Anda di halaman 1dari 21

TUGAS

FARMASEUTIKA
LANJUTAN 1
OLEH :
ANDI ZAHRA MULYANA
15020180202
C4
RESUME PENGELOLAAN
OBAT, ALKES, DAN BAHAN
MEDIS HABIS PAKAI DI
APOTEK!!
Pengelolaan obat di apotek
Persediaan (inventory) obat di apotek merupakan suatu investasi yang membutuhkan modal cukup besar. Pengelolaan
persediaan obat di apotek sangat diperlukan karena berkaitan dengan pelayanan terhadap pasien dan berpengaruh pada
fungsi pemasaran dan keuangan apotek. Pengelolaan persediaan yang tepatdapat mengantisipasi kebutuhan pasien yang
sering kali tidak dapat diprediksi.

Menurut Schroeder (2000), persediaan adalah stock bahan yang digunakan untuk memudahkan produksi atau untuk
memuaskan permintaan pelanggan. Konsep persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik
perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masih
dalam pengerjaan/proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses
produksi (Rangkuti, 2004).

Stok persediaan obat di apotek penting untuk dikelola agar kebutuhan pasien di waktu tertentu dapat terpenuhi,
menghindari jika suatu waktu terjadi fluktuasi harga obat-obatan yang meningkat, menyediakan persediaan cadangan untuk
kondisi permintaan obat yang tidak menentu, serta dapat mengambil keuntungan dari pemasok (supplier) jika ada diskon.
Lanjutan
Fungsi Persediaan di Apotek
Apoteker bertanggung jawab terhadap proses pengelolaan persediaan farmasi. Pengelolaan dengan baik akan membantu
apoteker untuk dapat mengontrol kebutuhan supply dan demand karena persediaan berperan sebagai penyangga
dalam supply dan demand. Berdasarkan hal tersebut, menurut Yunarto dan Santika (2005), persediaan dapat
diklasifikasikan menurut fungsinya:
 Persediaan untuk antisipasi
Apotek perlu menyimpan persediaan sebagai langkah antisipasi yang dibuat berdasarkan kebutuhan jangka waktu ke
depan atau future demand yang sudah dapat diperkirakan seberapa jauh kebutuhan akan diperlukan. Antisipasi
persediaan di apotek dilakukan untuk membantu keperluan pada tingkat level stock, serta untuk mengatasi permintaan
tak terduga dari pelanggan jika pada waktu tertentu terjadi peningkatan permintaan kebutuhan obat.
 Persediaan Saat Fluktuasi
Safety stock berfungsi untuk mengatasi fluktuasi yang tidak dapat diprediksi antara supply dan demand serta lead
time. Lead time adalah jangka waktu kapan persediaan itu mulai dipesan sampai persediaan itu ditempatkan/dipesan
kembali. Potensi kekurangan persediaan (stockout) akan terjadi jika demand atau lead time lebih besar dari hasil
peramalan (forecast). Oleh karena itu, adanya persediaan safety stock di apotek dapat tetap membantu memenuhi
pesanan pasien meskipun terjadi fluktuasi harga.
Lanjutan
 Lot-Size Inventory
Lot-size adalah sejumlah item/barang tertentu yang di-order dari suatu plant/third party/supplier yang kemudian
dijadikan standar kuantitas untuk proses proses pengiriman kepada pelanggan. Lot-size inventory terbentuk jika
barang dibeli dari supplier lebih besar atau hasil produksi dari pabrik juga lebih besar dari kebutuhan yang
diperlukan secara mendadak/mendesak.
 Hedge Inventory
Hedge inventory berfungsi untuk melindungi harga dari harga fluktuasi barang. Hedge inventory berguna jika pada
saat harga pasar naik, perusahaan sudah melakukan hedge inventory pada harga rendah dengan melakukan
pembayaran terlebih dahulu.

Kegiatan Pengelolaan Persediaan Obat-obatan


Pengelolaan persediaanobat-obatan habis pakai harus dilaksanakan secara terstruktur serta menggunakan proses yang
efektif untuk menjamin kendali mutu dan kendali biaya. Pengelolaan persediaan obat-obatan di apotek meliputi beberapa
tahapan diantaranya perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, pencatatan, dan
pelaporan
Lanjutan
1. Perencanaan
Perencanaan persediaan obat-obatan di apotek berfungsi untuk memprediksi kebutuhan persediaan obat untuk
jangka waktu tertentu. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1121/Menkes/SK/XII/2008 tentang
Pedoman Teknis Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk Pelayanan Kesehatan Dasar, proses
perencanaan persediaan obat meliputi:

 Tahap pemilihan obat


Obat dipilih berdasarkan jenis dan memperhatikan pola penyakit, pola konsumsi, pola budaya, serta pola
kemampuan masyarakat.

