Anda di halaman 1dari 43

EKLAMPSIA

KEPANITERAAN KLINIK Presentan :


OBSTETRI DAN GINEKOLOGI Muhammad Iqbal
RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH M. NATSIR SOLOK Preceptor
FAKULTAS KEDOKTERAN dr. Helwi Nofira, Sp.OG (K)
UNIVERSITAS
BAITURRAHMAH
2021
PENDAHULUAN
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, persalinan
atau masa nifas. Kurang lebih 5% dari kasus preeklampsia
berkembang menjadi eklampsia dan kurang lebih 5% wanita
dengan eklampsia meninggal karena penyakit atau
komplikasinya serta kematian neonatal kurang lebih 7%.
Insiden eklampsia bervariasi antara 0,2% - 0,5% dari seluruh
persalinan dan lebih banyak ditemukan di negara berkembang
(0,3%-0,7%) dibandingkan negara maju (0,05%-0,1%). Insiden
yang bervariasi dipengaruhi antara lain oleh paritas, gravida,
obesitas, ras, etnis, geografi, faktor genetik dan faktor
lingkungan yang merupakan faktor risikonya.
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
Eklampsia merupakan keadaan dimana
ditemukan serangan kejang tiba- tiba yang dapat
disusul dengan koma pada kehamilan >20 minggu,
persalinan atau masa nifas yang menunjukan gejala
preeklampsia sebelumnya. Kejang disini bersifat
grand mal dan bukan diakibatkan oleh kelainan
neurologis
 Faktor Risiko
beberapa faktor risiko yang dapat mempengaruhi
terjadinya eklampsia adalah usia ibu, paritas, usia
kehamilan, jumlah janin, jumlah kunjungan ANC,
dan riwayat hipertensi
 Patofisiologi
Eklampsia terjadi karena perdarahan dinding rahim berkurang
sehingga plasenta mengeluarkan zat-zat yang menyebabkan
ischemia uteroplasenta dan peningkatan tekanan darah.
Terjadinya ischemia uteroplasenta dan hipertensi menimbulkan
kejang atau sampai koma pada wanita hamil.
Pada eklampsia terjadi spasmus pembuluh darah disertai dengan
retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasmus
yang hebat dari arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus
lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat
dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola
dalam tubuh mengalami spasmus, maka tekanan darah dengan
sendirinya akan naik sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan
tekanan perifer agar oksigenisasi jaringan dapat dicukupi.
Perubahan organ pada eklampsia
1. Perubahan pada otak
Pada eklampsi, resistensi pembuluh darah
meninggi, ini terjadi pula pada pembuluh darah otak.
Edema terjadi pada otak yang dapat menimbulkan
kelainan serebral dan kelainan pada visus. Bahkan
pada keadaan lanjut dapat terjadi perdarahan.
Perubahan organ pada eklampsia
2. Perubahan pada rahim
Aliran darah menurun ke plasenta menyebabkan
gangguan plasenta, sehingga terjadi gangguan
pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen
terjadi gawat janin.
Pada pre-eklampsi dan eklampsi sering terjadi
bahwa tonus rahim dan kepekaan terhadap
rangsangan meningkat maka terjadilah partus
prematurus.
Perubahan organ pada eklampsia
3. Perubahan ada ginjal
Filtrasi glomerulus berkurang oleh karena aliran
ke ginjal kurang. Hal ini menyebabkan filfrasi
natrium melalui glomerulus menurun, sebagai
akibatnya terjadilah retensi garam dan air.
Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari
normal sehingga pada keadaan lanjut dapat terjadi
oliguria dan anuria.
Perubahan organ pada eklampsia
4. Perubahan pada paru-paru
Kematian wanita pada pre-eklampsi dan
eklampsi biasanya disebabkan oleh edema paru. Ini
disebabkan oleh adanya dekompensasi kordis.
Bisa pula karena terjadinya aspires pnemonia.
Kadang-kadang ditemukan abses paru.
Perubahan organ pada eklampsia
5. Perubahan pada mata
Dapat ditemukan adanya edema retina spasmus pembuluh
darah. Pada eklampsi dapat terjadi ablasio retina disebabkan
edema intra-okuler dan hal ini adalah penderita berat yang
merupakan salah satu indikasi untuk terminasi kehamilan.
Suatu gejala lain yang dapat menunjukkan arah atau tanda
dari pre-eklampsi berat akan terjadi eklampsi adalah
adanya: skotoma, diplopia, dan ambliopia. Hal ini
disebabkan perubahan peredaran darah dalam pusat
penglihatan di korteks serebri atau dalam retina.
Perubahan organ pada eklampsia
6. Perubahan pada keseimbangan air dan elektrolit
Pada pre-eklampsi berat dan pada eklampsi: kadar gula
darah naik sementara asam laktat dan asam organik
lainnya naik sehingga cadangan alkali akan turun.
Keadaan ini biasanya disebabkan oleh kejang-kejang.
Setelah konvulsi selesai zat-zat organik dioksidasi
sehingga natrium dilepas lalu bereaksi dengan karbonik
sehingga terbentuk bikarbonat natrikus. Dengan begitu
cadangan alkali dapat kembali pulih normal
Gejala Klinis dan Gambaran
Diagnostik
Eklamsia biasanya ditandai dengan kejang yang dapat diikuti
dengan kehilangan kesadaran atau koma. Selain itu, ada
gejala-gejala lain:
 Kenaikan tekan darah
 Kenaikan berat badan secara mendadak
 Pengeluaran protein dalam urin
 Edema pada tungkai dan wajah
 Gangguan penglihatan dan sakit kepala

Biasanya gejala tersebut muncul pada kehamilan trimester


kedua akhir atau ketiga.
Gejala Klinis dan Gambaran
Diagnostik
Seluruh kejang eklampsia didahului dengan preeklampsia.
Ditandai dibawah ini:
 Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan
diastolik 110 mmHg atau lebih.
 Proteinuria 5 gr atau lebih dalam24 jam; 3+ atau 4+ pada
pemeriksaan kualitatif
 Oliguria, diuresis 400 ml atau kurang dalam 24 jam
 Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di
daerah epigastrium
 Edema paru atau sianosis.
Gejala Klinis dan Gambaran
Diagnostik
Pada umumnya serangan kejang didahului dengan
memburuknya preeklampsia dan terjadinya gejala-gejala
nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan,
mual keras, nyeri di daerah epigastrium, dan
hiperrefleksia.
Terdapat beberapa perubahan klinis yang memberikan
peringatan gejala sebelum timbulnya kejang, adalah sakit
kepala yang berat dan menetap, perubahan mental
sementara, pandangan kabur, fotofobia, iritabilitas, nyeri
epigastrik, mual, muntah
Protap Tatalaksana Eklampsia
Penatalaksanaan Eklampsia pertolongan pertama saat di
IGD  hindari ransangan, pasang spatula lidah dan
bebaskan jalan napas  Beri : MgSO4 20% 4 g (20 cc)
I.V pelan-pelan atau MgSO4 40 % 8 g (10 cc) I.M ( 10 cc
BoKa + 10 cc BoKi ) Pasang infus D5% atau RL 
Fiksasi badan di tempat tidur 15 – 30 menit. kirim ke
upf obgyn eklampsia di upf obgyn.
Pertolongan lanjut di kamar bersalin atau ruang isolasi.
Periksa dalam dan pasang kateter menetap. Lanjutan
MgSO4 40 % 10 cc I.M tiap 6 jam.
Protap Tatalaksana Eklampsia
Bila kejang lagi  MgSO4 20 % 10 cc I.V  Bila kejang lagi
setelah 20’ berikan Pentothal 5 mg/kgBB/I.V pelan-pelan atau
Amibarbital 3-5 mg/kgBB/I.V pelan-pelan  berikan obat-obat
penunjang (Antihipertensi,Antibiotik, Diuretik, Kardiotonik)
Periksa lab darah, urin, liver enzyme  Setelah terjadi
stabilisasi 4-8 jam setelah mulai sadar  terminasi
kehamilan tanpa memandang usia kehamilan dengan trauma
seminimal mungkin pada ibu belum inpartu
Pervaginam Induksi dengan pitosin + Amniotomi. Sebaiknya
bila Bishop skor> 8
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
 Nama : Ny. Refnita
 Umur : 24 Tahun
 Alamat : Koto Baru
 Tanggal Masuk : 22 Februari 2021
 Jam masuk : 07.40 WIB
 Pekerjaan : IRT
Anamnesa
 Keluhan Utama
 Pasien datang ke IGD RSUD M. Natsir Solok dengan keluhan penurunan
kesadaran sejak 2 jam SMRS
 Riwayat Penyakit Sekarang
 Kejang (+) >2x SMRS
 Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari (-)
 Keluar lendir bercampur darah dari kemaluan (-)
 Keluar air-air yang banyak dari kemaluan (-)
 Keluar darah dari kemaluan (-)
 Pandangan menjadi kabur (+)
 Muntah (+) 2x SMRS
 Demam (-) Batuk (+) Sesak nafas (+)
 Nyeri kepala (+) sejak 1 hari SMRS
 HPHT : 16-06-2020
 TP : 23-03-2021
 ANC : 5x ke bidan
Riwayat Menstruasi
 Menarche : 12 tahun
 Siklus Haid : Teratur
 Panjang Siklus : 28 hari
 Lama : 4-5 hari
 Ganti DUK : 2-3 x/hari
 Nyeri Haid :-

Riwayat Penyakit Dahulu :


 Ada riwayat hipertensi
 Tidak ada riwayat diabetes mellitus, penyakit jantung, ginjal, paru,
dan penyakit menular.
Riwayat Penyakit Keluarga
 Tidak ada riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit
jantung,ginjal, paru, dan penyakit menular.
Riwayat Perkawinan
 1x pernikahan, pada tahun 2020

Riwayat Kehamilan/Abortus/Persalinan : (1/0/0)


 1. Sekarang

Riwayat kontrasepsi
 Tidak ada

Riwayat Imunisasi
 Tidak ada
Pemeriksaan Fisik
Vital Sign
 Tekanan darah : 180/100 mmHg
 Frekuensi Nadi : 116 x/menit
 Frekuensi Napas : 32 x/menit
 Suhu : 36,2 ˚C
Status Generalisata
 Kepala : Normochepal
 Wajah : Chloasma Gravidarum(-)
 Mata : konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik
(-/-)
 Leher : Tidak ada pembesaran KGB
 Thorak : Paru dan Jantung dalam batas normal
 Ekstermitas : Akral hangat, CRT <2 detik, edema
(-/-)
Status Obstetrik
Abdomen
 Inspeksi : Perut tampak membuncit sesuai usia kehamilan

Sikatrik (-), striae gravidarum (-).


 Palpasi :

L1 : Fundus uteri teraba 3 jari dibawah proc. Xypoideus teraba masa lunak,
noduler
L2 : Tahanan terbesar di kanan, bagian kecil janin sebelah kiri
L3 : Teraba masa bulat keras terfiksir
L4 : Konvergen
 TFU : 32 cm
 TBA : 3255 gram
 His : (-)
 DJJ : 70-80 x/ menit

Genitalia
 Pemeriksaan luar : V/U : tenang, PPV (-)
 VT : tidak dilakukan
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Jenis Pemeriksaan Hasil

