Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN

“RETENSI URINE”
KELOMPOK 1
zellia putri Asna Roliya
Yoga erixka Ratu Mandala
Juan abimanyu Lisda Meyza
Ananda muthia Marisa
Ufarini zamis Mela Yuliza
Wirda Eva Yuliana
Safira anggraini Aputya
Ni ketut ratna
DEFINISI
 Retensi urine adalah ketidakmampuan untuk
mengosongkan isi kandung kemih sepenuhnya
selama proses pengeluaran urine.
 Retensi urine adalah suatu keadaan
penumpukan urine di kandung kemih dan tidak
mempunyai kemampuan untuk
mengosongkannya secara sempurna.
 Retensio urine adalah kesulitan miksi karena
kegagalan urine dari fesika urinaria. Retensio
urine adalah tertahannya urine di dalam
kandung kemih, dapat terjadi secara akut
maupun kronis.
KLASIFIKASI RETENSI URIN
 Retensi Akut adalah ketidakmampuan
berkemih tiba-tiba dan disertai rasa sakit
meskipun buli-buli terisi penuh. Berbeda
dengan kronis, tidak ada rasa sakit karena
urin sedikit demi sedikit tertimbun. Kondisi
yang terkait adalah tidak dapat berkemih
sama sekali, kandung kemih penuh, terjadi
tiba-tiba, disertai rasa nyeri, dan keadaan ini
termasuk kedaruratan dalam urologi. Kalau
tidak dapat berkemih sama sekali segera
dipasang kateter.
 Retensi Kronis Adalah retensi urin ‘tanpa rasa
nyeri’ yang disebabkan oleh peningkatan
volume residu urin yang bertahap. Hal ini
dapat disebabkan karena pembesaran
prostat,pembesaran sedikit-sedikit namun
lama-lama tidak bisa kencing. Bisa kencing
sedikit tapi bukan karena keinginannyasendiri
tapi keluar sendiri karena tekanan lebih
tinggi daripada tekanan sfingternya.
Kondisi yangterkait adalah masih dapat
berkemih, namun tidak lancar, sulit memulai
berkemih (hesitancy),tidak dapat
mengosongkan kandung kemih dengan
sempurna (tidak lampias).
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Anamnesa
 Data Demografi Klien
Menanyakan Identitas klien seperti : nama, usia, jeniskelamin, suku / bangsa,
alamat, agama, tanggal MRS, jam MRS, diagnosa. Retensi urine biasa terjadi
pada usia lanjut dan jenis kelamin pria karena akibat hiperplasia prostat
jinak/kelainan prostat.
 Keluhan Utama
Keluahan utama pasien dengan kasus ini biasanya dapat berupa keluhan
nyeri suprapubis berat dan ketidakmampuan untuk miksi.
 Riwayat Penyakit Sekarang
Merupakan gangguan yang berhubungan dengan gangguan yang dirasakan
saat ini. Bagaimana pola berkemih pasien, meliputi frekuensi, waktu, dan
banyaknya urin. Apakah klien merasa nyeri.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan pada klien apakah klien pernah mengalami penyakit serupa
sebelumnya.
 Obat-obatan: beberapa obat menyebabkan retensi urine yang mencakup
preparat antikolinergik-anti spasmodik seperti
 atropin; preparat anti depresan-anti psikotik seperti, fenotiazin;
preparat antihistamin, seperti pseudoefedrin hidroklrorida
(Sudafed); preparat B-adrenergic, seperti propranolol; dan
preparat antihipertensi seperti, hidralazin.
 Riwayat operasi dan tindakan: Retensi dapat terjadi pada pasien
pascaoperatif, khususnya pasien yang menjalani operasi di
daerah perineum atau anal sehingga timbul spasme refluk
sfinger. Anestesi umum akan mengurangi inervasi otot kandung
kemih, dan dengan demikian dorongan untuk membuang air
kecil tertekan. Riwayat penggunaan alkohol.

 Riwayat Kesehatan Keluarga


Tanyakan apakah ada anggota keluarga lain yang menderita
penyakit serupa dengan klien dan apakah ada riwayat
penyakit bawaan atau keturunan berhubungan dengan
masalah pada ginjal atau urologi
 Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Keadaan compos mentis namun tampak lemah
 Tanda-tanda vital
Tekanan darah biasanya meningkat karena klien merasakan nyeri,
suhu meningkat jika ditemukan adanya infeksi, nadi biasanya
meningkat karena klien merasakan nyeri dan RR biasanya
meningkat karena klien merasakan nyeri.
 Sistem tubuh
1. B1 (Breathing)
Perawat melakukan pengkajian adanya gangguan pada pola
nafas klien, biasanya klien esak akibat rasa nyeri yang dialami
dan peningkatan respiratory rate.
2. B2 (Blood)
Apakah terjadi peningkatan tekanan darah, biasanya pasien
bingung dan gelisah. Pada retensi urin muncul adanya keringat
dingin (Diaforesis) akibat nyeri pada distensi kandung kemih.
3. B3 (Brain)
Klien ditemukan dalam kesadaran biasanya sadar penuh. Namun tetap
diperhatikan adanya tanda-tanda pasca trauma atau cedera pada SSP.
4. B4 (Bladder)
Disuria, ingin berkemih tetapi tidak ada urine yang keluar, dan urine
keluar sedikit-sedikit karena ada overflow, urine yang keluar menetes,
produksi urin sedikit/anuria apabila ureter terjadi obstruksi bilateral.
 Inspeksi
a. Daerah perineal: Kemerahan, lecet namun tidak ditemukan adanya
pembengkakan.
b.Tidak ditemukannya adanya benjolan atau tumor spinal cord.
c. Ditemukan adanya tanda obesitas dan sempitnya ruang gerak pada
klien
d.Periksa warna, bau, banyaknya urine biasanya bau menyengat karena
adanya aktivitas mikroorganisme (bakteri) dalam kandung kemih serta
disertai keluarnya darah.
e. Apabila ada lesi pada bladder, pembesaran daerah supra pubik lesi
pada meatus uretra, banyak kencing dan nyeri saat berkemih
menandakan disuria akibat dari infeksi.
 Palpasi

a. Ditemukan adanya distensi kandung kemih dan nyeri tekan.


b. Tidak teraba benjolan tumor daerah spinal cord
 Perkusi

a. Terdengar suara redup pada daerah kandung kemih.


 Auskultasi : ditemukan peristaltik (+) , bruit (+)jika terjadi
obstruksi steanosis arteri renalis.
5. B5 (Bowel)
Pemeriksaan auskultasi bising usus klien adakah peningkatan
atau penurunan, serta palpasi abdomen klien adanya nyeri tekan
abdomen atau tidak ataupun ketidaknormalan ginjal. Pada
perkusi abdomen ditemukan ketidaknormalan atau tidak.
5. B6 (Bone)
Pemeriksaan kekuatan otot dan membandingkannya dengan
ekstremitas yang lain, adakah nyeri pada persendian. Retensi
urine dapat terjadi pada pasien yang harus tirah baring total.
Perawat mengkaji kondisi kulit klien
 Diagnosa Keperawatan
a. Retensi urine berhubungan dengan blok spingter,
disfungsi neurologis
b. Nyeri akut berhubungan dengan
inflamasi/radang urethra
c.Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur
invasif (kateter urine)
INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasionalisasi


Keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan

Retensi Urine Setelah dilakukan 1. Lakukan insersi 1. Prinsip aseptik


b.d Blok asuhan kateter urine dilakukan agar
Spingter, keperawatan dengan mencegah
Disfungsi selama 3 x 24 menerapkan kemungkinan
Neurologis jam, maka prinsip aseptik terjadinya
retensi urin 2. Jelaskan tujuan infeksi pada
membaik dengan dan prosedur pasien
kriteria hasil: pemasangan 2. Menjelaskan
1. Pasien tidak kateter urine tujuan dan
mengeluh 3. Anjurkan prosedur
saat eliminasi menarik napas pemasangan
2. Eliminasi saat insersi dapat
pasien lancar selang kateter menenangkan
pasien
3. Menarik napas
dapat membuat
rasa nyeri
berkurang
Nyeri Akut b.d Setelah 1. Kontrol 1. Lingkungan
Inflamasi/Radan dilakukan lingkungan yang nyaman
g Urethra asuhan yang dapat
keperawatan memperbera menenangka
selama 3 x 24 t rasa nyeri n dan
jam, maka nyeri 2. Kolaborasi mengurangi
berkurang pemberian nyeri
dengan kriteria analgetik 2. Untuk
hasil: 3. Ajarkan mengurangi
1. Pasien tidak teknik rasa nyeri
mengeluh nonfarmakol 3. Untuk
nyeri ogis unuk mengurangi
2. Pasien tidak mengurangi rasa nyeri
tampak rasa nyeri secara
meringis   mandiri
Risiko Infeksi Setelah 1. Monitor 1. Untuk
b.d Prosedur dilakukan tanda dan memantau
Invasif asuhan gejala infksi risiko infeksi
keperawatan lokal dan 2. Agar pasien
selama 3 x 24 sistemik tidak
jam, maka 2. Pertahankan terinfeksi
Risiko infeksi teknik 3. Agar pasien
menurundenga aseptik pada dan keluarga
n kriteria hasil: pasien dapat
1. Klien tidak berisiko memonitor
menunjukka tinggi mandiri
n tanda- 3. Jelaskan 4. Untuk
tanda infeksi tanda dan meningkatka
2. Pasien tidak gejala n imun
mengeluh infeksi pasien
nyeri pada 4. Anjurkan
saat meningkatka
terpasang n asupan
kateter nutrisi dan
cairan

Anda mungkin juga menyukai