Anda di halaman 1dari 6

Faktor resiko penggunaan pestisida

1. Dampak penggunaan pestisida


- Apa dampak penggunaan pestisida.
• Keracunan pestisida
• Kesehatan pengguna pestisida
• Pencemaran lingkungan (ekosistem)
• Residu tanaman (safety food)
2. Apa saja factor resiko penggunaan pestisida
- Konsentrasi pestisida
- Lama penyemprotan
- Dosis pestisida
- Masa kerja
- Arah angin
- Waktu penyemprotan
- APD
- Alat penyemprot yang digunakan
- Frekuensi penyemprotan
- Jenis pestisida
- Penyimpanan pestisida
- Pencampuran pestisida
- Kebersihan alat penyemprot
- Proses penyemprotan
- Pengetahuan pekerja
- Jumlah pestisida
- Karakteristik pekerja (umur, jenis kelamin, pengalaman)
- Tata cara penggunaan pestisida
Solusi
1. Pencegahan yaitu penggunaan APD
2. Pola tanam penggiliran tanam sehingga tidak memberikan kesempatan pada hama untuk berkembang
3. Perlunya edukasi terhadap penggunaan pestisida berupa promosi dampak peggunaan pestisida, penyakit
akibat pestisida, akibat yang ditimbulkan, tata cara penggunaan pestisida, CTPS.
4. Melakukan upaya pengecekan kesehatan secara rutin dan pengawasan dari pemerintah yang dilakukan oleh
pos ukk
5. Upaya penyuluhan melalui dinas terkait
6. Pembentukan perkumpulan petani agar dapat sharing dengan satu dengan yang lain
7. Jadwal penyemprotan yang baik dan benar
8. Pelatihan yang diberikan oleh pemerintah daerah
9. Membersihkan diri ketika sudah selesai bekerja dengan air yang bersih, limbah air agar dijauhkan dari
sumber mata air
10. Pemilik kebun agar memberikan libur kepada petani agar mengurangi resiko terjadinya keracunan pestisida
11. Penggunaan dosis pestisida yang harus sesuai dengan dosis petunjuk pada label kemasan serta
memperhatikan bahan aktif yang ada di pestisida ketika ingin melakukan pencampuran
12. Pembakaran wadah pestisida harus dilakukan ditempat yang jauh dari rumah untuk mencegah terhirupnya
asap yang ditimbulkan oleh pembakaran tersebut.
1. Kepatuhan petani dalam penggunaan APD
2. Jangan meleakukan kegiatan lain disekitar penyemprotan seprti makan, minum, merokok dll
3. Penyimpanan pestisida disimpan di wadah tertutup, terhindar dari matahari dan jauh dari anak-anak
4. Penyuluhan mengenai arah mata angin dan durasi penyemprotan yang dilakukan
5. adanya pengawasan KP3 (komisi pengawasan pupuk dan pestisida) setempat sehingga petani dapat
menggunakan pestisida dengan baik dan benar
6. Mengurangi frekuensi penyemprotan dengan penyemprotan 2 kali seminggu
7. Meningkatkan pengetahuan para petani mengenai pengelolahan pestisida serta pengetahuan tentang bahaya
serta pencegahnnya
8. Mengedukasi petani dalam mengelola keracunan yaitu mencuci tangan setelah terkontaminasi pestisida
9. Pemeriksaan kesehatan yaitu dengan pemeriksaan enzim cholinesterase untuk mencegah keracunan pestisida
10. Memberikan pengetahuan kepada petani mengenai pencampuran pestisida.
11. Membatasi diri agar penyemprotan tidak dilakukan lebih 3 jam sehari dapat meningkatkan resiko keracunan
pestisida
Catatan tambahan:
• Para petani tealh melakukan pemebentukan kelompok tani tetapi merka tidak aktif
• Identifikasi peraturan pemerintah mengenai kebijakan k3 merevisi menuju kebijakan yang baru
• Promosi gempar yaitu berupa sosialisasi bukan penyuluhan/ pelatihan karena petani tidak sempat megikuti hal tesebut karena 8 jam kerja
• pola tanam dengan dosis akan berhubungan dan jarak tanam juga akan berhubungan efeknya terhadap lingkunagan bagaimana pembuangannya
agar tidak tercemar ke sumber mata air harus jauh.
• dalam mencuci sisa pesttisida itu semua berkaitan dengan dosisi pestisida
• dosis akan masuk kedalam alat alat dan alat akan di bersihkan maka dosis akan keluar, dosis dan residu yang dihasilkan atau dikeluarkan ke
lingkungan  artinya dosis pestisida disemprotkan ke tanaman itu tidak kena semerta merta secara keseluruhan kena  kepada peatani kalau
pestisida dalam bentuk cairan yang bisa masuk ke petani itu sudah dalam bentuk dosis campuran (dosis campuran sudah berkurang dari dosis
