bagi praktisi K3
Diharapkan praktisi K3 dapat menyampaikan komunikasi bahaya seefektif dan seefisien mungkin, agar pesan yang
disampaikan dipahami oleh masyarakat di lingkungan kerja sesuai yang diinginkan.
• Bagi pekerja
Diharapkan pekerja yang mendapatkan komunikasi bahaya agar sadar bahaya, dan menerapkannya dalam kegiatan
kerja.
Daftar Pustaka

• Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang


Keselamatan Kerja
• PP No. 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
• Occupational Health and Safety Assessment Series
(OHSAS 1810001)
• https://safetysignindonesia.id/mengapa-rambu-k3-di
-tempat-kerja-harus-sesuai-standar-nasional-dan-int
ernasional/
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai