rthozoonosis
iklozoonosis
etazoonosis
aprozoonosis
Orthozoonosis (Zoonosis langsung/Direct
zoonoses)
Dapat berupa satwa piara atau satwa domestik, dan satwa liar
Terdiri atas:
- Anthropozoonosis
- Amphixenosis
- Zooanthroponosis
Anthropozoonosis
Zoonosis bakterial
Zoonosis viral
Zoonosis mikotik
Zoonosis parasitik
Asal Hewan Penularnya
onyet
era atau Monyet bisa membawa virus Herpes B yang dapat ditularkan
melalui air liur dan berpotensi mematikan. Dapat menyebabkan
Ensefalitis, pembengkakan otak.
9 Binatang Penular Penyakit (cont’)
elelawar
elinci liar
urung
ikus
enularkan penyakit Hantavirus melalui tinja, air liur dan air kencing
tikus. Penyakit lain yang ditularkan adalah Leptospirosis yang
menyebabkan kerusakan ginjal dan meningitis.
9 Binatang Penular Penyakit (cont’)
eptil
api
njing
ucing
ukleoprotein (N)
fosfoprotein (P)
glikoprotein (G)
olimerase (P)
eplikasi virus pada sel penjamu dapat dibedakan menjadi 3 fase
ase ketiga terjadi pembentukan dan pelepasan virus dari sel yang
terinfeksi
Epidemiologi
abies tersebar di seluruh benua, kecuali antartika
asus pada manusia juga dilaporkan karena gigitan kucing dan hewan
liar, luwak, rubah, srigala
melalui 2 cara :
atrogenik
idrofobia dapat dirangsang dengan memberi minum air, melihat air atau
mendengarkan kata-kata air
embusan udara pada kulit juga menimbulkan efek yang sama (aerofobia)
W
HO mengklasifikasikan menjadi :
uspect : sesuai dengan definisi klinis kasus yaitu dijumpai sindrom neurologis
akut (ensefalitis)
robable : kasus suspek dengan riwayat kontak dengan hewan terinfeksi rabies
batulism
difteri
keracunan obat
tetanus
polio
ensefalitis
Pemeriksaan laboratorium
pesimen saliva, serum, cairan serebrospinal, urine, biopsi kulit leher,
epitel kornea, biopsi otak
iagnosa pasti tegak bila hasil rabies positif dengan salah satu atau
lebih pemeriksaan lab tersebut
Tatalaksana
uang perawatan isolasi, gunakan APD bila melakukan tindakan
ntibodi monoclonal
etamine
- melalui interaksi antagonis non
kompetitif pada reseptor NMDA dan juga efek anestesi disosiatif
- dosis tinggi menghambat
transkripsi genome virus rabies
Terapi agresif tersebut
dianjurkan pada pasien:
sia muda
egera terbentuk antibodi penetral virus rabies pada serum dan cairan serebrospinal
Prognosis
Angka
kematian hampir 100% bila telah timbul manifestasi klinis.
Penyebab
kematian gagal nafas
Pencegahan
rofilaksis pra paparan
Kategori risiko Sifat risiko populasi Regimen pra paparan
Kontinyu •Terdapat virus dalam konsentrasi •Petugas laboratorium peneliti rabies •Vaksinasi dasar (3 dosis)
tinggi,terus menerus •Pekerja vaksin rabies •Tes serologis setiap 6
•Sumber paparan spesifik yang tidak bulan
diketahui •Vaksinasi ulangan bila
•Gigitan, bukan gigitan atau aerosol titer antibodi di bawah 0,5
UI/ml
Sering •Paparan biasanya episodik •Petugas laboratorium diagnostik •Vaksinasi dasar (3 dosis)
•Sumber paparan diketahui tetapi mungkin rabies •Tes serologis setiap 6
juga tidak •Dokter hewan tahun
•Mungkin gigitan, bukan gigitan atau •Petugas pengendali binatang dan •Vaksinasi ulangan bila
aerosol margasatwa pada area episodic rabies titer antibodi di bawah 0,5
UI/ml
Jarang (lebih •Paparan hampir selalu episodik •Dokter hewan •Vaksinasi dasar (3 dosis)
sering dari •Sumber paparan diketahui •Petugas pengendali binatang dan •Tes serologis setiap 6
populasi umum •Giditan atau bukan gigitan margasatwa pada daerah insiden tahun
rabies yang rendah •Vaksinasi ulangan bila