 Tahap kompilasi pemakaian obat


Kompilasi pemakaian obat adalah rekapitulasi data pemakaian obat di unit pelayanan kesehatan yang
bersumber dari Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO).

 Tahap perhitungan kebutuhan obat


Perhitungan kebutuhan obat dilakukan dengan menggunakan metode konsumsi dengan melakukan
analisis trend pemakaian obat tiga tahun sebelumnya atau lebih, serta menggunakan metode morbiditas
yakni perhitungan kebutuhan obat berdasarkan pola penyakit.
Lanjutan
 Tahap proyeksi kebutuhan
Perhitungan kebutuhan obat yang dilakukan secara komprehensif dengan mempertimbangkan data pemakaian
obat dan jumlah sisa stok pada periode yang masih berjalan.

2. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui. Pengadaan obat-
obatan di apotek biasanya dilakukan melalui pembelian/pemesanan yang dilakukan melalui jalur resmi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan medis.

3. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk memastikan kesesuaian kedatangan barang dengan surat pesanan di antaranya
kesesuaian jenis obat maupun jumlah yang dipesan. Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang
diterima.
Lanjutan
4. Penyimpanan
Tata cara dan pengelolaan penyimpanan obat secara tepat penting untuk dilakukan karena obat merupakan salah satu
faktor terpenting dalam pelayanan kesehatan. Penyimpanan obat-obatan harus memperhatikan beberapa hal berikut
seperti:

 Obat disimpan dalam wadah asli dari pabrik (jika obat dipindahkan ke wadah lain, harus dicegah agar tidak
terkontaminasi dan ditulis informasi yang jelas), wadah obat juga harus memuat nomor batch dan tanggal
kedaluwarsa.
 Semua obat-obatan harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
 Sistem penyimpanan dapat dilakukan dengan memperhatikan kelas terapi obat, bentuk sediaan (liquid, semisolid,
dan solid), stabilitas obat (dipengaruhi oleh suhu, cahaya, dan kelembaban), serta disusun berdasarkan abjad.
 Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan FIFO (First in First Out). FEFO yaitu obat
yang sudah mendekati tanggal kedaluwarsa akan dikeluarkan terlebih dahulu, sedangkan FIFO artinya obat yang
datang lebih dulu, akan dikeluarkan pertama.
 Obat Narkotika dan Psikotropika harus disimpan di lemari khusus dua pintu dengan ukuran 40×80×100 cm
dilengkapi kunci ganda.
Lanjutan
 Obat Narkotika dan Psikotropika harus disimpan di lemari khusus yang dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain
yang kuat, tidak mudah dipindahkan dengan ukuran 40x80x100 cm dilengkapi kunci ganda. Lemari khusus ini
diletakkan di tempat yang aman serta tidak terlihat oleh umum dan kunci lemari dikuasai oleh apoteker
penanggung/apoteker yang ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan.

5. Pemusnahan
Obat yang kedaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan juga dapat
dilakukan terhadap resep obat yang telah disimpan melebihi jangka waktu lima
tahun.
6. Pengendalian
Pengendalian stok obat-obatan dilakukan menggunakan kartu stok yang memuat nama obat, tanggal kedaluwarsa,
jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran, dan sisa persediaan. Pengendalian ini bertujuan untuk mempertahankan jenis
dan jumlah persediaan sesuai pelayanan agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan stok.
7. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dilakukan untuk mengetahui data obat yang masuk dan keluar dalam periode waktu tertentu, sedangkan
pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan administrasi yang disajikan kepada pihak yang
berkepentingan.
Pengelolaan alkes di apotek
Proses pengelolaan tersebut di atas harus dapat menjamin ketersediaan dan keterjangkauan dari sediaan farmasi
dan alat kesehatan yang berkhasiaU bermanfaat, aman dan bermutu. Berbagai kegiatan yang terkait dengan
pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan di sarana pelayanan kesehatan yaitu:
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan sediaan farmasi dan alat kesehatan sesuai jumlah, jenis dan waktu yang
tepat sesuai dengan kebutuhan agar tercapai penggunaan obat yang rasional.
• Pemilihan sediaan farmasi dan alat kesehatan harus berdasarkan:

- Pola penyakit

- Kebutuhan dan Kemampuanldaya beli masyarakat

- Pengobatan berbasis bukti

- Bermutu dan Ekonomis

- Budaya masyarakat (kebiasaan masyarakat setempat)

- Pola penggunaan obat sebelumnya


Lanjutan
• Pengadaan
Suatu proses kegiatan yang bertujuan agar tersedia sediaan farmasi dengan jumlah dan jenis yang
cukup sesuai dengan kebutuhan pelayanan. Pengadaan yang efektif merupakan suatu proses yang
mengatur berbagai cara, teknik dan kebijakan yang ada untuk membuat suatu keputusan tentang
obat-obatan yang akan diadakan, baik jumlah maupun sumbernya.
Kriteria yang harus dipenuhi dalam pengadaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan adalah:

