Anda di halaman 1dari 38

CEREBRAL PALSY

CEREBRAL PALSY

dr. Nurhayati Masloman, SpA(K)


Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNSRAT
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
Maret 2020
1
Definisi

 Sekelompok kelainan motorik non progresif


 Timbul sekunder akibat lesi atau anomali otak
 Merintangi perkembangan otak normal
 Gambaran klinis dapat berubah
 Terjadi pada usia dini /
Tahap awal perkembangan
2
DIAGNOSIS
KRITERIA levine POSTER :
P: Posturing/abnormal movement
O: Oropharingeal Problem (e.g tongue thrust,
swallowing abnormalities)
S: Strabismus
T: Tone (hyper or hypotonia)
E: Evolutional maldevelopment (primitive reflexes persist
or protective equilibrium reflexes fail to develop)
R : Reflexes (increase deep tendon reflexes/persistent
Babinski’s reflex)
Etiologi / Faktor Risiko

1. Pranatal
– Infeksi intrauterine : Torch, sifilis
– Radiasi
– Asfiksia intrauterine
– Toksemia gravidarum
– DIC  kematian pranatal
salah satu bayi kembar

4
2. Perinatal
– Anoksia / hipoksia
– Perdarahan otak
– Prematuritas
– Postmaturitas
– Hiperbilirubinemia
– Bayi kembar

3. Post natal
– Trauma kepala
– Meningitis / ensefalitis  6 bulan
pertama kehidupan
– Racun : logam berat, CO
5
Klasifikasi
A. Berdasarkan tubuh yang terkena :
1. Hemiparesis / Hemiplegia
2. Diplegia
3. Quadriplegia / Tetraplegia

4. Triplegia

6
7
8
9
B. Berdasarkan Gangguan Motorik yang Dominan

1. Spastik  Kerusakan Cortex Motorik Cerebry

2. Ataksik  Kerusakan pada Cerebelum

3. Diskinetik  Kerusakan pada Basal Ganglia


4. Distonia  Menyebabkan Gangguan Gerakan
Infolunter
5. Chorea Athetosis  Pergerakan terjadi sendirinya
( Involuntary Movement )

10
11
12
C. Berdasarkan Derajat Kemampuan Fungsional

1. Ringan
- dapat melakukan pekerjaan sehari-hari
 sedikit membutuhkan bantuan
2. Sedang
- aktivitas sangat terbatas
- butuh bantuan /pendidikan khusus
3. Berat
- tidak dapat melakukan aktifitas fisik
- tidak mungkin hidup tanpa pertolongan orang lain
- pendidikan latihan khusus  sedikit hasilnya
13
Derajat Keparahan
( Gross Motor Function Classification System/ GMFCS )

 Derajat I : Berjalan tanpa hambatan, keterbatasan terjadi pada gerakan


motorik kasar yang lebih rumit.
 Derajat II : Berjalan tanpa alat bantu, keterbatasan dalam berjalan di luar
rumah dan lingkungan masyarakat.
 Derajat III : Berjalan dengan alat bantu mobilitas, keterbatasan dalam
berjalan di luar rumah dan lingkungan masyarakat.
 Derajat IV : Kemampuan bergerak sendiri terbatas, menggunakan alat
bantu gerak yang cukup canggih untuk berada di luar rumah dan lingkungan
masyarakat.
 Derajat V : Kemampuan bergerak sendiri sangat terbatas, walaupun
sudah menggunakan alat bantu yang canggih

14
15
16
GAMBARAN KLINIS
• Gangguan motor : kelainan fungsi & lokalisasi
• Kelainan fungsi motor :
1. Spastisitas
- peningkatan tonus otot & refleks,
(menetap, tidak hilang walau tidur)
- klonus & refleks babinski (+)
- bentuk kelumpuhan spastistik tergantung
letak & luas kerusakan
17
- peningkatan tonus otot tidak sama
derajatnya pada 1 gabungan
otot (khas)
- cenderung terjadi kontraktur

2. Tonus Otot berubah


- bayi usia bulan pertama tampak flaksid,
berbaring seperti kodok telentang
- bila dirangsang, tonus otot
jadi spastik
18
- khas : refleks neonatal & tonic neck refleks
menetap
- kerusakan biasa di batang otak o/k asfiksia
perinatal & ikterus

3. Koreo-atetosis
- khas : pergerakan terjadi sendirinya
(involuntary movement)
- kerusakan di ganglia basal o/k
asfiksia berat & kern-ikterus
19
4. Ataksia : gangguan koordinasi
- Bayi flaksid, perkembangan motor terlambat

5. Gangguan pendengaran
- kelainan neurogen, terutama nada tinggi
- sulit menangkap kata-kata

6. Gangguan bicara
- o/k gangguan pendengaran atau retardasi
mental

7. Gangguan mata
- strabismus konvergen & kelainan refleks
20
DIAGNOSA BANDING

1. Proses degeneratif
2. Higroma subdural
3. Arterio-vena yang pecah
4. Kerusakan medula spinalis
5. Tumor intrakranial

21
Pemeriksaan penunjang

• Pemeriksaan mata & pendengaran


• Pemeriksaan CSS/lumbal pungsi
• TORCH
• Foto kepala, CT scan atau MRI
• EEG
• Penilaian psikologi