•Mahasiswa kedokteran hewan titer antibodi di bawah 0,5
•Wisatawan yang berkunjung ke UI/ml
daerah enzootik rabies dimana •Tidak dianjurkan tes
fasilitas perawatan medis dan vaksin serologis dan booster
terbatas
Sangat jarang •Paparan bersifat episodik •Populasi pada umumnya termasuk •Tidak perlu imunisasi pra
•Sumber paparan diketahui yang tinggal di area epizootik rabies paparan
•Gigitan atau bukan
Profilaksis pasca paparan
anpa menunggu hasil lab
isinfeksi luka
erawatan non spesifik tunda penjahitan luka,jika luka memang harus dijahit maka
harus dipastikan sebelumnya sudah diberikan imunoglobulin secara lokal bila ada
indikasi
AR dosis dan jadwal lengkap bila belum pernah mendapat profilaksis pra paparan
munokompromais
- tidak
memberikan respon yang baik terhadap VAR sehingga harus mendapatkan perawatan
luka yang cepat dan adekuat
- SAR
diberikan pada paparan kategori II dan III
-
dianjurkan melakukan pemantauan respon antibodi setelah vaksinasi
Efek samping vaksin
eaksi lokal 35 – 45 % gatal –gatal, kemerahan, bengkak pada lokasi
suntik
enangan air dapat menimbulkan risiko munculnya penyakit leptospirosis juga demam
berdarah
istem kekebalan tubuh menyebabkan lisis bakteri dan melepaskan banyak antigen seperti
glikoprotein, lipopolisakarida serta endotoksin
likoprotein yang dirilis bakteri mengaktifkan sel-sel inflamasi seperti peripheral mononuclear
cell yang memproduksi TNFα, IL-6, CD69, prostaglandin E2, Leukotrien B4, dan NO
cute lung injury (ALI)/ acute respiratory distress syndrome (ARDS) ditandai dengan
pelepasan sitokin dan hilangnya integritas epitel/endothelium. Peningkatan
permeabilitas menyebabkan ekstravasasi protein dan edema yang merupakan tanda
ALI/ARDS
ada kasus yang fatal bisa menyebabkan perdarahan paru penyebab utama kematian
ada ginjal penghambatan pompa Na/K menyebabkan hilangnya
kalium dan hipokalemi merupakn tanda gagal ginjal akut
adar NEFA yang tinggi khas pada leptospirosis berat dan kondisi
inflamasi lainnya.
Gejala dan tanda
ejala muncul 2-25 hari (masa inkubasi umumnya 5-14 hari) setelah ekspos dengan bhan
yang terkontaminasi dengan urin atau jaringan hewan yang terinfeksius
ejala non spesifik berupa flu like symptoms seperti sakit kepala, nyeri otot, nyeri pada
bola mata bila terkena cahaya, demam dan menggigil, kadang mual dan muntah, mata
berair dan merah dapat terjadi. Pada kasus yang ringan bisa tanpa gejal klinis dan
gejala-gejala ini dapat membaik dalam waktu 4-5 hari atau masuk pada fase berikut
uncul setelah beberapa hari pada fase 1. bisa setelah pasien merasa ada perbaikan
klinis dengan timbulnya kembali demam, nyeri dan kaku pada leher. Beberapa pasien
bisa berkembang menjadi kondisi yang serius karena terjadinya inflamasi pada saraf
mata, otak spinal atau saraf lainnya. Nyeri perut bagian atas bisa terjadi, pada sebagian
kecil kasus dapat terjadi komplikasi pada paru, ginjal dan jantung
Diagnosis
ertumbuhan leptospira lambat di media kultur leptospira butuh
beberapa minggu
emberian antibiotika memberikan respon yang baik bila diberikan pada fase awal
penyakit yaitu sebelum hari ke 4.
L
eptospirosis berat disebut weil’s diseases dengan gejala demam, nyeri otot dan diikuti
dengan gangguan fungsi ginjal sampai kegagalan ginjal, timbul ikterus dengan ciliary
suffusion, serta gangguan hemostasis dengan perdarahan pada kulit dan selaput lendir
U
mumnya leptospirosis memerlukan rawat inap bahkan perlu perawatan diruang ICU.
