Anda di halaman 1dari 19

XIII

Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan Dalam Bermasyarakat,


Berbangsa dan Bernegara

• A. Paradigma;
• Suatu asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi teoritis yang umum
(merupakan sumber nilai) sehingga merupakan suatu sumber hukum,
metode, serta penerapan dalam ilmu pengetahuan yang sangat
menentukan sifat, ciri serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri.
• B. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan;
• Dalam segala aspek pembangunan nasional harus mendasarkan pada
hakekat nilai-nilai Pancasila.
• 1. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Iptek;
• Atas dasar kreatipitas akalnya manusia
mengembangkan iptek dalam rangka untuk mengolah
kekayaan alam yang disediakan oleh Tuhan untuk
kesejahteraan manusia. Pengembangan iptek sebagai
hasil budaya manusia harus didasarkan pada moral
Ketuhanan dan kemanusiaan yang adil dan beradab.
Pancasila yang sila-silanya merupakan suatu kesatuan
yang sistematis haruslah menjadi sistem etika dalam
pengembangan iptek.
• 2.Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan
POLEKSOSBUD HANKAM
• Pembangunan merupakan suatu realisasi praksis untuk
mencapai tujuan bangsa (POLEKSOSBUD HANKAM)
harus berdasarkan pada hakekat manusia sebagai
subyek pelaksana sekaligus tujuan pembangunan.
Hakekat manusia adalah monopluralis artinya meliputi
berbagai unsur yaitu rokhani-jasmani, individu-makhluk
sosial serta manusia sebagai pribadi-makhluk Tuhan.
Oleh karena itu hakekat manusia merupakan sumber
nilai bagi pengembangan poleksosbud hankam.
• Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan
Kehidupan Beragama;
• Dalam pokok pikiran alinea IV Pembukaan UUD’45
ditegaskan “negara berdasar atas Ketuhanan Yang
Maha Esa, atas dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab” berarti kehidupan dalam negara
mendasarkan pada nilai-nilai ketuhanan. Negara
memberikan kebebasan kepada warganya untuk
memeluk agama serta menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
• Pancasila sebagai Paradigma Reformasi;
• Reformasi memiliki makna suatu gerakan untuk
memformat ulang, menata ulang atau menata
kembali hal-hal yang menyimpang untuk dikembalikan
pada format atau bentuk semula sesuai dengan nilai-
nilai ideal yang dicita-citakan rakyat.
• Atau dengan lain kata menata kehidupan bangsa dan
negara dalam suatu sistem negara di bawah nilai-nilai
Pancasila (berupa nilai religius, nilai kemanusiaan,
nilai persatuan, nilai kerakyatan serta nilai keadilan).
• Gerakan reformasi memiliki kondisi syarat-syarat sbb;
• 1. Dilakukan karena adanya suatu penyimpangan yang
tidak sesuai dengan makna dan semangat Pembukaan
UUD’45 serta batang tubuh UUD’45.
• 2. Harus dengan cita-cita yang jelas (landasan ideologis
Pancasila). Bila tidak, gerakan reformasi dapat
mengarah kepada anarki, disintegrasi bangsa dan
akhirnya menghancurkan bangsa dan negara
sebagaimana yang telah terjadi di Uni Sovyet dan
Yugoslavia dulu.
• 3. Dilakukan dengan berdasar pada suatu kerangka
struktural tertentu (dalam hal ini UUD) sebagai
kerangka acuan reformasi, diantaranya
mengembalikan pada dasar serta sistim negara
demokrasi (kedaulatan ada di tangan rakyat sebagai
yang tertuang dalam psl 1 ayat 2), melakukan
perubahan ke arah sistem negara hukum dalam arti
yang sebenarnya yaitu adanya jaminan perlindungan
hak asasi manusia, peradilan yang bebas dari
penguasa serta legalitas dalam arti hukum.
• 4. Reformasi dilakukan ke arah suatu perubahan pada
kondisi yang lebih baik, dengan lain perkataan
dilakukan ke arah peningkatan harkat dan martabat
rakyat Indonesia sebagai manusia.
• 5. Dilakukan dengan suatu dasar moral dan etik
sebagai manusia yang berketuhanan serta
terjaminnya persatuan dan kesatuan bangsa.
45 Butir Pengamalan Pancasila
• Ketuhanan Yang Maha Esa;
• 1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
• 2. Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa sesuai dengan agama dan kepercayaanya masing-masing menurut
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
• 3. Mengembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerjasama
antara pemeluk agama dan penganut kepercayaan yang berbeda-
beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
• 4. Membina kerukunan hidup diantara sesama umat
beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
• 5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan
pribadi manusia terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
• 6. Mengembangkan sikap saling menghormati
kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama
dan kepercayaannya masing-masing.
• 7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.
• Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab;
• 8. Mengakui dan memberlakukan manusia sesuai
dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa.
• 9. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan
kewajiban asasi setiap manusia tanpa membeda-
bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan. Jenis
kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan perbedaan
lainnya.
• 10. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama
manusia.
• 11. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan
tepo seliro.
• 12. Mengembangkan sikap tidak semena-mena
terhadap orang lain.
• 13. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
• 14. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
• 15. Berani membela kebenaran dan keadilan.
• 16. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian
dari seluruh umat manusia.
• 17. Mengembangkan sikap hormat-menghormati dan
bekerjasama dengan bangsa lain
• Persatuan Indonesia;
• 18. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan serta
kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara
sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi dan golongan.
• 19. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan
negara dan bangsa apabila diperlukan.
• 20. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan
bangsa.
• 21. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan
dan bertanah air Indonesia.
• 22. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
• 23. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar
Bhinneka Tunggal Ika.
• 24. Memajukan pergaulan demi persatuan dan
kesatuan bangsa.

• Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat


Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan;
• 25. Sebagai warga negara dan warga masyarakat,
setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak
dan kewajiban yang sama.
• 26. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang
lain.
• 27. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil
keputusan untuk kepentingan bersama.
• 28. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi
oleh semangat kekeluargaan.
• 29. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap
keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah.
• 30. Dengan itikad baik dan rasa tanggungjawab
menerima dan melaksanakan hasil keputusan
musyawarah.
• 31. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan
bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
• 32. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan
sesuai dengan hati nurani yang luhur.
• 33. Keputusan yang diambil harus dapat
dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menjungjung tinggi harkat dan
martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan,
mengutamakan persatuan dan kesatuan demi
kepentingan bersama.
• 34. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang
dipercaya untuk melaksanakan musyawarah.
• Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia;
• 35. Mengembangkan perbuatan yang luhur yang
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan.
• 36. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
• 37Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
• 38. Menghormati hak orang lain.
• 39. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar
dapat berdiri sendiri.
• 40. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha
yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.
• 41. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang
bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.
• 42. Tidak menggunakan hak milik untuk sesuatu hal
yang bertentangan/merugikan kepentingan umum.
• 43. Suka bekerja keras.
• 44. Suka menghargai hasil karya orang lain yang
bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan
bersama.
• 45. Suka melakukan kegiatan dalam rangka
mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan
sosial.

Anda mungkin juga menyukai