Anda di halaman 1dari 10

FAKTOR PENYEBAB PEMBELAJARAN KURANG EFEKTIF

DI SEKOLAH DAERAH TERPENCIL PROVINSI


KALIMANTAN TENGAH DI MASA PANDEMI COVID-19

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Holten Sion, M.Pd

KELOMPOK 4 :
AFNI PRAMITA SITUMORANG AFC 118 030
DEDI ARIANTO AFC 118 032
JENI UNGSA PITRI AFC 118 003
MOUNTES S. SUTADAYA AFC 118 009
NATASYA YOLANDA K. PURBA AFC 118 018
PEGI WITRAMENAAFC 118 013
LATAR BELAKANG
Pendidikan sebagai sebuah sistem terdiri dari sejumlah komponen.
Komponen tersebut antara lain: raw input (sistem baru), output
(tamatan), instrumental input (guru, kurikulum), environmental input
(budaya, kependudukan, politik dan keamanan). Namun, belum
semua anak Indonesia bisa merasakan pendidikan yang layak.
Karena masih terdapat kekurangan dalam  ketersediaan komponen-
komponen tersebut khususnya di daerah terpencil. Selain itu tidak
meratanya komponen-komponen yang ada. Hal ini menimbulkan
berbagai masalah pendidikan di Indonesia terlebih saat pendemi ini.
Faktor Penyebab Pembelajaran Daring Tidak Efektif Di Daerah
Terpencil

Bank Dunia baru menerbitkan hasil survei di lima kabupaten yang termasuk berperingkat
termiskin di Indonesia. Survei ini dilaksanakan di 270 sekolah dasar di desa terpencil antara
tahun 2016-2017. Responden survei mencakup kepala sekolah, guru, peserta didik, komite
sekolah, orang tua dan kepala desa

Pertama, survei ini menemukan sekolah dan desa studi menghadapi tantangan konektivitas
yang mungkin menghalang guru-guru terbaik untuk bekerja disini. Secara rata-rata lokasinya
berjarak 149 km atau lima jam dari kota kabupaten; hanya 29% yang terhubung dengan jaringan
listrik; dan hanya 17% yang memiliki akses internet. Hasil survei mengindikasikan keragaman
alokasi sumber daya: 91% sekolah memiliki toilet dengan rasio jender yang seimbang; 54%
memiliki perpustakaan; namun hanya 39% memiliki buku teks yang memadai.

Hasil pengamatan mengindikasikan bahwa kesenjangan dapat dikurangi dengan


memprioritaskan alokasi pendanaan. Selain itu, renovasi fasilitas sekolah dan perumahan untuk
guru dapat memperbaiki kondisi kerja guru-guru yang ditugaskan di daerah terpencil.

( sumber : WORLDBANK.ORGHome, 04 Februari 2020)


Kedua, kualitas layanan pendidikan di sekolah survei terkendala
oleh kualifikasi guru, komposisi guru, dan tuntutan mengajar multi
kelas. Tiga puluh empat persen guru dan 18% kepala sekolah hanya
memiliki pendidikan sekolah menengah atas. Guru PNS merupakan
40% dari seluruh tenaga pengajar, dengan kekurangan diisi oleh
guru kontrak (42,5% guru honorer dan 15,8 dikontrak oleh kabupaten
atau provinsi).
Di saat guru PNS memiliki pendapatan rata-rata Rp. 8,4 juta per
bulan, guru honorer hanya menerima Rp. 550.000. Guru honorer
cenderung memiliki pekerjaan sampingan dan memiliki kualifikasi
yang lebih rendah dibandingkan dengan guru PNS. Walaupun rasio
kelas hampir sebanding dengan rerata nasional (20 siswa per kelas
di daerah yang disurvei dibandingkan dengan 23 di tingkat nasional),
guru yang disurvei sering kali menggantikan guru yang tidak hadir
dan harus mengajar beberapa kelas (di 25% sekolah) meskipun
mereka tidak pernah mendapatkan pelatihan terkait hal ini.
Ketiga, kemangkiran guru adalah masalah serius, karena secara
langsung mempengaruhi apakah peserta didik belajar di sekolah atau
tidak. Kunjungan mendadak ke sekolah sampel mendapati 25%
ruang kelas tidak memiliki guru, dan 17% guru tidak datang ke
sekolah.
Analisis kami menunjukkan bahwa kemangkiran guru berkorelasi
positif dengan status pegawai negeri, guru laki-laki, dan rendahnya
pengawasan oleh kepala sekolah. Dengan kata lain, guru honorer
dan guru perempuan lebih sering mengajar. Analisis kami juga
menunjukkan, bahwa guru yang dievaluasi oleh kepala sekolah
cenderung memiliki tingkat kehadiran yang lebih tinggi di sekolah.
Oleh karena itu, memastikan pemantauan dan pengawasan guru
dapat mengurangi ketidakhadiran guru.
Keempat, dan yang paling memprihatinkan, sebagian besar siswa
yang diuji mendapatkan nilai Bahasa Indonesia dan matematika dua
tingkat di bawah kelas yang mereka ikuti saat ini. Analisis kami
mengaitkan hasil belajar murid yang rendah dengan pendidikan orang
tua yang rendah; lebih sedikit waktu yang didedikasikan untuk
pendidikan anak mereka; dan jauh lebih sedikit keterlibatan dengan
komite sekolah dan guru. Kolaborasi antara guru dan orang tua untuk
mendukung pembelajaran baik di sekolan maupun di rumah
kemungkinan akan membuahkan aspirasi yang lebih tinggi dan
prospek karir bagi para peserta didik.
UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS LAYANAN
PENDIDIKAN DI DAERAH TERPENCIL