22
Langkah-Langkah Menegakkan Diagnosis 1

• Anamnesis  Mencari tonus otot abnormal, postur


tubuh abnormal
• Pemeriksaan fisik  keterlambatan per-kembangan
dan adanya refleksi yang abnormal
• Menetapkan diagnosis banding dan melakukan
pemeriksaan tambahan untuk menyingkirkan
diagnosis banding tersebut  yang terpenting
adalah untuk menyingkirkan kelainan-kelainan selain
Cerebral Palsy yang juga dapat menyebabkan
gangguan perkembangan
23
Langkah-Langkah Menegakkan
Diagnosis 2

• USG, CT-Scan, MRI  Sebagai Modalitas


Diagnosis tambahan untuk mengetahui
kemungkinanetiologi maupun faktor risiko
terjadinya Cerebral Palsy
• Pemeriksaan terpadu dengan Bagian
Psikiatri, Mata, THT maupun pemeriksaan
tambahan lainnya seperti EEG  Untuk
mengetahui kelainan lain yang menyertai
Cerebral Palsy
24
Penilaian

 Gangguan motorik UMN atau LMN


 Keterlambatan perkembangan motorik atau CP

 Fungsional : Letak gangguan di otak


 Etiologi : Penyebab dan saat terjadinya gangguan

 Penyakit atau penyulit penyerta

25
Penilaian Kekuatan Otot
Nilai Keterangan
5/5 Mampu menggerakkan persendian dalam lingkup gerak
penuh, mampu melawan gaya gravitasi, mampu melawan
dengan tahanan penuh
4/5 Mampu menggerakkan persendian dengan gaya gravitasi,
mampu melawan dengan tahanan sedang
3/5 Hanya mampu melawan gaya gravitasi

2/5 Tidak mampu melawan gaya gravitasi (gerakkan pasif)

1/5 Kontraksi otot dapat dipalpasi tanoa gerakkan persendian

0/5 Tidak ada kontraksi otot


Perbedaan Lesi UMN dan
LMN
UMN LMN
Tonus Otot Hipotoni (bayi) atau Hipotoni
Spastik (bayi dan anak)

Kekuatan Otot Normal atau sedikit Sangat Menurun


menurun
Refleks Refleks tendon meningkat Refleks tendon menurun
Refleks bayi menetap atau tidak sama sekali
Tes Babinski positif Tes Babinski negatif
Klonus tumit dan lutut Klonus negatif
positif

Massa Otot Tidak dijumpai atrofi Dijumpai atrofi (sulit


ditemukan ada bayi)
Ditemukan fasikulasi (sulit
ditemukan pada bayi,
kecuali di lidah)
KELUMPUHAN SUSUNAN SARAF TEPI
Dari sumsum
tulang belakang

(kornu anterior)
sampai otot

28
Susunan Saraf Pusat Susunan Saraf Tepi
(UMN) (LMN)

OTOT

29
KELUMPUHAN
Susunan Saraf Pusat Susunan Saraf Tepi
◦ Kaku/ spastis (Layuh)
◦ Refleks fisiologi meningkat ◦ Lemas/ flaksid
◦ Refleks patologis positif ◦ Refleks fisiologis
◦ Tidak ada pengecilan otot menurun atau hilang
kecuali sudah berlangsung ◦ Refleks patologis negatif
lama ◦ Pengecilan otot

30
Sumsum Tulang Belakang
Poliomyelitis
Mielitis transversa
Trauma

Akar Saraf Tepi


Guillain Barre Syndrom

Saraf Tepi
Neuritis infeksi,
Kurang gizi
Trauma

Sambungan Saraf - Otot


Miastenia Gravis

Otot
Miositis akut virus
OTOT Distrofi
31 dll.
KELUMPUHAN SUSUNAN SARAF TEPI
Lumpuh Layuh

 Sumsum tulang belakang  Sambungan saraf-otot


◦ Polio ◦ Miastenia Gravis
◦ Mielitis transversa  Otot
◦ Trauma ◦ Miositis akut virus
 Akar saraf tepi ◦ Distrofi dll.
◦ Guillain Barre  Tangan
 Saraf tepi ◦ Erb’s paralisis
◦ Neuritis infeksi/ kurang gizi  Metabolik
◦ Trauma ◦ Hipokalemi

32
Penatalaksanaan

Tujuan
• mengembangkan sisa kemampuan yang
ada pada anak seoptimal mungkin

 diharapkan dapat melakukan aktifitas


sehari-hari (tanpa bantuan atau
dengan sedikit bantuan)
33
1. Aspek Medis
a. aspek medis umum
- gizi
- imunisasi
b. terapi dengan obat
- untuk relaksasi otot
- antikejang
c. pembedahan orthopedi
d. fisioterapi
e. terapi okupasi
f. terapi wicara
34
2. Aspek non medis

a. Pendidikan  memerlukan pendidikan


khusus (SLB)
b. Pekerjaan  dapat menimbulkan harga diri
c. Problem sosial  perlu pekerja sosial
d. Lain-lain
a. Rekreasi
b. Olahraga
c. Kesenian
d. Aktifitas kemasyarakatan
35
Prognosis
• Regenerasi otak
 tidak pernah terjadi pada cerebral palsy
• Stimulasi baik
 perbaikan fungsi koordinasi dan fungsi
motorik

• Prognosis baik  derajat fungsional ringan


• Prognosis buruk  disertai retardasi mental,
kejang, gangguan penglihatan & pendengaran
36
TERIMA KASIH

38

Anda mungkin juga menyukai