Anda di halaman 1dari 12

Pengantar

Pendidikan
Kewarganegaraan di
Perguruan Tinggi
Makna dan Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlu dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.

Kewarganegaraan adalah keanggotaan seseorang dalam kontrol satuan politik tertentu yang dengannya membawa
hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik. Seseorang yang memiliki kewarganegaraan disebut sebagai warga
negara

Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengingatkan kita akan pentingnya nilai-nilai hak dan
kewajiban suatu warga negara agar setiap hal yang di kerjakan sesuai dengan tujuan dan cita-cita bangsa dan tidak
melenceng dari apa yang di harapkan.
Jika tidak ada pendidikan kewarganegaraan pada suatu negara maka:
• Masyarakat tidak akan Menjadi Pribadi yang Mengetahui Hak dan Kewajibannya
sebagai Warga Negara Indonesia
• Masyarakat tidak dapat Berpikir secara kritis dalam menghadapi persoalan
• Masyarakat tidak memiliki toleransi tinggi
• Masyarakat tidak mengenal dan berpartisipasi dalam kehidupan politik lokal,
nasional dan internasional
• Masyarakat tidak akan cinta damai
Tujuan adanya pendidikan kewarganegaraan pada suatu perguruan tinggi adalah
mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan jati diri dan kepribadian guna
menjadi manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan YME,
berbudi pekerti luhur, berkepribadian mantap dan mandiri, serta mempunyai rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Dasar Hukum Penyelenggaraan Pendidikan
Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi
Dasar hukum penyelenggaraan pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi
• UU Republik Indonesia No.12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
• UU Republik Indonesia No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
 
Keberadaan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Mata kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) ditetapkan
melalui:
• Kepmendiknas No. 232/U/2000, tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Hasil Belajar
Mahasiswa
• Kepmendiknas No.054/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi
• Keputusan Dirjen Dikti Depdiknas No.43/Dikti/Kep/2006 tentang rambu-rambu pelaksanaan pembelajaran
kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian di perguruan tinggi
• Surat Edaran Ristek Dikti Nomor: 435/B/SE/2016 yang terbaru.
Perspektif Historis, Sosiologis, Dan Politis Tentang
Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia
1. Perspektif Historis

Kurikulum Kurikulum Kurikulum


1960-an 1968 1975 1994-
sekarang

Civics Pendidikan Kewargaan Pendidikan Moral Pancasila Pendidikan Pancasila


Negara (PMP) dan Kewarganegaraan

Untuk jenjang perguruan tinggi dikenal dengan mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Pendidikan
Kewarganegaraan.
Pendidikan kewarganegaraan secara substansi sudah ada jauh sebelum Indonesia merdeka, seperti
berdirinya organisasi Boedi Oetomo pada tahun 1908 yang menumbuhkan kesadaran sebagai
bangsa walau belum menamakan Indonesia. Pada tahun 1928 para pemuda Nusantara berikrar
menyatakan diri sebagai Indonesia, bertanah air, dan berbahasa persatuan bahasa Indonesia.
2. Perspektif Sosiologis

Pada awal kemerdekaan pendidikan kewarganegaraan


dilakukan dengan tataran sosial kultural berupa pidato maupun
ceramah oleh para pemimpin dan kyai-kyai di pondok
pesantren guna mengajak rakyat untuk mencintai tanah air
Indonesia. Pendidikan kewarganegaraan dalam dimensi
sosiologis sangat diperlukan masyarakat guna memelihara dan
menjaga eksistensi bangsa.
3. Perspektif Politis

• Pada masa Orde Lama sekitar tahun 1957 mata pelajaran PKn membahas
bagaimana cara pemerolehan dan penghilangan kewarganegaraan.
Sedangkan pada Civics(1961) banyak membahas sejarah kebangkitan
nasional, UUD, serta pidato kenegaraan.
• Kemudian pada awal Orde Baru terdapat kurikulum 1968 yang
didalamnya tercantum mata pelajaran Pendidikan Kewargaan Negara
yang memuat kelompok pembinaan jiwa pancasila yang bertujuan
membentuk mental dan moral pancasila serta pengembangan manusia.
• Sebagai alat formil digunakanlah beberapa segi pendidikan, antara lain
Pendidikan Agama, Pendidikan Kewargaan Negara, Pendidikan Bahasa
Indonesia, Bahasa Daerah dan Olahraga.
• Pada tahun 1975 terjadi perubahan kurikulum yang berakibat pada mata
pelajaran pkn berubah nama menjadi Pendidikan Moral Pancasila(PMP)
yang mana tidak menyangkut mata pelajaran sejarah, ilmu bumi, dan
ekonomi. Kemuadian kurikulum kembali berubah pada 1994 yang mana
PMP berubah menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai