OLEH MORAL YANG KURANG KUAT Nama: Made Dian Astiari Kelas : IIB NIM : P07125020026 PENGERTIAN KORUPSI Kata korupsi berasal dari bahasa latin corruptia (Fockema Andrea, 1951) atau corruptus (Webster Student Dictionary, 1960). Selanjutnya disebutkan pula bahwa corruptia berasal dari kata corrumpere satu kata dari bahasa Latin yang lebih tua. Dari bahasa Latin tersebut, kemudian dikenal istilah corruption, corrupt (Inggris) corruption (Perancis) dan “corruptic/korruptie” (Belanda). Indonesia kemudian memungut kata ini menjadi korupsi. Arti kata korupsi secara harfiah adalah “ sesuatu yang busuk, jahat, dan merusakkan (Dikti, 2011). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke empat, korupsi didefinisikan yaitu penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan, organisasi, yayasan dsb.) untuk keutungan pribadi atau orang lain. Korupsi diturunkan dari kata korup yang bermakna 1) buruk; rusak; busuk 2) suka memakai barang atau uang yang dipercayakan padanya; dapat disogok Selain itu, ada kata koruptif yang bermakna bersifat korupsi dan pelakunya disebut koruptor PENYEBAB TERJADINYA KORUPSI
Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung
mudah tergoda untuk melakukan korupsi . godaan itu bisa berasal dari atasan , teman , bawahannya atau pihak yang lain yang memberikan kesempatan untuk itu . Salah satu penyebab moral yang kurang kuat adalah lemahnya pembelajaran agama dan etika. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), Etika adalah nilai mengenai benar salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat . Etika merupakan ajaran tentang moral atau norma tingkah laku yang berlaku dalam suatu lingkungan kehidupan masyarakat . Seorang yang menjunjung tinggi etika
atau moral dapat menghindarkan
perbuatan korupsi walaupun kesempatan ada . Kasus korupsi yang terjadi di Sumatra Selatan tersebut terjadi pada tahun 2015 dan 2016 pada saat tes seleksi penerimaan polri. Dimana sebelumnya Tim Propam Mabes Polri pada tahun 2015 menangkap delapan tersangka dengan uang suap sebanyak Rp4 miliar dan kini hasil pengembangan dan pemeriksaan terakhir pada tahun 2016 berkembang menjadi 15 tersangka dengan uang suap Rp6,7 miliar. Kapolda Sumsel Irjen Pol Agung Budi Maryoto mengatakan bahwa pada tahun 2017 tidak ditemukan hal-hal yang menyimpang seperti kasus praktek pungli seperti tahun 2015 dan 2016 lalu. Untuk memberikan peringatan kepada panitia penyeleksian anggota Polri tahun 2017 yang sedang berlangsung saat itu, pihak Tim Propram Polda Sumsel melakukan tindakan tegas kepada 15 tersangka. Setelah melalui proses pemeriksaan Propam Mabes Polri dan Polda Sumsel, 15 tersangka yang terindikasi terlibat dalam kasus dugaan suap penerimaan bintara tahun lalu telah di nonjob-kan dan dimutasi. Dengan dilakukan tindakan tersebut, diharapkan proses penerimaan anggota Polri yang melalui seleksi di Polda Sumsel pada tahun berikutnya bisa benar- benar bersih dari praktik suap atau korupsi, kolusi, dan nepotisme. Kapolda Sumsel mengatakan jika tahun berikutnya terjadi kembali praktek pungli maka beliau akan melanjutkan kasus ini ke proses hukum, dengan sebelumnya akan diadakan sidang disiplin. Dalam faktor penyebab korupsi, kasus tersebut masuk dalam faktor ekonomi. Hal tersebut terjadi karena kemungkinan tingkat gaji yang tidak memenuhi standar hidup. Walaupun dalam kasus ini yang menjadi tersangka adalah seorang Polri dan beberapa orang PNS, mereka yang tidak puas dengan tingkat gaji yang didapatkan dan moral yang kurang kuat dapat menjadi pemicu melakukan praktek pungli. Kasus tersebut memiliki dampak yaitu : 1. Instansi kepolisian menjadi tidak dipercayai lagi oleh masyarakat, karena masyarakat berpikir pihak kepolisian hanya meluluskan calon polisi yang memiliki uang untuk menyuap pihak polisi tersebut. 2. Para calon polisi tidak bermutu, karena mereka di seleksi berdasarkan jumlah uang saja bukan kemampuan dari masing-masing peserta 3. Terjadi masalah yang berkepanjangan yang dapat meresahkan masyarakat akibat setiap tahun ada pungli dari kepolisian Langkah-langkah pemberantasan pungli :
1. Diberikan hukuman disiplin atau sanksi
administratif paling maksimal yaitu pencopotan dari jabatan atau dipecat sebagai anggota Polri. Hukuman disiplin tersebut diatur dalam pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian Republik Indonesia 2. Pelaku juga harus dijerat dengan Undang- Undang Tindak Pidana Korupsi (UU Tipikor). Pungutan secara tidak sah atau liar yang dilakukan oleh oknum polisi yang juga pegawai negeri dapat digolongkan sebagai perbuatan pemerasan berdasarkan Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999 dan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU Tipikor) OM SHANTI SHANTI SHANTI OM