Anda di halaman 1dari 14

TUGAS FARMAKOLOGI II

RESUME ARTIKEL
“Pharmacokinetics Of Inhaled Drugs”

Disusun Oleh :
Muhammad Taufiq Fathurrohman
PENJELASAN TENTANG ARTIKEL

Judul Artikel : Pharmacokinetics of inhaled drugs


Penulis : BRIAN J. LIPWORTH
Department of Clinical Pharmacology, Ninewells Hospital and Medical
School, Dundee DD1 9SY, UK.

Artikel ini menjelaskan tentang farmakokinetik obat dari obat obatan


inhalasi atau hirup, penulis menerangkan tentang rute pemberian inhalasi,
sistem farmakokinetik obat dalam tubuh, penyerapan obat, serta macam-
macam obat yang termasuk dalam obat-obat inhalasi.
 Artikel ini sudah di terjemahkan dalam bahasa indonesia
PENDAHULUAN

Rute pemberian inhalasi adalah rute yang dipilih untuk memberikan


obat pencegah dan pereda kepada pasien dengan hambatan aliran udara.
Rute inhalasi memungkinkan pengiriman obat dengan dosis yang relatif
kecil langsung ke jalan napas mencapai konsentrasi lokal yang tinggi,
sementara pada saat yang sama meminimalkan efek samping sistemik. Hal
ini pada gilirannya menghasilkan terapi yang tinggi rasio dibandingkan
dengan pengiriman sistemik dengan rute oral atau administrasi parenteral.
Selama dekade terakhir pengiriman obat hirup terus disempurnakan oleh
perangkat pengiriman inhaler yang mengoptimalkan pengendapan partikel
terhirup.
ABSTRAK

Sebuah jurnal yang menjelaskan tentang sistem Farmakokinetik dari obat


asma menjelaskan bahwasanya obat asma yang biasanya di pakai adalah
melalui Inhaler (penggunaan di hirup). Alasan tersebut diungkapkan oleh
kebanyakan tenaga kesehatan bahwa metode Inhaler sangat efektif dan
mempunyai banyak keuntungan dibanding dengan menggunakan metode
Oral atau Parenteral. Disisi lain meskipun metode ini mempunyai banyak
kelebihan seperti reaksi yang lebih cepat, penggunaan zat aktif lebih
sedikit, tujuan dari jurnal ini adalah meninjau dan menilai secara literatur
tentang farmakokinetik obat hirup yang umum digunakan dan bagaimana
cara ini dapat di terapkan untuk pengoptimalan sehari – hari.
Macam-Macam
Golongan Obat Asma
INHALED SS2-ADRENOCEPTOR
AGONIST

Merupakan salah satu obat yang dipakai oleh penderita asma dengan
metode penggunaan melalui saluran pernafasan. Zat aktif dari obat tersebut
adalah Salbutamol. Setelah obat tersebut dihirup yang sebagian besar dosis
(60% - 80%) dikirim ke faring, dengan fraksi yang jauh lebih kecil (10% -
20%) mencapai paru – paru. Pada pembahasan ini, mengenai polaritas
salbutamol pada pH air liur (Saliva) hanya menghasilkan absorpsi yang
dapat diabaikan, dan fraksi yang tertelan mengalami konjugasi lintasan
pertama yang di dinding usus dan hidup karena tidak ada konjugasi lintasan
pertama di paru, ini menandakan bahwasanya kadar plasma awal
salbutamol yang tidak berubah akan mencerminkan dosis yang dikirim ke
paru – paru.
LANJUTAN

Grafik diatas menunjukkan bahwa keadaan plasma pada salbutamol setiap


dosis dimulai dari 1,25 mg, 2,5 mg, dan 5 mg, akan berubah sesuai dengan
jangka waktu yang di butuhkan. Semakin tinggi dosis yang di konsumsi, maka
keadaan plasma untuk bereaksi dengan tubuh jangka waktunya lebih lama.
INHALED CORTICOSTEROIDS

Sangat sedikit yang telah dipublikasikan tentang farmakokinetik kortikosteroid hirup. Ini mungkin
mencerminkan kurangnya tes sensitif yang tersedia secara luas untuk mengukur kadar plasma. Studi
sebelumnya dengan tritium berlabel budesonide inhalasi menunjukkan eliminasi plasma paruh 2.0 jam.
Nilai yang dihitung untuk budesonida oral menunjukkan ketersediaan hayati sistemik 11% yang
menunjukkan tingkat tinggi metabolisme hati lintasan pertama (89%) dari dosis yang ditelan. Untuk rute
hirup, ketersediaan hayati sistemik dihitung pada 73% yang menunjukkan penyerapan yang cukup dari
paru-paru yang tidak berubah. Obat ini sesuai dengan penelitian in vitro yang menunjukkan
biotransformasi ekstensif di hati tetapi tidak sama sekali di dalam paru-paru. Untuk beclomethasone
diproprionate sebagian ber biotransformasi menjadi beclomethasone-17-monopropionate, metabolit aktif,
terjadi di hati dan paru-paru. Evaluasi farmakokinetik yang tepat dari derajat metabolisme jalan pertama
hati dan paru-paru beklometason dipropionat pada manusia tidak tersedia. Namun, dalam hal metabolisme
lintasan pertama hati dosis yang tertelan, data dari studi terbaru menggunakan oral arang aktif, terungkap
sekitar 60-70% inaktivasi hati lintasan pertama. Fluticasone pro- prionat seperti budesonide tidak
memiliki metab- olisme, tetapi memiliki 99% metabolisme lintasan pertama hati dosis tertelan. Oleh
karena itu, ini adalah paru-paru dan bukan komponen usus penyerapan yang akan menjadi penentu utama
dari ketersediaan hayati sistemik secara keseluruhan, setidaknya untuk budesonide fluticasone propionate
di mana ada luas metabolisme lintasan pertama hati tetapi tidak ada metabolisme lintasan pertama paru.
Untuk beclomethasone dipropionate yang lebih rendah derajat inaktivasi lintasan pertama hepatik terjadi
di fraksi yang ditelan dari dosis yang dihirup dengan asumsi lebih besar pentingnya dalam menentukan
profil aktivitas sistemik.
SODIUM CROMOGLYCATE AND
NEDOCROMIL SODIUM