yang sebenarnya) misalnya ada pestisida dosisnya adalah 10 PPM atau mungkin 2 PPM itu dosis yang dianjurkan menggunakan Pestisida dan  itu
dicampur dengan 200 ml air dianjurkan menggunakan persistent Itu dicampur dengan 200 ml air contoh cara mencampur pestisida yang seperti
itu jangan dia dicatat yang 2 PPM yang menjadi masalah jadi itu itu perlu dikaji lagi
• banyak sekali sebenarnya pencemaran atau perbedaan persepsi dari bicara dosis. dosis  yang masuk ke tanaman itu aja sudah dicampur Air
artinya dosisnya sudah turun jadi petani merasa tidak terpapar oleh pestisida. logika nyasebagai orang Safety binatang aja mati apalagi
manusianya bedanya adalah fisiologi atau anatomi binatang tidak sekuat  fisiologi dan anatomi manusia, manusia itu lebih kompleks sehingga
lebih kuat untuk bertahan .
• Agent dari masalah dosos pestisida adalah kimia, tidak boleh diputuskan bahwa dosis harus dikurangi karena itu sudah dikurangi pada saat
pencampuran apabila dikurangi lagi maka serangga tidak akan terbunuh dan harus diperhatikan apakah pestisida tersebut mengalami evaporasi
atau penguapan, apakah bentuknya langsung bisa terkontamisasi dengan tubuh petani hal itu merupakan masalah safety and health pada petani
oleh karena itu jangan menyalahkan dosisnya tetapi bagaimana cara masuknya bahan kimia pestisida tersebut (how the way).
• Yang perlu di perhatikan adalah jenis pestisidanya yaitu sifat fisika dan kima, cara kimia, konsentrasinya, waktu paruh dan bagaimana cara masuk
kedalam tubuh manusia
• Pestisida dapat merusak binatang (serangga/ hama) tapi juga dapat merusak manusia karena merupakan sesama makhluk hidup sesuai dengan
hukum homo hominilupus(siapa kuat dia menang)
• Program promiosi gempar yaitu kenali bahaya pestisida petani harus tahu pestisida yang digunakan apakah pestisidanya kuat,
racunnya tinggi atau tidak. Petani haru mengenaili pestisidanya dan cara penggunaannya yang tertera pada label kemasan.
Setiap label sesuai dengan aturan dari perusahaan yang tercantum pada kemasan telah memenuhi standar artinya pestisida bisa
beredar karena sudah dianggap aman oleh perusahaan masalahnya adalah pada saat digunakan menjadi tidak aman(overdose)
jadi penggunaan dosis pada petunjuk label itu sudah pasti tapi tidak bisa disesuaikan karena ada resistensi kimia. Bahan aktif
pestisida itu yang harus dikenali petani sebagai bahaya yang bisa saja bahan aktif tersebut tealah memapari peatni lewat udara,
lewat kulit atau mulut.
• Pestisida dikaitkan dengan hirarki conrol k3 yaitu langkah eliminasi, pestisida tidak dapat di eliminasi karena sanagat
dibutuhkan untuk tanaman,
• Peralihkan ke sistem pertanian organik , tidak boleh dilakukan pembakaran diladang karena pembakaran mengandung zat kimia
beracun yang dapat merusak lingkungan dan menyebabkan penyakkit
• Pola tanam atau penggilaran tanam: jika dilakukan maka hama akan mendapat makanan yang bervariasi misalnya seperti
tanaman padi jika rusak maka akan rusak semua karena jenis makana hamanya sama yaitu hanya padi saja sehingga hama akan
makan secukupnya.
• Oleh karena itu untuk menyelesaikan permasalahan tanaman tersebut perlunya mempelajari vektor (biologi) mengenali OPT
sehingga bisa dapat menciptakan pestisida baru
• Pemberian libur pada petani.
Jika pada perusahaan maka wajib ada diberikan libur jikapada sektor infromal maka tidak bisa ada. Jika perusahaan memberikan
libur maka perusahaan akan rugi, produktivitas menurun, upah kerja tetap tapi nilai ekonomisnya akan merugikan siperusahaan.
• Pengawasan KP3 selalu ada diamana mana tetapi kerja yang tidak jelas.
• Contoh dari ibu : promosi dalam kaitannya bagaimana mengedukasi dan mengingatkan si petani agar membiasakan diri untuk
menggunakan pestisida yang baik dan benar yaitu GEMPAR (gerakan masyarakat petani mengatasi Racun) ada 8 step yang
dibagi atas pencegahan primer sekunder dan tersier. Dibagi seperti itu karena bukan merupakan pekerjaan sebentar. (https://
youtu.be/GVGGXoXIXig )

Anda mungkin juga menyukai