Anda di halaman 1dari 1

Gray menuai polemik usai bercerita tentang pengalamannya tinggal di Bali yang ramah

LGBT di masa pandemi dan mengajak WNA lainnya untuk tinggal di Pulau Dewata.
"Iya sanksinya memang itu (deportasi), tapi kan kita menunggu penerbangan untuk
memberangkatkan," kata Kasubag Humas dan Reformasi Kanwil Kemenkumham, I Putu
Surya Dharma kepada CNNIndonesia.com, Selasa (19/1).
Gray saat ini masih ditahan di Kantor Imigrasi Kelas I Denpasar. Meski demikian, Surya
mengatakan belum bisa langsung mendeportasi Gray karena belum ada penerbangan
menyusul Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) selama dua pekan mulai
11-25 Januari. "Dia merasa nyaman tinggal di Bali karena aman, biaya murah, bisa
menikmati hidup mewah, lingkungan yang bersahabat dengan LGBT, dan bisa tinggal di
tengah komunitas kulit hitam," kata Kepala Humas Ditjen Imigrasi, Arvin Gumilang dalam
keterangan resminya, Selasa (19/1).
Di Bali, Gray mengklaim bekerja sebagai desainer grafis jarak jauh. Ia juga menulis
pengalamannya dalam sebuah ebook berjudul "Our Bali Life is Yours".
Gray bahkan menjual buku tersebut dengan harga US$30 atau sekitar Rp400 ribu. Gray juga
membuka jasa konsultasi online bertarif bagi warga asing yang hendak mengikuti jejaknya
ke Bali.
Imigrasi tercatat telah memberi izin tinggal kepada Gray lewat visa onshore. Visa onshore
adalah kebijakan izin tinggal yang diberikan kepada warga asing yang tidak bisa kembali ke
negaranya karena pandemi virus corona.

Anda mungkin juga menyukai