Anda di halaman 1dari 12

ASURANSI

MENURUT KONSEP
HUKUM ISLAM
Nama Kelompok 13
Adinda Mayza Wiby Andira
(12406183155)
Chusnul Hidayah (12406183176)
Deigo Dewangkara Dwi Putra
(12406183194)
Cindi Rahmawati(12406183200)
A. Pengertian Asuransi dan Asal Mula Adanya
Asuransi
Istilah “Asuransi” berasal dari bahasa Inggris,
yaitu “Insurance” yang artinya pertanggungan.
Sehingga ada juga yang mengatakan pengertian
asuransi adalah suatu perjanjian antara pihak
tertanggung (nasabah) dengan penanggung
(perusahaan asuransi) dimana perusahaan asuransi
bersedia mengganti kerugian yang mungkin dialami
oleh nasabah di masa mendatang.
Pengertian Asuransi Menurut Beberapa Ahli

1. Subekti
Menurut Subekti (2001), pengertian asuransi adalah suatu perjanjian yang
termasuk dalam jenis perjanjian untung-untungan dimana perjanjian ini
dengan sengaja didasarkan atas kejadian yang belum tentu terjadi di kemudian
hari, kejadian mana yang akan menentukan untung ruginya salah satu pihak.
2. Emmy Pangaribuan
Menurut Emmy Pangaribuan (1992), pengertian asuransi adalah suatu
perjanjian dimana penanggung dengan menikmati suatu premi mengikatkan
dirinya terhadap tertanggung untuk membebaskan diri dari kerugian karena
kehilangan, kerugian atau ketiadaan keuntungan yang diharapkan yang akan
dapat diderita olehnya karena suatu kejadian yang belum pasti.
Tahapan Asal Mula Adanya Asuransi

a) Asuransi Pada Tahun 3000 – 2000 Sebelum Masehi


b) Raja Hammurabi, Tokoh dibalik Perkembangan Asuransi di Babilonia
c) Asuransi Di Abad Pertengahan  Eropa Hingga Era Revolusi Industri (1400 - 1800)
d) Asuransi berkembang di Inggris berawal dari aktifitas Ekspor-Impor
e) Produk Asuransi Kebakaran dan Jiwa dikenal Mulai Tahun 1666
f) Perjalanan Asuransi Di Indonesia
g) Asuransi di Masa Penjajahan Belanda 
h) Asuransi Setelah Kemerdekaan
i) Asuransi Modern di Era Masa Kini
B. Premi dan Resiko
1.Premi
Berdasarkan Fatwa DSN-MUI No. 21/DSN-
MUI/X/2001, premi adalah kewajiban peserta untuk
memberikan sejumlah dana kepada perusahaan
sesuai dengan kesepakatan dalam akad. Premi pada
asuransi syariah adalah sejumlah dana yang
dibayarkan oleh peserta yang terdiri atas dana
tabungan dan tabarru. Fatwa DSN-MUI No.
21/DSN-MUI/X/2001.
Beberapa faktor dari Premi

1) Faktor Internal, meliputi:


 Hasil investasi perusahaan
 Biaya yang diperhitungkan atas pengeluaran, pajak, dan laba
 Biaya yang diperhitungkan atas pengeluaran, pajak, dan laba

2) Faktor Eksternal, meliputi:


 Umur
 Jenis kelamin
 Pekerjaan
 Kesehatan
2.Resiko

Risiko dalam industri peransuransian diartikan


sebagai ketidakpastian dari rugi finansial atau
kemungkinan terjadi kerugian. Risiko selalu
melibatkan dua istilah, yaitu ketidakpastian dan
peluang kerugian finansial.
Jenis-jenis Resiko

 Risiko murni
 Risiko spekulatif
 Risiko khusus
 Risiko fundamental
 Risiko individu
 Risiko harta
 Risiko tanggung-gugat
C. Pendapat Ulama’ tentang Asuransi
Kovensional

Di Indonesia PP Persatuan Islam (Persis) melalui


Dewan Hisbah mengharamkan praktek asuransi
konvensional. Demikian pula Muhammadiyah di
Malang tahun 1987 juga mengharamkan asuransi
yang mengandung unsur gharar dan judi, kecuali
asuransi yang diselenggarakan oleh pemerintah
seperti Taspen, Astek dan Jasa Raharja, karena
banyak mengandung maslahat maka dibolehkan.
D. Pengertian Asuransi Syariah
Secara umum pengertian asuransi syariah hampir
sama dengan pengertian asuransi pada umumnya.
Sedangkan pengertian asuransi syariah menurut DSN
MUI atau Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia adalah suatu usaha saling melindungi dan
tolong menolong di antara sejumlah orang atau pihak
melalui investasi dalam bentuk aset (dana tabarru) yang
memberikan pola pengembalian untuk menghadapi
risiko tertentu melalui akad atau perjanjian ikatan yang
sesuai dengan syariah islam.
E. Perbedaan Antara Asuransi Syariah dan
Asuransi Konvensional
Asuransi Syariah
Asuransi Konvensional
 menggunakan konsep saling tolong-
 menggunakan konsep seperti transaksi
menolong
jual-beli
 harus berinvestasi pada sektor yang
diperbolehkan syariat (halal)  bebas untuk berinvestasi di sektor apapun
 hasil investasi dibagi rata antara nasabah dan  hasil investasi menjadi milik perusahaan
pengelola sepenuhnya
 surplus underwriting dibagi ke dalam  surplus underwrtting menjadi milik
dana tabarru’, peserta, dan perusahaan perusahaan asuransi sepenuhnya
asuransi
 perusahaan fokus untuk mencari
 semaksimal mungkin mengelola dana demi keuntungan sebesar-besarnya
keuntungan nasabah
 tidak ada zakat
 peserta wajib membayar pajak
 dana yang disetor tidak dapat ditarik dan
 dana yang disetor nasabah dapat ditarik
kembali, hanya terdapat potongan kecil menjadi miliki perusahaan (dana hangus)

 memiliki Dewan Pengawas Syariah  tidak memiliki Dewan Pengawas Syariah

Anda mungkin juga menyukai