Bisa terjadi sepsis dan kegagalan organ multiple diikuti dengan kematian
Diagnosis banding
emam berdarah dengue
alaria
emam tifoid
ama antraks berasal dari kata yunani artinya batu bara oleh karena
lesi nekrotik berwarna hitam seperti batu bara
Epidemiologi
.anthracis adalah oranisme tanah yang tersebar diseluruh dunia
asus pada manusia dibagi secara umum menjadi kasus industri dan agrikultur
erjadi langsung dengan kontak dengan kotoran/sekret binatang yang terinfeksi seperti tinja
idak langsung melalui gigitan lalat yang telah makan bangkai binatang tersebut
isa pula disebabkan makan daging mentah atau kurang dimasak dari binatang terinfeksi
ontak dengan spora yang terdapat pada bahan dari binatang yang terinfeksi seperti rambut,
wol, kulit,tulang pada saat proses industri
etelah masa inkubasi 1-7 hari akab timbul lesi berbentuk papul kecil sedikit gatal
pada tempat spora masuk (biasanya lengan, tangan leher dan muka) dalam
beberapa hari berubah jadi vesikel yang tidak sakit berisis cairan
serosanguineus,tidak purulen dan kemudian menjadi ulkus nekrotik yang dikelilingi
vesikel-vesikel kecil
kuran lesi sekitar 1-3 cm, khas dalam 2-6 hari akan timbul eschar berwarna hitam
seperti batubara
ambaran siatemik berupa demam, mialgia, sakit kepal lemah badan dan
limfadenopati lokal
nhalation anthrax
nkubasi 1-5 hari teatapi dapat sampai 60 hari tergantung jumlah spora
yang masuk
5% kasus
etelah inkubasi 10 hari timbul gambaran klinis akut yang terdiri dari 2
fase (bifasik), yaitu fase initial yang ringan sindrom like flu, pada
pemerisaan fisik mungkin ditemukan ronkhi, fase kedua yang berat
sering fatal panas tinggi, sesak napas, hipopada foto thorax selain
infiltrat didapatkan gambaran efusi pleuraksia, dan pelebaran
mediastinalsianosis, stridor, syok dan kematian dalam beberapa hari
astrointestinal anthrax
etlah 2-5 hari makan daging yang mengandung spora maka timbul
demam, nyeri perut difus, muntah,diare, bisa timbul muntah darah
dan berak darah
ambaran klinis dari tipe anthrax yang khas berguna untuk penegakan diagnosis
adiologi paru
aboratorium lekosit normal atau sedikit meningkat dengan PMN yang dominan, cairan
pleura atau likour serebrospinal hemoragis
emeriksaan gram dan kultur dari lesi kulit,apus tenggorok, cairan pleura,asites, likour
serebrospinal dan darah akan memperlihatkan kuman gram positif dengan gambaran khas
anthrax
CR
iopsi jaringan
terapi
Antibiot
ika
ntuk strain yang resisten obat tersebut dilakukan tes sensitivitas, dapat diberikan
alternatif kombinasi yaitu:
ntibiotika diberi IV kemudian peroral bila stabil, antibiotika diberikan 7-10 hari untuk
cuntaneus anthrax dan sekurang-kurangnya 2 minggu untuk anthrax tipe lainnya
Eksisi
dari lesi kulit adalah kontraindikasi tidak ada pus dan dikhawatirkan terjadi
penyebaran. Terapi topikal tidak bermanfaat
Prognosis
ngka kematian inhalation anthrax 80% bila tidak segera diberi
antibiotika jangka waktu kematian rata-rata 3 hari
ahap utama daur hidup parasit adalah kucing (penjamu definitif). Dalam
sel epitel usus kecil kucing berlangsung daur aseksual (skizogoni ) dan
daur seksual (gametogoni,sporogoni) menghasilkan ookista yang
dikeluarkan bersama tinja
ila ookista tertelan oleh mamalia lain atau burung dibentuk kelompok-
kelompok trofozoit yang membelah secara aktif disebut takizoit dapat
menginfeksi dan bereplikasi seluruh sel pada mamalia kecuali sel darah
merah kecepatan membelah berkurang terbentuklah kista yang
mengandung bradizoit masa infeksi klinis menahun
Patogenesis
okista yang mengandung sporozoitntertela oleh penjamu parasit terlebas dari
kista oleh proses pencernaan
arasit menginfeksi sel penjamu, bereplikasi dan menginvasi sel yang berdekatan
terjadi proses yang khas yakni kematian sel dan nekrosis fokal yang dikelilingi
respon inflamasi akut
nfeksi dapat terjadi dilaboratorium pada yang bekerja dengan binatang percobaan yang diinfeksi
dengan T.gondii, melalui jarum suntik dan alat laboratorium yang terkontaminasi
eekor kucing dapat mengeluarkan 10 juta butir ookista setiap harinya selama 2 minggu, ookista
matang dalam waktu 1-5 hari dan dapat hidup lebih dari setahun ditanah yang panas dan lembab.
Ookista mati pada suhu 45º-55ºC
Gambaran klinis
arasitemia berlangsung selama beberapa minggu T.gondii dapat menyerang semua
organ dan jaringan tubuh kecuali sel darah merah
umlah parasit
esi pada susunan saraf pusat dan mata biasanya lebih berat dan permanen karena jaringan
ini tidak mempunyai kemampuan untuk beregenerasi
elainan pada susunan saraf pusat berupa nekrosis yang disertai dengan
kalsifikasi
LISA
RI
CR
Tata laksana
irimetamin dan Sulfonamid dipakai sebagai kombinasi selama 3 minggu atau sebulan
irimetamin 50 -75 mg sehari untuk dewasa selama 3 hari kemudian dikurangi menjadi 25
mg/hari (0,5-1 mg/kgBB/hari) selama bbrp mggpada penyakit yang berat
piramisin 100 mg/kgBB/hari selama 30-45 hari dapat diberikan pada wanita hamil yg
mendapat infeksi akut
ortikosteroid dapat untuk mengurangi peradangan pada mata