Anda di halaman 1dari 16

“MALPRAKTIK”

H. Khairul Anam, SH., M.Kes


Pengertian Malpraktik

Dalam kamus Bahasa Indonesia Malpraktik berarti tindakan yang


dilakukan dengan jalan tidak baik atau tindakan yang menimbulkan
celaka.
 Malpractice menurut kamus Inggris Horrby dan Black, menekankan pada
tindakan lalai (negligence, neglost of duty)
 Menurut Couglin yang menekankan 3 isi yang terdiri atas perbuatan
sengaja salah (intention wrong doing), perbuatan menyimpang yang tidak sah
menurut hukum (ilegal practice), dan perbuatan salah yang tidak etis
(unethical practice)

“Malpraktik medis dapat diartikan sebagai tindakan/perbuatan


medis yang menimbulkan celaka”
UNSUR DAN UKURAN Malpraktik

Pasal 24 ayat (1) undang-undang Nomor 36/2009


Menegaskan bahwa tenaga kesehatan seperti yang dimaksud dalam pasal 23
undang-undang tersebut harus memenuhi ketentuan kode etik, standar profesi, hak
pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan dan standar prosedur pelayanan.

Pasal 58 ayat (1)


Menyebutkan bahwa setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap
seseorang tenaga kesehatan dan/atau penyelenggara kesehatan yang
menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan
kesehatan yang diterimanya.
Kesalahan melaksanakan tugas profesi terjadi jika
perilakunya menunjukkan:

1. Melalaikan kewajiban yang seharusnya dilakukan


2. Melakukan sesuatu hal yang seharusnya tidak boleh diperbuat baik
mengingat sumoah profesi maupun sumpah jabatan
3. Mengabaikan sesuatu yang seharusnya dilakukan menurut standar profesi
4. Berperilaku tidak sesuai dengan patokan umum mengenai kewajaran yang
diharapkan dari sesama rekan profesi dalam keadaan yang sama dan
tempat yang sama
5. Adanya suatu akibat yang berbahaya bagi tugas profesi atau akibat yang
merugikan bagi pihak lain.
“Standar profesi adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai
petunjuk dalam menjalankan profesi secara baik.”

Unsur unsur standar profesi mengandung cakupan hal-hal/penilaian


sebagai berikut:

1. Berbuat secara teliti dan saksama (zorgouldighandelen)


2. Sesuai dengan standar medis/profesi (volgens de medische standard) yang
bersumber dari ilmu pengetahuan
3. Kemampuan rata-rata dibandingkan dengan kategori medis yang sama serta
situasi dan kondisi yang sama (gelijke onstandigheden)
4. Sarana upaya yang sebanding atau profesional (proporsionaliteit begensel)
5. Tindakan medis dilakukan untuk tujuan yang konkret medis.
Kesalahan Medis:
Kesalahan melaksanakan tugas profesi atas dasar ketentuan profesi
medis profesional

Kesalahan yuridis:
Kesalahan melaksanakan tugas atas dasar ketentuan perundang-
undangan atau hukum

Ethical malpractice:
Kesalahan berdasarkan nilai atau kaedah moral

Legal malpractice:
Kesalahan berdasarkan nilai atau kaedah huum
Syarat terjadinya malpraktik sedikitnya terdiri dari 6 unsur
yang harus dinilai satu per satu yaitu:

1) Kelalaian
2) Standar profesi
3) Informed Consent
4) Rekam medis
5) Risiko medis
6) Alasan pembenaran/alasan pemaaf. Menurut Rusli Effendy (1997),
mengatakan bahwa suatu
perbuatan/tindakan medis dapat
dikategorikan sebagai malpraktik jika
memenuhi unsur:

1) Bertentangan dengan hukum (contrary to the


law)
2) Dapat dibayangkan (foresec ability)
3) Dapat dicegah (avoidable)
4) Dapat dipersalahkan (reproachful)
Menurut hukum perdata, tenaga kesehatan melakukan malpraktik
karena:

1. Melakukan wanprestasi/pelanggaran sumpah profesi (pasal 1239


KUHPerdata)
2. Melakukan perbuatan melanggar hukum (pasal 1365 KUHPerdata)
3. Melakukan kelalaian sehingga mengakibatkan kerugian (pasal 1366
KUHPerdata)
4. Melalaikan perkerjaan sebagai penanggung jawab (pasal 1367 KUHPerdata)
Pertanggungjawaban Hukum Malpraktik Medis

Dalam pertanggungjawaban pidana dikenal asas tidak dipidana jika


tidak ada kesalahan (geen straf zonder schuld).

Seseorang dapat dikatakan mempunyai kesalahan jika melakukan perbuatan


tercela, yaitu perbuatan merugikan meskipun mampu mengetahui makna
perbuatan tersebut.

Seseorang dapat dicela pula karena lalai atau alpa terhadap kewajiban yang
seharusnya dilaksanakan sehingga timbul kerusakan/kerugian.
Menurut Prodjodikoro (dalam Anny Isfandyarie, 2005)

Definisi tindakan pidana adalah perbuatan yang pelakunya


dapat dikenakan pidana.

Sedangkan untuk dapat disebut sebagai tindakan pidana, Moeljatno


mensyaratkan unsur yang harus dipenuhi, yaitu:
1. Adanya perbuatan (manusia)
2. Memenuhi rumusan undang-undang
3. Bersifat melawan hukum

“Hanya seorang yang keadaan jiwanya normal/waras dapat dipandang dapat


dipertanggungjawabkan menurut hukum pidana (pasal 44 KUH Pidana).”
Kesalahan dapat dikenai pertanggungjawaban hukum
pidana, harus memenuhi 3 unsur sebagai berikut:

1) Adanya kemampuan bertanggung jawab pada petindak,


artinya keadaan jiwa petindak harus normal
2) Adanya hubungan batin antara petindak dengan
perbuatannya yang dapat berupa kesengajaan (dolus) atau
kealpaan (culpa)
3) Tidak adanya alasan penghapusan kesalahan atau pemaaf
Kealpaan:
Kekurangperhatian pelaku terhadap objek dengan tidak disadari bahwa akibatnya
merupakan keadaan yang dilarang, sehingga kesalahan yang berbentuk kealpaan pada
hakikatnya adalah sama dengan kesengajaan, hanya berbeda gradasi saja.

Kaum Anglo Saxon menetapkan tolok ukur dari kelalaian yang dikenal
sebagai 4D dari negligence (Guwandi), yaitu:

1. Kewajiban (duty)
2. Pelanggaran terhadap kewajiban (direction of that duty)
3. Penyebab langsung (direct causation)
4. Kerugian (damage)
Risiko yang ditanggung oleh pasien
1. Kecelakaan (accident)
2. Risiko tindakan medis (risk of treatment)
3. Kesalahan penilaian (error of judgement).

Dalam keadaan gawat darurat, tenaga kesehatan/dokter yang beritikad baik


menolong sesamanya dibebaskan dari tanggung jawab hukum dan menilai:

1. Bahwa benar terdapat keadaan darurat


2. Bahwa pertolongan harus segera dilakukan
3. Bahwa ia mampu untuk memberikan pertolongan yang dibutuhkan
korban.
Menurut Guwandi (dalam Indar, 2006), terdapat 4 kriteria keadaan dapat disebut
darurat, yaitu:

1. Pasien dalam keadaan syok


2. Terdapat pendarahan
3. Patah tulang
4. Kesakitan/nyeri..

Keadaan darurat dapat terjadi dalam 3 kemungkinan, yaitu:

1. Adanya pertentangan antara 2 kepentingan hukum


2. Pertentangan antara satu kewajiban hukum dengan satu kepentingan hukum
3. Adanya pertentangan antara 2 kewajiban hukum.
Sanksi hukum malpraktik medis

Pengaturan sanksi pidana secara umum diatur dalam beberapa pasal KUH
Pidana dan pengaturan secara khusus dapat dijumpai pada pasal 190
sampai dengan 200 Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang
kesehatan.
Adapun dasar peraturan yang terdapat dalam undang-undang tentang kesehatan
yaitu pasal 58 ayat (1) yang berbunyi:
“Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang tenaga kesehatan
dan/atau penyelenggaraan kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat
kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang diterimanya.”

Untuk lebih jelas dapat dilihat dari masing-masing bidang hukum; 1)


Hukum pidana, 2) Hukum perdata, dan 3) Hukum administrasi

Anda mungkin juga menyukai