 Sediaan farmasi dan alat kesehatan yang diadakanmemiliki izin edar atau nomor registrasi.
 Mutu, keamanan dan kemanfaatan sediaan farmasi dan alat kesehatan dapat
dipertanggung jawabkan.
 Pengadaan sediaan farmasi dan alat kesehatan berasal dari jalur resmi.
 Dilengkapi dengan persyaratan administrasi16 PEDOMAN CARA PELAYANAN FARMASI YANG BAIK
(CPFB)/GPP
Lanjutan
Aktifitas pengadaan meliputi aspek-aspek :
1) Perencanaan
Perencanaan adalah kegiatan untuk menentukan jumlah dan waktu pengadaan sediaan
farmasi dan alat kesehatan sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan, agar terjamin
terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu serta efisien
Ada 3 (tiga) metode perencanaan sediaan farmasi dan alat kesehatan:
 Pola penyakit
 Pola konsumsi
 Kombinasi antara pola konsumsi dan pola penyakit
2) Teknis Pengadaan
Teknis Pengadaan adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan hasil
perencanaan. Teknik pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan dalam jenis dan lumlah yang
tepat dengan harga yang ekonomis dan memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan.
Teknis pengadaan dapat melalui pembelian, pembuatan dan sumbangan.Teknis pengadaaan merupakan kegiatan yang
berkesinambungan yang dimulai dari pengkajian seleksi obat, penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara
kebutuhan dan dana, pemilihan metode teknis pengadaan, pemilihan waktu pengadaan, pemilihan pemasok yang
baik, penentuan spesifikasi kontrak, pemantauan proses pengadaan dan pembayaran.
Lanjutan
3) Penerimaan
Merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah diadakan sesuai dengan
aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung, tender, konsinyasi atau sumbangan.
Penerimaan adalah kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah. mutu,
waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak/pesanan.
Penenerimaan merupakan kegiatan verifikasi penerimaan/penolakan, dokumentasi dan
penyerahan yang dilakukan dengan menggunakan "chrecklist" yang sudah disiapkan untuk
masing-masing jenis produk yang berisi antara lain :
- kebenaran jumlah kemasan;
- kebenaran kondisi kemasan seperti yang disyaratkan
- kebenaran jumlah satuan dalam tiap kemasan;
- kebenaran jenis produk yang diterima;
- tidak terlihat tanda-tanda kerusakan;
- kebenaran identitas produk:
- penerapan penandaan yang jelas pada label, bungkus dan brosur;
- tidak terlihat kelainan warna, bentuk, kerusakan pada isi produk,
- jangka waktu daluarsa yang memadai17 PEDOMAN CARA PELAYANAN FARMASI YANG BAIK (CPFB)/GPP
Lanjutan
4) Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menata dan memelihara dengan cara menempatkan
sediaan farmasi dan alat kesehatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari
pencurian dan gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat.
Penyimpanan harus menjamin stabilitas dan keamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan.
Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan dan
alfabetis dengan menerapkan prinsip Firsf ln First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO) disertai sistem
informasi manajemen. Untuk meminimalisir kesalahan penyerahan obat direkomendasikan penyimpanan
berdasarkan kelas terapi yang dikombinasi dengan bentuk sediaan dan alfabetis. Apoteker harus rnemperhatikan obat-
obat yang harus disimpan secara khusus seperti : narkotika, psikotropika, obat yang memerlukan suhu tertentu, obat
yang mudah terbakar, sitostatik dan reagensia.
Melakukan pengawasan mutu terhadap sediaan farmasi dan alat kesehatan yang diterima
dan disimpan sehingga terjamin mutu, keamanan dan kemanfaatan sediaan farmasi dan alat Kesehatan