Hb 14,9 gr/dl

Leukosit H 20.000/mm3

Trombosit 358.000/mm3

Hematokrit 45,0 %

Eritrosit H 5.200.000/mm3

Imunologi

Anti HIV Non Reaktif

TPHA Non Reaktif

HbsAg Non Reaktif


PEMERIKSAAN PENUNJANG

Urinalisa  
Protein +3

Kimia Klinik  

SGOT H 41 U/L

SGPT 31 U/L

Total Pro-Alb-Glo  

Albumin 3,68 g/dL

Globulin H 3,68 g/dL

Ureum L 18 mg/dL

Kreatinin 1,03 mg/dL


Diagnosis
 G1P0A0H0 gravid preterm 35-36 minggu + Eklampsi
Penatalaksanaan
 Kontrol keadaan umum, tanda-tanda vital
 Nasal kanul O2
 Pasang kateter
 IVFD Ringer Lactat
 Inj Regimen MgSO4
 Inj lasix 1 mg
 Inj dexametasone 2 mg
 Inj ceftriaxon 2x1 gr

Rencana Tindakan:
 Jika hasil labor aman dan TTV stabil segera SCTPP atas indikasi
eklampsi
Tanggal 22 Februari 2021 pukul 09.00 wib, laporan
operasi :
 Pasien ditidurkan terlentang di atas meja operasi dan
dilakukan anestesi general (GA)
 Dilakukan tindakan asepik dan antiseptic
 Dipasang duk steril untuk memperkecil lapangan operasi
 Dilakukan insisi kulit bertahap
 Insisi dilakukan mulai dari sub kutis, facia, otot, sampai
menembus peritoneum
 Setelah peritoneum terbuka tampak uterus, gravid sesuai
dengan laserasi dari luar
 Bayi dilahirkan dengan melaksir kepala
 Lahir bayi pukul 09.20 wib
 JK : Perempuan
 BB : 2.100 gr
 PB : 30 cm
 Anus :+
 Ketuban : Keruh

 plasenta dilahirkan dan sedikit tarikan ringan pada tali


pusat
 Uterus dijahit 2 lapis
 Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis
 Kulit dijahit subkutikuler

DIAGNOSIS AKHIR
 P1A0H1 post SCTPP a/i eklampsia

Pasien pindah ke ruang ICU untuk tindakan


selanjutnya
FOLLOWUP PERAWATAN DI RUANG ICU
Tanggal Senin, 22 Februari 2021 pukul 18.00 WIB
S Pasien dari IGD dengan eklampsi, nyeri luka post operasi

O Tampak Sakit Sedang


Kes : DPO RR : 12x/i
TD : 127/80 mmHg Temp : 36.1oC
Nadi : 100 x/menit
A P1A0H1 post SCTPP a/i eklampsi
P  IVFD RL + oxytosin 20 unit / 8  Syr morfin 2 mg/jam
jam  E1 cefotaxim 2x1 gr
 Inj CaGluconas 1 gr (ekstra)  H1 dexamtason 4x10 mg
 Inj omeprazole 2x40 mg  Paracetamol 4x1 gr
 Nebu combiven II/8 jam  Syr propofol 100 mg/jam
 NAC 4x200 mg  Syr lasix 2 mg/jam
 Metildopa 3x500 mg
FOLLOWUP PERAWATAN DI RUANG ICU
Tanggal Selasa, 23 Februari 2021 pukul 08.00 WIB
S Nyeri dibekas operasi (+), pasien tampak gelisah
O Tampak Sakit Sedang
Kes : E2M4V2 RR : 20 x/i
TD : 127/80 mmHg Temp : 36.7oC
Nadi : 102 x/menit
A P1A0H1 post SCTPP a/i eklampsi
P  IVFD RL + oxytocin 20 unit/8  Syr propofol 100 mg/jam
jam  Syr lasix 2 mg/jam
 Inj omeprazole 2x40 mg  Nebu combiven II/8 jam
 Syr morfin 2 mg/jam  NAC 4x200 mg
 E2 cefotaxim 3x1 gr  Metildopa 3x500 mg
 H2 dexametason 4x10 mg  Inj metoclopramid 3x10 mg
 Paracetamol 4x1 gr  
FOLLOWUP PERAWATAN DI RUANG ICU
Tanggal Rabu, 24 Februari 2021 pukul 08.00 WIB
S Nyeri bekas oprasi (+), pasien tampak gelisah, nafsu makan (-)

