Anda di halaman 1dari 9

PENATALEKASANAAN MUAL

MUNTAH PADA PASIEN


KANKER OVARIUM PASCA
KEMOTERAPI
muntah dapat dianggap sebagai suatu cara perlindungan alami dari tubuh terhadap zat-zat yang merangsang dan beracun yang ada dalam
makanan. segera setelah zat-zat tersebut dikeluarkan dari saluran cerna, muntah juga akan berhenti. namun demikian, sering kali muntah hanya
merupakan gejala penyakit, misalnya kanker lambung, penyakit meniere, mabuk darat, dan pada masa hamil, tidak jarang muntah merupakan
efek samping dari obat-obatan, seperti onkolitika, obat parkinson, digoksin, dan sebagai akibat dari radioterapi kanker. muntah pada
umumnya diawali oleh rasa mual (nausea), dengan ciri-ciri muka pucat, berkeringat, liur berlebihan, takikardia, dan pernafasan yang tidak
teratur. muntah dapat di atasi dengan obat-obat antimual (antiemetika)

Pasien Kanker Kemoterapi Mual Muntah

Penanganan??

Farmakologi: Non
Obat-obatan farmakologi
(Antiemetik)

- Relaksasi otot
- Mengalihkan
pikiran ke hal-hal
yang
menyenangkan
- Terapi musik, dll

Gambar 1. Skema penanganan mual muntah


Gambar 2. Mekanisme umum terjadinya Mual Muntah (Rang dkk, 2003)
sitostatika dapat menimbulkan muntah-muntah akibat rangsangan langsung dari ctz (chemoreseptor trigger zone), dan pelepasan

serotonin(5- ht3) di saluran lambung- usus. ctz adalah suatu daerah dengan banyak reseptor, yang letaknya dekat dengan vomiting center

(pusat muntah). ctz dan serotonin akan mengirimkan impuls pada vomiting center yang ada pada medulla oblongata sehingga

menyebabkan mual dan muntah. reseptor yang dapat menyebabkan mual muntah antara lain serotonin, dan dopamine. prostaglandin

memainkan peranan dalam proses terjadinya mual muntah akibat kemoterapi. prostaglandin a2 dapat memberikan trauma pada lapisan

mukosa gastrointestinal akibat kemoterapi. kemoterapi dapat menyebabkan trauma pada mukosa gastrointestinal yang menyebabkan

pelepasan serotonin, kemudian menstimulasi reseptor 5ht3 untuk menstimulasi pusat muntah. emesis akut timbul selama 24 jam pertama

setelah kemoterapi, sedangkan muntah yang baru dimulai pada hari kedua sampai keenam disebut muntah terlambat (delayed emesis).

selain emesis akut dan delayed emesis, ada juga tipe muntah yang terjadi beberapa jam atau hari sebelum kemoterapi yang disebut

anticipatory nausea and vomiting

kemoterapi CTZ Pusat muntah Emesis (muntah)

Sel Enterokromafin Pelepasan serotonin Menstimulasi


(5-HT3) reseptor 5-HT3

Gambar 3. Mekanisme Mual Muntah yang diinduksi oleh sitostatika


1. TERAPI NON FARMAKOLOGI
BEBERAPA CARA YANG DAPAT DILAKUKAN UNTUK MENGATASI EFEK SAMPING BERUPA MUAL MUNTAH YAITU:
Makan dan minum sedikit tapi sering

Hindari makan 1-2 jam sebelum dan sesudah kemoterapi


Hindari makanan yang berbau, berminyak dan berlemak, pedas, terlalu manis, panas
Sebaiknya makan makanan yang dingin, dan tempatkan pasien pada ruangan yang sejuk

Lakukan relaksasi dengan menonton televisi, dan membaca


Tidur selama periode mual yang hebat, dan menjaga kebersihan mulut serta berolahraga (Sudoyo, Setiyohadi, Alwi, Simodibrata, Setiati, 2006)
2. TERAPI FARMAKOLOGI
TERAPI FARMAKOLOGI DAPAT DILAKUKAN DENGAN PEMBERIAN OBAT-OBATAN ANTIMUNTAH ATAU YANG BIASA DISEBUT
ANTIEMETIKA.
A. Penggolongan Antiemetika
Berdasarkan mekanisme kerjanya antiemetika dapat dibedakan menjadi tiga (3) kelompok dan beberapa obat tambahan:

Antikolinergika
Obat- obat ini ampuh pada mabuk darat, penyakit Meniere dan mual kehamilan. Contohnya skopolamin dan antihistamin (siklizin, meklizin,
sinarizin, prometazin, dimenhidrinat)
ANTAGONIS DOPAMIN
zat-zat ini berdaya melawan mual berdasarkan perintangan neurotransmiter dari ctz ke pusat muntah dengan jalan blokade
reseptor dopamin.

Propulsiva (prokinetika) : metoklopramida dan domperidon

Derivat butirofenon : haloperidol da droperidol


Derivat fenotiazin : proklorperazin dan thietilperazin (torecan).
ANTAGONIS SEROTONIN
mekanismenya memblokade serotonin yang memicu refleks muntah dari usus halus dan rangsangan terhadap ctz. contohnya
granisetron, ondansetron, tropisetron

LAIN-LAIN
Kortikosteroida, seperti deksametason dan metilprednisolon ternyata efektif untuk mual muntah yang diakibatkan oleh
sitostatika dan radioterapi. Penggunaannya sering kali dengan suatu antagonis serotonin.
Alizaprida (Litican) digunakan setelah pembedahan, rasioterapi, dan kemoterapi. Khasiatnya berdasarkan penghambatan
refleks muntah secara sentral

c) Benzodiazepin mempengaruhi sistem kortikal/limbis dari

otak dan tidak mengurangi frekuensi dan hebatnya emesis, melainkan memperbaiki sikap pasien terhadap

peristiwa muntah. Terutama lorazepam ternyata efektif sebagai pencegah muntah


B. PENANGANAN MUAL MUNTAH DENGAN ANTIEMETIKA
25
mual muntah dapat ditangani dengan cara pemberian antiemetika atau obat anti mual muntah. antiemetik diberikan
sebelum kemoterapi, dan apabila setelah kemoterapi pasien memgalai mual muntah, maka dapat diberi terapi lanjtan
menggunakan antiemetika.

Tabel 1. Petunjuk Penanganan Mual Muntah Berdasarkan Cancer Care


Nova Scotia
Obat dan dosis untuk Pascakemoterapi (kemoterapetika resiko tinggi)
Kortikosteroid
Deksametason 8 mg PO sekali atau 2 kali sehari selama 2-3 hari ( 3-4 hari
jika menggunakan cisplatin)
antagonis reseptor serotonin atau antagonis reseptor dopamin
Ondansetron 8 mg Po setiap 12 jam
Granisteron atau dolasetron efektif untuk pemberian sebelum kemoterapi,
tetapi dapat diberikan setiap 24 jam
Metoklopramid 10-20 mg PO 2-4 kali sehari selama 2-3 hari ( 3-4 hari jika
menggunakan cisplatin)
Dapat ditambahkan difenhidramin (Benadryl) 25-50mg PO, unutk
mencegah reaksi ekstrapiramidal
ATAU

Prokloperazine 10 mg PO setipa 4-6 jam (jika perlu)

Kemoterapetika resiko sedang


Prokloperazine 10 mg PO setipa 4-6 jam (jika perlu)
Metoklopramid 10 mg setiap 4 jam (jika perlu)
Obat dan dosis adjuvan
(dapat ditambahakan pada regimen antiemetika yang lain)
Lorazepam 1-2 mg PO atau SL sebelum kemoterapi
Dronabinol 2,5-10 mg setiap 4-12 jam atau nabilone 1-2 mg 2 kali sehari
(untuk pasien tertentu)
Pra-kemoterapi Pasca-kemoterapi
Risiko Antagonis reseptor Kortikosteroid oral
tinggi - serotonin setiap 24 jam selama 4
cisplatin ditambah hari ditambah
kortikosteroid antagonis reseptor
Kemoterapetika
serotonin selama 48
resiko tinggi
jam
menimbulkan
emesis

Risiko tinggi Pra-kemoterapi


–non cisplatin Antagonis reseptor
serotonin ditambah
kortikosteroid

Pasca –kemoterapi Pasca –kemoterapi


Kortikosteroid oral setiap 24 ATA U OR Kortikosteroid oral
jam selama 3 hari ditambah ditambah metoklopramid Gambar 4. Algoritma Penanganan Mual Muntah pada Pasien kanker
antagonis reseptor serotonin selama 2-4 hari
selama 24-48 jam berdasarkan Cancer Care Nova Scotia (Luther, 2010)

Risiko Pra-kemoterapi Pasca –kemoterapi


Kortikosteroid oral Antagonis
sedang dan/atau antagonis reseptor dopamin
reseptor dopamin oral selama 2-4
hari

Risiko Pra-kemoterapi
rendah Tidak dilakukan
Pasca-kemoterapi
premedikasi yang rutin,
Tidak diperlukan
dapat diberikan antagonis
antiemetik secara rutin
dopamin jika diperlukan
~Terimakasih~

Farmakoterapi II
Presented By:
Aldi Misbahudin, A.Md.,Farm

Program Studi S1 Farmasi Alih Jenjang


STIKES Borneo Lestari Banjarmasin
2020

Anda mungkin juga menyukai