C. Pendistribusian
Pendistribusian adalah kegiatan menyalurkan/menyerahkan sediaan farmasi dan alat kesehatan dari tempat
penyimpanan sampai kepada unit pelayananlpasien.
Lanjutan
Sistem distribusi yang baik harus:
 menjamin kesinambungan penyaluranlpenyerahan
 mempertahankan mutu
 meminimalkan kehilangan, kerusakan dan kadaluarsa
 menjaga ketelitian pencatatan
 menggunakan metode distribusi yang efisien, dengan memperhatikan peraturan
perundangan dan ketentuan lain yang berlaku.
 menggunakan sistem informasi manajemen.
D. Penghapusan dan Pemusnahan
Seciaan Farmasi yang sudah tidak memenuhi syarat sesuai standar yang ditetapkan harus
dimusnahkan. Penghapusan dan Pemusnahan sediaan farmasi yang tidak dapat/boleh digunakan
harus dilaksanakan dengan cara yang baik dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan
yang berlaku. Prosedur pemusnahan obat hendaklah dibuat yang mencakup pencegahan
pencemaran di lingkungan dan mencegah jatuhnya obat tersebut di kalangan orang yang tidak berwenang.
Sediaan farmasi yang akan dimusnahkan supaya disimpan terpisah dan dibuat daftar yang mencakup jumlah dan
identitas produk. Penghapusan dan pemusnahan obat baik yang dilakukan sendiri maupun oleh pihak lain harus
didokumentasikan sesuai dengan
Lanjutan
ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.18 PEDOMAN CARA PELAYANAN FARMASI YANG
BAIK (CPFB)/GPP

E. Pengendalian
Pengendalian persediaan dimaksudkan untuk membantu pengelolaan perbekalan (supply) sediaan farmasi dan alat
kesehatan agar mempunyai persediaan dalam jenis dan jumlah yang cukup sekaligus menghindari kekosongan dan
menumpuknya persediaan. Pengendalian persediaan yaitu upaya mempertahankan tingkat persediaan pada suatu
tingkat tertentu dilakukan dengan mengendalikan arus barang yang masuk melalui pengaturan sistem
pesanan/pengadaan (scheduled inventory dan perpetual inventory), penyimpanan, dan pengeluaran untuk memastikan
persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan kekuranganlkekosongan, kerusakan, kedaluwarsa,
dan kehilangan serta pengembalian pesanan sediaan farmasi.
F. Penarikan kembali sediaan farmasi
Penarikan kembali (recall) dapat dilakukan atas permintaan produsen atau instruksi instansi
Pemerintah yang berwenang. Tindakan penarikan kembali hendaklah dilakukan segera setelah diterima permintaanl
instruksi untuk penarikan kembali. Untuk penarikan kembali sediaan farmasi yang mengandung risiko besar terhadap
kesehatan,
Lanjutan
hendaklah dilakukan penarikan sampai tingkat konsumen. Apabila ditemukan sediaan farmasi tidak memenuhi
persyaratan, hendaklah disimpan terpisah dari sediaan farmasi lain dan diberi penandaan tidak untuk dijual untuk
menghindari kekeliruan. PeJaksanaan penarikan kembali agar didukung oleh system dokumentasi yang memadai.

G. Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dan pelaporan kegiatan perencanaan kebutuhan, pengadaan, pengendalian persediaan,
pengembalian, penghapusan dan pemusnahan sediaan farmasi harus dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.

H. Monitoring dan Evaluasi


Monitoring dan evaluasi merupakan tahapan untuk mengamati dan menilai keberhasilan atau kesesuaian
pelaksanaan Cara Pelayanan Kefarmasian Yang Baik disuatu pelayanan kefarmasian. Untuk evaluasi mutu proses
pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan, dapat diukur dengan indikator kepuasan dan keselamatan
pasien/pelangganlpemangku kepentingan (stakeholders), dimensi waktu (time delivery), Standar Prosedur
Operasional serta keberhasilan pengendalian perbekalan kesehatan dan sediaan farmasi.
 
Pengelolaan bahan medis habis pakai di apotek
RESUME PENGELOLAAN
OBAT, ALKES, DAN BAHAN
MEDIS HABIS PAKAI DI
RUMAH SAKIT
Lanjutan
 
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang
bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 1333 / Menkes/ SK / XII / 1999 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu (Depkes RI,1999).
Salah satu upaya dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan rumah sakit dapat dilakukan dengan penggunaan obat-obatan
yang rasional dan berorientasi kepada pelayananan pasien, penyediaan obat yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat ( Siregar, 2004). Biaya yang diserap untuk penggunaan obat merupakan komponen terbesar dari pengeluaran rumah
sakit. Menurut standar DEPKES RI bahwa anggaran untuk biaya obat-obatan di rumah sakit menyerap sekitar 40-50% dari biaya
keseluruhan rumah sakit. Belanja perbekalan farmasi yang demikian besar tentunya harus dikelola dengan efektif dan

Pengelolaan obat di rumah sakit merupakan salah satu segi manajemen rumah sakit yang penting, karena mempunyai
tujuan adalah agar obat yang diperlukan tersedia setiap saat, dalam jumlah yang cukup dan terjamin untuk mendukung
pelayanan yang bermutu.Pengelolaan obat di rumah sakit merupakan suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut fungsi-
fungsi manajemen meliputi perencanaan, pengadaan, distribusi, dan penyimpanan serta penggunaan obat (Quick et al,
1997)
#ThankYou

Anda mungkin juga menyukai