O Tampak Sakit Sedang


Kes : E3M6Vtube RR : 17 x/i
TD : 153/99 mmHg Temp : 36.9 oC
Nadi : 128 x/menit

A P1A0H1 post SCTPP a/i eklampsi


P  IVFD RL + oxytosin 20 unit 500  H3 dexametason 2x10 mg
cc/jam  E2 levofloxacin 1x750mg
 E3 cefotaxim 3x1 gr  Nebu combivent II/8 jam
 Metoclopramide 3x10mg  Methildopa 3x500 mg
 PCT 4x1 gr  NAC 4x200 mg
 OMZ 2x40 mg
FOLLOWUP PERAWATAN DI RUANG ICU
Tanggal Kamis, 25 Februari 2021 pukul 08.00 WIB
S Nyeri dibekas operasi (+), batuk (+)

O Tampak Sakit Sedang


Kes : E4M6V4 RR :17 x/m
TD :110/80 mmHg Temp :36,9 oC
Nadi :76 x/menit

A P1A0H1 post SCTPP a/i eklampsi


P  IVFD RL 500 cc/24jam  H4 dexametason 2x10 mg
 E3 cefotaxim 3x1 gr  E3 levofloxacin 1x750mg
 Metoclopramide 3x10mg  Nebu combivent II/8 jam
 PCT 4x1 gr  Methildopa 3x500 mg
 OMZ 2x40 mg  NAC 4x200 mg
FOLLOWUP PERAWATAN DI RUANG ICU
Tanggal Jum’at, 26 Februari 2021 pukul 08.00 WIB
S Nyeri dibekas operasi (+)

O Tampak Sakit Sedang


Kes : E4M6V5 RR : 22 x/m
TD : 135/78 mmHg Temp : 35,8 oC
Nadi : 88 x/menit

A P1A0H1 post SCTPP a/i eklampsi


P  IVFD RL 500cc/24 jam  Methildopa 3x250 mg
 E5 cefotaxim 3x1 gr  PCT 4x750 mg
 E4 levofloxacin 1x750 mg  Fluconadzol 2x150 mg
 Nebu combiven II/8 jam  Ambroxol 3x30 mg
PASIEN PINDAH KE BANGSAL  Ranitidin 2x150 mg
NIFAS PADA PUKUL 10.30 WIB
FOLLOWUP PERAWATAN DI BANGSAL NIFAS
Tanggal Sabtu, 27 Februari 2021 pukul 08.00 WIB
S Nyeri bekas oprasi (+), batuk (+)

O Tampak Sakit Sedang


Kes : E4M6V5 RR : 17 x/i
TD : 130/90 mmHg Temp : 36.7 oC
Nadi : 82 x/menit

A P1A0H1 post SCTPP a/i eklampsi


P  IVFD RL 500 cc/jam  levofloxacin 1x750mg
 Nebu combivent  
 cefotaxim 3x1 gr
 cefixime 2x100 mg
 nifedipin 2x10 mg
FOLLOWUP PERAWATAN DI BANGSAL NIFAS
Tanggal Minggu, 28 Februari 2021 pukul 10.00 WIB
S Nyeri bekas operasi mulai berkurang

O Tampak Sakit Sedang


Kes : E4M6V5 RR : 19 x/i
TD : 130/90 mmHg Temp : 36.7 oC
Nadi : 82 x/menit

A P1A0H1 post SCTPP a/i eklampsi


P Pasien sudah cek labor, hasilnya
sudah normal dan pasien sudah bisa
pulang kerumah
 
BAB IV
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Telah didiagnosis seorang pasien perempuan berusia 24 tahun
dengan diagnosis G1P0A0H0 gravid preterm 35-36 minggu + Eklampsi.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan laboratorium.
Pasien datang ke IGD RSUD M Natsir pada tanggal 22 Februari
2021 pukul 07.40 WIB dengan keluhan utama penurunan kesadaran
sejak 2 jam SMRS. Pasien juga merasakan kejang sebanyak >2x SMRS,
pandangan menjadi kabur, nyeri pinggang menjalar ke ari-ari tidak ada,
keluar lendir bercampur darah dari kemaluan tidak ada, keluar air-air
yang banyak dari kemaluan tidak ada, pasien belum mengalami
pembukaan lengkap, muntah 2x SMRS, batuk ada, sesak nafas ada, nyeri
kepala ada sejak 1 hari SMRS. Hal ini menandakan adanya eklampsia.
Pada pemeriksaan obstetrikus, pemeriksaan luar
didapatkan
 Leopold I: fundus uteri teraba 3 jari dibawah proc
xhypoideus teraba massa lunak dan noduler
 Leopold II: tahanan terbesar disebelah kanan, bagian
kecil janin sebelah kiri
 Leopold III: teraba bulat keras ,terfiksir
 Leopold IV: Konvergen

TFU 32 cm, his (-), DJJ 70-80 x/menit, TBJ 3255 gram.
Pada vaginal toucher tidak dilakukan.
Tindakan selanjutnya adalah persalinan perabdominal
atau SCTPP. Karena persalinan pervaginam belum dapat
dilakukan.
BAB V
KESIMPULAN
Eklampsia merupakan keadaan dimana
ditemukan serangan kejang tiba- tiba yang dapat
disusul dengan koma pada wanita hamil, persalinan
atau masa nifas yang menunjukan gejala
preeklampsia sebelumnya
Ada banyak hal yang mempengaruhi terjadinya
eklampsia, beberapa diantaranya adalah usia ibu, paritas,
usia kehamilan, jumlah janin, jumlah kunjungan ANC, dan
riwayat hipertensi. Eklamsia biasanya ditandai dengan
kejang yang dapat diikuti dengan kehilangan kesadaran
atau koma. Selain itu, ada gejala-gejala lain yang dapat
dirasakan oleh para ibu hamil penderita eklamsia, antara
lain, kenaikan tekan darah, pengeluaran protein dalam
urin, edema pada tungkai dan wajah, gangguan
penglihatan dan sakit kepala
Penatalaksanaan Eklampsia pertolongan pertama saat
di IGD hindari ransangan, Pasang spatula lidah,
Bebaskan jalan napas, Beri : MgSO4 20% 4 g (20 cc) I.V
pelan-pelan atau MgSO4 40 % 8 g (10 cc) I.M ( 10 cc
BoKa + 10 cc BoKi ) Pasang infus D5% atau RL,
Fiksasi badan di tempat tidur 15 – 30 menit. kirim ke
upf obgyn eklampsia di upf obgyn. Pertolongan lanjut di
kamar bersalin atau ruang isolasi. Periksa dalam dan
Pasang kateter menetap. Lanjutan MgSO4 40 % 10 cc
I.M tiap 6 jam,
Bila kejang lagi ⇨ MgSO4 20 % 10 cc I.V.Bila kejang
lagi setelah 20’ berikan Pentothal 5 mg/kgBB/I.V pelan-
pelan atau Amibarbital 3-5 mg/kgBB/I.V pelan-pelan.
Berikan obat-obat penunjang (Antihipertensi,Antibiotik,
Diuretik, Kardiotonik), Periksa lab darah, urin, liver
enzyme. Setelah terjadi stabilisasi 4-8 jam setelah mulai
sadar terminasi kehamilan tanpa memandang usia
kehamilan dengan trauma seminimal mungkin pada ibu
belum inpartu.Pervaginam Induksi dengan pitosin +
Amniotomi. Sebaiknya bila Bishop skor> 8
TERIMAKASIH ^^

Anda mungkin juga menyukai