Farmakokinetik natrium kromoglikat inhalasi dan natrium nedokromil telah


dievaluasi secara ekstensif baik pada subjek normal maupun pada pasien
dengan penyakit saluran napas obstruktif. Setelah menghirup natrium
kromoglikat terjadi absorpsi cepat dari lapisan vaskular alveolar dengan
kadar plasma puncak tercapai dalam 20 menit. farmakokinetik natrium
nedocromil inhalasi mirip dengan natrium kromoglikat yang menunjukkan
dua komponen absorpsi yang konsisten dengan model 'flip-flop'. Seperti
halnya dengan kromoglikat, waktu paruh terminal nedocromil mewakili
waktu paruh absorpsi, dengan absorpsi dari paru-paru menjadi membatasi
laju.
LANJUTAN

Hasil evaluasi dari kedua obat tersebut (Sodium Cromoglycate &


Nedocromil Sodium) bahwasanya setelah menghirup salah satu dari kedua obat
tersebut terjadi absorpsi yang cepat dari vaskular alveolar dengan kadar plasma
puncak tercapai dalam 20 menit dan tidak membutuhkan waktu lama jika
dibandingkan dengan metode Oral ataupun Parenteral. Namun siapa sangka
selama 20 menit bisa dikatakan cepat ? Pada penyerapan tampaknya terjadi
pada dua tingkat yang berbeda, dengan fase yang cepat awal dari alveoli dan
kemudian fase lambat dari epitel bronkial.
Pada fase lambat, proses absorpsi nya terjadi disebabkan oleh tingginya
derajat hidrofilitas natrium kromoglikat yang menghasilkan kecenderungan
absorpsi yang lebih rendah dari penghalang epitel bronkial dibandingkan
dengan endotelium dari lapisan vaskular alveolar. Alhasil natrium kromoglikat
yang dihirup menunjukkan kinetika yang terbatas daripada laju absorpsi nya.
OTHER INHALED DRUGS

Nebulizer adalah salah satu alat lain untuk penderita penyakit asma
dengan jalur pengiriman untuk sekarang memiliki peran yang pantas untuk
mengantarkan antibiotik ke paru – paru pada pasien dengan spesies
bronkial kronis serta untuk profilaksi pentamidin untuk pasien dengan
inveksi HIV. Jenis alat ini sangat berperan penting dalam menentukan
ukuran partikel-partikel dan lokasi distribusi yang diinginkan dalam proses
distribusi obat.
Nebulisasi (proses distribusi obat dengan menggunakan Nebulizer)
sebagai contoh dalam pemberian pentamidin, lebih disukai untuk
menghasilkan deposisi perifer ke kompartemen alveolar paru. Dilihat dari
contoh di atas, dapat dikatakan bahwa nebulisasi dinilai tepat dalam
penerapan teknik farmakokinetik untuk mengevaluasi pemberian obat.
KESIMPULAN

Pemberian obat melalui rute inhalasi adapat menghasilkan rasio efek


terapi yang tinggi dengan pemberian dosis yang relatif rendah mencapai
konsentrasi lokal yang tinggi. Pada penerapan teknik farmakokinetik
memungkinkan perhitungan pemberian obat yang akurat dan dapat
diproduksi dengan mengukur kadar plasma untuk mencerminkan absorpsi
paru – paru, meskipun hal ini agak sensitif.
Teknik ini dapat diterapkan untuk membandingkan alat inhaler yang
berbeda seperti bubuk kering, aerosol bertekanan dan formulasi Nebulizer.
Hal ininjuga bisa untuk mengevaluasi BE (Bio Ekuivalensi) formulasi obat
yang berbeda, seperti misalnya salbutamol.
LANJUTAN

Aplikasi lain termasuk pengukuran farmakokinetik dari pengiriman


obat ke paru-paru untuk menilai teknik inhalasi pada pasien, dan ini
menghasilkan informasi penting tentang penggunaan pemakaian volume
besar. Evaluasi farmakokinetik dengan kortikosteroid inhalasi
menggunakan teknik seperti metode blok arang dapat digunakan untuk
menilai komponen usus dan paru relatif dari ketersediaan hayati sistemik.
Ini bersama dengan informasi tentang eliminasi dan distribusi obat
memberikan penjelasan rasional untuk perbedaan yang diamati pada
kondisi mapan dalam profil bioaktivitas sistemik antara kortikosteroid
inhalasi. Penerapan lebih lanjut dari teknik farmakokinetik termasuk
penilaian pemberian antibiotik nebuliser melalui sistem nebuliser yang
berbeda, seperti misalnya, pada pasien dengan fibrosis kistik.

Anda mungkin juga menyukai