• Untuk meningkatkan kualitas layanan pendidikan di daerah terpencil,


Pemerintah Indonesia perlu meningkatkan kualifikasi dan
keterampilan guru dan meningkatkan manajemen kinerja guru dan
sistem akuntabilitasnya. Dalam jangka pendek, pelatihan
pengembangan kapasitas harus memprioritaskan lebih banyak guru di
daerah terpencil atau mewajibkan agar sejumlah persentase peserta
minimum berasal dari daerah terpencil.
• Dalam jangka panjang, guru yang berkualifikasi - guru baru maupun
yang sudah mengajar - seharusnya mendapatkan insentif yang lebih
baik untuk bekerja di daerah terpencil. Sebenarnya dari sisi kebijakan,
bekerja di daerah terpencil seharusnya menghasilkan lebih banyak
nilai kredit bagi guru untuk menjadi pegawai negeri, faktanya
penempatan di daerah terpencil cenderung memiliki jangka waktu
tidak terbatas sehingga membuat banyak guru berkecil hati. Evaluasi
dampak KIAT Guru menemukan ketika masyarakat terlibat dalam
peningkatan akuntabilitas guru dan tunjangan khusus guru dibayarkan
berdasarkan kehadiran, maka hasil belajar murid juga meningkat.
• Perencanaan dan pelaksanaan pendirian SD Kunjung telah sesuai
dengan persyaratan daerah terpencil, terisolasi, dan terpencar.
Perencanaan juga memperhatikan hambatan geografis, sosial, dan
ekonomi. Perencanaan juga memperhitungkan kebutuhan
masyarakat, dan melibatkan berbagai pihak. Sosialisasi dilakukan
oleh masyarakat, perusahaan, perangkat desa, kepala SD induk-
basis, guru dan komite pada acara adat Dayak. Sosialisasi bertujuan
untuk memotivasi masyarakat tentang pentingnya pendidikan untuk
penguatan kualitas hidup dan pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Pelaksanaan SD kunjung dikepalai oleh seorang Kepala SD Induk
yang berasal dari SD terdekat. Pelaksanaan tugas dibantu oleh
guru, tutor atau tenaga terampil, penggunaan kios belajar atau
bangsal, guru kunjung dan karyawan perusahaan.
• Pemerintah desa, perusahaan, tokoh adat dan masyarakat
melaksanakan pembangunan kios belajar atau bangsal dengan
melibatkan berbagai pihak. Stakeholders dalam pengelolaan dan
penyelenggaraan pendidikan di daerah terpencil telah sesuai
dengan kewenangan dan kemampuan masing-masing.
KESIMPULAN
Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia
terlebih di daerah terpencil, perlu kerja sama dan keterlibatan dari
setiap elemen-elemen yang berkecimpung dalam pendidikan
untuk menciptakan keputusan sebagai solusi dari masalah
pendidikan yang terjadi.
Bukan hanya pemerintah atau masyarakat sekolah saja yang
berperan dalam hal ini. Namun, masyarakat yang ada pada
daerah tersebut juga memiliki peran dalam upaya mengatasi
permasalah pendidikan yang terjadi di daerah terpencil
khususnya di Kalimantan Tengah.
Sekian
dan
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai